USIA DAN PARITAS TERHADAP KEJADIAN HIPEREMESIS GRAVIDARUM DI RSUD DOKTER RUBINI MEMPAWAH Eka Santy Jurusan Kebidanan, Poltekkes Kemenkes Pontianak, Jl. Dr Soedarso Pontianak e-mail: [email protected] Abstract: The relationship Age and Parity with Genesis Hiperemesis gravidarum in dr Rubini Mempawah. The aims of this research was to determine the relationship with the mother’s age and parity hiperemesis events gravidarum in dr. Rubini Hospital Mempawah 2014. The methods of this research is analytic survey with case control approach 1: 1 ie 93 cases and 93 controls. The sampling technique is done with purposive sampling case and control samples carried out random sampling system. The statistical test used was the Odds Ratio Confidence Interval (CI) of 95%. Chi square test with a significance level of 95% and 5% estimate. Results showed no association with age events gravidarum hiperemesis obtained count value X ² = 8.606 with value Odds Ratio (OR) = 2.508. There is a relationship of parity with incident gravidarum hiperemesis obtained value X ² count = 11.988 with OR = 3.067. Keywords: age, parity, hiperemesis gravidarum Abstrak: Usia dan Paritas Terhadap Kejadian Hiperemesis gravidarum di RSUD dr Rubini Mempawah. Tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui hubungan usia dan paritas ibu dengan kejadian hiperemesis gravidarum di RSUD dr. Rubini Mempawah tahun 2014. Metode Penelitian ini bersifat survei analitik dengan pendekatan case control dengan perbandingan 1 : 1 yaitu 93 kasus dan 93 kontrol. Teknik pengambilan sampel kasus dilakukan dengan purposive sampling dan sampel kontrol dilakukan secara system random sampling. Uji statistik yang digunakan adalah Odds Ratio dengan Confidence Interval (CI) 95%. Uji Chisquare dengan tingkat kemaknaan 95% dan estimasi 5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan usia dengan kejadian hiperemesis gravidarum diperoleh nilai x² hitung = 8,606 dengan nilai Odds Ratio (OR)= 2,508. Ada hubungan paritas dengan kejadian hiperemesis gravidarum diperoleh nilai x² hitung = 11,988 dengan nilai OR = 3,067. Kata kunci : usia, paritas, hiperemesis gravidarum Angka kematian ibu di Indonesia masih merupakan masalah utama dalam bidang kesehatan. AKI mengacu pada jumlah kematian ibu yang terkait dengan masa kehamilan, persalinan, dan nifas. Sekitar 2030% dari kehamilan mengandung risiko atau komplikasi yang dapat menyebabkan kesakitan dan kematian ibu dan bayi. Salah satu indikator utama derajat kesehatan suatu negara adalah Angka Kematian Ibu (AKI). (SDKI, 2012). Arah Pembangunan Jangka Panjang Kesehatan Indonesia tahun 2005-2025 dalam sasaran pembangunan kesehatan yang akan dicapai di tahun 2025 adalah meningkatnya derajat kesehatan masyarakat melalui peningkatan akses terhadap pelayanan kesehatan, serta menurunnya AKI dari 262 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2005 menjadi 74 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2025 (Depkes RI, 2009). Data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat, Angka Kematian Ibu (AKI) tahun 2012 sebanyak 240 per 100.000 kelahiran hidup, tahun 2013 Angka Kematian Ibu AKI) 107 per 100.000 kelahiran hidup. Di Kabupaten Mempawah tahun 2011, terdapat 11 kasus kematian ibu, 2012 terdapat 6 kasus kematian ibu, 2013 terdapat 3 kasus kematian ibu, sedangkan di tahun 2014 meningkat menjadi 11 kasus Kematian Ibu (Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Mempawah, 2014). Penyebab langsung kematian ibu antara lain Perdarahan (42%), keracunan kehamilan/ eklampsi(13%), Keguguran/abortus (11%), infeksi (10%), partus lama/persalinan macet (9%) dan penyebab lainnya (15%) (Ambarwati dan Rismintari, 2009 : 9). 