BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian

advertisement
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Pengertian Pemasaran
Pemasaran pada dasarnya merupakan salah satu bagian dari beberapa kegiatan
pokok dalam perusahaan yang dilakukan oleh para pengusaha baik dalam usahanya
untuk mempertahankan kelangsungan hidup perusahaanya, untuk berkembang
maupun untu memperoleh laba.
Pengertian tentang pemasaran (marketing) sudah banyak dikemukakan oleh
para ahli pemasaran, masing-masing dengan tinjauan sudut pandang yang berbedabeda, namun pada dasarnya semua pengertian tersebut mengarah pada pokok yang
sama.
Asosiasi Pemasaran Amerika atau AMA (The American Marketing
Association) dalam Morissan (2007:3) mendefinisikan pemasaran sebagai proses
perencanaan dan pelaksanaan konsepsi, harga, promosi, serta distribusi ide, barang,
dan jasa untuk menciptakan pertukaran yang memuaskan individu serta tujuan
organisasi.
Basu Swastha dan Hani Handoko (2000:4), menyatakan bahwa pemasaran
adalah suatu sistem keseluruhan dari kegiatan-kegiatan usaha yang ditujukan untuk
merencanakan, menentukan harga, mempromosikan, dan mendistribusikan barang
dan jasa yang dapat memuaskan kebutuhan baik kepada pembeli yang ada maupun
kepada pembeli potensial.
Secara luas pemasaran didefinisikan sebagai proses sosial dan manajerial di
mana pribadi atau organisasi memperoleh apa yang mereka butuhkan dan inginkan
melalui penciptaan dan pertukaran nilai dengan yang lain (Kotler dan Armstrong,
2008a:6). Lebih lanjut Kotler dan Armstrong mendefinisikan pemasaran sebagai
proses di mana perusahaan menciptakan nilai bagi pelanggan dan membangun
hubungan yang kuat dengan pelanggan, dengan tujuan menangkap nilai dari
pelanggan sebagai imbalannya.
Berdasarkan dua definisi di atas dapat disimpulkan bahwa arti pemasaran
adalah jauh lebih luas daripada arti penjualan. Pemasaran merupakan suatu kegiatan
dalam usaha untuk merangsang individu atau kelompok untuk mendapatkan apa yang
mereka butuhkan dan dapat memuaskan kebutuhan dan keinginan konsumen yang
mencangkup usaha perusahaan yang dimulai dengan mengidentifikasi kebutuhan
konsumen yang perlu dipuaskan, menentukan produk yang akan diproduksi,
menentukan harga produk yang sesuai, menentukan cara-cara promosi, serta
penyaluran atau penjualan produk tersebut.
2.1.2 Perilaku Konsumen
Tujuan kegiatan pemasaran adalah memenuhi dan memuaskan kebutuhan
serta keinginan pelanggan sasaran. Penting bagi setiap perusahaan untuk mengetahui
dan memahami perilaku pembelian konsumen, agar mampu mengembangkan barang
dan jasa yang dibutuhkan dan diinginkan oleh konsumen. Oleh karena itu, penting
bagi perusahaan untuk mengetahui dan memahami teori mengenai perilaku konsumen
(consumer behavior).
Menurut Mowen dan Minor (2002:6), perilaku konsumen adalah suatu studi
tenang unit pembelian (buying units) dan proses pertukaran yang melibatkan
perolehan, konsumsi, dan pembuangan barang, jasa, pengalaman, serta ide-ide.
Definisi tersebut memiliki kemiripan dengan definisi perilaku konsumen menurut
Schiffman dan Kanuk (2008:5) yang menitikberatkan pada proses, yaitu studi tentang
perilaku yang ditunjukkan oleh konsumen dalam mencari, membeli, menggunakan,
mengevaluasi, dan membuang produk dan jasa yang diharapkan akan memenuhi
berbagai kebutuhannya. Menurut Basu Swastha dan Hani Handoko (2000:10),
perilaku kosumen adalah kegiatan personal yang secara langsung terlibat dalam
mendapatkan dan memggunakan barang dan jasa, termasuk di dalamnya proses
pengambilan keputusan pada persiapan dan penentuan kegiatan-kegiatan tersebut.
Berdasarkan berbagai definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa perilaku
konsumen adalah proses yang berkesinambungan yang melibatkan berbagai aktivitas,
baik yang sifatnya mental, emosional, fisik, serta bersifat motivasi dan melibatkan
peran yang berbeda yang dipengaruhi faktor-faktor internal maupun eksternal,
dimana konsumen merupakan pusat perhatian utama.
Untuk mempermudah mempelajari perilaku konsumen, digunakan model
perilaku konsumen yang merupakan kerangka kerja yang disederhanakan untuk
menggambarkan aktivitas konsumen. Salah satu model perilaku konsumen
ditunjukkan pada gambar 2.1 (Kotler dan Armstrong, 2008a:158). Gambar tersebut
menjelaskan bahwa konsumen memperoleh rangsangan dari luar yang terdiri dari
produk, harga, promosi, distribusi, kecanggihan teknologi, politik, ekonomi, dan
budaya yang mempengaruhi kotak hitam pembeli, dan menghasilkan tanggapan dari
pembeli.
