Laki-Laki 39 Tahun dengan Gangguan Cemas Menyeluruh A 39

advertisement
Anityo|Laki-Laki39TahundenganGangguanCemasMenyeluruh
Laki-Laki39TahundenganGangguanCemasMenyeluruh
AnityoNugroho
FacultyofMedicine,LampungUniversity
Abstrak
Seranganpanikadalahsuatuepisodeansietasyangcepat,intens,danmeningkat,yangberlangsung15sampai30menit,
ketika individu mengalami ketakutan emosional yang besar juga ketidaknyamanan fisiologis. Prevalensi gangguan panik
pertahunnya adalah 1-2%. Gangguan panik sering ditemukan pada usia produktif antara 18-45 tahun dan lebih banyak
ditemukanpadawanita.Tn.S,39tahundengankeluhanmerasadadanyaberdebar,keringatdingindansulittidur.Perasaan
cemasiniberlangsungbeberapasaatdanbiasanyahilangapabilapasienberkonsultasikedokter.Keluhanmunculsejak±3
tahunsebelummasukrumahsakit,diawaliolehkematianibupasienyangmenyebabkanpasienmemeriksakandirisetiap6
bulan sekali dan melakukan pemeriksaan gula darah setiap minggu sekali. Pasien didiagnosa mengalami gangguan panik.
PasienditerapidenganpsikofarmakaberupagolonganSelectiveSerotoninReuptakeInhibitors(SSRI)(fluxetin1x50mg)dan
bendzodiazepin(aprazolam1x0,5mg)dandilakukanintervensipsikososialkepadakeluargadanpasiennya.
Katakunci:seranganpanik,SSRI,benzodiazepin
A39OLDMANWITHPANICDISORDER
Abstract
Panicdisorderisananxietyepisodeofrapid,intenseandrising,whichlasts15to30minutes,whenindividualsexperience
fearhugeemotionaldiscomfortalsophysiological.Theprevalenceofpanicdisorderis1-2%per-year.Panicdisorderisoften
found in the productive age between 18-45 years and more common in women. Mr.S, 39 years complaints feel chest
palpitations,coldsweatandsleeplessness.Thisanxiousfeelinglastsawhileandusuallydisappearwhenpatientsconsultto
adoctor.Complaintsemergedsince±3yearsago,beginningwithdeathofpatient’smotherthatcausesthepatientcheckupeverysixmonthsandbloodsugarcheckseveryotherweek.Patientsdiagnosedwithpanicdissorder.Patientstreated
with SSRI group psikofarmaka form (fluxetin 1x50mg) and bendzodiazepin (aprazolam 1x0,5mg) and conducted
psychosocialinterventionstofamilyandpatients.
Keyword:PanicDisorder,SSRI,Benzodiazepin
Korespondensi:AnityoNugroho,S.Ked.,alamatJl.AbdulMuis8No.9AGedongMenengBandarLampung,HP
087899288880,[email protected]
Pendahuluan
Serangan panik adalah suatu episode
ansietas yang cepat, intens, dan meningkat,
yang berlangsung 15 sampai 30 menit,
individumengalamiketakutanemosionalyang
besarjugaketidaknyamananfisiologis.Selama
serangan panik individu tersebut sangat
cemas dan memperlihatkan empat atau lebih
gejala berikut: palpitasi, berkeringat, tremor,
sesak napas, rasa asfiksi, nyeri dada, mual,
distress abdomen, pusing, parastesia,
meggigil,atauhotflash.1,2
Pasien
gangguan
panik
sering
ditemukan pada mereka yang berada pada
usiaproduktifyakniantara18-45tahun.Selain
itu penderita gangguan panik lebih umum
ditemukan pada wanita, terutama mereka
yang belum menikah serta wanita postpartum.3
Gangguan panik dapat diwariskan
secara genetik. Pada kembar monozigot,
terdapat 31% kemungkinan bahwa salah satu
JMedulaUnila|Volume4|Nomor3|Desember2015|14
kembar tersebut akan mengalami gangguan
panik jika kembar yang lain mengalaminya.