60 61 JURNAL KEBIDANAN KHATULISTIWA, Volume I Nomor 2 Juli 2015, hlm. 60 - 65 Diantara penyebab kematian ibu ini, jika dikaitkan pada kasus hiperemesis gravidarum dampak yang ditimbulkan dapat terjadi pada ibu dan janin, ibu akan kekurangan nutrisi dan cairan sehingga keadaan fisik ibu menjadi lemah dan lelah. Pada bayi, jika hyperemesis gravidarum ini terjadi hanya di awal kehamilan tidak berdampak terlalu serius, tapi jika sepanjang kehamilan si ibu menderita hyperemesis gravidarum, maka kemungkinan bayinya mengalami Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), Intra Uterine Growth Restriction (IUGR), prematur hingga terjadi abortus (Wiknjosastro, 2005 dalam Rukiyah 2010 : 129). Pengawasan antenatal terbukti mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam upaya meningkatkan kesehatan mental dan fisik ibu hamil untuk persiapan persalinannya. Dengan pengawasan tersebut dapat diketahui berbagai komplikasi yang dapat mempengaruhi kehamilan sehingga dapat segera diatasi. (Jannah,2012 : 9).Salah satunya yaitu dengan melakukan pemeriksaan ANC yang teratur minimal 4 x selama kehamilan. Tapi kenyataannya masih ada ibu hamil yang tidak memeriksakan kehamilannya ketenaga kesehatan. Masih banyaknya ibu yang beranggapan bahwa kehamilan merupakan sesuatu yang biasa yang berarti tidak memerlukan pemeriksaan dan perawatan. Salah satu masalah yang terjadi pada kehamilan yang bisa meningkatkan derajat kesakitan adalah terjadinya gestosis pada masa kehamilan atau penyakit yang khas terjadi pada masa kehamilan dan salah satu gestosis dalam kehamilan adalah hiperemesis gravidarum. (Sastrawinata, 2004 dalam Rukiyah, 2010 : 118). Sekitar 50 % perempuan hamil mengalami keluhan mual dan muntah, terutama dikemukakan pada primigravida, kehamilan ganda dan molla hidatidosa. (Pudiastuti, 2012 :187). Mual dan muntah yang dialami apabila mengganggu aktivitas sehari-hari atau menimbulkan komplikasi keadaan ini disebut hiperemesis gravidarum Gejala yang sering terjadi pada 60% - 80% primigravida dan 40% - 60% multi gravida (Winkjosastro, 2005: 275). Beberapa faktor risiko yang berhubungan dengan hiperemesis gravidarum antara lain hiperemesis gravidarum pada kehamilan sebelumnya, berat badan lebih, kehamilan multipel, penyakit trofoblastik, nuliparitas dan merokok. (Sastrawinata, 2004 dalam Rukiyah, 2010 : 118). Faktor lain yang juga mempengaruhi kejadian hiperemesis gravidarum yaitu usia, dimana usia yang termasuk dalam kehamilan berisiko tinggi adalah kurang dari 20 tahun dan diatas 35 tahun. Mual dan muntah terjadi pada umur dibawah 20 tahun disebabkan karena belum cukupnya kematangan fisik, mental dan fungsi sosial dari calon ibu. Sedangkan mual dan muntah yang terjadi diatas umur 35 tahun disebabkan oleh faktor psikologis, dimana ibu belum siap hamil atau bahkan tidak menginginkan kehamilannya lagi sehingga akan merasa sedemikian tertekan dan menimbulkan stres pada ibu. (Manuaba, 2003). Seperti halnya