Gambar 2.1 Model Perilaku Pembeli
Rangsangan
Pemasaran
Rangsangan
Lain
Ciri-ciri
Pembeli
Produk
Ekonomi
Budaya
Harga
Teknologi
Sosial
Tempat
Politik
Pribadi
Promosi
Budaya
Psikologi
Sumber: Kotler dan Armstrong (2008a:158)
Proses
Keputusan
Pembeli
Pemahaman
Masalah
Pencarian
Informasi
Pemilihan
Alternatif
Keputusan
Pembelian
Perilaku
Pasca
Pembelian
Keputusan
Pembeli
Pemilihan
Produk
Pemilihan
Merek
Pemiihan
Penyalur
Waktu
Pembelian
Jumlah
Pembelian
2.1.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen
Menurut Kotler dan Armstrong (2008a:159) perilaku pembelian yang
dilakukan konsumen dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu faktor budaya, sosial,
pribadi, dan psikologis, seperti ditampilkan pada gambar 2.2.
Gambar 2.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen
Budaya
Sosial
Kebudayaan
Kelompok
Subkebudayaan
Kelas Sosial
Keluarga
Peran dan Status
Pribadi
Umur dan Tahap
Siklus Hidup
Pekerjaan
Situasi Ekonomi
Gaya Hidup
Psikologis
Motivasi
Persepsi
Pengetahuan
Keyakinan dan
Sikap
Kepribadian dan
Konsep Diri
Sumber: Kotler dan Armstrong (2008a:160)
1. Faktor Budaya
Perilaku konsumen dalam melakukan proses pembelian sangat
dipengaruhi oleh faktor-faktor budaya. Berbagai macam merek yang dipilih
oleh pembeli disesuaikan dengan budaya yang merupakan penentu keinginan
dan perilaku konsumen yang paling mendasar. Kotler dan Armstrong
(2008a:159) mengatakan bahwa faktor budaya mempunyai pengaruh yang
luas dan mendalam pada perilaku konsumen. Pemasar harus memahami peran
yang dimainkan oleh budaya, subbudaya, dan kelas sosial pembeli.
a. Budaya
Budaya (culture) adalah penyebab keinginan dan perilaku seseorang yang
paling mendasar. Tumbuh di dalam masyarakat, seseorang mempelajari
nilai-nilai dasar, persepsi, keinginan, dan perilaku dari keluarga dan
institusi penting lainnya (Kotler dan Armstong, 2008a:159). Schiffman dan
Kanuk
(2008a:356)
mendefinisikan
budaya
sebagai
keseluruhan
kepercayaan, nilai-nilai, dan kebiasaan yang dipelajari yang membantu
mengarahkan perilaku konsumen para anggota masyarakat tertentu.
b. Subbudaya
Masing-masing budaya mengandung subbudaya (subculture) yang lebih
kecil, atau kelompok orang yang berbagi system nilai berdasarkan
pengalaman hidup dan situasi yang umum (Kotler dan Armstrong,
2008a:160). Lebih lanjut Kotler dan Armstrong menyebutkan bahwa
subbudaya meliputi kebangsaan, agama, kelompok ras, dan daerah
geografis. Banyak subbudaya membentuk segmen pasar yang penting, dan
pemasar sering merancang produk dan program pemasaran yang dibuat
untuk kebutuhan mereka. Sciffman dan Kanuk (2008a:382) mengatakan
bahwa para anggota subbudaya tertentu mempunyai kepercayaan, nilainilai, dan kebiasaan yang membedakan mereka dari anggota lain dalam
masyarakat yang sama. Di samping itu, mereka mengikuti sebagian besar
kepercayaan, nilai-nilai, dan pola perilaku budaya yang dominan dalam
masyarakat yang lebih besar. Oleh karena itu, Sciffman dan Kanuk
mendefinisikan subbudaya sebagai kelompok budaya berbeda yang ada
sebagai segmen yang dapat dikenali dalam masyarakat tertentu yang lebih
luas dan lebih kompleks. Dengan demikian, profil budaya masyarakat atau
bangsa tertentu merupakan gabungan dua unsure yang berbeda, yaitu (1)
kepercayaan, nilai-nilai, dan kebiasaan unik yang dianut oleh unsure yang
berbeda; dan (2) tema budaya yang pokok atau inti yang dipakai bersamasama oleh sebagian besar penduduk, tanpa memandang kenaggotaan
subbudaya tertentu.
c. Kelas Sosial
Hampir setiap masyarakat memiliki beberapa bentuk struktur kelas sosial
(social class). Sciffman dan Kanuk (2008a:329) mendefinisikan kelas
sosial sebagai pembagian anggota masyarakat ke dalam suatu hierarki
status kelas yang berbeda, sehingga para anggota setiap kelas secara relatif
mempunyai status yang sama dan para anggota kelas lainnya mempunyai
status yang lebih tinggi atau lebih rendah. Sedangkan Kotler dan
Armstrong (2008a:163) mendefinisikan kelas sosial sebagai pembagian
masyarakat yang relatif permanen dan berjenjang di mana anggotanya
berbagi nilai, minat, dan perilaku yang sama. Lebih lanjut Kotler dan
Armstrong mengatakan bahwa kelas sosial diukur sebagai kombinasi dari
pekerjaan, pendapatan, pendidikan, kekayaan, dan variable lain. Dalam
beberapa sistem sosial, anggota kelas yang berbeda memegang peran
tertentu dan tidak dapat mengubah posisi sosial mereka. Pemasar tertarik
pada kelas sosial karena orang di dalam kelas sosial tertentu cenderung
memperlihatkan perilaku pembelian yang sama.