Angka kejadian pada kerabat tingkat pertama
ialah15%.1,3
Prevalensigangguanpanikpertahunnya
adalah1-2%,denganprevalensiseumurhidup
1,5-3,5%. Onset tersering adalah pada usia
remaja atau pada orang yang berusia pada
pertengahan 30 tahun, sedangkan onset
setelah usia 45 tahun jarang. Terdapat bukti
mengenai
transmisi
genetik,
orang
kekerabatan tingkat pertama dengan pasien
beresiko empat hingga tujuh kali lebih besar
daripadapopulasiumum.1,4
Angka prevalensi gangguan panik pada
tahun tertentu ialah 1-2%. Angka kejadian
gangguan yang berlangsung seumur hidup
adalah 1,5-3,5%. Setengah dari mereka yang
mengalami gangguan panik juga mengalami
agoraphobia. Gangguan panik lebih umum
terjadi pada individu yang tidak lulus kuliah
Anityo|Laki-laki39TahundenganGangguanCemasMenyeluruh
dan individu yang tidak menikah. Resiko
tersebut meningkat 18% pada individu yang
depresi.1,2 Studiinimerupakanstudikualitatif
denganpendekatancasereport.
Kasus
Kasusinidiambilpadatanggal13maret
2015 pukul 16.05 WIB di Unit Gawat Darurat
(UGD) Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi
Lampung. Tn. S, Laki-laki, 39 tahun, SMA,
Islam, Jawa, Pekerjaan wiraswasta, tinggal di
Banding Rejo , pasien datang ke UGD Rumah
Sakit Jiwa karena merasa dadanya berdebar
dan keringat dingin. Keluhan ini dimulai sejak
1 minggu yang lalu. Sebelumnya terdapat
tetangga pasien yang meninggal karena
seranganjantungyangmembuatpasientakut
meninggal seperti tetangganya. Hal ini
menyebabkan pasien melakukan check up
pada 3 hari yang lalu dan dari hasil
pemeriksaan tidak ditemukan kelainan pada
tubuh pasien. Namun, pasien tetap merasa
ada kelainan pada tubuhnya sehingga
membawanya berobat ke UGD. Perasaan
cemas ini berlangsung sebentar dan biasanya
hilang atau berkurang apabila pasien
berkonsultasi ke dokter ataupun bercerita
tentangkeluhannyakepadatemannya.Pasien
mengatakan serangan cemas ini berlangsung
hilang timbul dan hampir setiap minggu.
Keluhansepertiiniterjadisejak±3tahunyang
lalu, diawali oleh kematian ibu pasien yang
meninggal karena diabetes melitus. Hal ini
menyebabkan pasien melakukan check up
setiap 6 bulan sekali dan melakukan
pemeriksaan gula darah setiap seminggu
sekali.Pasienjugatelahmendaftarkandirinya
pada beberapa asuransi kesehatan. Hal ini
dikarenakan ketakutan pasien akan kondisi
tubuhnya.
Perasaan cemas terjadi pada saat
apapun, tidak terbatas pada kecemasan pada
saat di tempat terbuka ataupun diluar
lingkungan keluarga. Pasien tidak pernah
merasa tidak berdaya, kehilangan minat,
merasa lemas ataupun terpkirkan putus asa
dan melakukan bunuh diri. Tidak ada riwayat
trauma,mengkonsumsialkoholmaupunobatobatan terlarang. Selama keluhannya
berlangsung, pasien masih dalam keadaan
sadar penuh. Tidak pernah mengamuk,
berbicara sendiri, mendengar atau melihat
sesuatu. Pasien mengatakan tidak memiliki
masalah dengan keluarganya, orang sekitar
ataupun masalah dalam ekonomi. Riwayat
prenatal dan perinatal dan riwayat masa
kanak awal baik pendidikan pasien hingga ke
jenjangSekolahMenengahAtas(SMA).