dengan umur paritas merupakan salah satu faktor yang berperan terhadap tingginya kecenderungan terjadi hiperemesis gravidarum sebagai salah satu keadaan yang berakibat patologi bagi ibu dan janin yang dikandungnya. Hiperemesis gravidarum lebih banyak terjadi pada wanita yang baru pertamakali hamil dan pada wanita dengan paritas tinggi seperti ibu yang sudah mengalami kehamilan yang ke empat, hal ini tidak terlepas oleh karena faktor psikologis yakni takut terhadap tanggung jawab sebagai ibu bila ibu tersebut tidak sanggup lagi mengurus anak-anaknya, ini dapat menyebabkan konflik mental yang dapat memperberat mual dan muntah (Razak, 2010). Insiden dari hiperemesis gravidarum adalah 0,510% per 1000 kehamilan. Penyakit ini rata-rata muncul pada usia kehamilan 8-12 minggu. Hiperemesis gravidarum sering disertai dengan dehidrasi (kehilangan BB ≥ 5%). (Fadlun dan Feryanto, 2013 : 39). Komplikasi yang dapat terjadi adalah ketonuria, dehidrasi, hipokalemia dan penurunan berat badan lebih dari 3 kg atau 5% berat badan. Hampir 25% pasien hiperemesis gravidarum dirawat inap lebih dari sekali. Terkadang, kondisi hiperemesis yang terjadi terus-menerus dan sulit sembuh membuat pasien depresi. Pada kasus-kasus ekstrim, ibu hamil bahkan dapat merasa ingin melakukan terminasi kehamilan. (Sastrawinata, 2004 dalam Rukiyah, 2010 : 118). Dari hasil studi pendahuluan, peneliti mendapatkan data dari Rumah Sakit Umum Daerah Dokter Rubini Mempawah bahwa terdapat peningkatan jumlah ibu hamil yang menderita hiperemesis gravidarum pada 2 (dua) tahun terakhir yaitu pada tahun 2013 dari bulan Januari sampai dengan Desember terdapat 127 orang yang menderita hiperemesis gravidarum. Pada tahun 2014 dari bulan Januari sampai dengan Desember sebanyak 176 ibu yang menderita hiperemesis gravidarum. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk meneliti mengenai Hubungan Usia dan Paritas dengan Kejadian Hiperemesis Gravidarum. METODE Penelitian ini bersifat survei analitik yaitu Penelitian yang mencoba menggali bagaimana dan mengapa fenomena kesehatan itu terjadi. Kemudian melakukan analisis dinamika korelasi antara fenomena faktor risiko dan faktor efek (Notoatmodjo, 2012 : 37). Desain yang digunakan adalah case control yaitu suatu penelitian yang mempelajari faktor risiko dengan menggunakan pendekatan retrospektif, artinya penelitian dimulai dengan mengidentifikasi kelom- 62 Santy, Usia Dan Paritas Terhadap Kejadian,... pok yang terkena penyakit atau efek tertentu (kasus) dan kelompok tanpa efek (kontrol) (Riyanto 2010). Pengumpulan data ini dilaksanakan selama 2 minggu pada tanggal 18 sampai dengan 30 Mei 2015. Tempat penelitian dilakukan di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Rubini Mempawah. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu hamil yang memeriksakan diri di Poli Kebidanan antara 1 Januari 2014 – 31 Desember 2014 yang tercatat didalam rekam medik RSUD dr. Rubini Mempawah, jumlah populasi sebanyak 1469. Jumlah sampel yang diambil dalam penelitian ini terdiri dari 93 sampel kelompok kasus dan 93 sampel kelompok kontrol dengan perbandingan 1 : 1 jadi jumlah sampel keseluruhan adalah 186. Kelompok kasus ialah kelompok yang menderita penyakit yang sedang diteliti. Kelompok kasusnya adalah ibu hamil dengan hiperemesis gravidarum yang memeriksakan diri di Poli