2. Faktor Sosial
Selain faktor budaya, perilaku konsumen dipengaruhi oleh faktorfaktor sosial, seperti kelompok kecil, keluarga, serta peran dan status sosial
(Kotler dan Armstrong, 2008a:163).
a. Kelompok
Sciffman dan Kanuk (2008a:291) mendefinisikan kelompok sebagai dua
orang atau lebih yang berinteraksi untuk mencapai sasaran perorangan
maupun bersama. Sementara itu, Kotler dan Armstrong (2008a:164)
mengatakan bahwa perilaku seseorang dipengaruhi oleh banyak kelompok
(group) kecil. Kelompok yang mempunyai pengaruh langsung dan tempat
di mana seseorang menjadi anggotanya disebut kelompok keanggotaan.
Sebaliknya, kelompok referensi bertindak sebagai titik perbandingan atau
titik referensi langsung (berhadapan) atau tidak langsung dalam
membentuk
sikap
atau
perilaku
seseorang.
Pemasar
mencoba
mengidentifikasikan kelompok referensi yang menjadi pasar sasaran
mereka. Kelompok referensi memperkenalkan perilaku dan gaya hidup
baru kepada seseorang, mempengaruhi sikap dan konsep diri seseorang,
dan menciptakan tekanan untuk menegaskan apa yang mungkin
mempengaruhi pilihan produk dan merek seseorang. Arti penting
kelompok mempengaruhi berbagai produk dan merek. Pengaruh ini
berdampak paling kuat ketika produk itu dapat dilihat oleh orang lain yang
dihormati pembeli. Produsen produk dan merek yang didominasi oleh
pengaruh kelompok kuat harus menemukan cara mencapai pemimpin
opini (opinion leaders), yaitu seseorang di dalam kelompok referensi,
yang karena memiliki keahlian khusus, pengetahuan, kepribadian, atau
karakteristik lain, mempunyai pengaruh sosial terhadap anggota lainnya.
b. Keluarga
Sciffman dan Kanuk (2008a:305) mengatakan bahwa secara tradisional
keluarga didefinisikan sebagai dua orang atau lebih yang dikaitkan oleh
hubungan darah, perkawainan, atau adopsi yang tinggal bersama-sama.
Lebih lanjut Sciffman dan Kanuk mengatakan bahwa dalam arti yang
lebih dinamis, para individu yang merupakan satu keluargadapat
digambarkan sebagai anggota kelompok sosial paling dasar yang hidup
bersama-sama dan berinteraksiuntuk memuaskan kebutuhan pribadi
bersama. Sementara itu, Kotler dan Armstrong (2008a:165) mengatakan
bahwa anggota keluarga bisa sangat mempengaruhi perilaku pembeli.
Lebih lanjut Kotler dan Armstrong mendefinisikan keluarga sebagai
organisai pembelian konsumen yang paling penting dalam masyarakat,
dan telah diteliti secara ekstensif. Pemasar tertarik pada peran dan
pengaruh suami, istri, serta anak-anak dalam pembelian barang dan jasa
yang berbeda.
c. Peran dan Status
Seseorang menjadi anggota banyak kelompok, baik keluarga, klub,
maupun organisasi. Posisi seseorang dalam masing-masing kelompok
dapat didefinisikan dalam peran dan status (Kotler dan Armstrong,
2008a:168). Peran terdiri dari kegiatan yang diharapkan dilakukan
seseorang sesuai dengan orang-orang di sekitarnya. Masing-masing peran
membawa status yang mencerminkan nilai umum yang diberikan oleh
masyarakat kepadanya.
3. Faktor Pribadi
Keputusan pembeli juga dipengaruhi oleh karakteristik pribadi seperti
usia dan tahap siklus hidup pembeli, pekerjaan, situasi ekonomi, gaya hidup,
serta kepribadian dan konsep diri (Kotler dan Armstrong, 2008a:169).
Menurut Schiffman dan Kanuk (2008:107), kepribadian adalah ciri-ciri
kejiwaan dalam diri yang menentukan dan mencerminkan bagaimana
tanggapan seseorang terhadap lingkungannya.
a. Usia dan Tahap Siklus Hidup
Kotler dan Armstrong (2008a:169) mengatakan bahwa orang mengubah
barang dan jasa yang mereka beli sepanjang hidup mereka. Selera
makanan, pakaian, perabot, dan rekreasi sering berhubungan dengan usia.
Pembelian juga dibentuk oleh tahap siklus hidup keluarga, yaitu tahap-
tahap yang dilalui keluarga ketika menjadi matang dengan berjalannya
waktu. Pemasar sering mengidentifikasikan pasar sasaran dengan tahap
siklus hidup dan mengembangkan produk dan rencana pemasaran yang
sesuai untuk setiap tahap tersebut.
b. Pekerjaan
Kotler dan Armstrong (2008a:169) mengatakan bahwa pekerjaan
seseorang mempengaruhi barang dan jasa yang dibeli.Pemasar berusaha
mengidentifikasikan kelompok pekerjaan yang mempunyai minat di atas
rat-rata pada produk dan jasa mereka. Perusahaan bahkan dapat
mengkhususkan diri membuat produk yang diperlukan oleh kelompok
pekerjaan tertentu.
c. Situasi Ekonomi
Kotler dan Armstrong (2008a:170) mengatakan bahwa situasi ekonomi
seseorang akan mempengaruhi pilihan produk. Pemasar barang-barang
yang sensitif terhadap pendapatan mengamati gejala pendapatan pribadi,
tabungan, dan suku bunga.Jika indikator ekonomi menunjukkan resesi,
pemasardapat mengambil langkah-langkah untuk merancang ulang,
mereposisi, dan menetapkan harga kembali untuk produk mereka secara
seksama. Beberapa pemasar menargetkan konsumen yang mempunyai
banyak uang dan sumber daya, menetapkan harga yang sesuai.