Dari status mental, kesadaran pasien
composmentis,
sikap
pasien
selama
wawancara kooperatif. Selama wawancara
pasien merasa gelisah. Kontak mata dengan
pemeriksa baik. Pasien berbicara spontan,
lancar, intonasi sedang, volume cukup,
kualitas cukup, artikulasi jelas, kuantitas
cukup. Mood pasien cemas dengan afek
terbatas dan serasi. Tidak ditemukan
gangguan persepsi. Bentuk pikiran rasional
danrealistik,aruspikirkoheren,produktivitas
baik, dengan kontinuitas baik, dan tidak
didapatkan hendaya berbahasa. Pada isi pikir
terdapat cemas dan takut. Pada penilaian
fungsi luhur baik. Pasien lebih cenderung
menyampaikan apa yang dirasakan dan
kurangmemperhatikanapayangdisampaikan
pemeriksa. Daya nilai pasien tidak terganggu.
Pasien menyadari bahwa dirinya sakit tetapi
tidak mengetahui penyebabnya. Dari
pemeriksaan fisik tidak ditemukan adanya
kelainan. Berdasarkan anamnesis dan
pemeriksaan yang telah dilakukan, diagnosa
yang didapat pada pasien adalah Gangguan
Panik. Pasien diberikan terapi Golongan SSRI
Fluoxetine 1x10 mg dan Golongan
Benzodiazepin Aprazolam 1x0,5 mg. Pasien
dianjurkan untuk kontrol ke poliklinik Rumah
SakitJiwaDaerahProvinsiLampungseminggu
kemudian.
Pembahasan
Pada pasien ini ditemukan adanya
gangguan perasaan cemas yang bermakna
serta
menimbulkan
suatu
distress
(penderitaan) dan disability (hendaya) dalam
pekerjaan dan kehidupan sosial pasien,
sehingga dapat disimpulkan bahwa pasien ini
mengalami gangguan jiwa. Hal ini sesuai
dengandefinisigangguanjiwamenurutWorld
Health
Organization
(WHO)
dimana
didapatkan suatu kelompok gejala atau
perilaku yang secara klinis ditemukan
bermakna dan disertai dengan distress dan
yangberkaitandengandisfungsi/hendaya.3,5
Berdasarkan data-data yang didapat
melalui anamnesis psikiatri dan pemeriksaan
fisik, tidak ditemukan riwayat demam tinggi,
trauma,sakitberat,penurunankesadarandan
kejang. Hal ini dapat menjadi dasar untuk
JMedulaUnila|Volume4|Nomor3|Desember2015|15
Anityo|Laki-Laki39TahundenganGangguanCemasMenyeluruh
menyingkirkan diagnosis gangguan mental
organik (F.0). Selain itu, pasien juga tidak
pernah meminum alkohol ataupun obatobatan terlarang lainnya sehingga dapat
menyingkirkan diagnosis gangguan mental
danperilakuakibatpenggunaanzatpsikoaktif
(F.1).3,5-7
Berdasarkananamnesisjugatidapatkan
gangguan dalam kemampuan menilai realitas
yang bermanifestasi sebagai terganggunya
kesadaran diri (awarness), daya nilai norma
sosial (judgement) dan terganggunya daya
tilikan diri (insight). Selain itu tidak dapatkan
isipikiranpasienyangbergemadalamdirinya,
isipikirannyadimasukinataudiambildariluar
danisipikirannyatersiar.Selainitujugatidak
didapatkan adanya waham baik waham
dikendalikan oleh suatu kekuatan tertentu,
dipengaruhi,wahamdirinyatidakberdayadan
pasrah dan pengalaman menerima mukjizat.
Selainitujugapasientidakdidapatkanadanya
halusinasi baik itu auditorik maupun visual.
