BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN

advertisement
BAB II
KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN
2.1.
Kajian Teoretis
2.1.1 Hakekat Motorik Halus
Pada hakekatnya, motorik halus pada anak usia dini adalah ditekankan pada koordinasi
gerakan motorik halus dalam hal ini berkaitan dengan kegiatan meletakkan atau memegang suatu
objek dengan menggunakan jari tangan. Pada usia 4 tahun, koordinasi gerakan motorik halus
anak sangat berkembang bahkan hampir sempurna.
Dengan motorik halus memberikan kesempatan pada peserta didik untuk menghubungkan
pengetahuan yang sudah diketahui dengan pengetahuan baru yang diperolehnya, dan
perkembangan motorik halus merupakan salah satu kemampuan dan potensi pada setiap anak
didik agar potensi kemampuan tersebut dapat bekembang secara optimal maka perlu diberikan
dasar-dasar keterampilan melalui latihan pembinaan hal ini juga dilaksanakan pada kemampuan
dasar seperti menulis, daya cipta, daya pikir, imajinasi, dan jasmani yang ditunjang oleh sarana
dan prasarana yang memadai.
Dengan motorik halus juga anak didik dapat berolah tangan, dengan menggunakan media
kreatif tersebut. Anak dapat melaksanakan kegiatan yang dapat melatih otot-otot tangan
termasuk koordinasi mata. Pilaran dan tangannya sehingga anak dapat melatih
10otot-otot tangan
termasuk koordinasi mata, pikiran, dan tangannya sehingga anak, memperoleh keterampilan
untuk perkembangan selanjutnya.
2.1.1.1 Pengertian Kemampuan Motorik Halus
Kemampuan motorik halus 9adalah kemampuan minimum dalam bidang atau aspek
pengembangan tertentu yang harus dapat dilakukan atau ditampilkan oleh peserta didik, sehingga
yang menjadi standar atau ditampilkan untuk satu bidang atau aspek pengembangan yang saling
berkaitan. Motorik dalam istilah Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdiknas, 2005: 756)
berkaitan dengan “Penggerak”. Sehingga pada anak kemampuan motorik sangat dibutuhkan
dalam proses berkembangnya anak.
Muis (2008:6) mengemukakan bahwa: “Kemampuan motorik halus (fine motor skills)
merupakan gerakan yang dilakukan hanya melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu saja dan
dilakukan oleh otot-otot kecil, tidak memerlukan tenaga tetapi membutuhkan koordinasi yang
cermat seperti: koordinasi mata, tenaga dan tangan. Kontrol motorik halus pada tahap yang
paling awal masih berupa genggaman yang bersifat refleks. Gerakan ini kemudian akan menjadi
lebih terkoordinasi dan lebih baik seiring dengan meningkatnya usia dan pengalaman”.
Menurut Holts (2009:10), kemampuan motorik anak dikatakan terlambat bila di usianya
yang seharusnya dapat mengembangkan keterampilan baru tetapi ia tidak menunjukkan
kemajuan terlebih jika sampai memasuki usia sekolah 6 tahun. Anak belum dapat menggunakan
alat tulis dengan baik dan benar anak-anak yang mengalami keterlambatan dalam perkembangan
11
motorik halus mengalami kesulitan untk mengoordinasikan gerakan tangan dan jemari-jemarinya
secara fleksibel.
Proses tumbuh kembang kemampuan gerak seorang anak disebut perkembangan motorik.
Perkembangan motorik anak pada dasarnya tumbuh berkembang sejalan dengan kematangan
pada saraf dan otot anak. Menurut Endah (2008:12) bahwa “Motorik merupakan perkembangan
pengendalian gerakan tubuh melalui kegiatan yang terkoordinir antara susunan saraf, otot, otak,
dan spinal cord.
Kemampuan motorik ini pada dasarnya berkembang sejalan dengan kematangan saraf
dan otot, sehingga dapat dikatakan, setiap gerakan yang dilakukan seorang anak, sesederhana
apapun, sebenarnya merupakan hasil pola interaksi yang kompleks dari berbagai bagian dan
sistem dalam tubuh yang di montrol oleh otak, karena proses kemantangan masing-masing anak
tidak selalu sama, maka laju perkembangan antara anak satu dengan yang lainnya bisa saja
berbeda.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kemampuan motorik halus adalah kemampuan
anak yang melibatkan gerak otot-otot kecil antara lain meliputi: mencoret, menulis, memegang.
Oleh karena itu dalam kemampuan motorik halus yang digunakan adalah sekelompok otot-otot
kecil seperti: jari-jari, tangan, lengan, dan seringkali membutuhkan kecermatan antara koordinasi
mata dengan tangan. Kemampuan yang mesti melekat pada anak dalam mengembangkan
motorik halus adalah harus cermat dan teliti.
12
Dalam penelitian ini, kemampuan motorik halus dimaksudkan dengan kemampuan anak
dalam mengkoordinasikan jari-jari tangannya dengan cara membuat garis dengan menggunakan
buku strimin. Dimana dapat membuat garis tegak maupun mendatar serta bentuk-bentuk garis
lain untuk dapat melatih fisik motorik halusnya.
Sekalipun kemampuan motorik, khususnya motorik halus berkembang sejalan dengan
kematangan syarat dan otot, tetapi bagaimana pun juga, ini harus dipelajari.
