reaksi inflamasi, adaptasi, dan kematian sel

advertisement
REAKSI INFLAMASI, ADAPTASI, DAN
KEMATIAN SEL (APOPTOSIS)
Chairul Huda Al Husna
1
INFLAMASI
INTRO
• Kata inflamasi berasal dari bahasa Latin "inflammo",
yang berarti "Saya dibakar, saya menyalakan".
• Inflamasi atau peradangan adalah upaya tubuh untuk
perlindungan diri, tujuannya adalah untuk
menghilangkan rangsangan berbahaya, termasuk selsel yang rusak, iritasi, atau patogen dan memulai
proses penyembuhan
INFLAMASI
• Inflamasi adalah respon jaringan terhadap cidera akibat infeksi,
pungsi, abrasi, terbakar, objek asing, atau toksin
• Ditandai dengan panas (kalor), kemerahan (rubor), pembengkakan
(tumor), dan nyeri (dolor). Gejala kelima kadang terjadi adalah
hilangnya fungsi (functio laesa)
TAHAP INFLAMASI
1.
2.
3.
4.
Produksi faktor-faktor kimia vasoaktif (mediator inflamasi)
Kemotaktis
Fagositosis
Pemulihan
INFLAMASI (lanjutan)
Rangkaian peristiwa inflamasi :
1. Produksi faktor-faktor kimia vasoaktif meliputi
histamin, serotonin, derivatif asam arakidonat
(leukotrien, prostlagandin, dan tromboksan),
dan kinin (protein plasma teraktivasi). Faktorfaktor ini mengakibatkan efek :
a. Vasodilatasi  eritema, nyeri berdenyut, panas
b. Peningkatan permeabilitas kapiler  bengkak
c. Pembatasan area cidera  bekuan fibrin
• Mediators of inflamation
– Heparin  inhibits coagulation
– Histamine  vasodilation of arterioles & increased
vascular permeability  edema
– Kinins  produce pain
– Neutrophils  first line cellular defense 
phagocytes
– Prostaglandins  produce pain too + same effect
with histamin
– Serotonin  local vasoconstriction
– Leukotrienes  cause smooth muscle contraction +
increase vascular permeability
Appendiks
• Vasodilatasi : pelebaran pembuluh darah
• Vasokontriksi : penyempitan pembuluh darah
• Permeabilitas : suatu sifat atau kemampuan dari suatu
membrane untuk dapat dilewati oleh suatu zat
– Tinggi/besar/meningkat : mudah ditembus zat
– Rendah/kecil/menurun : sulit ditembus zat
INFLAMASI (lanjutan)
2. Kemotaksis (gerakan fagosit ke arah cidera)  1 jam
setelah permulaan inflamasi
a.
b.
Marginasi : perlekatan fagosit & neutrofil ke dinding endotelial
Diapedesis : migrasi fagosit & neutrofil ke area cidera
3. Fagositosis agens berbahaya
a. Nutrofil & makrofag memakan bakteri/benda asing
b. Neutrofil & makrofag  terurai dan mati setelah menelan
bakteri
c. Membentuk pus/eksudat terus menerus sampai infeksi
teratasi  pus bergerak ke permukaan tubuh/rongga internal
untuk diuraikan/diabsorbsi
d. Abses/granuloma akan terbentuk jika respon inflamasi tdk
dapat mengatasi cidera
a.
b.
Abses :kantong pus terbatas dikelilingi jaringan terinflamasi
Granuloma : proses inflamasi kronik karena iritasi berulang  dikelilingi kapsul
fibrosa
INFLAMASI (lanjutan)
4. Pemulihan
a. Regenerasi jaringan  mitosis sel-sel sehat
b. Pembentukan jaringan parut  respon alternatif
c. Regenerasi atau pembentukan parut ditentukan
oleh sifat jaringan yang rusak dan luasnya cidera.
Kulit  kemampuan regenerasi yang tinggi 
regenerasi lengkap, kecuali jika cidera terlalu
dalam
INFLAMASI
• Inflamasi akut :
– Berlangsung relatif singkat (beberapa menit – hari),
ditandai eksudasi cairan dan protein plasma serta
akumulasi neutrofil yang menonjol  bila gagal 
• Inflamasi kronis :
– Berlangsung lama, ditandai adanya limfosit dan
macrophage disertai proliferasi pembuluh darah
(angiogenesis), fibrosis dan kerusakan jaringan.
POLA MORFOLOGI INFLAMASI AKUT
1.
2.
3.
4.
SEROUS INFLAMMATION
FIBRINOUS INFLAMMATION
SUPPURATIVE OR PURULENT INFLAMMATION
ULCER
SEROUS INFLAMMATION
• Ditandai melubernya cairan relatif mengandung sedikit
protein. Dibentuk dari serum atau hasil sekresi mesothel
rongga tubuh (misal: peritoneum, ruang pleura). Tergantung
dari derajat beratnya jejas.
• Misal:
– Luka bakar
– Infeksi virus.
FIBRINOUS INFLAMMATION
• Jejas yang lebih berat  permeabilitas vaskuler
lebih besar  molekul lebih besar misal Fibrinogen
dapat melintasi barier pembuluh darah  fibrin
berada di ruang ekstraseluler.