Hal ini dapat menjadi dasar untuk
menyingkirkandiagnosisskizofrenia,skizotipal
dangangguanwaham(F.2).6,7
Pada pasien juga tidak didapatkan
gangguan suasana perasaan baik berupa afek
yang meningkat, disertai peningkatan dalam
jumlah dan kecepatan aktivitas fisik dan
mental. Selain itu pasien tidak didapatkan
gejala depresi baik gejala utama maupun
gejala tambahan. Hal ini dapat menjadi dasar
untuk menyingkirkan diagnosis gangguan
suasanaperasaan(F.3).6-8
Pada pasien didapatkan perasaan
dadanyaberdebar,keringatdingin,nyeriatau
tidak nyaman di dada dan rasa takut
meninggal. Dimana perasaan kecemasan ini
timbulsecaraepisodikdanpadakeadaanyang
secaraobjektiftidakadabahaya.Padapasien
ini sudah memeneuhi kriteria diagnosis panik
menurut DSM V merupakan suatu periode
diskretrasatakutatauketidaknyamananyang
intens dengan tiba-tiba muncul 4 gejala dari
13 gejala berikut dan mencapai puncaknya
dalam10menit9,10:
• Merasa pusing, tidak stabil berdiri, hingga
pingsan
• Palpitasi, berdebar-debar, denyut jantung
bertambahcepat
• Nyeridada,rasatidaknyamandidada
• Merasasesak,bernapaspendek
• Mualataudistressabdominal
• Gemetaran
• Berkeringat
• Rasapanasdikulit,menggigil
• Matirasa,kesemutan
• Merasa kehilangan kontrol, seperti mau
gila
• Takutmati
• Leherserasadicekik
• Derealisasi,
depersonalisasi
(merasa
sepertiterlepasdaridirisendiri)
Sehingga pada pasien telah memenuhi
kriteria panik menurut DSM V karena telah
memenuhi4kriteria.7,10
PPDGJ-III gangguan panik baru
ditegakkansebagaidiagnosisutamabilatidak
ditemukan adanya gangguan anxietas fobik.
Pada pasien ini tidak ditemukan gejala
agorafobia, fobia sosial maupun fobia khas.
Karena
menurut
pasien
episode
kecemasannya ini dapat terjadi pada saat
apapun, tidak terbatas pada kecemasan pada
saat di tempat terbuka ataupun di luar
lingkungan keluarga. Sehingga dapat
disingkirkan gangguan ansietas fobik.11
Pembagian gangguan anxietas dapat dilihat
padaGambar1.
JMedulaUnila|Volume4|Nomor3|Desember2015|16
Anityo|Laki-laki39TahundenganGangguanCemasMenyeluruh
GangguanAnxietas
AnxietasEpisodik
GangguanAnxietasKontinyu
GangguanAnxietasMenyeluruh
Padasituasitertentu
GangguanFobik
Polacampuran
Agorafobiadenganpanik
Padasembarang
situasi
GangguanPanik
FobiaSpesifik
FobiaSosial
Agorafobia
6
Gambar1.PembagianGangguanAnxietas. Menurut PPDGJ-III kriteria diagnosis
gangguan panik, harus ditemukan adanya
beberapa kali serangan ansietas berat dalam
masakira-kirasatubulan6,7:
1. Pada keadaan dimana sebenarnya secara
objektiftidakadabahaya.
2. Tidak terbatas pada situasi yang telah
diketahui atau yang dapat diduga
sebelumnya(unpredictablesituation).
3. Dengan keadaan yang relatif dari gejalagejala anxietas pada periode diantara
serangan-serangan
panik
(meskipun
demikian umumnya dapat terjadi juga
“anxietas antipsikotik” yaitu anxietas yang
terjadi setelah membayangkan sesuatu
yangmengkhawatirkanakanterjadi.