Subagio, dkk (2002: 13) mengemukakan ada beberapa syarat penting dalam mempelajari
keterampilan motorik yaitu:
a. Kesiapan Belajar
Apabila pembelajaran itu dikaitkan dengan kesiapan belajar maka, kemampuan yang
dipelajari dengan waktu dan usaha yang sama oleh anak yang sudah siap dibandingkan oleh
anak yang belum siap untuk belajar baik secara fisik maupun psikologis.
b. Kesempatan Belajar
Banyak anak yang tidak berkesempatan untuk mempelajari motorik karena hidupnya dalam
lingkungan yang tidak menyediakan kesempatan belajar karena orang tua takut hal yang
demikian akan melukai anaknya. Dimana sebagai anak tidak berkesempatan belajar karena
orang tua terlalu protektif atau tinggal di lingkungan yang tidak memberi kesempatan anak
untuk belajar.
c. Kesempatan Berlatih
Anak harus diberi kesempatan untuk berlatih sebanyak yang diperlukan untuk menguasai
suatu kemampuan meskipun demikian kualitas berlatih jauh lebih penting dibandingkan
13
kuantitasnya.
d.
Model yang baik
Meniru suatu model dalam kemampuan motorik halus dicontohkan dengan baik karena
berkaitan dengan gerakan tangan sehingga contoh model yang dilihat anak adalah model
yang baik dan benar .
e.
Bimbingan
Untuk dapat meniru model dengan betul, anak membutuhkan bimbingan juga membantu
untuk membetulkan suatu kesalahan sebelum kesalahan tersebut terlanjur dipelajari dengan
baik sehingga sulit dibetulkan kembali.
f.
Motivasi
Motivasi belajar penting untuk mempertahankan minat dari ketertinggalan untuk
mempelajari kemampuan, sumber motivasi umum adalah kepuasan pribadi yang diperoleh
anak dari kegiatan tersebut. Kemandirian, dan rasa malu yang diperoleh dari kelompok
sebayanya, serta kompetensi terhadap perasaan kurang mampu dalam bidang lain khususnya
dalam tugas-tugasnya. Setiap kemampuan harus dipelajari secara khusus, karena setiap jenis
kemampuan mempunyai perbedaan tertentu.
g.
Harus dipelajari secara individu
Tidak ada hal-hal yang sifatnya umum perihal kemampuan tangan dan kemampuan kaki
melainkan setiap jenis kemampuan mempunyai perbedaan tertentu sehingga harus dipelajari
secara individu.
h.
14
Setiap kemampuan harus dipelajari satu demi satu
Mempelajari kemampuan motorik halus diberikan bertahap tidak dengan secara bersamaan
apabila anak mencoba mempelajari berbagai macam kemampuan motorik secara serempak,
khususnya menggunakan kumpulan otot yang sama akan membingungkan anak dan akan
menghasilkan kemampuan motorik halus yang jelek serta merupakan pemborosan waktu dan
tenaga. Jika suatu kemampuan sudah dikuasai maka kemampuan lain dapat dipelajari tanpa
menimbulkan kebingungan.
Dalam mempelajari motorik menurut Diana (2009 : 8-9) ada tiga tahapan dalam
belajar motorik yang dapat diterapkan pada anak usia dini :
a.
Tahap Verbal Kognitif
Tahap ini merupakan tahap awal dalam belajar gerak, tahap ini disebut tahap kognitif
karena perkembangan yang menonjol terjadi pada diri anak adalah menjadi tahu
tentang gerakan yang dipelajari sedangkan penguasaan geraknya masih belum baik
karena masih tarap mencoba-coba. Pada tahap kognitif proses belajar gerak diawali
dengan aktif berfikir tentang gerakan yang dipelajari. Anak akan belajar gerak
berusaha mengetahui dan memahami gerakan dan informasi yang diterima. Informasi
yang diterima bisa bersifat Verbal atau visual. Informasi verbal adalah informasi yang
berbentuk penjelasan dengan menggunakan kata-kata, sedangkan informasi visual
adalah informasi yang dapat dilihat oleh anak, informasi ini dapat berubah. Contoh
gerakan atau gambar gerakan hal ini berarti informasi verbal dan visual sangat
berperan pada anak belajar motorik verbal kognitif.
b.
15
Tahap Asosiatif
Pada tahap perkembangan anak usia dini sedang memasuki masa pemahaman dari
gerak-gerak yang sudah dipelajarinya. Tahap ini disebut juga tahap menengah dimana
dengan tingkat penguasaan gerakan dimana anak sudah mampu melakukan gerakangerakan dalam bentuk rangkaian yang tidak tersendat-sendat pelaksanaannya. Pada
fase ini merangkaikan bagian-bagian gerakan menjadi rangkaian gerakan secara
terpadu merupakan unsur penting untuk menguasai berbagai gerakan kemampuan
motorik. Setelah rangkaian-rangkaian gerakan bisa dilakukan dengan baik maka anak
segera bisa dikatakan memasuki belajar yang disebut tahap otomasi.
c.
Tahap Automasi
Pada tahap ini anak usia dini sudah dapat melakukan gerakan dengan benar dan baik.
Pada tahap ini dikatakan sebagai fase akhir dalam belajar gerak tangan. Tahap ini
ditandai dengan tingkat penguasaan gerakan dimana anak mampu melakukan gerakan
secara otomatis.
Hidayat (2003:22) mengemukakan bahwa dalam meningkatkan kemampuan motorik,
khususnya keterampilan motorik halus diperlukan hal sebagai berikut:
a.
