PELAKSANAAN APBN-P TAHUN 2010 AMAN DAN TERKENDALI

advertisement
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK
BIRO HUBUNGAN MASY ARAKA T
INDONESIA
Jalan Dr. Wahidin Raya No.1 Jakarta 10710
Telepon : (021) 3449230 eks. 6347-6348 & 3500849 <> Faksimile: 3500847
website: http://www.depkeu.go.id
<> e-mail: [email protected]
Nomor
Tanggal
1
.3
/HMS/20 11
Januari 2011
PELAKSANAAN APBN-P TAHUN 2010 AMAN DAN TERKENDALI
Pelaksanaan APBN-P tahun anggaran 2010 secara umum mencatat kinerja yang cukup
menggembirakan. Selain didukung oleh keberhasilan berbagai langkah kebijakan yang ditempuh oleh
pemerintah dalam rangka mengamankan pelaksanaan APBN 2010, kinerja APBN-P 2010 juga tidak
terlepas dari pengaruh perkembangan kondisi ekonomi makro yang cukup baik.
a.
Oengan melihat pertumbuhan ekonomi hingga triwulan III tahun 2010 yang mencapai 5,9%,
pertumbuhan ekonomi dalam tahun 2010 diperkirakan dapat mencapai 6,0%, lebih tinggi dari
asumsi pertumbuhan ekonomi dalam APBN-P 2010 sebesar 5,8%.
b. Tingkat inflasi selama tahun 2010 diharapkan dapat dikendalikan pada kisaran 6,96%. Angka ini
lebih tinggi dari perkiraan semula dalam APBN-P 2010 sebesar 5,3%. Hal ini terutama disebabkan
oleh tingginya inflasi pada volatile food berkenaan dengan terganggunya pasokan beberapa
komoditas pang an, seperti beras dan kelompok aneka bumbu-bumbuan, antara lain akibat tidak
menentunya iklim, dan terjadinya bencana alam.
C.
Realisasi rata-rata tingkat suku bunga SBI-3 bulan dalam tahun 2010 mencapai 6,57%, atau
mendekati asumsinya dalam APBN-P 2010 sebesar 6,5%.
d. Realisasi rata-rata nilai tukar Rupiah dalam tahun 2010 mencapai Rp9.087/US$, menguat dari
asumsinya dalam APBN-P sebesar rata-rata Rp9.200/US$. Penguatan ini antara lain berkaitan
dengan besarnya cadangan devisa akibat k\Jatnya arus modal asing yang masuk ke Indonesia,
yang menyebabkan meningkatnya kepercayaan masyarakat terhadap nilai tukar rupiah.
e. Realisasi harga minyak mentah Indonesia dalam tahun 2010 mencapai rata-rata US$79,39/barel,
sedikit dibawah perkiraan APBN-P 2010 sebesar US$80,O/barel.
f.
Realisasi lifting minyak mentah Indonesia dalam tahun 2010 hanya mencapai 954 ribu barel per
hari, lebih rendah dari target APBN-P 2010 sebesar 965 ribu barel per hari.
Berdasarkan perkembangan berbagai indikator ekonomi makro tahun 2010 di atas, dan
didukung oleh berbagai langkah kebijakan yang telah ditempuh oleh pemerintah, baik dalam rangka
mengamankan penerimaan negara, mempercepat dan memperlancar pelaksanaan belanja negara,
maupun mengupayakan pemenuhan sasaran pembiayaan anggaran dengan beban biaya yang murah
dan risiko yang rendah selama tahun 2010, maka kinerja realisasi APBN-P tahun 2010 tetap dapat
dikendalikan pada tingkat yang aman.