Pada pasien juga didapatkan ansietas
antisipatorik yaitu ansietas yang terjadi
setelah membayangkan sesuatu yang
mengkhawatirkan akan terjadi. Hal ini dilihat
daripasienyangmelekukancheckupberkala,
testguladarahhinggamendaftarkandiripada
beberapa asuransi kesehatan. Dari anamnesis
gejala tidak didapatkan selama 1 minggu ini
namun dimulai sekitar ± 3 tahun yang lalu.
Pada status mental didapatkan selama
wawancara pasien merasa gelisah. Mood
pasiencemasdenganafekterbatasdanserasi.
Tidak ada gangguan persepsi. Pada isi pikir
terdapat cemas dan takut sehingga diagnosis
untukaksisIadalahGangguanpanik(Ansietas
ParoksismalEpisodik)[F.41.0].6,10,12
Diferensialdiagnosispadakasusinijuga
dapat disingkirkan yaitu diagnosis gangguan
cemas menyeluruh (F41.1). Hal ini
dikarenakan tidak ditemukan ansietas yang
berlangsungsetiaphariuntukbeberapabulan
yangtidakterbatasatauhanyamenonjolpada
keadaantertentusaja.Karenapadapasienini
keluhandirasakanhampirsetiapmingguyang
hilang timbul. Dignosis gangguan somatoform
(F45) juga dapat disingkirkan karena
pemeriksaan check up dan pemeriksaan gula
darah dilakukan pasien sebagai ansietas
antisipatorik
dan
disertai
dengan
mendaftarkan diri pada beberapa asuransi
kesehatan. Selain itu serangan cemas juga
bersifat hilang timbul bukan secara terus
menerus.11
AxisII
AksisIItidakadadiagnosiskarenapada
autoanamnesatidakdidapatkangangguan
tumbuh kembang pada usia kanak-kanak dan
JMedulaUnila|Volume4|Nomor3|Desember2015|17
Anityo|Laki-Laki39TahundenganGangguanCemasMenyeluruh
remaja. Pasien menyelesaikan pendidikan SD
hingga SMA nya dengan baik. Hal ini
menyingkirkan diagnosis retardasi mental
(F.70).11
AxisIII
Pada anamnesis dan pemeriksaan fisik
tidak ditemukan riwayat penyakit fisik. Dari
pemeriksaan didapatkan TD 130/90 mmHG.
Oleh karena itu dapat disimpulkan pada aksis
III diagnosisnya prehipertensi sesuai dengan
kriteria dari JNC VII tertera pada Tabel 1.6,9
Tabel1.KlasifikasiHipertensiMenurutJNCVII
9
AxisIV
Pasien tidak memiliki masalah dalam
keluarga, lingkungan tempat tinggalnya,
lingkungan kerja dan sosial. Oleh karena itu
dapat disimpulkan pada aksis IV tidak ada
diagnosis.11
AxisV
Penilaian terhadap kemampuan pasien
untuk berfungsi dalam kehidupannya
menggunakan skala Global Assessment of
Functioning (GAF). Pada saat dilakukan
wawancara, skor GAF 50-41 (gejala berat
(serious) dan disabilitas berat). GAF tertinggi
selama satu tahun terakhir adalah GAF 80-71
(gejala sementara dan dapat diatasi,
disabilitas ringan dalam social, pekerjaan,
sekolah, dll). Hal ini ditandai dengan pasien
mampumelakukanaktivitassehari-harisecara
mandiridisertaigejalayangringan.11
Pada pasien dipulangkan dan diberikan
terapi Golongan SSRI Fluoxetine 1 x 10 mg
dan Golongan Benzodiazepin Aprazolam 1 x
0,5 mg. Menurut guideline American
Psychiatric Assosiation 2010 tentang panic
disorder, kriteria rawat inap untuk pasien
panik adalah terdapat kelainan yang disertai
bunuh diri (melukai diri sendiri), pada kasus
JMedulaUnila|Volume4|Nomor3|Desember2015|18
berat dimana terapi rawat jalan tidak efektif.
