1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di zaman modern ini, teknologi telah berkembang hingga manusia dapat memanfaatkan sumber daya alam bumi untuk membuat hidup mereka jauh lebih nyaman dan menikmati standar hidup yang lebih tinggi. Namun di sisi lain sebagai populasi yang terus tumbuh, konsumsi manusia akan sumber daya alam terus meningkat dan menyebabkan masalah lingkungan global yang serius (Casper, 2010a:1). Perubahan iklim merupakan salah satu isu permasalahan lingkungan yang telah cukup lama terdengar. Berbagai dampak lingkungan yang negatif yang berkaitan dengan perubahan iklim perlahan terus menyentuh kehidupan manusia dan tampak semakin nyata. Menurut Cassady dan Figdor (2007:6) aktivitas manusia terutama pembakaran bahan bakar fosil telah meningkatkan konsentrasi gas-gas rumah kaca di atmosfer. Akibatnya, banyak panas yang terjebak di permukaan bumi, menyebabkan suhu permukaan rata-rata global meningkat. Chandrashekar (2013:3) memaparkan dari awal abad ke-21 ini telah dibuktikan terjadi peningkatan suhu rata-rata bumi, karena peningkatan gas rumah kaca berupa CO2 di atmosfer. Proses ini terus terjadi dan meningkat, dan akan mengakibatkan berbagai dampak di atas bumi. Hal ini tidak dapat dihindari, tetapi tidak adanya strategi adaptasi yang kuat kelak akan memperburuk keadaan. Manusia 1 2 tidak memiliki kekuatan untuk menghentikan masalah ini, tetapi mereka dapat mengupayakan untuk memulihkan situasi yang semakin memburuk. Semua individu harus menyadari bahwa keseimbangan ekosistem yang tidak terganggu, akan mampu menjanjikan suatu kondisi lingkungan hidup yang layak huni, nyaman, dan menyenangkan. Tetapi sebaliknya, apabila yang terjadi adalah sikap yang tak peduli terhadap hal-hal yang dapat menurunkan kualitas lingkungan hidup dan keseimbangan ekosistem, maka manusia akan dihadapi dengan permasalahan lingkungan yang berat. Pemahaman yang mendasar dan baik tentang lingkungan sangat dibutuhkan karena dengan pemahaman tersebut manusia akan diantarkan kepada kesadaran akan kewajiban dan tanggung jawabnya terhadap lingkungan, yang dalam hal ini termasuk upaya-upaya yang dilakukan untuk senantiasa memelihara kelestarian alam (Hamzah, 2013:42). Mengingat laju penurunan kualitas lingkungan akibat perbuatan manusia, mungkin ada kaitannya dengan pengetahuan manusia terhadap lingkungan. Sekolah memiliki peran yang penting dalam memberikan bekal ilmu terhadap peserta didik termasuk pendidikan lingkungan. Di sekolah tidak terdapat mata pelajaran yang mempelajari khusus pendidikan lingkungan akan tetapi disisipkan di mata pelajaran biologi. Menurut Hamzah (2013:35) pendidikan lingkungan yang di sekolah hanya dilaksanakan melalui mata pelajaran IPA di SD, Biologi di SMP dan SMA. Materi berkenaan dengan lingkungan telah diberikan dalam mata pelajaran tersebut, akan tetapi bukan pendidikan lingkungan karena dalam pelaksanaanya penekanan materi lebih kepada “Ilmu Lingkungan”. Banyak yang beranggapan ilmu 3 lingkungan adalah pendidikan lingkungan. Padahal keduanya memiliki sasaran kompetensi yang berbeda. Hasil observasi menunjukkan tidak adanya mata pelajaran khusus di SMA Negeri di kota Jambi tentang pendidikan lingkungan. Pelajaran tentang lingkungan khususnya kerusakan lingkungan terdapat di mata pelajaran biologi SMA di kelas X semester II akhir dengan dua kali pertemuan. Permasalahan lingkungan yang terus meningkat harus menjadi tuntutan guru dalam berinovasi menyajikan pembelajaran, hingga setelah melakukan pembelajaran siswa memiliki