Mengalami
16
Anak harus memiliki keterampilan dasar lebih dahulu sebelum ia mampu memadukannya
dengan kegiatan motorik yang lebih kompleks. Usia TK merupakan “usia emas” (Golden age)
(Depdiknas 2007:10). Untuk menerima rangsangan yang hanya datang sekali dan tidak dapat di
ulang-ulang sekaligus fase yang sangat menentukan untuk mengembangkan kualitas manusia
selanjutnya maka kemampuan motorik halus perlu ditingkatkan sejak dini untuk mempersiapkan
diri memasuki sekolah dasar dengan lebih baik. Mengingat anak belajar dari yang sederhana ke
yang kompleks, dari yang konkrit ke abstrak, dari yang non verbal ke yang verbal, dari diri
sendiri ke sosial. Disamping itu setiap anak adalah unik, mereka tumbuh dan berkembang dari
kemampuan, kebutuhan, keinginan, pengalaman dan latar belakang keluarga yang berbeda
(Depdiknas, 2008: 5).
b.
Mengingat
Keterampilan mengingat merupakan hal penting bagi anak dalam memperoleh
keterampilan dasar. Sebagai pendidik harus memahami bagaimana memotivasi anak untuk selalu
mengingat apa yang dipelajarinya. Munandar (2001: 85), mengemukakan bahwa fungsi motivasi
ada tiga jenis yaitu:
1.
Mendorong anak untuk berbuat, jadi guru sebagai penggerak yang melepaskan energi
motivasi dalam hal ini merupakan motor penggerak dari setiap kegiatan yang akan
dikerjakan.
2.
Menentukan arah perbuatan, dengan mengetahui fungsi motivasi ini maka guru
mengetahui ke arah mana motivasi ini akan di bawah dan tujuan apa yang hendak
dicapai.
3.
Menyeleksi perbuatan, sebelum melakukan motivasi guru senantiasa telah mengetahui
perbuatan yang hendak dikerjakan guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
17
c.
Berlatih
Pengembangan keterampilan motorik memerlukan berbagai latihan, karena itu perlu
mendapat kesempatan untuk berlatih. Latihan merupakan proses untuk mengulang pengetahuan
yang telah diberikan, agar apa yang dipelajari itu benar-benar dimiliki anak dan siap untuk
digunakan.
Motorik halus anak ditaman kanak-kanak ditekankan pada koordinasi gerakan motorik
halus dalam hal ini berkaitan dengan kegiatan meletakkan atau memegang suatu objek dengan
menggunakan jari tangan. Pada usia 4 tahun gerakan motorik halus anak sangat berkembang
bahkan hampir sempurna walaupun demikian anak usia ini masih mengalami kesulitan dalam
menggerakkan jari tangannya hal ini disebabkan kurangnya latihan sejak dini. Pada usia 5 atau 6
tahun gerakan motorik halus akan lebih berkembang, pada masa ini anak telah mampu
mengkoordinasikan fisual motorik separti mengkoordinasikan gerakan mata dengan tangan dan
lengan.
Mengingat kemampuan motorik halus anak sangat penting maka diperlukan kegiatan yang
lebih ditingkatkan dapat memberikan kesenangan pada anak memupuk jiwa kreatif serta
merupakan dasar bagi keterampilan yang lainnya (menurut Rachmawati dkk 2003:12). Bahwa
dengan potensi kreaktivitas maka anak akan senantiasa membutuhkan aktivitas yang syaratsyarat dan ide-ide kreaktif.
18
Dalam hal ini diperlukan adanya alat bantu untuk dapat menarik perhatian anak terhadap
apa yang dipelajarinya, sehingga mereka dapat mengamati/melihat dengan jelas, mencapai atau
memiliki pengertian, dan memperoleh kesan yang positif dari apa yang dipelajarinya.
Dalam mengembangkan kemampuan motorik halus pada anak umumnya kemampuan
tangan dapat lebih cepat dikuasai anak ketimbang kemampuan lainnya karena kemampuan
tangan lebih bermanfaat. Oleh karena anak-anak lebih banyak meluangkan waktu dan energinya
untuk mempelajari segala sesuatu yang berkaitan dengan kemampuan tangan.
Sehingga
kemampuan motorik halus pada anak juga dapat dipakai untuk mengukur taraf inteligensi anak.
Penelitian ini juga bisa kita lihat pada proses pembelajaran pada saat anak menerima tugas
individual. Dimana guru TK harus mampu memberikan layanan yang dirancang untuk
pembelajaran individual guna melihat kemampuan anak itu sendiri, dengan melalui tahapan
penting. Tahapan itu meliputi :
a.
Mengidentifikasi kemampuan motorik halus anak secara individu terutama pada cara
memegang pensil yang benar pada saat membuat berbagai bentuk garis.
b.
Meningkatkan kemampuan motorik halus yang dimiliki anak pada saat membuat bentuk
garis dengan menggunakan media kertas strimin.
c.
Memberikan kegiatan pengulangan terhadap hasil yang masih perlu mendapat petunjuk dari
guru.
2.1.1.2 Tujuan Kemampuan Motorik Halus
19
Kemampuan motorik halus pada anak bertujuan agar anak dapat menggerakan jari-jari
tangannya dengan benar dan tidak kaku pada saat mengerjakan tugas.