Kebidanan RSUD dr.Rubini Mempawah antara tanggal 1 Januari 2014 – 31 Desember 2014, yang memenuhi kriteria Inklusi dan eksklusi. Tekhnik pengambilan sampel kasus menggunakan teknik purposive sampling, Kelompok kontrolnya adalah ibu hamil yang tidak mengalami hiperemesis gravidarum yang memeriksakan diri di Poli Kebidanan RSUD Dr.Rubini Mempawah antara tanggal 1 Januari 2014 – 31 Desember 2014. Teknik pengambilan sampel kontrol menggunakan Systematic Random Sampling yang dilakukan oleh peneliti yaitu dengan cara arisan. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan data sekunder yaitu data yang diperoleh tidak langsung dari sumber data, tetapi melalui dokumen dengan menggunakan catatan Rekam Medik di RSUD dr. Rubini Mempawah periode 1 Januari 2014 sampai 31 Desember 2014. Data dicatat dalam format yang telah dibuat sesuai dengan keperluan penelitian. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan daftar ceklis atau daftar centang yang terdiri dari data ibu, status obstetri. Teknik Analisis Data yang digunakan adalah analisis univariat dan bivariat. HASIL Subjek yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dari populasi seluruh ibu hamil yang memeriksakan diri di Poli Kebidanan antara 1 Januari 2014 – 31 Desember 2014 yang tercatat didalam rekam medik RSUD dr. Rubini Mempawah, jumlah populasi sebanyak 1469. Setelah dilakukan penelitian tentang hubungan usia dan paritas ibu dengan kejadian hiperemesis gravidarum di RSUD dr. Rubini Mempawah tahun 2014 terhadap 186 sampel yang terdiri dari 93 sampel kasus dan 93 sampel kontrol dengan perbandingan 1 : 1. Analisis untuk melihat gambaran distribusi frekuensi atau besarnya proporsi menurut karakteristik yang diteliti, baik yang termasuk dalam variabel dependen maupun independen dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Karakteristik Di RSUD dr. Rubini Mempawah Tahun 2014 Kasus (HEG) Variabel Kontrol (Tidak HEG) N % n % <20 dan >35 58 62,4 37 39,8 20 – 35 35 37,6 56 60,2 Total 93 100 93 100 1 dan >3 48 51,6 24 25,8 2–3 45 48,4 69 74,2 Total 93 100 93 100 Usia Paritas Berdasarkan tabel 1 di atas diperoleh data bahwa usia <20 dan >35 tahun lebih banyak ditemukan pada kelompok kasus (hiperemesis gravidarum) yaitu sebesar 62,4% (58 orang) dibandingkan dengan kelompok kontrol yaitu sebesar 39,8% (37 orang) sedangkan pada usia 20-35 tahun banyak ditemukan pada kelompok kontrol, yaitu sebesar 60,2% (56 orang) dibandingkan kelompok kasus sebesar 39,8% (36 orang). Paritas 1 dan >3 banyak ditemukan pada kelompok kasus sebesar 51,6% (48 orang) dibandingkan dengan kelompok kontrol, yaitu sebesar 25,8% (24 orang). Sedangkan pada paritas 2 – 3 banyak ditemukan pada kelompok kontrol, yaitu sebesar 74,2% (69 orang) dibandingkan dengan kelompok kasus, yaitu sebesar 48,4% (45 orang) Adapun hasil analisis hubungan Usia dan Paritas dengan kejadian hiperemesis gravidarum dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Tabel 2 Hubungan Usia Dan Paritas Dengan Kejadian Hiperemesis Gravidarum Di RSUD dr. Rubini Mempawah Tahun 2014 Kejadian HEG Variabel Hiperemesis Gravidarum (Kasus) Hiperemesis Gravidarum (Kontrol) N % N % <20 dan > 35 58 62,4 37 39,8 20 – 35 35 37,6 56 70,2 1 dan >3 48 51,6 24 25,8 2–3 45 48,4 69 74,2 x² Hitung ρ OR 8,606 0,003 2,508 11,988 0.001 3,067 Usia (tahun) Paritas 63 JURNAL