pemahaman dan mampu melakukan tindakan yang tepat dalam menjaga lingkungan. karena permasalahan yang terjadi di lingkungan tidak hanya berdampak kepada siapa yang merusak lingkungan, melainkan dampaknya akan berpengaruh kepada khalayak banyak. Penelitian mengenai studi pemahaman, persepsi, dan sikap siswa terhadap pemanasan global pernah dilakukan Lutfiah (2011:1) menyatakan pengetahuan siswa SMA 6 Malang mengenai gas rumah kaca, penyebab serta dampak pemanasan global tergolong sangat tinggi, dan pemahaman siswa terhadap efek rumah kaca serta penanggulangan pemanasan global termasuk dalam kategori tinggi. Persepsi siswa terhadap penyebab pemanasan global termasuk positif dengan kategori tinggi dan persepsi siswa terhadap penanggulangan pemanasan global termasuk positif dengan kategori sangat tinggi, sikap siswa terhadap penyebab pemanasan global termasuk positif dengan kategori tinggi dan sikap siswa terhadap penanggulangan pemanasan global termasuk positif dengan kategori sangat tinggi. Penelitian yang serupa juga dilakukan oleh Boylan (2008:12) mengenai studi pemahaman siswa sekolah dasar 4 terhadap energi dan perubahan iklim, penelitiannya menunjukkan hasil 6 dari 10 siswa bisa mengidentifikasi bahwa perubahan iklim, efek rumah kaca dan pemanasan global semua berarti hal yang berbeda. Untuk mengungkap dan mengetahui lebih dalam tentang pengetahuan dan persepsi siswa di SMA Negeri di Kota Jambi terhadap fenomena pemanasan global, maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan mengangkat judul “Kajian Pengetahuan dan Persepsi Terhadap Fenomena Pemanasan Global Pada Siswa SMA Negeri di Kota Jambi”. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang ada, rumusan masalah penelitian ini: Bagaimana pengetahuan dan persepsi terhadap fenomena pemanasan global pada siswa kelas XI IPA SMA Negeri di Kota Jambi? 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini: Untuk mengetahui tingkat pengetahuan dan persepsi siswa kelas XI IPA SMA Negeri di Kota Jambi terhadap fenomena pemanasan global. 1.4 Kegunaan Hasil Penelitian Kegunaan hasil penelitian ini adalah: 1. Sebagai masukan dan referensi guru-guru dalam melakukan pembelajaran mengenai lingkungan. 5 2. Sebagai masukan dan referensi dalam mengembangkan program pendidikan lingkungan di sekolah. 1.5 Ruang Lingkup dan Batasan Penelitian 1.5.1 Ruang lingkup penelitian Agar penelitian ini terarah dan mencapai sasaran, maka ruang lingkup penelitian ini sebagai berikut: 1. Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah siswa-siswi kelas XI IPA SMA Negeri di Kota Jambi. 2. Pengetahuan siswa mengenai pemanasan global diukur terhadap pemberian angket berupa tes. 3. Persepsi siswa yang diukur berdasarkan tanggapan terhadap fenomena global dengan penyebaran angket pernyataan. 1.5.2 Keterbatasan penelitian Keterbatasan penelitian ini adalah: 1. Penelitian difokuskan pada pengumpulan data yang terkait dengan pengetahuan dan persepsi siswa terhadap fenomena pemanasan global. 2. Penelitian dilakukan dengan cara pemberian tes, dan penyebaran angket kepada siswa serta untuk menunjang hasil peneliti melakukan wawancara terhadap guru dengan daftar pertanyaan yang telah dipersiapkan terlebih dahulu. 6 1.6 Definisi Operasional Definisi operasional penelitian ini adalah: 1. Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. 2. Persepsi merupakan pendapat seseorang mengenai suatu objek. 3. Pemanasan Global adalah kejadian meningkatnya suhu pada permukaan bumi karena peningkatan jumlah gas rumah kaca.