serapan arab - Unpad Repository

advertisement
KOSAKATA BAHASA INDONESIA SERAPAN
DARI BAHASA ARAB: REGISTER KEAGAMAAN
(Dipresentasikan dalam Seminar Jurusan
Fakultas Sastra Universitas Padjadjaran)
Oleh: Tatang Suparman
Fakultas Sastra
Universitas Padjadjaran
Oktober 2008
LEMBAR PENGESAHAN
Judul Penelitian :
KOSAKATA BAHASA INDONESIA SERAPAN
DARI BAHASA ARAB: REGISTER KEAGAMAAN
Dibuat oleh
:
Tatang Suparman, Drs.
NIP 132206488
Penelitian ini telah diseminarkan di Fakultas Sastra pada 31 0ktober 2008
Tim Evaluator,
Dr. Wahya, M.Hum.
NIP 131832049
ABSTRAK
Judul makalah ini adalah “Kosakata Serapan Bahasa Indonesia dari Bahasa Arab:
Register Keagamaan”. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif yaitu metode
yang menggambarkan proses dan hasil penelitian dengan apa adanya. Adapun teknik
penulisan dengan cara catat langsung. Tujuannya untuk mendapatkan gambaran yang
jelas mengenai kosakata serapan bahasa Indonesia dari bahasa Arab dalam register
keagamaan. Hasil penelitian memberikan simpulan bahwa kosakata bahasa Indonesia dari
bahasa Arab yang digunakan dalam istilah-istilah keagamaan (Islam) banyak yang
menyimpang dari makna asalnya. Oleh karena itu, diperlukan formula untuk mengatasi
persoalan tersebut, yakni dengan metransliterasi huruf yang dapat mendekati bunyi huruf
aslinya (Arab).
Kosakata Bahasa Indonesia Serapan
dari Bahasa Arab: Register Keagamaan
Oleh: Tatang Suparman
1. Pendahuluan
Sejak diikrarkan sebagai bahasa persatuan pada 1928 hingga saat ini, bahasa
Indonesia mengalami perkembangan yang luar biasa. Perkembangan yang dimaksud
adalah pengayaan kosakata di samping penyempurnaan kaidah kebahasaan. Bahkan
untuk jumlah kosakata, bahasa Indonesia dapat dikatakan akan menjadi yang terkaya
di dunia dibandingkan dengan bahasa-bahasa negara lain. Hal itu dinilai logis karena
pengayaan kosakata bahasa Indonesia bukan hanya berasal dari bahasa negara lain
melainkan juga dari bahasa daerah yang dimiliki bangsa Indonesia yang jumlahnya
ratusan bahasa. Kita tahu bahwa setiap suku di Indonesia memiliki satu bahasa daerah
sebagai alat berkomunikasi bahkan ada yang memiliki lebih dari satu bahasa,
misalnya, Suku Batak: bahasa Mandailing, Karo, dan Toba.
Seiring dengan kebutuhan untuk mempertahankan dan mengembangkan kehidupan
yang ditopang oleh kemajuan pendidikan, ekonomi, dan teknologi, kontak budaya
antarmasyarakat Indonesia tidak terelakkan. Suku Melayu (Minang), Batak, Sunda,
Aceh, Madura, Dayak, dan suku-suku lain saling berinteraksi terutama di kota-kota
besar, seperti Jakarta, Surabaya, Medan, dan Bandung. Sudah dipastikan bahasa yang
digunakan antarmereka adalah bahasa Indonesia yang dibumbui oleh bahasa daerah
masing-masing. Maka bereserakanlah kosakata daerah yang lambat- laun digunakan
juga dalam percakapan sehari-hari oleh masyarakat atau suku yang bukan penutur
aslinya, seperti kata motekar, nyeri, (Sunda), horas, ucok (Batak), beta (Ambon).
Penyerapan kosakata daerah oleh bahasa Indonesia relatif tidak menimbulkan
permasalahan makna karena di samping sebagian besar huruf maupun fonem bahasa
daerah yang digunakan relatif sama, sebelum dibakukan, kosakata daerah tersebut
sering sudah berterima di masyarakat. Permasalahan baru mengemuka ketika
kosakata daerah tertentu yang digunakan dalam berkomunikasi berhomonim dengan
bahasa lain, seperti kata jangan yang dalam bahasa Indonesia memiliki arti tidak
boleh berhomonim dengan kata jangan dalam bahasa Jawa yang berarti sayur. Kata
butuh ‘perlu’ bersinonim dengan bahasa Melayu yang memiliki arti ‘alat kelamin
laki-laki’, dan sebagainya.