d. Gaya Hidup
Orang yang berasal dari subbudaya, kelas sosial, dan pekerjaan yang sama
mungkin mempunyai gaya hidup yang cukup berbeda. Kotler dan
Armstrong (2008a:170) mendefinisikan gaya hidup (lifestyle) sebagai pola
hidup seseorang yang diekspresikan dalam keadaan psikografisnya.Gaya
hidup melibatkan pengukuran dimensi AIO utama pelanggan, yaitu
activities atau kegiatan (pekerjaan, hobi, belanja, olahraga, acara sosial),
interest atau minat (makanan, pakaian, keluarga, rekreasi), dan opinions
atau pendapat (tentang diri mereka, masalah sosial, bisnis, produk). Gaya
hidup menangkap sesuatu yang lebih dari sekadar kelas sosial atau
kepribadian seseorang. Gaya hidup menampilkan profil seluruh pola
tindakan dan interaksi seseorang di dunia. Jika digunakan secara cermat,
konsep gaya hidup dapat membentu pemasar memahami nilai konsumen
yang berubah dan bagaimana gaya hidup mempengaruhi perilaku
pembelian.
e. Kepribadian dan Konsep Diri
Kepribadian
pembeliannya.
setiap
orang
Sciffman
berbeda-beda
dan
Kanuk
mempengaruhi
(2008:107)
perilaku
mendefiniskan
kepribadian (personality) sebagai ciri-ciri kejiwaan dalam diri yang
menentukan dan mencerminkan bagaimana seseorang berespon terhadap
lingkungannya. Penekanan pada definisi ini adalah pada sifat-sifat dalam
diri atau sifat-sifat kejiwaan, yaitu kualitas, sifat, pembawaan, kemampuan
mempengaruhi orang, dan perangai khusus yang membedakan satu
individu dari individu lainnya. Sifat-sifat yang melekat pada diri seseorang
tersebutcenderung memepengaruhi cara konsumen merespon usaha
promosi para pemasar, kapan, dimana, dan bagaimana mereka
mongkonsumsi produk atau jasa tertentu. Menurut Kotler dan Armstrong
(2008a:171), kepribadian mengacu pada karakteristik psikologi unik yang
menyebabkan respons yang relatif konsisten dan bertahan lama terhadap
lingkungan orang itu sendiri. Kepribadian biasanya digambarkan dalam
karakteristik perilaku seperti kepercayaan diri, dominasi, kemampuan
bersosialisasi,
otonomi,
cara
mempertahankan
diri,
kemampuan
beradaptasi, dan sifat agresif. Kepribadian dapat digunakan untuk
menganalisis perilaku konsumen untuk produk atau pilihan merek tertentu.
Idenya adalah bahwa merek juga mempunyai kepribadian, dan bahwa
konsumen senang memilih merek dengan kepribadian yang sesuai dengan
kepribadian mereka. Kepribadian merek (brand personality) adalah bauran
bauran khusus karakteristik perilaku manusia yang dikaitkan dengan
merek tertentu. Jenniffer Aaker dalam Kotler dan Armstrong (2008:172)
mengidentifikasikan lima karakteristik perilaku kepribadian merek, yaitu
(1) ketulusan atau sincerity (membumi, jujur, sehat, dan ceria); (2)
kegembiraan atau excitement (berani, bersemangat, imajinatif, dan
modern); (3) kompeten atau competence (dapat diandalkan, cerdas, dan
sukses); (4) kesempurnaan atau sophistication (kelas atas dan menarik);
(5) ketahanan atau rudggendness (petualang sejati dan tangguh).
4. Faktor Psikologis
Pilihan pembelian seseorang juga dipengaruhi oleh empat faktor
psikologis utama, yaitu motivasi, persepsi, pembelajaran, serta keyakinan dan
sikap (Kotler dan Armstrong, 2008a:172).
a. Motivasi
Sciffman dan Kanuk (2008:72) menyatakan bahwa motivasi dapat
digambarkan sebagai tenaga pendorong dalam diri individu yang memaksa
mereka untuk bertindak. Tenaga pendorong tersebut dihasilkan oleh
keadaan tertekan, yang timbul sebagai akibat kebutuhan yang tidak
terpenuhi. Kotler dan Armstrong (2008a:172) mendefinisikan dorongan
(motif)
tersebut
mengarahkan
sebagai
kebutuhan
seseorang mencari
dengan
kepuasan.
tekanan
Ahli
yang
kuat
psikologi
telah
mengembangkan teori motivasi manusia dan dua teori yang paling populer
adalah teori Sigmund Freud dan Abraham Malow. Sigmund Freud dalam
Kotler dan Armstrong (2008a:173) mengasumsikan bahwa kebanyakan
orang tidak sadar akan kekuatan psikologis sejati yang membentuk
perilaku mereka. Teori Freud menyatakan bahwa keputusan pembelian
seseorang dipengaruhi oleh motif bawah sadar yang bahkan tidak
dipahami sepenuhnya oleh pembeli. Sedangkan Abraham Maslow dalam
Kotler dan Armstrong (2008a:174) berusaha menjelaskan mengapa orang
digerakkan oleh kebutuhan tertentu pada saat tertentu pula. Menurut
Maslow, kebutuhan manusia diatur dalam sebuah hirerarki dari yang
paling mendesak hingga paling tidak mendesak, yaitu (1) kebutuhan
fisiologis (rasa lapar, haus); (2) kebutuhan keselamatan (keamanan,
perlindungan); (3) kebutuhan sosial (perasaan memiliki, cinta); (4)
kebutuhan akan penghargaan (penghargaan diri, pengakuan, status); dan
(5) kebutuhan aktualisasi diri (pengembangan dan realisasi diri).