Mengingat kemampuan motorik halus anak sangat penting maka diperlukan kegiatan
yang lebih ditingkatkan lagi dapat memberikan kesenangan pada anak, memupuk jiwa kreatif
serta merupakan dasar bagi kemampuan yang lainnya. Menurut Rachmawati dkk (2008), bahwa
dengan potensi kemampuan motorik maka anak akan senantiasa dapat beraktivitas sesuai dengan
imajinasi dengan ide-ide kreatif.
Seorang anak harus mampu melakukan tugas-tugas perkembangan yang oleh lingkungan
sosial diharapkan dapat dilaksanakan pada masa perkembangan tersebut, dan agar ia tidak
mengalami kesulitan dalam melakukan tugas-tugas pada tahap perkembangan berikutnya. Serta
bermanfaat bagi anak itu sendiri, sehingganya anak akan terbiasa memegang pensil dengan cara
yang benar.
Kegiatan pembelajaran pada anak usia dini, menurut Sujiono (2009: 138), pada dasarnya
adalah pengembangan kurikulum secara konkret berupa seperangkat rencana yang berisi
sejumlah pengalaman belajar yang diberikan pada anak usia dini berdasarkan potensi dan tugas
perkembangan yang harus dikuasainya dalam rangka pencapaian kompetensi yang harus
dimilikinya sejak dini.
Pembelajaran yang berorientasi pada perkembangan mengacu pada tiga hal penting, yaitu
:
1. Berorientasi pada usia yang tepat
20
2. Berorientasi pada individu yang tepat, dan
3. Berorientasi pada konteks sosial budaya (Masitoh dkk., 2005: 3.12).
Salah satu tugas perkembangan anak prasekolah adalah mengembangkan kemampuan
motorik anak sebagai dasar dalam mengembangkan kemampuannya dalam melakukan berbagai
gerakan tangan. Perkembangan motorik beriringan dengan proses pertumbuhan secara genetis
atau kematangan fisik anak, Motor development comes about through the unfolding of a genetic
plan or maturation (Santrock, 2007:21). Dengan demikian, keberhasilan pelaksanaan motorik
anak banyak ditentukan oleh faktor guru, pengasuh, pembimbing, orang tua anak, serta sarana
dan prasarana yang tersedia.
2.1.1.3 Fungsi Perkembangan Kemampuan Motorik Halus
Perkembangan motorik merupakan proses tumbuh kembang kemampuan gerak seorang
anak melalui kegiatan pusat saraf, urat saraf dan otot yang terkoordinasi.
Martuti (2008: 41) mengemukakan bahwa anak prasekolah sekitar usia 1 tahun senang
memainkan pensil untuk membuat coretan-coteran yang secara tidak langsung ia belajar
melakukan gerakan-gerakan motorik halus untuk menulis. Pada usia sekitar 2 tahun ia sudah
dapat membuat coretan benang kusut. Usia sekitar 3 tahun berhasil membuat garis lengkung.
Usia sekitar 4 sampai 5 tahun anak mulai belajar menggambar bentuk-bentuk tertentu yang
biasanya merupakan gabungan dari bentuk geometris semisal: gambar rumah, mobil, orang dan
lain-lain dengan menggunakan otot-otot halus/kecil, seperti: menulis, meremas, dan
menggenggam.
21
2.1.1.4 Prinsip Kemampuan Motorik Halus Anak
Prinsip utama perkembangan motorik adalah kematangan uratan, motivasi pengalaman
dan latihan atau praktek. Kegiatan ini diperlukan untuk meningkatkan kemampuan motorik halus
dalam hal ini berkaitan dengan kegiatan meletakkan atau memegang suatu objek dengan
menggunakan jari tangan pada usia 4 tahun koordinasi gerakan motorik halus anak sangat
berkembang bahkan hampir sempurna walaupun demikian masih mengalami kesulitan.
Dari berbagai studi yang dilakukan, terdapat lima prinsip perkembangan motorik,
sebagaimana yang dikemukakan oleh Sunjoyo (2006:11) yaitu sebagai berikut:
a.
Perkembangan motorik bergantung pada kematangan otot dan syaraf
Gerakan terampil belum dapat dikuasai sebelum mekanisme otot anak berkembang.
Selama masa kanak-kanak otot berbelang (stripedmuscle) Striated muscle yang
mengendalikan gerakan sukarela berkembang dalam laju yang agak lambat. Sebelum anak
cukup matang tidak mungkin ada tindakan sukarela yang terkoordinasi. Masa lima tahun
pertama adalah masa emas bagi perkembangan motorik anak, karena pada usia ini badan
anak masih begitu lentur dan mudah diarahkan.
Dengan keterampilan motorik ini berkembang sejalan dengan kematangan otot saraf,
karena setiap gerakan yang dilakukan seorang anak sesederhana apapun, merupakan hasil
pola interaksi yang kompleks dari berbagai bagian dan sistem dalam tubuh
22 yang dikontrol
oleh otak.
b. Belajar keterampilan motorik tidak terjadi sebelum anak matang
Sebelum sistem syaraf dan otot berkembang dengan baik, upaya untuk mengajarkan
gerakan terampil bagi anak akan sia-sia, karena upaya tersebut diprakarsai oleh anak sendiri.
c. Dimungkinkan menentukan norma perkembangan motorik
Perkembangan motorik umur rata-rata dimungkinkan untuk menentukan norma bentuk
kegiatan motorik. Norma tersebut dapat digunakan sebagai petunjuk yang memungkinkan
orang tua dan orang lain untuk mengetahui apa yang dapat diharapkan dan pada umur berapa
hal itu dapat diharapkan dari anak.
d. Perbedaan individu dalam laju perkembangan motorik
Laju perkembangan motorik setiap anak berbeda, karena proses kematangan masingmasing anak tidak selalu sama. Hal ini dipengaruhi umur pada waktu perbedaan individu
tersebut mencapai tahap yang berbeda. Seperti ada anak yang sudah bisa membuat coretancoretan yang belum terarah tetapi mempunyai makna.