KEBIDANAN KHATULISTIWA, Volume I Nomor 2 Juli 2015, hlm. 60 - 65 Berdasarkan tabel 2 diatas, yang menggunakan uji statistik Chi-square dengan Confidence Interval (CI) 95% dan nilai estimasi 5% (α = 0,05) dengan df= 1, hasil perhitungan diperoleh hasil nilai x² hitung = 8,606 >x² tabel = 3,81 dengan nilai(ρ =0,003) maka Ho di tolak dan Ha diterima, artinya ada hubungan usia ibu dengan kejadian hiperemesis gravidarum.Untuk mengetahui faktor risiko dilihat hasil nilai Odds Ratio (OR)=2,508 >1 maka faktor usia ibu <20 dan >35 tahun memiliki risiko 2,508 kali lebih besar untuk mengalami kejadian hiperemesis gravidarum dibandingkan dengan usia ibu 20 – 35 tahun. Hubungan paritas dengan kejadian hiperemesis gravidarum menggunakan uji statistik Chi-square dengan Confidence Interval (CI) 95% estimasi 5% (α= 0,05) dengan df= 1, diperoleh hasil nilai x² hitung = 11,988> x² tabel = 3,841dengan nilai (ρ = 0,001), berarti Ho ditolak dan Ha diterima. Dengan demikian ada hubungan paritas dengan kejadian hiperemesis gravidarum di RSUD dr. Rubini Mempawah tahun 2014, nilai Odss Ratio (OR) = 3,067 > 1, maka hasil menunjukkan paritas 1 dan >3 memiliki risiko 3,067 kali lebih besar untuk mengalami kejadian hiperemesis gravidarum dibandingkan dengan paritas 2 – 3. PEMBAHASAN Berdasarkan hasil penelitian diatas dan sesuai dengan tujuan penelitian, maka yang akan dibahas adalah mengenai hubungan usia dan paritas dengan Kejadian hiperemesis gravidarum, sebagai berikut : Hubungan usia ibu dengan kejadian hiperemesis gravidarum, Hasil analisis bivariat menunjukkan ada hubungan usia dengan kejadian hiperemesis gravidarum nilai x² (hitung = 8,606 dan ρ value 0,003). Usia ibu <20 dan >35 tahun memiliki risiko 2,508 kali lebih besar untuk mengalami hiperemesis gravidarum dibandingkan dengan usia ibu 20 – 35 tahun (OR = 2,508). Hal ini ditunjukkan dari 95 orang ibu berusia <20 dan >35 tahun terdapat 62,4% (58 orang) yang mengalami hiperemesis gravidarum sedangkan 39,8% (37 orang) lainnya tidak mengalami hiperemesis gravidarum. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Wadud, MA (2012) dengan hasil terdapat hubungan yang bermakna antara umur ibu dengan kejadian hiperemesis gravidarum dengan hasil perhitungan Umur (ρ-value 0,027). Penelitian oleh Razak (2010) di Rumah Sakit Angkatan Laut Jala Ammari yang menyatakan bahwa ada hubungan yang bermakna antara umur dengan kejadian hiperemesis gravidarum dimana umur ibu dengan risiko tinggi (<20 dan >35 tahun) sebanyak 73,68% sedangkan kejadian hiperemesis gravidarum pada ibu hamil dengan umur 20-30 tahun sebanyak 26,3%. Kehamilan adalah waktu penolakan fisik dan psikologik yang dahsyat, stress dapat memperberat mual dan muntah yang diinduksin secara hormonal yang dapat menyebabkan gangguan kehamilan dan pertumbuhan janin. Usia reproduksi yang optimal bagi seorang ibu adalah usia 20-30 tahun, pada usia kurang dari 20 tahun rahim dan panggul ibu belum tumbuh mencapai ukuran dewasa dan pada usia lebih dari 35 tahun organ kandungan sudah tua sehingga jalan lahir telah kaku dan mudah terjadi komplikasi (Cuningham, 2006). Mual dan muntah terjadi pada umur dibawah 20 tahun disebabkan karena belum cukupnya kematangan fisik, mental dan fungsi sosial dari calon ibu sehingga dapat menimbulkan keraguan jasmani, cinta kasih, dan perawatan serta