Berbeda halnya dengan penyerapan kosakata dari bahasa daerah, penyerapan
kosakata dari bahasa negara lain, seperti Arab menimbulkan beberapa masalah. Hal
itu cukup dipahami mengingat kaidah bahasa Indonesia dengan Arab sangat berbeda.
Begitu juga beberapa huruf dan fonem bahasa Arab, memiliki perbedaan yang sangat
mencolok dengan yang ada dalam bahasa Indonesia, seperti perbedaan /q/ dan /k/.
Dalam bahasa Arab /qof/ dan /kaf/ memiliki makna yang berbeda, namun dalam
bahasa Indonesia tidak demikian. Kata /qolbu/ ‘hati’ dalam bahasa Arab diserap ke
dalam bahasa Indonesia menjadi /kalbu/ yang maksud maknanya ‘hati’ tetapi dalam
bahasa aslinya (Arab) kata /kalbu/ memiliki arti lain, yaitu ‘anjing’. Begitupun
perbedaan fonem /‘a/ dibaca /‘ain/ dalam huruf Arab diserap ke dalam bahasa
Indonesia menjadi /a/, misalnya, pada kata /’adil/ ‘bijaksana’ diserap menjadi /adil/
dengan huruf awal /alif/ yang dalam bahasa Arab memiliki arti mempertunjukkan.
Menyikapi permasalahan serapan kosakata dari bahasa asing ke dalam bahasa
Indonesia terdapat dua pendapat yang berbeda. Pendapat pertama bersikap bahwa
kosakata asing yang diserap ke dalam bahasa Indonesia harus dikaidahi dengan
sistem bahasa Indonesia dan tidak perlu lagi melihat etimologi katanya karena kita
akan kesulitan tatkala bahasa yang diserap ke dalam bahasa Indonesia itu diambil dari
berbagai negara yang memiliki berbagai kaidah kebahasaan yang berbeda. Pendapat
kedua mengungkapkan bahwa kita harus mengetahui asal-usul kata yang diserap ke
dalam bahasa Indonesia; apa makna kata itu dan dari mana asalnya supaya tidak salah
dalam penggunaannya. Manakah dari kedua pendapat tersebut yang sudah kita pilih
dan apa saja konsekuensi atas pilihan tersebut?
2. Pembahasan
Sebagai orang yang berkecimpung dalam dunia bahasa, kita sudah selayaknya
untuk tidak hanya sekadar menggunakan kosakata tersebut, tetapi juga mengenali
bahkan memahami makna dan asal-usulnya, terutama kosakata yang kerap digunakan
dalam berkomunikasi sehari-hari. Begitupun penggunaan serapan kosakata dari
bahasa Arab yang sudah sangat akrab di bibir maupun di telinga masyarakat
Indonesia sudah sepantasnya kita pahami artinya. Perhatikan kalimat berikut:
(1) Usul masyarakat perihal sumber daya alam untuk kemakmuran rakyat dikabulkan
oleh Majelis Hakim.
(2) Dewan Perwakilan Rakyat bersepakat untuk menyelamatkan sumber hayati di
setiap wilayah Indonesia.
Serapan kosakata bahasa Arab dalam kalimat (1) terdiri dari kata
/Usul/, / masyarakat/, / perihal/, sumber daya / alam/ untuk /kemakmuran/, / rakyat/
,/dikabulkan/ oleh/ Majelis/, /Hakim/. Begitu juga dalam kalimat (2) yang terdiri dari
kata /Dewan/, / Perwakilan/, /Rakyat/, /bersepakat/ untuk,/ menyelamatkan/ sumber
/hayati/, di setiap / wilayah/ . Dari kedua contoh kalimat tersebut, tampak bahwa
kosakata yang kita gunakan sehari-hari yang berasal dari bahasa Arab banyak sekali.
Permasalahannya adalah bahasa Indonesia dan bahasa Arab memiliki kaidah yang
berbeda, satu di antara perbedaan itu adalah pemaknaan huruf- huruf seperti yang
tersurat dalam Pendahuluan. Ejaan yang Disempurnakan tidak banyak
mencantumkan aturan transliterasi huruf-huruf dari bahasa Arab, kecuali /kha/
menjadi /kh. Namun, kita dapat mengetahui transliterasi huruf-huruf itu bila kita teliti
data kosakata yang sudah dibakukan (kamus) yang berasal dari bahasa Arab itu. Dari
data tersebut dapat disimpulkan bahwa kaidah penyerapan kosakata dari bahasa Arab
ke dalam bahasa Indonesia di antaranya sebagai berikut:
1. Penghilangan tanda apostrop (‘) penanda /‘ain/ menjadi /a/ atau /u/
(3) Fonem /Jum’at/ menjadi /Jumat/.
Kata Jum’at (‘a dari huruf ‘ain ) memiliki arti nama ibadah salat yang wajib
dilakukakan umat Islam sepekan sekali pada setiap hari Jumat dengan tatacara yang
ditentukan. Adapun kata /Jumat/ (a dari huruf alif) memiliki arti ‘rambut palsu’ atau
wig. Sungguh kedua kata tersebut memiliki arti yang sangat berbeda.
(4) /‘Umroh/ menjadi /umroh/.
/’Umroh/ (menggunakan ‘ain) yang bermakna ‘memakmurkan’ adalah ibadah haji
yang dilakukan tidak pada bulan Zulhijjah yang disebut juga haji kecil. Adapun
kata /umroh/ yang menggunakan /a/ (alif) memiliki arti perintah.
2. /q/ menjadi /k/
(5) /Qolbu/ menjadi /kalbu/
/Qolbu/ yang dalam bahasa Arab memiliki arti ‘hati’ kemudian diserap ke dalam
bahasa Indonesia menjadi /kalbu/. /Kalbu/ dalam bahasa Arab bukan berarti ‘hati’,
melainkan ‘anjing’.
3. /‘ain/ menjadi /k/
(6) /Ma’lum/ yang memiliki arti ‘diketahui’ diserap ke dalam bahasa Indonesia
menjadi /maklum/. Perubahan /’ain/ menjadi /k/ berdampak pada berubahnya arti
diketahui menjadi ‘mempertunjukkan’.
4. /Sh/ menjadi /s/
(7) /Sholat/ menjadi /salat/. Sholat memiliki arti ibadah yang dilakukan seorang
muslim yang dimulai dengan uacapan takbir dan diakhiri dengan salam. Adapun salat
artinya ‘menarik’.
Data dan bahasan dalam makalah ini sangat terbatas yakni hanya pada perubahan
huruf yang berakibat pada perubahan makna. Masih banyak data dan bahasan lain
yang berkaitan dengan kosakata serapan dari bahasa Arab ke dalam bahasa Indonesia.
3. Penutup
3.1 Simpulan
1. Kosakata serapan bahasa Indonesia dari bahasa Arab dalam register keagamaan
(Islam) banyak yang maknanya tidak sesuai dengan makna kata aslinya (Arab).
3.2 Saran
1. Kosakata serapan dari Arab yang berkaitan dengan istilah ibadah untuk diberikan
kekhususan agar tidak menyimpang dari makna asalnya, misalnya, Jumat dengan
Jum’at, Alquran dengan Alqur’an, dan Allah, dengan Alloh.
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Zaenal dan Amran Tasai, 1991. Seribu Satu Kesalahan Berbahasa.: Jakarta:
Akademika Presindo.
__________.1999. Cermat Berbahasa Indonesia. Jakarta: MSP.
Badudu, J.S. 1981. Membina Bahasa Indonesia Baku. Bandung: Pustaka Prima.
_________. 1983. Inilah Bahasa Indonesia yang Benar. Jakarta : Gramedia.
_________. 1985. Cakrawala Bahasa Indonesia 1. Jakarta: PT Gramedia.
_________. 1987. Membina Bahasa Indonesia Baku 2, Cet. X, Bandung : Pustaka
Prima.
Depdikbud, 1981, IA, Materi Pendidikan Program Akta Mengajar V. Filsafat Ilmu.
_________. 1982/1983, IIA, Materi Dasar Pendidikan Program Akta Mengajar V Dasar
Ilmu Pendidikan.
_________.1991, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Depdikbud/Balai Pustaka, Jakarta.
_________.1991, Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan
_________.1992, Pedoman Umum Pembentukan Istilah.
Halim, Amran. 1981. “Fungsi dan Kedudukan Bahasa Indonesia” dalam Politik Bahasa
Nasional Jilid 2. Jakarta: Balai Pustaka.
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.1978. Tata Istilah Indonesia. Jakarta:
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.
-------------. 1988. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Sunarto, Achmad. 2002. Al-Fikr: Kamus Indonesia Inggris Arab. Surabaya: Halim Jaya.
Suryaman, Ukun. 1985. Dasar-Dasar Bahasa Indonesia Baku
Bandung : Alumni.
Download