Prinsip perkembangan motorik anak pra sekolah adalah terjadinya suatu perubahan, baik
psikis maupun mental, sesuai dengan masa pertumbuhan dan perkembangan. Walaupun
perkembangan motorik sangat dipengaruhi oleh gizi dan status kesehatan anak, perlakuan
motorik yang sesuai dengan masa pertumbuhan dan perkembangannya, menjadi
23 kunci dalam
membangun karakteristik anak yang bersifat menyeluruh.
2.1.1.5 Peran Guru dalam Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus
Anak
Menurut Depdiknas (2006:1) mengemukakan bahwa peran guru dalam meningkatkan
keterampilan motorik halus anak adalah sebagai berikut:
a.
Bimbingan yakni untuk dapat meniru suatu model anak membutuhkan bimbingan. Dengan
bimbingan membantu anak membetulkan sesuatu kesalahan sebelum kesalahan tersebut
terlanjur dipelajari dengan baik sehingga sulit dibetulkan kembali.
b. Motivasi yakni motivasi belajar untuk mempertahankan minat dari ketertinggalan. Beberapa
macam teknik untuk meningkatkan motivasi anak usia dini yakni:
1. Memberikan pujian terhadap hasil yang telah dilakukan oleh anak dan
menjelaskan
kegiatan yang akan dilakukan. Hal ini dilakukan agar anak mempunyai rasa percaya diri
dan mampu melakukannya dengan baik. Memberikan dorongan semangat. Setiap
pembetulan gerak yang diberikan harus bersifat membangun, evaluasi harus dilaksanakan
secara objektif.
2. Memberikan petunjuk dan pengertian tentang manfaat kegiatan yang sedang dilakukan.
Dengan menggunakan ungkapan (bahasa yang mudah dipahami oleh anak.
3. Perilaku positif pembimbing atau guru yang baik hal ini akan memotivasi anak untuk
berprilaku positif.
24
Fasilitas dan alat-alat pendukung guru dalam meningkatkan kemampuan motorik
halus anak juga harus disediakan. Sebab tanpa itu pembelajaran dengan menggunakan
kertas strimin melalui metode pemberian tugas tidak akan dapat dilaksanakan.
Agar proses untuk meningkatkan kemampuan motorik halus anak dapat dikerjakan
denagan baik dan benar, maka perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
a.
Memberikan petunjuk kepada anak didik tentang cara pengerjaan tugas tersebut.
b.
Fokus terhadap tugas yang diberikan guru.
c.
Bertanya kepada guru tentang kesulitan tugas yang dikerjakan oleh anak.
Dalam meningkatkan kemampuan motorik halus anak, seorang pendidik harus selalu
memperhatikan tugas yang dikerjakan oleh anak, dan tetap berdiri diantara anak-anak itu sendiri,
karena dengan demikian kontak atau interaksi antara pendidik dan anak-anak dapat diketahui
langsung oleh pendidik itu sendiri.
Menurut Subagiyo (2002:19) yang perlu diperhatikan oleh pendidik dalam melaksanakan
kegiatan pengembangan motorik agar dapat dipertanggung jawabkan dan keberhasilannya perlu
memenuhi syarat-syarat :
a. Bahan kegiatan harus sesuai dengan tujuan pengembangan dan harus selalu disesuaikan
dengan karakteristik perkembangan dan keterlibatan anak usia dini.
b. Jelaskan secara singkat dan terang tentang apa yang harus dikerjakan anak. 25
c. Tentukan kebutuhan anak-anak atas dasar kemampuan dan pengalaman yang telah
dimilikinya.
d. Tunjukkan atau berikan demontrasi yang benar dalam melakukan kegiatan-kegiatan.
e. Berikan koreksi terhadap pelaksanaan yang salah, tunjukkan pelaksanaan yang benar.
Berikan kesempatan berpraktik atau berlatih yang cukup sesuai dengan taraf perkembangan
fisik anak usia dini sampai mereka menguasai keterampilan tersebut.
f. Mengulang secara teratur bentuk-bentuk kegiatan yang telah dilaksanakan, sehingga bentukbentuk gerakan tetap dapat dikuasai. Dan tambahlah dengan hal-hal baru.
g. Kegiatan pengembangan harus berjalan dalam suasana gembira dan menyenangkan.
h. Usahakan agar anak-anak mempunyai cita-cita yang tinggi.
i.
Adakan analisa bagi anak-anak yang kurang berhasil.
j.
Bekerja dengan prinsip mengikut sertakan anak-anak secara keseluruhan (sebanyak
mungkin). Buat mereka sibuk, senang dan bermanfaat.
2.1.2 Pengertian Kertas Strimin
Kertas strimin merupakan media yang dapat digunakan dalam pembelajaran di TK.