Oefisit anggaran yang dalam APBN-P 2010 semula ditetapkan sebesar Rp133,7 triliun (2,1 %
terhadap POB), realisasinya mencapai Rp39,5 triliun (0,6 % terhadap POB). Lebih rendahnya realisasi
defisit anggaran dalam pelaksanaan APBN-P tahun 2010 tersebut, selain berkaitan dengan
terlampauinya realisasi pendapatan negara dan hibah dari target, juga disebabkan oleh lebih
rendahnya realisasi belanja negara dibanding dengan pagunya dalam APBN-P.
Oalam tahun 2010, realisasi pendapatan negara dan hibah mencapai Rp1.014,0 triliun (16,0 %
dari POB). Pencapaian ini lebih tinggi Rp21,6 triliun (2,2 %) dari sasaran APBN-P 2010 sebesar
Rp992,4 triliun, atau naik Rp165,2 triliun (19,5 %) dari realisasi tahun 2009 sebesar Rp848,8 triliun.
Oari jumlah tersebut, realisasi penerimaan perpajakan mencapai Rp744, 1 triliun (100,1 % dari sasaran
APBN-P 2010 sebesar Rp743,3 triliun), atau naik sebesar Rp124,1 triliun (20 %) dari realisasi 2009
sebesar Rp619,9 triliun.
1
Hampir seluruh jenis penerimaan perpajakan, realisasinya melampaui target, kecuali
penerimaan PPN dan PPn-BM, serta PPh Non-Migas sedikit dibawah sasaran APBN-P 2010. Realisasi
penerimaan PPN dan PPn-BM mencapai Rp251,9 triliun, atau 95,8 % dari sasaran APBN-P 2010
sebesar Rp263,O triliun. Jika dibandingkan dengan realisasinya dalam tahun 2009 sebesar Rp193,1
triliun, kinerja penerimaan PPN dan PPn-BM dalam tahun 2010 tersebut berarti lebih tinggi sebesar
Rp58,8 triliun (30,5 %). Sementara itu, realisasi penerimaan PPh Non-Migas mencapai Rp297,7 triliun,
atau 97,0 % dari target APBN-P 2010 sebesar Rp306,8 triliun. Jika dibandingkan dengan realisasinya
dalam tahun 2009 sebesar Rp267,6 triliun, kinerja penerimaan PPh Non-Migas dalam tahun 2010
tersebut berarti lebih tinggi sebesar Rp30,2 triliun (11,3 %). Tidak tercapainya target kedua jenis
penerimaan pajak tersebut dalam tahun 2010, antara lain berkaitan dengan besarnya pengembalian
penerimaan perpajakan (restitusi) yang masing-masing mencapai Rp26,6 triliun (untuk PPN) dan
Rp13,4 triliun (untuk PPh Non-Migas). Hal ini sebagai dampak dari peraturan perundang-undangan
perpajakan yang memperbolehkan wajib pajak untuk dapat menunda kewajiban pembayaran pajaknya
pad a saat mengajukan keberatan dan banding. Sementara itu, realisasi penerimaan cukai mencapai
Rp66,2 triliun (111,6% dari target), pajak perdagangan internasional Rp28,9 triliun (127,9% dari target),
PBB Rp28,6 triliun (112,9 % dari target), BPHTB Rp8,O triliun (112,0 % dari target) dan Pajak lainnya
Rp4,O triliun (103,3 % dari target). Pelampauan realisasi penerimaan cukai tersebut berkaitan dengan
penyesuaian tarif cukai tembakau, sementara terlampauinya sasaran penerimaan pajak perdagangan
internasional berkaitan dengan meningkatnya volume impor sejalan dengan menguatnya nilai tukar
rupiah terhadap dolar Amerika Serikat, dan naiknya harga rata-rata CPO di pasar internasional menjadi
sekitar US0950/metrik kubik.