Seseorang berusaha memenuhi kebutuhan yang paling penting terlebih
dahulu. Ketika kebutuhan tersebut telah terpenuhi, kebutuhan itu tidak
akan lagi menjadi pendorong dan orang kemudian mencoba memuaskan
kebutuhan terpenting berikutnya.
b. Persepsi
Persepsi (perception) adalah proses di mana orang memilih, mengatur, dan
menginterpretasikan informasi untuk membentuk gambaran dunia yang
berarti (Kotler dan Armstrong, 2008a:174). Definisi tersebut sama halnya
dengan definisi persepsi yang diungkapkan oleh Sciffman dan Kanuk
(2008:137), yakni proses yang dilakukan individu untuk memilih,
mengatur, menafsirkan stimuli ke dalam gambar yang berarti dan masuk
akal mengenai dunia. Individu bertindak dan bereaksi berdasarkan
persepsi mereka, tidak berdasarkan realitas yang objektif. Jadi, bagi
pemasar, persepsi konsumen lebih penting daripada pengetahuan
mengenai realitas yang objektif. Karena jika seseorang berpikir mengenai
realitas, itu bukanlah realitas yang sebenarnya, tetapi apa yang dipikirkan
konsumen sebagai realitas, yang akan mempengaruhi tindakan mereka,
kebiasaan membeli mereka, kebiasaan bersantai mereka, dan sebagainya
(Sciffman dan Kanuk, 2008:136).
c. Pembelajaran
Sciffman dan Kanuk (2008:179) menyebutkan bahwa dari perspektif
pemasaran, pembelajaran (learning) konsumen dapat dianggap sebagai
proses bagi para individu untuk memperoleh pengetahuan dan pengalaman
pembelian dan pemakaian yang mereka terapkan pada perilaku yang akan
datang.
Kotler
dan
Armstrong
(2008a:175)
mengatakan
bahwa
pembelajaran menggambarkan perubahan dalam perilaku seseorang yang
timbul dari pengalaman. Pembelajaran terjadi melalui interaksi dorongan
(drives), rangsangan, pertanda, respons, dan penguatan (reinforcoment).
d. Keyakinan dan Sikap
Kotler
dan
Armstrong
(2008a:176)
mengatakan
bahwa
melalui
pelaksanaan dan pembelajaran, seseorang mendapatkan keyakinan dan
sikap. Pada akhirnya, keyakinan dan sikap tersebut mempengaruhi
perilaku pembelian mereka. Keyakinan (belief) adalah pemikiran
deskriptif yang dimiliki seseorang tentang sesuatu. Keyakinan bisa
didasarkan pada pengetahuan nyata, pendapat, atau iman dan dapat
membawa muatan emosi maupun tidak. Pemasar tertarik pada keyakinan
yang diformulasikan seseorang tentang produk dan jasa tertentu, karena
keyakinan
tersebut
membentuk
citra
produk
dan
merek
yang
mempengaruhi perilaku pembelian. Jika ada keyakinan yang tidak sesuai
dan mencegah pembelian, pemasar akan mengadakan kampanye untuk
memperbaikinya. Sedangkan sikap (attitude) menggambarkan evaluasi,
perasaan, dan tendensi yang relatif konsisten dari seseorang terhadap
sebuah objek atau ide. Sikap menempatkan orang ke dalam suatu kerangka
pikiran untuk menyukai atau tidak menyukai sesuatu, untuk bergerak
menuju atau meninggalkan sesuatu. Sikap seseorang mempunyai pola, dan
untuk mengubah sikap seseorang diperlukan penyesuaian yang rumit
dalam banyak hal. Oleh karena itu, perusahaan harus selalu berusaha
menyesuaikan produknya dengan sikap yang telah ada daripada mencoba
mengubah sikap.
Menurut Essael (1987:11) dalam Ritawati Tedjakusuma (2001) menyebutkan
ada tiga faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan konsumen yaitu: (1)
faktor individual konsumen yang meliputi pendidikan dan penghasilan konsumen; (2)
pengaruh lingkungan; (3) strategi pemasaran. Strategi pemasaran merupakan variabel
yang dapat dikontrol oleh pemasar dalam usaha memberi informasi dan
mempengaruhi konsumen. Variabel ini adalah produk, harga, saluran distribusi dan
promosi.
Lebih lanjut Ritawati Tedjakusuma (2001) mengatakan bahwa perubahan
sosial ekonomi mempengaruhi perilaku konsumen dalam membeli, baik untuk
kebutuhan primer maupun sekunder. Perubahan sosial ekonomi meliputi pendapatan
dan tingkat pendidikan yang merupakan karakteristik pembeli. Terdapat korelasi
langsung antara tingkat pendidikan, pendapatan dan kemampuan membeli seseorang.
Pendidikan secara langsung berkaitan dengan kemampuan membeli karena terdapat
korelasi yang kuat antara pendidikan dan pendapatan. Pendidikan mempengaruhi
konsumen dalam membuat keputusan, konsumen yang pendidikannya tinggi
mempunyai pandangan yang berbeda terhadap alternatif merek dan harga
dibandingkan dengan konsumen berpendidikan yang lebih rendah.