asuhan bagi anak yang akan di lahirkannya. Sedangkan mual dan muntah yang terjadi diatas umur 35 tahun disebabkan oleh faktor psikologis, dimana ibu belum siap hamil lagi atau bahkan tidak menginginkan kehamilannya lagi sehingga akan merasa sedemikian tertekan dan menimbulkan stres pada ibu (Manuaba, 2003). Hubungan antar paritas dengan kejadian hiperemesis gravidarum dari hasil penelitian menunjukan Ada hubungan paritas dengan kejadian hiperemesis gravidarum ( nilai x² hitung = 11,988 dan ρ value 0,001 ) Paritas 1 dan >3 memiliki risiko 3,067 kali lebih besar untuk mengalami hiperemesis gravidarum dibandingkan dengan paritas 2 – 3 (OR = 3,067). Hal ini ditunjukkan dari 93 kejadian hiperemesis gravidarum 51,6% (48 orang) diantaranya mempunyai paritas 1 dan >3 yang mengalami hiperemesis gravidarum dibandingkan dengan paritas 2 – 3. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Wahyuni (2010) dengan hasil terdapat hubungan antara paritas ibu dengan kejadian hiperemesis gravidarum (ρ =0,020). Penelitian oleh Razak (2010) menyatakan bahwa ada hubungan yang bermakna antara paritas dengan kejadian hiperemesis gravidarum dimana paritas ibu dengan risiko tinggi (1 dan >3) sebanyak 71,05% sedangkan kejadian hiperemesis gravidarum pada ibu dengan paritas 2 – 3 ditemukan 28,5%. Paritas 1 dan paritas tinggi atau lebih dari 3 mempunyai angka mortalitas lebih tinggi (Winkjosastro, 2008). Rasa mual dan muntah cenderung lebih parah terjadi pada kehamilan pertama, secara emosi ibu yang pertama kali hamil cenderung lebih peka terhadap kecemasan dan ketakutan yang akhirnya mengganggu lambung. Primigravida berisiko mengalami mual dan muntah sebanyak 53,5%, pada multi gravidarum 36,4%, dan grande multipara 11,1% (Manuaba, 2005). Hiperemesis gravidarum lebih banyak terjadi pada wanita yang baru pertamakali hamil dan pada wanita dengan paritas tinggi seperti ibu yang sudah mengalami kehamilan yang ke empat, Kehamilan dan persalinan pertama kali meningkatkan risiko kesehatan yang timbul karena ibu belum pernah men- Santy, Usia Dan Paritas Terhadap Kejadian,... galami kehamilan sebelumnya, takut menghadapi kehamilan dan persalinan dan takut terhadap tanggung jawab sebagai ibu dapat menyebabkan konflik mental yang dapat memperberat mual dan muntah sebagai ekspresi tidak sadar terhadap keenggenan menjadi hamil atau sebagai pelarian kesukaran hidup. hal ini tidak terlepas oleh karena faktor psikologis (Prawirohardjo, 2005) SIMPULAN Berdasarkan pembahasan hasil penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan usia dan paritas ibu dengan kejadian hiperemesis gravidarum di RSUD dr. Rubini Mempawah tahun 2014 terhadap 186 sampel, maka dapat disimpulkan sebagai berikut : Ada hubungan usia dengan kejadian hiperemesis gravidarum. Pada usia <20 dan >35 tahun terdapat 62,4% (58 orang) yang mengalami hiperemesis gravidarum sedangkan 39,8% (37 orang) lainnya tidak mengalami hiperemesis gravidarum. Usia ibu <20 dan >35 tahun memiliki risiko 2,508 kali lebih besar untuk mengalami hiperemesis gravidarum dibandingkan dengan usia ibu 20 – 35 tahun; Ada hubungan paritas dengan kejadian hiperemesis gravidarum dengan paritas 1 dan >3 terdapat 51,6% (48 orang) yang mengalami hiperemesis gravidarum. Sedangkan 48,4% (45 orang) lainnya tidak mengalami hiperemesis grvidarum Paritas 1 dan >3 memiliki risiko 3,067 kali lebih besar untuk mengalami hiperemesis gravidarum dibandingkan dengan paritas 2 – 3. DAFTAR RUJUKAN Ambarwati & Rismintari, 2009. Asuhan Kebidanan komunitas. Yogyakarta : Nuha Medika. Arikunto S., 2010.Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, PT Rineka Cipta, Jakarta. Bobak,et.all. 2005. Buku Ajar Keperawatan Maternitas Edisi 4. Jakarta : EGC Cunningham, G. Dkk. 2006. Obstetri Williams Edisi 21. Terjemahan Andry Hartono, Y. Joko Suyono dan Barhm U. Pendit. Jakarta : EGC ------------, 1995. Obstetri Williams Edisi 18. Jakarta : EGC Depkes RI. 2009. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Bidang Kesehatan 2005 – 2025. Jakarta: Depkes RI. Melalui <http://www. depkes.go.id> [diakses 29/03/2015] Dinas Kesehatan Kabupaten Mempawah. 2014. Profil Dinas Kesehatan Mempawah Erowati, I. 2013.Hubungan Antara Pengetahuan Dan 64 Sikap Ibu Hamil Terhadap Penatalaksanaan Hiperemesis Gravidarum Di RSUD dr. Rubini Mempawah, Politeknik Kesehatan Pontianak Fadlun &Feryanto A. 2013.Asuhan Kebidanan Patologis, Salemba Medika, Jakarta Hidayat, A. A. 2011.Metode Penelitian Kebidanan Teknik Analisa Data. Jakarta : Salemba Medika Jannah, N. 2012.Buku Ajar Asuhan Kebidanan Kehamilan. Yogyakarta : Andi Manuaba, I. B. G. 2005. Penuntun kepaniteraan klinik obstetri dan ginekologi edisi 2. Jakarta: EGC. Manuaba, I. B. G. 2008. Gawat Darurat Obstetri-Ginekologi & Obstetri-Ginekologi Sosial Untuk Profesi BidanJakarta: EGC Notoatmodjo, Soekidjo. 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta. Pudiastuti, RD, 2012. Asuhan Kebidanan Pada Hamil Normal Dan Patologi (Dilengkapi Contoh Askeb), Nuha Medika, Jogjakarta Pranoto I,dkk, 2013.Patologi Kebidanan, Fitramaya, Yogyakarta Prawirohardjo, Sarwono, 2005.Ilmu Kebidanan. Jakarta : YBP-SP Rukiyah AY,Yulianti , 2010. Asuhan kebidanan 4 (Patologi), Trans Info Medika, Jakarta Riyanto,A., 2010, Aplikasi Metodolagi penelitian Kesehatan. Yogyakarta : Nuha Medika, Razak, 2010.Gambaran hiperemesis gravidarum pada ibu hamil di Rumah Sakit Angkatan Laut Jala Ammari tahun (diakses 20/4/2015) Saryono, 2010.Metodologi Penelitian Kesehatan (Penuntun Praktik Bagi Pemula), Mitra Cendikia Press, Jogjakarta SDKI, 2012. Profil Kesehatan Indonesia 2012. Sugiono, 2012. Statistika Untuk Penelitian, CV Alfabeta, Bandung Saifudin, AB. 2010. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Varney, Hellen, 2004.Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Edisi 4. Buku Kedokteran Jakarta : EGC ----------. 1997.Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Edisi 4. Buku Kedokteran Jakarta : EGC Wadud, M.A. 2012.Hubungan Umur dan Pekerjaan Ibu dengan Kejadian Hiperemesis Gravidarum di Instalasi Kebidanan RS Muhammadiyah Kota Palembang (diakses 20/4/2015) Wahyuni, 2012.Faktor-faktor yang berhubungan den- 65 JURNAL KEBIDANAN KHATULISTIWA, Volume I Nomor 2 Juli 2015, hlm. 60 - 65 gan kejadian hiperemesis gravidarum pada ibu hamil di RSIA Pertiwi Makassar (diakses 18/2/2015) Wawan, dan Dewi, 2011. Teori dan Pengukuran Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Manusia. Yogyakarta : Nuha Medika Wiknjosastro. 2007. Ilmu Kebidanan. Jakarta. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo ----------------------. 2008. Ilmu Kebidanan. Jakarta. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo