Ringkasan Eksekutif Dokumen desain proyek (PDD) disiapkan untuk proyek “Pembasahan Hutan Rawa Gambut Tropik di Taman Nasional Sebangau”. Taman Nasional Sebangau adalah hutan rawa gambut yang berlokasi di Kalimantan Tengah, Indonesia, yang dulunya adalah hutan produksi di bawah konsesi 13 HPH dari Proyek ini termasuk kedalam aktivitas demonstrasi REDD+ tahun 1970 sampai 19951. (Demonstration Activity, DA REDD+) yang dilaksanakan di kawasan konservasi di bawah Rencana Aksi Nasional untuk mereduksi emisi gas rumah kaca (RAN GRK). Setelah berakhirnya konsesi HPH di tahun 1995, era pembalakan liar dimulai. Pada saat itu banyak kanal telah digali oleh para pembalak liar sebagai sarana transportasi log-log kayu keluar dari daerah hutan rawa gambut. Kanal-kanal tersebut telah mempercepat mengalirnya air keluar dari lahan gambut, menyebabkan lahan gambut terkuras airnya dan mengalami proses dekomposisi dan melepaskan gas yang terkait dengan gas rumah kaca (GRK). Tujuan dari aktivitas proyek adalah untuk mengurangi emisi gas GRK yang berasal dari dekomposisi gambut dengan membasahi lahan gambut yang terkuras airnya dengan pendekatan teknis. Proyek ini akan melakukan pemblokiran kanal melalui pembangunan dam di kanal-kanal yang menguras air dari lahan gambut. Beberapa studi telah memperlihatkan bahwa emisi GRK yang dihasilkan oleh lahan gambut tropik dikontrol oleh tinggi muka air tanah yang berhubungan dengan permukaan gambut dan oleh karena itu menjaga tinggi air tanah dekat dengan permukaan lahan gambut akan mengurangi emisi GRK dari dekomposisi gambut. Selain sebagai upaya untuk mengurangi emisi GRK, perbaikan kondisi hidrologi alami diharapkan menghasilkan pemulihan ekosistem hutan rawa gambut di Sebangau. Pembasahan gambut akan mendukung tumbuhnya kembali tanaman yang memungkinkan pulihnya dan ekspansi populasi kehidupan liar termasuk species langka dari orang utan Kalimantan. Pembangunan dam-dam dimulai dengan aktivitas ujicoba di tahun 2004, dengan peningkatan aktivitas besar-besaran dimulai tahun 2009. Pada tahun 2011 dengan dukungan pembiayaan dari dua sponsor Jerman, “Deutsche Post” dan “Krombacher”, proyek telah membangun 431 dam di subDAS Bakung, Bangah dan Rasau in bagian timur Taman Nasional Sebangau3. Masyarakat lokal telah dilibatkan di dalam proyek sejak awal, karena pentingnya area proyek bagi kegiatan perikanan dan pengumpulan getah jelutung. Tiga keluarga besar yang hidup di desa Kereng Bangkirai mengklaim pengelolaan hak tradisional atas tiga sub-DAS dan selama empat generasi tergantung kepada usaha penangkapan ikan di kawasan rawa banjir dan cabang-cabang sungai dari Sungai Sebangau sebagai mata pencaharian utama. Masyarakat, terutama nelayan yang secara intensive menangkap ikan telah dilibatkan dalam konsultasi disain dam-dam. Pada kanal yang secara rutin digunakan untuk menangkap ikan dan mentransportasi getah jelutung, dam yang dibangun dilengkapi dengan limpasan sehingga perahu kecil masih bisa melewatinya. Masyarakat juga dilibatkan pada pembangunan dan pemeliharaan dam-dam tersebut. Perbaikan dari kondisi hidrologi dan pemulihan ekosistem lahan gambut akan terutama menguntungkan masyarakat lokal yang tergantung pada sumberdaya lahan gambut untuk mata pencaharian utama mereka. Selanjutnya, pencegahan kebakaran karena pembasahan adalah keuntungan untuk orang-orang lokal. Daerah rawa banjir penting sebagai tempat pemijahan bagi populasi ikan, oleh karena itu pembasahan daerah rawa banjir yang airnya terkuras oleh kanal-kanal akan menghasilkan penangkapan ikan yang lebih produktif bagi nelayan lokal. Selain itu pengisian kanal-kanal dengan air akan memungkinkan pengumpul getah jelutung untuk meningkatkan aktivitas dan mendapat keuntungan-keuntungan ekonomi.