2.1.4 Bauran Pemasaran
Program pemasaran terdiri dari sejumlah keputusan tentang bauran alat-alat
pemasaran yang digunakan. Kotler dan Armstrong (2008a:62) mendefinisikan bauran
pemasaran (marketing mix) sebagai kumpulan alat pemasaran taktis terkendali yang
dipadukan perusahaan untuk menghasilkan respons yang diinginkannya di pasar
sasaran. Lebih lanjut Kotler dan Armstrong mengatakan bahwa bauran pemasaran
terdiri dari semua hal yang dapat dilakukan perusahaan untuk mempengaruhi
permintaan produknya. Berbagai kemungkinan tersebut dapat dikelompokkan
menjadi empat kelompok variable yang disebut empat P, meliputi produk (product),
harga (price), tempat (place), dan promosi (promotion). Variabel pemasaran tertentu
dari masing-masing komponen bauran pemasaran ditunjukkan pada gambar 2.3.
Menurut Buchari Alma (2000:162), bauran pemasaran adalah strategi
mencapur kegiatan-kegiatan pemasaran agar dicari kombinasi maksimal sehingga
mendatangkan hasil yang paling memuaskan. Sedangkan menurut Basu Swastha dan
Hani Handoko (2000:42), bauran pemasaran didefinisikan sebagai kombinasi dari
empat variabel atau kegiatan yang merupakan inti dari sistem pemasaran perusahaan,
yaitu produk, struktur harga, kegiatan promosi, dan sistem distribusi.
Ritawati Tedjakusuma (2001) mengatakan bahwa untuk melakukan
pembelian, konsumen tidak terlepas dari karakteristik produk baik mengenai
penampilan, gaya, mutu dan harga dari produk tersebut. Penetapan harga oleh penjual
akan berpengaruh terhadap perilaku pembelian konsumen, sebab harga yang dapat
dijangkau oleh konsumen akan cenderung membuat konsumen melakukan pembelian
terhadap produk tersebut. Karakteristik penjual akan mempengaruhi keputusan
membeli. Dalam hal ini konsumen akan menilai mengenai penjual, baik mengenai
pelayanan, mudahnya memperoleh produk dan sikap ramah dari penjual. Apabila
manajer telah memiliki informasi sejauh mana variabel-variabel perilaku tersebut
berpengaruh terhadap pembelian, maka manajer dapat memilih bauran pemasaran
yang tepat. Perusahaan saat ini berupaya untuk mengembangkan berbagai variabel
bauran pemasaran. Pertama, dari segi produk manajer terus-menerus mencari dan
mengembangkan produk yang sesuai dengan keinginan konsumen. Kedua, dari segi
harga, manajer berusaha menentukan harga yang bias terjangkau oleh semua lapisan
masyarakat. Ketiga, dari segi distribusi, manajer memberikan pelayanan sebaik
mungkin, sehingga mudah diperoleh konsumen. Keempat, dari segi promosi, manajer
bisa menyampaikan informasi melalui iklan maupun promosi penjualan.
Gambar 2.3 Empat Komponen P dalam Bauran Pemasaran
Bauran Pemasaran
Produk
Ragam
Harga
Daftar Harga
Tempat
Saluran
Kualitas
Diskon
Cakupan
Desain
Potongan Harga
Pemilahan
Fitur
Nama merek
Kemasan
Layanan
Periode
Pembayaran
Persyaratan
Kredit
Lokasi
Promosi
Iklan
Penjualan
Pribadi
Promosi
Penjualan
Hubungan
Masyarakat
Persediaan
Transportasi
Logistik
Sumber: Kotler dan Armstrong (2008a:62)
1. Produk
Produk (product) adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan kepada
pasar agar menarik perhatian, akuisisi, penggunaan, atau konsumsi yang dapat
memuaskan suatu keinginan atau kebutuhan (Kotler dan Armstrong,
2008a:266). Dalam arti luas, produk meliputi objek-objek fisik, jasa, acara,
orang, tempat, organisasi, ide, atau bauran entitas-entitas tersebut. Menurut
W. J. Stanton dalam Buchari Alma (2005:139), produk adalah seperangkat
atribut baik berwujud maupun tidak berwujud, termasuk didalamnya masalah
warna, harga, nama baik produk, nama baik toko yang menjual, pelayanan
pabrik serta pelayanan pengecer yang diterima oleh pembeli guna memuaskan
keinginannya.
2. Harga
Menurut Kotler dan Amstrong (2008a:435), harga (price) dalam arti
sempit adalah jumlah yang ditagihkan atas suatu produk atau jasa. Lebih luas,
harga adalah jumlah semua yang diberikan oleh pelanggan untuk
mendapatkan keuntungan dari memiliki atau menggunakan suatu produk atau
jasa. Buchari Alma (2005:169) mengatakan bahwa harga adalah nilai suatu
barang yang dinyatakan dengan uang. Menurut Husein Umar (2003:13), harga
adalah nilai yang ditukarkan dengan manfaat memiliki dan menggunakan
tawar-menawar atau diterapkan oleh penjual untuk satu harga yang sama
terhadap semua pembeli.
3. Saluran Distribusi
Saluran distribusi atau saluran pemasaran (place) merupakan
sekelompok organisasi yang saling tergantung yang membantumembuat
produk atau jasa tersedia untuk digunakan atau dikonsumsi oleh konsumen
atau pengguna bisnis (Kotler dan Armstrong, 2008b:40).