sehingga pada pasien ini tidak memenuhi
kriteria rawat inap pada pasien gangguan
panik.1,6,13,14
Untuk terapi inisial pada gangguan
panik meliputi psikofarmaka dan terap
psikososial. Tetapi belum terdapat data yang
cukup yang mengatakan superioritas dari
masing-masing terapi maupun perbandingan
antara kombinasi psikofarmaka sebagai
monoterapi dengan terapi psikosial yang
dikombinasikan.1,13,15,16
Psikofarmaka yang bermanfaat dalam
gangguan panik meliputi SSRI, SerotoninNorepinephrine Reuptake Inhibitor (SNRI),
Tricyclic
Antidepressant
(TCA),
benzodiazepine.1,13,15,16
Pada kasus digunakan fluksetin karena
obat ini memiliki efek kardiologik yang
minimal dibandingkan obat antidepresi
golongan yang lain. Selain itu golongan SSRI
jugamemilikiefeksampinglainyangminimal,
spektrumantidepresiyangluas,dengangejala
putus obat sangat minimal, serta lethal dose
yang tinggi (>6000mg) sehingga relatif aman
untuk pasien ini yang berobat jalan. Seperti
pada pasien ini, pemberian fluoksetin
Anityo|Laki-laki39TahundenganGangguanCemasMenyeluruh
digunakan pada dosis kecil (10 mg) untuk
melihatpengaruhdaridosistersebutterhadap
pengendalian kecemasan. Pada pasien ini
pemberian SSRI ditambah dengan aprazolam
yangmerupakanbenzodiazepinpotensitinggi.
Hal ini dikarenakan efek obat fluoxetin baru
akanmunculsetelahduaminggu.13,17,18
Pada pasien seharusnya selain terapi
psikofarmaka terapi yang dapat diberikan
adalah pskoterapi. Menurut panduan APA
psikoterapi yang terpilih untuk gangguan
panik adalah Cognitive Behavioral Therapy
(CBT).13,17,19,20
Terdapat beberapa metode CBT,
beberapa diantaranya yakni metode
restrukturisasi, terapi relaksasi, terapi
bernapas, dan terapi interocepative. Inti dari
terapi CBT adalah membantu pasien dalam
memahamicarakerjapemikiranotomatisdan
keyakinan yang salah dapat menimbulkan
respon emosional yang berlebihan, seperti
padagangguanpanik.1,7,20,21
Terapi restrukturisasi, melalui terapi ini
pasien dapat merestrukturisasi isi pikirannya
dengan cara mengganti semua pikiran –
pikiran negatif yang dapat mengakibatkan
perasaan tidak menyenangkan yang dapat
memicu serangan panik dengan pemikiranpemikiran positif. Terapi relaksasi dan
bernapas dapat digunakan untuk membantu
pasien mengontrol kadar kecemasan dan
mencegah hypocapnia ketika serangan panik
terjadi. Semua jenis CBT seperti di atas dapat
dilakukan pasien dengan atau tanpa
melibatkandokter.1,7,22
Namun salah satu metode CBT seperti
interoceptive therapy, dalam terapi ini setiap
pasien mengalami serangan, serangan
tersebut diinduksi dalam lingkungan yang
terkontroluntukmemungkinkanpasienuntuk
menghadapi rasa takutnya dan belajar
menguasainya.Latihansepertiiniberlangsung
selamasatumenit.23
Interoceptivetheraphyterbuktiberhasil
pada 87% pasien harus dilakukan dengan
bantuan dokter di suatu lingkungan yang
terkontrol.Karenaterapiinidilakukandengan
memberikanpaparanyangdapatmenstimulus
serangan panik pasien dengan cara
meningkatkannya sedikit demi sedikit hingga
pasien mengalami desensitasi terhadap
stimulus tersebut. Adapun beberapa teknik
yang dapat dilakukan untuk mendesensitasi
gangguanpanikantaralain22,23:
• Hiperventilasi disengaja – ini dapat
mengakibatkan kepala pusing, derealisasi,
danpandanganmenjadikabur
• Melakukanputaranpadakursiergonomis–
ini dapat mengakibatkan rasa pusing dan
disorientasi
• Bernapas melalui pipet – ini dapat
mengakibatkan sesak napas dan konstriksi
salurannapas
• Menahan napas - ini dapat menciptakan
sensasisepertipengalamanmenjelangajal
• Menegangkanbadan–untukmenciptakan
perasaantegangdanwaspada
Semua tindakan di atas dilakukan tidak
bolehlebihdari1menit.Kuncinyadariteknik
diatasadalahmenciptakansejumlahstimulus
yang menyerupai serangan panik. Latihanlatihantersebutdiulangi3-5kaliseharihingga
pasien tidak lagi merasakan kepanikan
terhadap stimulus seperti itu. Biasanya butuh
waktu hingga beberapa minggu untuk dapat
mencapaihalitu.1,19
Pemaparan terhadap stimulus tersebut
dilakukan agar pasien dapat belajar melalui
pengalaman bahwa semua sensasi internal
yang dia rasakan seperti sesak napas, pusing
danpandanganyangkaburbukanlahhalyang
harusditakuti.Ketikapasienmulaimenyadari
hal tersebut maka secara otomatis,
hippocampusdanamygdala,yangmerupakan
pusat emosi, akan ikut mempelajarinya
sebagaihalyangtidakperluditakuti,sehingga
respon sistem simpatik akan ikut
berkurang.1,7,24
Ada beberapa pertimbangan yang
memperngaruhiprognosispasien25.
Faktoryangmeringankan:
• Dukungankeluarga
• Motivasi yang kuat (keinginan kuat yang
inginsembuh)
• Tidak ada riwayat keluarga (keluarga
pasientidakadayangmengalamigangguan
yangsama)
Faktoryangmemperberat:
• Kambuh-kambuhan
• JarakrumahdenganRSJrelatifjauh
Daridatatersebutdapatterlihatbahwa
daftar yang memperingan lebih banyak
dibanding yang memperberat sehingga di
prognosisdubiaadbonam,selainitukasusini
tidak terdapat gangguan psikosis yang dapat
memperberatprognosis.25
JMedulaUnila|Volume4|Nomor3|Desember2015|19
Anityo|Laki-Laki39TahundenganGangguanCemasMenyeluruh
Simpulan
Gangguanpanikadalahditandaidengan
terjadinya serangan panik yang spontan dan
tidak diperkirakan. Kecemasan berupa
ketakutan atau kekhawatiran yang mendalam
dan berkelanjutan terus-menerus. Faktor
psikologis,peristiwakehidupanmenegangkan,
hidup transisi, lingkungan, dan berpikir
dengan cara yang melebih-lebihkan reaksi
tubuh relatif normal juga diyakini berperan
dalam timbulnya gangguan panik diagnosis
gangguan panik berdasarkan suatu periode
tertentu adanya rasa takut atau rasa tidak
nyaman. Tatalaksana untuk gangguan panik
dibagi 2 yaitu pada saat serangan panik dan
tidak pada saat serangan panik. Penderita
dengan fungsi premorbid yang baik serta
durasi serangan yang singkat bertendensi
untukprognosisyanglebihbaik.
DAFTARPUSTAKA
1. AmericanPsychiatricAssosiation.Practice
guideline for the treatment of patients
with panic disorder second edition. New
York: American Psychiatric Assosiation;
2010.
2. Barlow DH, Craske MG. Mastery of your
anxiety and panic: patient workbook.
USA:OxfordUniversityPress;2006.
3. McLean PD, Woody SR. Panic disorder
and agoraphobia. Dalam: Anxiety
disorders in adults. Vancouver: Oxford
UniversityPress;2001.