Oi sisi lain, realisasi penerimaan negara bukan pajak (PNBP) mencapai Rp267,5 triliun (108,2
% dari sasaran APBN-P 2010 sebesar Rp247,2 triliLm), atau naik Rp40,3 triliun (17,8 %) dari realisasi
PNBP tahun 2009 sebesar Rp227,2 triliun. Pencapaian realisasi penerimaan PNBP yang cukup
signifikan tersebut, terutama berkaitan dengan terlampauinya sasaran hampir semua jenis PNBP, baik
yang berasal dari sumber daya alam Migas dan Non-Migas (103,2 %), penerimaan laba BUMN (101,9
%), maupun PNBP lainnya (135,8 %), kecuali pendapatan BLU yang realisasinya sedikit dibawah
sasaran (88,0 %). Sementara itu, realisasi penerimaan hibah mencapai Rp2,4 triliun, yang berarti
127,4 % dari sasaran APBN-P 2010 sebesar Rp1,9 triliun, atau naik 45,0 % dari realisasi hibah tahun
2009 sebesar Rp1,7 triliun.
Oi lain pihak, realisasi anggaran belanja negara dalam tahun 2010 mencapai Rp1.053,5 triliun,
atau 93,5 % dari pagu APBN-P 2010 sebesar Rp1.126, 1 triliun. Jumlah ini berarti naik Rp116,1 triliun
atau 12,4 % dari realisasi belanja negara tahun 2009 sebesar Rp937,4 triliun. Dari realisasi anggaran
belanja negara tersebut, realisasi belanja pemerintah pusat mencapai Rp708,7 triliun (90,7 % dari
pagu APBN-P 2010 sebesar Rp781,5 triliun), atau naik sebesar Rp79,9 triliun (12,7 %) dari realisasi
tahun 2009 sebesar Rp628,8 triliun. Pada anggaran belanja pemerintah pusat ini, realisasi belanja
pegawai mencapai 90,8 % dari pagu, antara lain berkaitan dengan adanya penghematan cadangan
anggaran pegawai baru, pos honorarium dan vakasi, dan anggaran remunerasi KlL. Sementara itu,
realisasi belanja barang juga hanya mencapai 84,1 % dari pagu, antara lain berkaitan dengan terlalu
tingginya tingkat kehati-hatian para pejabat pengadaan barang dan jasa dalam mengambil keputusan.
Sejalan dengan itu, realisasi belanja modal hanya mencapai 79,4 % dari pagu, antara lain berkaitan
dengan terhambatnya pelaksanaan berbagai kegiatan pembangunan infrastruktur terutama sebagai
akibat tingginya intensitas curah hujan, banyaknya bencana alam dan masalah-masalah dalam
pengadaan/pembebasan
lahan, adanya penghematan anggaran dari pelaksanaan tender, dan tidak
optimalnya penarikan atau pemanfaatan pinjaman luar negeri. Begitu pula, realisasi bunga utang
mencapai 83,6 % dari pagu, karena penghematan beban bunga akibat pengurangan target penerbitan
SBN, membaiknya pasar SBN, lebih rendahnya tingkat bunga SBI 3 bulan, dan menguatnya nilai tukar
rupiah.
2
Sementara itu, realisasi subsidi melampaui pagu (106,4 %), terutama berkaitan dengan lebih
tingginya beban subsidi listrik (104,5 %), dan subsidi non-energi (129,5 %) akibat adanya subsidi
pang an (Raskin) ke 13 dan tambahan subsidi pajak. Demikian pula, realisasi bantuan sosial mencapai
96,1 % dari pagu, lebih tinggi dari realisasi tahun 2009 (94,7 % dari pagu). Hal ini terutama berkaitan
dengan adanya luncuran program kegiatan PNPM Mandiri 2009 ke tahun 2010, dan meningkatnya
bencana alam, termasuk banjir Wasior, Tsunami Mentawai, dan Erupsi Gunung Merapi. Di lain pihak,
realisasi anggaran belanja lain-lain (60,8 % dari pagu), lebih rendah dari realisasi tahun 2009 (73,0 %
dari pagu), antara lain berkaitan dengan tidak adanya realisasi belanja pemilu dan bantuan langsung
tunai, serta rendahnya realisasi belanja penunjang.