• Misal: Meningen, perikard, pleura
SUPPURATIVE or PURULENT INFLAMMATION
• Ditandai dengan produksi nanah (pus) dalam jumlah
banyak  tdr neutrophil, sel-sel nekrotik, cairan
edema.
• Misal: Infekfi bacteri Staphylococcus
ULCER
• Defek lokal, atau exkavasi, permukaan organ atau
jaringan yang diproduksi oleh sloughing (shedding)
jaringan keradangan nekrotik
• Misal: mukosa rongga mulut, permukaan saluran
cerna.
INFLAMASI KRONIK
• Inflamasi yang memanjang (berminggu-minggu,
berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun) dan
terjadi inflamasi aktif, jejas jaringan dan
penyembuhan secara serentak
• Ditandai dengan :
– Infiltrasi sel Mononuclear ( Macrophage, Lymphosit
dan Plasma Cell)
– Destruksi jaringan
– Penyembuhan, meliputi proliferasi pembuluh darah
baru (angiogenesis) dan fibrosis
Inflamasi Kronik dapat Terjadi pada :
• INFEKSI VIRUS
– Infeksi intrasel, perlu limfosit (dan makrofag) untuk mengidentifikasi
serta eradikasi
• INFEKSI MIKROBA PERSISTEN
– Misal: TBC, Treponema pallidum
– Mengakibatkan patogenitas langsung yg lemah, menimbulkan respos
imun hypersensitifitas lambat, menghasilkan radang granulomatosa
• PAPARAN INFLAMASI YANG LAMA TERHADAP AGEN YANG
BERPOTENSI TOKSIK
– Misal: paparan material eksogen yang tak dapat didegradasi, misal
partikel silika terinhalasi.
• PENYAKIT AUTOIMUN
– Misal: Artritis Rheumatoid
2
ADAPTASI, KERUSAKAN, DAN
KEMATIAN SEL
Mekanisme Adaptasi, Kerusakan dan
Kematian sel
• Sel melakukan adaptasi dengan:
-
Hypertrophy
Hyperplasia
Atrophy
Metaplasia
• Jika usaha adaptasi tersebut tidak berhasil
maka dapat menyebabkan kerusakan sel
Diagram respons sel terhadap
rangsangan fisiologik dan
patologik
Kematian Sel
• Kematian sel disebabkan oleh :
– Ischemia,
– Infeksi,
– Toksin dan
– Reaksi imun
• Kematian sel juga merupakan salah satu
proses yang normal terjadi pada fase
embriogenesis, perkembangan organ dan
pengaturan homeostasis.
HIPERTROPI
• Sel yang membesar sehingga menyebabkan organ
membesar
• Tidak terdapat sel baru,
• perbesaran terjadi karena :
– peningkatan jumlah struktur protein dan organel sel.
• Bisa terjadi secara fisiologis ataupun patologis,
bisa juga terjadi karena stimulus dari peningkatan
hormon tertentu.
– Contoh : perbesaran uterus karena stimulus dari
estrogen sehingga terjadi hiperplasi dan hipertropi.
Hipertropi pada uterus
HIPERPLASI
• Replikasi sel, sehingga terjadi penambahan
jumlah sel membuat organ membesar.
• Hiperplasi bisa secara fisiologis dan patologis
• Hiperplasi secara fisiologis dibagi menjadi 2 :
– Hormonal hyperplasia
– Compensatory hyperplasia – terjadi saat sebagian
jaringan terambil
ATROPI
• Pengecilan ukuran sel
• Disebabkan oleh :
– Sel kehilangan substansi sel, sehingga menyebabkan
berkurangnya ukuran organ
– penurunan dari sintesis protein dan peningkatan
degenersi protein di dalam sel
– kehilangan inervasi, kekurangan suplai darah,
kekurangan nutrisi, kehilangan stimulasi endokrin, dan
aging
• Atropi memungkinkan terjadinya menurunnya
fungsi sel, namun bukan merupakan kematian sel.
ATROPI OTAK
METAPLASIA
• perubahan reversibel dari fenotip sel yang
digantikan oleh tipe sel yang lain – bertahan di
lingkungan yang merugikan
• Sering terjadi karena iritasi yang terjadi secara
kronis.
• Pada kondisi ini sel yang mengalami adaptasi
digantikan oleh tipe sel lain yang lebih bisa
menghadapi stresor.
• Contoh : pada perokok, sel epitel columnar
ciliated pada trakea dan bronchi diganti
dengan stratified squamous epithelial cells
KERUSAKAN SEL REVERSIBEL
• Pada stadium awal terjadinya kerusakan atau pada
kerusakan ringan, kerusakan fungsi dan morfologi
akan dapat kembali normal jika penyebab dari
kerusakan tersebut dihilangkan.
• Pada stadium ini meskipun terjadi kerusakan sel
secara signifikan, namun tidak terjadi kerusakan
baik pada membran sel maupun pada pada inti.