4. Promosi
Bauran promosi (promotion mix) atau juga disebut bauran komunikasi
pemasaran (marketing communication mix) merupakan paduan spesifik iklan,
promosi penjualan, hubungan masyarakat, penjualan personal, dan sarana
pemasaran langsung yang digunakan perusahaan untuk mengomunikasikan
nilai pelanggan secara persuasif dan membangun hubungan pelanggan (Kotler
dan Armstrong, 2008b:116). Definisi lima sarana promosi utama adalah
sebagai berikut:
a. periklanan (advertising), yaitu semua bentuk terbayar presentasi
nonpribadi dan promosi ide, barang, atau jasa dengan sponsor tertentu;
b. promosi penjualan (sales promotion), yaitu insentif jangka pendek
untuk mendorong pembelian atau penjualan produk atau jasa;
c. hubungan masyarakat (public relations), yaitu membangun hubungan
baik dengan berbagai kalangan untuk mendapatkan publisitas yang
diinginkan, membangun citra perusahaan yang baik, dan menangani
atau menghadapi rumor, berita, dan kejadian tidak menyenangkan;
d. penjualan pribadi (personal selling), yaitu presentasi pribadi oleh
wiraniaga perusahaan untuk tujuan menghasilkan penjualan dan
membangun hubungan pelanggan; dan
e. pemasaran langsung (direct marketing), yaitu hubungan langsung
dengan konsumen individual yang ditargetkan secara cermat untuk
memperoleh respons segera dan membangun hubungan pelanggan
yang langgeng melalui penggunaan surat langsung, telepon, televise
respon langsung, e-mail, internet, dan sarana lain untuk berkomunikasi
secara langsung dengan konsumen tertentu.
Saat ini banyak perusahaan mulai menyadari perlunya upaya
mengintegrasikan berbagai kegiatan komunikasi pemasaran yang selama ini
dilakukan secara terpisah-pisah menjadi suatu komunikasi pemasaran terpadu
atau integrated marketing commonications (IMC), yang mencakup upaya
koordinasi dari berbagai elemen promosi dan kegiatan pemasaran lainnya.
Asosiasi Biro Iklan Amerika (American Association of Advertising Agencies)
dalam Morissan (2007:7) menyusun definisi komunikasi pemasaran terpadu
yaitu suatu konsep perencanaan komunikasi pemasaran yang mengakui nilai
tambah dari satu rencan komprehensif yang mengevaluasi peran strategis dari
berbagai disiplin komunikasi, misalnya iklan umum, respon langsung,
promosi penjualan, dan hubungan masyarakat serta menggabungkan berbagai
disiplin tersebut guna memberikan kejelasan, konsistensi, dan dampak
komunikasi yang maksimal.
Pemasar dapat memilih dari dua dari strategi bauran promosi dasar,
yaitu promosi dorong atau promosi tarik (Kotler dan Armstrong, 2008b:137).
Strategi dorong (push strategy) yaitu mendorong produk melalui saluran
pemasaran kepada konsumen akhir. Produsen mengarahkan kegiatan
pemasarannya (terutama penjualan personal dan promosi dagang) kepada
anggota saluran untuk membujuk mereka agar membawa produk dan
mempromosikannya kepada konsumen akhir. Sedangkan strategi tarik (pull
strategy), yaitu produsen mengarahkan kegiatan pemasarannya (terutama
iklan dan promosi konsumen) kepada konsumen akhir untuk membujuk
mereka agar membeli produk. Jika strategi tarik ini efektif, konsumen akan
meminta produk dari anggota saluran, yang kemudian meminta produk dari
produsen. Oleh karena itu, melalui strategi tarik, konsumen menarik produk
melalui saluran.
2.2 Pembahasan Hasil Penelitian Sebelumnya
1. Penelitian yang dilakukan oleh Wartini (2009) dengan judul “Analisis Faktor
Perilaku Konsumen yang Dipertimbangkan dalam Keputusan Menggunakan
Provider CDMA di Kota Denpasar”. Permasalahan pada penelitian ini adalah
(1) faktor-faktor apakah yang dipertimbangkan perilaku konsumen memilih
menggunakan provider CDMA di kota Denpasar; dan (2) faktor perilaku
konsumen di kota Denpasar yang mana dominan menggunakan provider
CDMA di kota Denpasar. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis
faktor untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan
penggunaan provider CDMA di kota Denpasar. Penelitian ini menyimpulkan
empat faktor yang mempengaruhi, yaitu faktor tarif percakapan ekonomis,
faktor persepsi, faktor kualitas jaringan, dan faktor penghasilan. Persamaan
penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah sama-sama menggunakan
teknik analisis faktor dan objeknya sama-sama mengangkat perilaku
konsumen, sedangkan perbedaannya adalah pada subjek yang diteliti.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Nanda dkk. (2008) dengan judul Effect of
Smartphone Aesthetic Design on Users’ Emotional Reaction; An Empirical
Study. Penelitian ini membahas dampak estetika desain pada reaksi emosional
pengguna telepon pintar dan preferensi terhadap produk. Penelitian tersebut
menggali reaksi emosional laki-laki untuk berbagai desain estetika dari
BlackBerry dan mengevaluasi secara empiris preferensi mereka untuk
BlackBerry dalam berbagai warna dan pola overlay. Metodologi yang
digunakan adalah analisis kuantitatif dan desain riset kualitatif, termasuk tiga
jenis instrumen pengumpulan data (pengamatan langsung, skala rating, dan
wawancara). Sebuah analisis varians satu arah (ANOVA) digunakan dan
dilakukan dengan subjek yang independen. Temuan studi menunjukkan
bahwa berbagai desain estetika dari BlackBerry Pearl memiliki dampak pada
reaksi emosional laki-laki. Hasil penelitian menunjukkan perbedaan yang
signifikan untuk efek utama dari pola (F(9,441)=28, 148, p<0,05). Responden
melaporkan nilai yang lebih tinggi secara signifikan untuk treatment asli dari
smartphone, yakni Piano Black (Mean=5,5) dibandingkan untuk traetment
visual
lainnya,
seperti
Skittles (Mean=2.8). Beberapa perbandingan
menggunakan Tukey post-hoc tes untuk Pola (p<0,05) juga menunjukkan
peserta memberi nilai lebih tinggi pada Piano Black secara signifikan daripada
Light Blue (Mean=4.7), Green Swirl (Mean=4,4), Fractal Shell (Mean=3.7),
Orange Flower (Mean=3.7), Fuchsia (Mean=3,5), dan Gold Bling
(Mean=3.1). Persamaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah
pada subjek yang diteliti, yaitu pengguna telepon pintar BlackBerry,
sedangkan perbedaannya adalah pada objek penelitian dan alat analisis yang
digunakan.