Selanjutnya, realisasi transfer ke daerah mencapai Rp344,7 triliun (100,03 % dari pagu APBN-P
2010 sebesar Rp344,6 triliun), atau naik Rp36,1 triliun (11,7 %) dari realisasi tahun 2009 sebesar
Rp308,6 triliun. Dari jumlah tersebut, realisasi dana perimbangan mencapai Rp316,7 triliun, atau Rp2,3
triliun melampaui pagu; terutama karena lebih tingginya realisasi dana bagi hasil pajak, sementara
realisasi DAU sesuai pagu, sedangkan realisasi DAK dibawah pagu antara lain berkenaan dengan
adanya beberapa daerah yang tidak bisa memenuhi persyaratan penyaluran, seperti tidak
menyampaikan laporan penyerapan dan penggunaan dana hingga batas waktu yang telah ditetapkan.
Sementara itu, realisasi dana otsus dan penyesuaian mencapai Rp28,0 triliun, atau Rp2,2 triliun
dibawah pagu APBN-P sebesar Rp30,2 triliun. Hal ini terutama karena lebih rendahnya realisasi dana
penyesuaian, khususnya dana tambahan penghasilan guru, sedangkan realisasi otsus sesuai pagu.
Meskipun demikian, realisasi tersebut masih lebih tinggi dibandingkan realisasi tahun 2009 karena
adanya tambahan Dana Penyesuaian berupa: Dana Penguatan Desentralisasi Fiskal dan Percepatan
Pembangunan Daerah (DPDF PPD); Dana Penguatan Infrastruktur dan Prasarana Daerah (DPIPD);
dan Dana Percepatan Pembangunan Infrastruktur Pendidikan (DPPIP).
Realisasi pembiayaan anggaran dalam tahun 2010 mencapai Rp86,6 triliun, atau Rp47,1 triliun
(35,3 %) lebih rendah dari target APBN-P 2010 sebesar Rp133,7 triliun. Realisasi ini terutama berasal
dari pembiayaan dalam negeri Rp95,0 triliun (Iebih rendah Rp38,9 triliun dari target APBN-P 2010
sebesar Rp133,9 triliun), atau turun Rp33,1 triliun dari realisasi 2009 sebesar Rp128,1 triliun. Hal ini
terutama berkaitan dengan adanya pengurangan target penerbitan SBN neto sebesar Rp15,5 triliun
(untuk pertama kalinya); dan pengurangan penggunaan SAL sebesar Rp22,0 triliun. Hal ini sesuai
dengan kesepakatan antara Pemerintah dan Badan Anggaran DPR-RI pad a saat Pembahasan
Realisasi Semester I dan Prognosis Semester II APBN-P 2010. Sementara itu, realisasi pembiayaan
luar negeri mencapai sebesar negatif Rp8,4 triliun, atau turun Rp8,3 triliun dari target APBN-P 2010
sebesar negatif RpO,2 triliun. Hal ini terutama berkaitan dengan lebih rendahnya penarikan pinjaman
proyek dan realisasi penerusan pinjaman, serta adanya penghematan pembayaran cicilan pokok utang
luar negeri sebagai dampak dari apresiasi kurs rupiah. Dengan realisasi defisit anggaran sebesar
Rp39,5 triliun,
sementara realisasi pembiayaan anggaran mencapai Rp86,6 triliun, maka dalam
pelaksanaan APBN-P 2010 terdapat surplus pembiayaan (SiLPA) sebesar Rp47,1 triliun, selanjutnya
dana SiLPA tersebut akan dimanfaatkan antara lain untuk : (1) pembiayaan defisit APBN 2011, (2)
pembiayaan kekurangan subsidi listrik pad a tahun 2009, dan (3) cadangan untuk antisipasi risiko
kenaikan subsidi listrik pad a tahun 2011.
3
Download