KEMATIAN SEL
• Pada kerusakan yang terjadi secara terus menerus,
maka kerusakan tersebut menjadi irreversibel dan
akhirnya sel tidak memiliki kemampuan untuk
memperbaiki kerusakan sehingga menyebabkan sel
mati.
• Ada 2 macam kematian sel, yang dibedakan dari
morfologi, mekanisme dan perubahan fisiologis dan
penyakit, yaitu
– Apoptosis
– Nekrosis
Apoptosis
• Kematian sel oleh sel itu sendiri
• Disebabkan oleh :
– Growth factor atau DNA sel atau protein yang
dihancurkan dengan maksud perbaikan.
• Memiliki karakteristik sel dimana inti sel mengalami
pemadatan dan tidak terjadi kerusakan membran sel
• Apoptosis memerlukan sintesis aktif RNA dan protein
dan merupakan suatu proses yang memerlukan
energi
APOPTOSIS
• Kematian sel yg terprogram  pengontrolan ukuran/jumlah sel
• Apoptosis >>  sel hilang secara berlebihan. Mis : atrofi
• Apoptosis <<  sel menumpuk secara berlebihan. Mis :
neoplasia
• Diaktifkan dan dicegah oleh faktor :
– Inhibitor (penghambat apoptosis) : growth factor, sel matriks,
steroid seks, beberapa protein virus
– Induser (penyebab apoptosis) : penarikan growth factor,
hilangnya perlekatan matriks, glukokortikoid (kortisol), beberapa
virus, radikal bebas
INDUSER ↑ & INHIBITOR ↓
Protease endogen &
endonuklease aktif
– Degradasi sitoskeletal
– Fragmentasi DNA
– Fungsi mitokondria hilang
Sel berkerut dan membran berubah bentuk
Fagositosis
Apoptotic bodies
Apoptosis sel hati oleh
virus hepatitis
Sel mengalami pengurangan ukuran dan sitoplasmanya
berwarna eosinophilic terang serta nukleusnya
mengalami kondensasi
Nekrosis
• Terjadi kerusakan membran, lisososm mengeluarkan
enzim ke sitoplasma dan menghancurkan sel, isi sel
keluar dikarenakan kerusakan membran plasma dan
mengakibatkan reaksi inflamatori.
• Nekrosis adalah pathway yang secara umum terjadi
pada kematian sel yang diakibatkan oleh:
–
–
–
–
Ischemia
Keracunan
Infeksi
Trauma
PERBEDAAN KEMATIAN SEL
NECROSIS DAN APOPTOSIS
Tipe-tipe Morfologik Nekrosis Jaringan
• Secara makroskopik dan dengan
pemeriksaan mikroskop dapat dikenali
beberapa bentuk nekrosis
• Bentuk-bentuk tersebut :
– Nekrosis koagulasi
– Nekrosis liquefaktif (mencair)
– Nekrosis lemak
– Nekrosis kaseosa (perkejuan)
Nekrosis Koagulasi
• Tidak hanya terjadi denaturasi protein,
namun juga berkaitan dengan hambatan
enzim-enzim litik.
• Sel tidak mengalami lisis, dengan
demikian kerangka luar sel relatif utuh.
• Inti menghilang dan sitoplasma yang
mengalami asidifikasi menjadi eosinofilik
Nekrosis koagulasi-infrak ginjal
Nekrosis Liquefaktif
• Ditandai oleh larutnya jaringan akibat lisis enzimatik selsel yang mati.
• Proses ini biasanya terjadi di otak sewaktu terjadi
pelepasan enzim-enzim otokatalitik dari sel-sel yang mati.
• Nekrosis likuefaktif juga terjadi pada peradangan purulen
akibat efek heterolitik leukosit polimorfonuklear pada pus.
• Jaringan yang mengalami likuefaksi menjadi lunak, mudah
mencair, dan tersusun oleh sel-sel yang mengalami
disintegrasi dan cairan.
Nekrosis liquefaktif-infark otak
.
Nekrosis Lemak
• Terjadi akibat kerja enzim-enzim lipolitik
pada jaringan lemak.
• Proses ini biasanya terjadi pada nekrosis
pankreatik akut dan merupakan konsekuensi
pelepasan lipase pankreas ke jaringan
peripankreas.
• Lipolisis ditandai oleh hilangnya kontur selsel lemak.
• Asam-asam lemak yang dibebaskan dari sel
lemak mengalami saponifikasi dengan
mengikat natrium, kalium dan kalsium.
Nekrosis Lemak – Pankreatitis Akut
Nekrosis Kaseosa (Perkejuan)
• Memiliki baik gambaran nekrosis koagulasi
maupun likuefaktif.
• Biasanya nekrosis ini terjadi di bagian tengah
granuloma tuberkolusa, yang mengandung bahan
seperti keju yang putih atau kekuningandan
merupakan asal nama nekrosis tipe ini.
• Secara histologis, rangka luar sel tidak lagi utuh,
tetapi sebaliknya jaringan juga belum mencair.
• Sisa-sisa sel tampak sebagai bahan amorf
bergranula halus.
Nekrosis Kaseosa – TB Paru
SELAMAT BELAJAR
Download