Kertas strimin dikatakan sebagai media belajar, karena media ini dapat meningkatkan keinginan
dan minat belajar yang baru pada anak. Dengan menggunakan media, horizon pengalaman anak
semakin luas, persepsi semakin tazam, dan konsep-konsep dengan sendirinya semakin lengkap,
sehingga keinginan dan minat baru untuk belajar selalu timbul (Santoso, 2002:14).
26
Depdiknas (2002:21) mengemukakan yang dimaksud dengan kertas strimin adalah kertas
yang memiliki garis-garis tegak lurus atau sama satu dengan yang lainnya, yang membentuk
kotak-kotak.
Dari batasan pengertian tersebut dapat dikatakan bahwa kertas strimin adalah kertas yang
memiliki garis-garis tegak lurus satu sama lain, sehingga membentuk kotak-kotak kecil.
Dengan demikian yang dimaksud dengan penggunaan kertas strimin untuk meningkatkan
keterampilan motorik halus pada anak adalah pemakaian atau meningkatkan keterampilan
motorik halus pada anak adalah pemakaian atau pemanfaatan kertas yang memiliki garis-garis
tegak lurus satu sama lain, sehingga membentuk kotak-kotak, sebagai usaha dengan sungguh-
sungguh agar terjadi perubahan yang baik pada kemampuan anak dalam mengkoordinasikan jarijari tangannya dalam melakukan aktivitas yang banyak membutuhkan konsentrasi atau
kerjasama, telinga dan otak anak.
Terkait dengan peningkatan keterampilan motorik halus anak melalui penggunaan kertas
strimin adalah merupakan usaha atau cara yang dilakukan guru untuk meningkatkan kemampuan
anak dalam mengkoordinasikan jari-jari tangan dengan menggunakan atau memakai kertas
strimin. Peningkatan keterampilan motorik halus anak melalui penggunaan kertas strimin ini
bertujuan untuk mengembangkan kemampuan dalam kegiatan menggabungkan dan merangkai
bangun-bangun datar, membuat garis-garis tegak, miring dan kegiatan pengembangan
kreativitas
27
lainnya (Direktorat PADU, 2002:25).
a.
Pengertian Media
Secara etimologis media berasal dari bahasa latin medius yang secara harfiah berarti
tengah, perantara atau pengantar. Dalam bahasa Arab, media adalah perantara atau pengantar
pesan dari pengirim kepada penerima pesan (Arsyad, 2003:3). Gerlach dan Ely (dalam
Arsyad, 2006:3) mengatakan bahwa media apabila dipahami secara garis besar adalah
manusia, materi, atau kejadian yang membangun kondisi yang membuat siswa mampu
memperoleh pengetahuan, keterampilan atau sikap. Secara lebih khusus, pengertian media
dalam proses belajar mengajar cenderung diartikan sebagai alat-alat grafis, memproses, dan
menyusun kembali visual atau verbal. Maka media dapat diartikan sebagai alat untuk
menyampaikan tujuan yang ingin dicapai dalam proses belajar-mengajar.
b.
Batasan Media
Dari definisi diatas tentang media, maka kita dapat menggunakan semua media yang
ada kapan saja dan dimana saja. Tapi yang harus diperhatikan bahwa kekuatan media ini
sungguh sangat luar biasa dalam membentuk karakter manusia. Oleh karenanya diperlukan
batasan-batasan yang jelas tentang media, Azhar Arsyad (2003:6-7) mengemukakan batasan
terhadap media, yakni:
1.
Media pendidikan memiliki pengertian fisik yang dewasa ini dikenal sebagai hardware
(perangkat keras) yaitu sesuatu benda yang dapat dilihat, didengar, atau diraba dengan
panca indera.
2.
Media pendidikan memiliki pengertian non-fisik yang dikenal sebagai
software
28
(perangkat lunak) yaitu kandungan pesan yang terdapat dalam perangkat keras yang
merupakan isi yang ingin disampaikan kepada anak didik.
3.
Media pendidikan memiliki pengertian dan alat bantu pada proses belajar baik di dalam
maupun di luar kelas.
4.
Media pendidikan digunakan dalam rangka komunikasi dan interaksi guru dan anak
didik dalam proses pembelajaran.
c.
Kriteria Pemilihan Media Dalam Proses Belajar
Begitu banyaknya media yang dapat dijadikan oleh guru dalam kegiatan belajarmengajar, maka guru harus menyesuaikan media yang akan digunakan dengan materi yang
akan diberikan. Azhar Arsyad (2003:70-72) mengemukakan bahwa dari segi teori beiajar,
berbagai kondisi dan prinsip-prinsip psikologis yang perlu mendapatkan pertimbangan
dalam pemilihan dan penggunaan media yakni sebagai berikut:
1.
Motivasi
Harus ada kebutuhan, minat, atau keinginan untuk belajar dari pihak anak didik sebelum
meminta perhatiannya untuk mengerjakan tugas dan latihan. Lagi pula, pengalaman
yang akan dialami anak didik harus relevan dengan dan bermakna baginya. Oleh karena
itu, perlu untuk melahirkan minat itu dengan perlakuan yang memotivasi dari informasi
yang terkandung dalam media pengajaran itu.
2.
Perbedaan Individual
Anak didik belajar dengan cara dan tingkat kecepatan yang berbeda-beda.
29 Faktor-faktor
seperti kemampuan intelejensia, tingkat pendidikan, kepribadian, dan gaya belajar
mempengaruhi kemampuan dan kesiapan siswa untuk belajar. Tingkat kecepatan
penyajian informasi melalui media harus berdasarkan kepada tingkat pemahaman.
