View/Open - Repository | UNHAS

advertisement
BAB VI
PEMBAHASAN
Pada penelitian ini diperoleh data bahwa gigi nekrosis terjadi pada kelompok
usia remaja dan dewasa yaitu usia 15-35 tahun dan paling banyak ditemukan pada
usia 15-21 tahun. Berdasarkan jenis kelamin, gigi nekrosis lebih banyak ditemukan
pada perempuan daripada laki-laki. Hal ini sebanding dengan Profil Kesehatan
Indonesia Tahun 2010 yang menyebutkan bahwa jenis kelamin perempuan lebih
banyak mengalami penyakit pulpa daripada jenis kelamin laki-laki. Hal ini
disebabkan erupsi gigi pada jenis kelamin perempuan lebih cepat dibandingkan jenis
kelamin laki-laki sehingga lebih lama terpapar faktor resiko terjadinya karies dan
dapat berlanjut ke penyakit pulpa. 4,15
Berdasarkan hasil penelitian, gigi premolar rahang atas merupakan gigi yang
paling banyak mengalami gigi nekrosis. Hal ini berbeda dengan Farzana (2010) yang
menyatakan bahwa gigi molar mandibula paling banyak mengalami nekrosis pulpa
dan perawatan endodontik. Hal ini disebabkan gigi molar mandibula khususnya
molar pertama erupsi lebih awal yaitu 6-7 tahun sehingga lebih rentan terpapar karies
dan penyakit pulpa. Selain itu, morfologi gigi molar memiliki banyak pit dan fissure
yang menjadi tempat yang sering mengalami karies dan dapat berlanjut ke penyakit
pulpa.15,16
28
Pada penelitian ini 57,14 % bakteri yang terdapat pada saluran akar gigi
nekrosis adalah bakteri anaerob fakultatif, sedangkan bakteri aerob sebanyak 42,86
%. Penelitian Anuradha Rani (2006) dan E. Ercan (2006) juga menyatakan 53 %
bakteri pada saluran akar gigi nekrosis merupakan bakteri anaerob fakultatif.
Berdasarkan hal tersebut, bakteri anaerob fakultatif banyak ditemukan pada saluran
akar gigi nekrosis. Bakteri anaerob fakultatif merupakan bakteri yang dapat tumbuh
dengan ada atau tidak adanya oksigen, sedangkan bakteri aerob merupakan bakteri
yang dapat tumbuh dengan adanya oksigen. Pada saluran akar gigi nekrosis,
tegangan oksigen lebih rendah dibandingkan rongga pulpa sehingga bakteri anaerob
fakultatif lebih banyak ditemukan pada saluran akar gigi nekrosis dibandingkan
bakteri aerob. 10,12,17,18
Kelompok bakteri gram negatif dan bakteri gram positif pada penelitian ini
memiliki perbedaan. Berdasarkan jenis bakteri yang teridentifikasi, kelompok bakteri
gram negatif lebih banyak dibandingkan dengan bakteri gram positif. Hasil ini
berbeda dengan E. Ercan (2006) yang menyatakan 62,4% infeksi saluran akar gigi
didominasi oleh bakteri gram positif. Menurut Anuradha Rani dan Ashok Copra
(2006), bakteri yang banyak ditemukan pada saluran akar gigi non-vital adalah
bakteri
gram
positif
sebanyak
50,73%.
Berdasarkan
penelitian
tersebut,
membuktikan adanya perbedaan bakteri yang ditemukan pada saluran akar gigi
nekrosis dari segi pewarnaan gram. Bakteri gram negatif memiliki kemampuan
proteolitik dan kolagenolitik yang dapat mengubah struktur jaringan ikat pulpa.
Selain itu, bakteri gram negatif juga memiliki kemampuan meningkatkan patogenesis
dengan melepaskan lipopolisakarida (endotoksin) yang dapat berinteraksi dengan
29
sel-sel inflamasi sehingga menyebabkan reaksi inflamasi pada gigi nekrosis. Oleh
karena itu, bakteri Gram negatif lebih bersifat patogen dibandingkan bakteri Gram
positif sehingga lebih banyak ditemukan pada saluran akar gigi nekrosis. 10,17,18
Berdasarkan hasil penelitian, bakteri yang teridentifikasi dari saluran akar
gigi nekrosis sebanyak tujuh jenis bakteri yang terdiri Acinetobacter calcoaceticus,
Pseudomonas aeruginosa, Staphylococcus aureus, Proteus vulgaris, Klebsiella
pneumoniae, Actinomyces spp., dan Streptococcus spp. Hal ini membuktikan bahwa
bakteri pada gigi nekrosis merupakan bakteri yang secara deskriptif berbeda.
Perbedaan tersebut oleh karena saluran akar gigi nekrosis merupakan tempat invasi
bakteri yang memiliki banyak sumber nutrisi sehingga memungkinkan beberapa jenis
bakteri yang berbeda dapat tumbuh.19
Walaupun gigi nekrosis pada penelitian ini disebabkan oleh karies gigi,
bakteri Lactobacillus spp. yang terdapat pada karies gigi tidak ditemukan pada
saluran akar gigi nekrosis. Namun, bakteri Streptococcus spp masih ditemukan
saluran akar gigi nekrosis. Hal ini membuktikan jaringan pulpa bersifat selektif
sehingga memungkinkan pertumbuhan jenis bakteri tertentu. 1,3
Pertumbuhan jenis bakteri pada gigi nekrosis dipengaruhi oleh nutrisi pada
jaringan nekrosis, tegangan oksigen yang rendah, dan interaksi antar bakteri. Nutrisi
yang menjadi media tumbuh bakteri diperoleh dari hasil reaksi inflamasi jaringan
nekrosis yang mengandung polipeptida dan asam amino. Selain itu, interaksi antar
bakteri pada gigi nekrosis juga mempengaruhi pertumbuhan bakteri tertentu. Produk
bakteri dapat menjadikan pasokan nutrisi untuk jenis bakteri lain. Namun, bakteri
30
tertentu dapat menghasilkan bakteriosin yang dapat menghambat jenis bakteri lain.
Hal ini yang dapat menentukan jenis bakteri yang dapat ditemukan pada saluran akar
gigi nekrosis.2,18,20
Berdasarkan penelitian ini, bakteri yang paling dominan pada saluran akar
gigi nekrosis adalah bakteri anaerob fakultatif gram positif yaitu Actinomyces spp.
Bakteri Actinomyces spp. pada penelitian ini sebanyak 30 %. Hasil ini berbeda
dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh E. Ercan (2006) dan Daniel Saito et al
(2006) yang menyatakan bakteri Peptostreptococcus merupakan bakteri yang paling
dominan dari infeksi saluran akar. Pada penelitian E. Ercan (2006), bakteri
Actinomyces spp. yang teridentifikasi sebanyak 7,1 %. Perbedaan jenis bakteri yang
banyak ditemukan pada saluran akar gigi nekrosis dapat disebabkan oleh jumlah
sampel yang diteliti dan metode identifikasi bakteri yang berbeda.10,11
Bakteri Actinomyces spp. merupakan bakteri anaerob fakultatif gram positif
yang memiliki bentuk basil. Koloni bakteri ini terdapat pada gigi dan sering terisolasi
pada infeksi endodontik. Bakteri Actinomyces spp. juga merupakan suatu patogen
yang sering ditemukan pada kasus perawatan endodontik yang berulang-ulang. Hal
ini dihubungkan dengan prosedur debridement saluran akar yang tidak akurat dan
perawatan endodontik yang tidak asepsis. 12,21
31
Download