4. Davies,T.ABCKesehatanMental.Jakarta:
EGC;2009.
5. Atkinson RL, Atkinson Richard, Smith,
Edward. Hilgard's introduction to
psychology. New York: Harcourt College
Publishers;2002.
6. Elvira, S and Hadisukanto, G. Buku ajar
psikiatri. Jakarta: Fakultas Kedokteran
UniversitasIndonesia;2013.
7. Sadock BJ, Kaplan. Kaplan & sadock's
synopsis of psychiatry: behavioral
sciences/clinicalpsychiatry.Philladelphia:
LippincottWilliams&Wilkins;2007.
8. Memon MA. Panic disorder. Medscape
[Internet]. 2011 March [diakses tanggal
20 April 2014]. Tersedia dari:
http://emedicine.medscape.com/article/
287913-overview.
9. Chobanian AV, Bakris GL, Black HR,
CrushmanWC.Theseventhreportofthe
JMedulaUnila|Volume4|Nomor3|Desember2015|20
joint national committee on prevention,
evaluation and treatment of high blood
pressure: the JNC 7 report. JAMA. 2003;
2560-72.
10. GreistJH,JeffersonJW.Anxietydisorder.
Review of general psychiatry. Baltimore:
VishalCp21;2000.
11. Maslim,R.Bukusakudiagnosisgangguan
jiwa rujukan ringkas dari PPDGJ-III.
Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK
Atmajaya;2003.
12. Neale JM, Davidson GC. Abnormal
psychology.NewYork:JohnWiley&Sons
Inc;2001.
13. Cloos JM. Treatment of panic disorder.
Medscape [Internet]. 2005 [diakses
tanggal 20 April 2014]. Tersedia dari:
http://www.medscape.com/viewarticle/4
97207_1.
14. Swinson RP, Anthony MM, Bleau P.
Clinicalpracticeguidelines:management
of anxiety disorder. Can J Psychiatry.
2006;51(2):1-10
15. AmericanPsychiatricAssociation.Practice
guideline for treatment of patients with
panicdisorder.USA:AmericanPsychiatric
Association;2010.
16. Zadeh FJ. A comparative study of the
efficacy of group versus individual
cognitive behaviour therapy in the
treatment of panic disorder. Wuppertal:
BergischeUniversityPress;2014.
17. Maslim R. Penggunaan klinis obat
psikotropika.Jakarta:PTNuhJaya;2010.
18. Meca JS, Ana RA, Fulgencio MM.
Psycological treatment of panic disorder
with or without agoraphobia: Clinical
PsychologyReview.2010;30(4):37-50.
19. American
Psyciatric
Association.
Diagnostic and statistical manual of
mental disorder V. USA: American
PsychiatricPublishing;2014.
20. Yoshinaga N, Hayashi Y, Yamazaki Y,
Moriuchi K, Doi M. Development of
nursing guidelines for inpatients with
obsessive-compulsive disorder in line
withtheprogressofcognitivebehavioral
therapy: a practice report. J Depress
Anxiety.2014;3(2):1-10.
21. Ham P, Waters DB. Treatment of panic
disorder. American Family Physician.
2005;71(4):1-18.
Anityo|Laki-laki39TahundenganGangguanCemasMenyeluruh
22. Spett,M.Cognitive-behaviourtherapyfor
panic attacks. The Journal of Psychiatry
andLaw.2008;34(2):12-18.
23. The Royal Australan and New Zealand
College of Psychiatrists. Panic disorder
and agoraphobia. Australia: The Royal
Australan and New Zealand College of
Psychiatrists;2009.
24. Videbeck, S L. Buku ajar keperawatan
jiwa.Jakarta:EGC;2008.
25. Amir, Nurmiati. Luaran terapi pada
gangguan depresi major. Cermin Dunia
Kedokteran.
2012;
39(2):32-40.
JMedulaUnila|Volume4|Nomor3|Desember2015|21
Download