3.
Tujuan Pembelajaran
Jika anak didik diberitahukan apa yang diharapkan mereka pelajari melalui media
pengajaran itu, kesempatan untuk berhasil dalam pembelajaran semakin besar.
Disamping itu pernyataan mengenai tujuan belajar yang ingin dicapai dapat menolong
perancang dan penulis materi pelajaran. Tujuan itu akan menentukan bagian isi mana
yang harus mendapatkan perhatian pokok dalam media pengajaran.
4.
Organisasi Isi
Pembelajaran akan lebih mudah jika isi dan prosedur atau keterampilan fisik yang akan
dipelajari diatur dan diorganisasikan ke dalam urutan-urutan yang bermakna. Anak akan
memahami dan mengingat lebih lama materi pelajaran yang secara logis disusun dan
diurut-urutkan secara teratur. Disamping itu, tingkatan materi yang akan disajikan
ditetapkan berdasarkan kompleksitas dan tingkat kesulitan isi materi. Dengan cara
seperti ini, dalam pengembangan dan penggunaan media, anak didik dapat dibantu
untuk secara lebih baik mensitesis dan memadukan pengetahuan yang akan dipelajari.
5.
Persiapan Sebelum Belajar
Anak didik sebaiknya telah menguasai secara baik pelajaran dasar atau memiliki
30
pengalaman yang diperlukan secara memadai yang mungkin merupakan prasyarat untuk
penggunaan media dengan sukses. Dengan kata lain, ketika merancang materi
pembelajaran, perhatian harus ditujukkan kepada sifat dan tingkat persiapan siswa.
6.
Emosi
Pembelajaran yang melibatkan emosi dan perasaan pribadi serta kecakapan amat
berpengaruh dan bertahan. Media pengajaran adalah cara yang sangat baik untuk
menghasilkan respons emosional seperti takut, cemas, empati, cinta kasih, dan
kesenangan. Oleh karena itu, perhatian khusus harus ditujukan kepada elemen-elemen
rancangan media jika hasil yang diinginkan berkaitan dengan pengetahuan dan sikap.
7.
Partisipasi
Agar pembelajaran berlangsung dengan baik, seorang anak harus menginternalisasi
informasi, tidak sekedar diberitahukan kepadanya. Oleh sebab itu, belajar memerankan
kegiatan. Partisipasi aktif oleh anak jauh lebih baik daripada mendengarkan dan
menonton secara pasif. Partisipasi artinya kegiatan mental atau fisik yang terjadi di selasela penyajian materi pelajaran. Dengan partisipasi kesempatan lebih besar terbuka bagi
siswa untuk memahami dan mengingat materi pelajaran itu.
8.
Umpan Balik
Hasil belajar dapat meningkat apabila secara berkala anak diinformasikan kemajuan
belajarnya. Pengetahuan tentang hasil belajar, pekerjaan yang baik, atau kebutuhan
untuk perbaikan pada sisi-sisi tertentu akan memberikan sumbangan terhadap motivasi
belajar yang berkelanjutan.
9.
Penguatan
Apabila anak berhasil belajar, ia didorong untuk terus belajar. Pembelajaran yang
didorong oleh keberhasilan amat bermanfaat, dapat membangun kepercayaan diri,
dan secara positif mempengaruhi perilaku di masa-masa yang akan datang.
10. Latihan dan Pengulangan
Sesuatu hal yang buruk jarang sekali dapat dipelajari secara efektif hanya dengan sekali
jalan agar suatu pengetahuan atau keterampilan dapat menjadi bagian kompetensi atau
kecakapan intelektual seseorang, haruslah pengetahuan atau keterampilan itu sering
diulangi dan dilatih dalam berbagai konteks. Dengan demikian, ia dapat tinggal dalam
ingatan jangka panjang.
11. Penerapan
Hasil belajar yang diinginkan adalah meningkatkan kemampuan seseorang untuk
menerapkan atau mentransfer hasil belajar pada masalah atau situasi baru. Tanpa dapat
melakukan ini, pemahaman sempurna belum dapat dikatakan dikuasai. Anak didik
mesti telah pernah dibantu untuk mengenali atau menemukan generalisasi (konsep,
prinsip, atau kaedah) yang berkaitan dengan tugas. Kemudian siswa diberi kesempatan
untuk bernalar dan memutuskan dengan menerapkan generalisasi atau prosedur
terhadap berbagai masalah atau tugas baru.
Selanjutnya menurut Azhar Arsyad (2003:73-74), kriteria dalam memilih media
pada proses belajar adalah sebagai berikut:
a. Sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai
Media dipilih berdasarkan tujuan instruksional yang telah ditetapkan secara umum
mengacu kepada salah satu atau gabungan dari dua atau tiga ranah kognitif, afektif,
dan psikomotor. Tujuan ini dapat digambarkan dalam bentuk tugas yang harus
dikerjakan atau dipertunjukkan oleh siswa, seperti menghafal, melakukan kegiatan
yang melibatkan kegiatan fisik atau pemakaian prinsip-prinsip seperti sebab dan
akibat, melakukan tugas yang melibatkan pemahaman konsep-konsep atau
hubungan-hubungan perubahan, dan mengerjakan tugas-tugas yang melibatkan
pemikiran pada tingkatan lebih tinggi.
b. Tepat untuk mendukung isi pelajaran yang sifatnya fakta, konsep, prinsip, atau
generalisasi.