3. Penelitian yang dilakukan oleh Eka Susanti (2008) dengan judul “Analisis
Perilaku Konsumen dalam Keputusan Pembelian SIM Card Code Division
Multiple Access (CDMA) di Kota Denpasar”. Permasalahan pada penelitian
ini adalah (1) faktor-faktor perilaku konsumen apa yang dipertimbangkan
dalam keputusan pembelian SIM Card CDMA di kota Denpasar; dan (2)
variabel apa yang mewakili setiap faktor yang dipertimbangkan dalam
keputusan konsumen membeli SIM Card CDMA di kota Denpasar. Analisis
yang digunakan adalah analisis faktor yang mempengaruhi keputusan
pembelian SIM Card CDMA di kota Denpasar menyimpulkan empat faktor
yang mempengaruhi adalah faktor tarif percakapan ekonomis, faktor kualitas
suara, faktor pengetahuan, dan faktor iklan di media massa. Persamaan
penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah sama-sama menggunakan
teknik analisis faktor dan objeknya sama-sama mengangkat tentang perilaku
konsumen, sedangkan perbedaannya adalah pada subjek yang diteliti.
4. Penelitian yang dilakukan oleh Eka Sastrawan (2005) dengan judul “Analisis
Faktor-faktor Perilaku Konsumen (Remaja) dalam menggunakan telepon
genggam di kota Denpasar”. Permasalahan pada penelitian ini adalah (1)
faktor-faktor apa yang dipertimbangkan remaja dalam menggunakan telepon
genggam di kota Denpasar; dan (2) variabel apa yang mewakili setiap faktor
yang dipertimbangkan remaja dalam menggunakan telepon genggam di kota
Denpasar. Analisis yang digunakan adalah analisis faktor yang mempengaruhi
remaja dalam mengambil keputusan untuk menggunakan telepon genggam di
kota Denpasar yang menyimpulkan faktor-faktor yang dianggap penting oleh
remaja adalah faktor harga produk, fakor promosi, faktor pengalaman, faktor
pengetahuan, faktor keluarga, faktor kebudayaan, dan faktor tempat.
Persamaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah sama-sama
menggunakan teknik analisis faktor dan objeknya sama-sama mengangkat
mengenai perilaku konsumen, sedangkan perbedaannya adalah pada subjek
yang diteliti.
5. Penelitian yang dilakukan oleh Ritawati Tedjakusuma, dkk. (2001) dengan
judul “Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen dalam
Pembelian Air Minum Mineral di Kotamadya Surabaya”. Permasalahan pada
penelitian ini adalah (1) apakah faktor individual yang terdiri dari pendidikan,
penghasilan, dan faktor-faktor marketing strategies yang terdiri dari harga,
kualitas, distribusi, dan promosi secara bersama-sama mempunyai pengaruh
yang bermakna terhadap perilaku konsumen dalam melakukan pembelian air
minum mineral di Kotamdya Surabaya; dan (2) Di antara faktor-faktor
tersebut, faktor mana yang mempunyai pengaruh dominan dalam pembelian
air minum mineral di Kotamadya Surabaya. Analisis yang digunakan adalah
regresi linear berganda yang digunakan untuk mengetahui besarnya pengaruh
variable-variabel bebas (pendidikan, penghasilan, harga, kualitas, distribusi,
dan promosi) terhadap variable terikat (perilaku konsumen air minum
mineral), baik secara bersama-sama maupun parsial. Penelitian tersebut
menyimpulkan bahwa perilaku konsumen dalam pembelian air minum
mineral dipengaruhi secara bersama-sama dan bermakna oleh faktor
pendidikan, penghasilan, harga, kualitas, distribusi dan promosi. Hal tersebut
ditunjukkan oleh Fhitung = 34,677 lebih tinggi dari Ftabel = 2,14, dengan
koefisien korelasi R sebesar 0,7203 dan koefisien determinasi ganda (R
Squared) sebesar 0,5188 dan diantara variable-variabel bebas tersebut, harga
mempunyai pengaruh dominan terhadap perilaku konsumen air minum
mineral di Kotamadya Surabaya. Persamaan penelitian tersebut dengan
penelitian pada skripsi ini adalah pada objek yang diteliti, yaitu faktor
perilaku konsumen yang mempengaruhi keputusan pembelian, sedangkan
perbedaannya adalah pada subjek yang diteliti dan teknik analisis data yang
digunakan.
Download