c. Agar dapat membantu proses pembelajaran secara efektif, media harus selaras dan
disesuaikan dengan kebutuhan tugas pembelajaran dan kemampuan mental anak
didik.
d. Praktis, luwes dan bertahan
Jika tidak tersedia waktu, dana, atau sumber daya lainnya untuk memproduksi, tidak
perlu dipaksakan. Media yang mahal dan memakan waktu yang lama untuk
memproduksinya bukanlah jaminan sebagai media yang terbaik. Kriteria ini
menuntun para guru/instruktur untuk memilih media yang ada, mudah diperoleh,
atau mudah dibuat sendiri oleh guru. Media yang dipilih sebaiknya33
dapat digunakan
dimanapun dengan peralatan yang tersedia disekitarnya, serta mudah dipindahkan
dan dibawa ke mana-mana.
e. Guru terampil menggunakannya
Ini merupakan salah satu kriteria utama. Apapun media itu, guru harus mampu
menggunakannya dalam proses pembelajaran. Nilai dan manfaat media amat
ditentukan oleh guru yang menggunakannya Secanggih apapun media yang
digunakan tidak akan memiliki arti apabila tidak didukung dengan kemampuan guru
dalam menggunakannya pada proses pembelajaran.
f. Pengelompokkan Sasaran
Media yang efektif untuk kelompok besar belum tentu sama efektifnya jika
digunakan pada kelompok kecil atau perorangan. Ada media yang tepat untuk jenis
kelompok besar, kelompok sedang, kelompok kecil, dan perorangan.
2.1.3 Hakekat Metode Pemberian Tugas
Pemberian tugas adalah : metode yang menugaskan pada anak didik untuk mengerjakan
sesuatu dengan tujuan memantapkan, mendalami dan memperkaya materi yang sudah dipelajari
dengan teknik pembelajaran selanjutnya. Metode pembelajaran ini dijabarkan keanak didik
bersifat pasif metode yang menggunakan atau memperlihatkan suatu proses, mekanisme atau
cara kerja suatu alat dengan bahan pelajaran. suatu kegiatan yang diberikan kepada anak didik
yang meliputi beberapa kegiatan dalam bentuk individual maupun kelompok.
2.1.3.1 Pengertian Metode Pemberian Tugas
34
Metode pemberian tugas adalah suatu cara penyajian kegiatan yang telah ditentukan dan
harus dipertanggung jawabkan oleh anak itu sendiri. Pemberian tugas ini pun dapat merangsang
anak untuk aktif dalam belajar.
Metode pemberian tugas adalah metode yang dimaksudkan memberikan tugas-tugas
kepada anak didik baik dilakukan (Abdul Kadir Munsyi Dip. Ad. Ed, tanpa tahun). Dari
pengertian diatas dapat dipahami bahwa guru memberikan tugas kepada anak untuk dikerjakan
dan selanjutnya diperiksa oleh guru.
Menurut ( Roesliyad 2011 : 23 ) pemberian tugas adalah suatu cara dalam proses belajar,
bilamana guru memberi tugas tertentu danmurid mengerjakannya, kemudian tugas tersebut
dipertanggung jawabkan kepada guru. Dengan cara demikian diharapkan anak dapat belajar
secara bebas dan dapat bertanggung jawab, serta anak dapat mendapat pengalaman dan dapat
mengetahui berbagai kesulitan, dan berusaha untuk mencari dan mengatasi kesulitan itu dengan
bantuan seorang guru atau pendidik.
2.1.3.2 Tujuan Pemberian Tugas
Penggunaan
metode
pemberian
tugas
bertujuan
untuk
menumbuhkan
proses
pembelajaran yang eksploratif, mendorong prilaku kemandirian anak dalam membuat bentukbentuk garis. Juga merupakan suatu metode mengajar yang diterapkan dalam proses belajar
mengajar.
Biasanya guru memberikan tugas itu untuk melatih anak seperti dikemukakan oleh
Roestiyah dalam bukunya “Didaktik Metodik” yang mengatakan untuk suatu pekerjaan, guru
menyuruh melaksanakan tugas-tugas baik di rumah maupun di kelas agar anak
35 dapat melatih
terus menerus tentang apa yang diberikan atau yang diajarkan oleh guru. Dalam buku lainnya
yang berjudul “Strategi Belajar Mengajar”, teknik pemberian tugas agar anak dapat
menghasilkan hasil belajar yang lebih mantap karena anak didik melaksanakan latihan-latihan
selama melaksanakan tugas sehingga pengalaman anak dalam mempelajari sesuatu lebih
terintegrasi.
Tujuan pemberian tugas untuk melatih dan menunjang terhadap materi pembelajaran
yang diberikan oleh guru dengan tugas-tugas tertentu.
Adapun guru dalam memberikan tugas kepada anak didik guru harus memperhatikan,
hal-hal berikut ini :
1. Tujuan penugasan
2. Bentuk pelaksanaan tugas
3. Manfaat pemberian tugas
4. Tempat dan waktu penyelesaian tugas
5. Memberikan bimbingan dan dorongan
6. Memberikan penilaian
2.1.3.3 Manfaat Metode Pemberian Tugas
Metode pemberian tugas yang digunakan secara tepat dapat bermanfaat bagi anak sejak
dini. Manfaat itu diantaranya adalah :
1.
Menumbuhkan kebiasaan belajar secara mandiri, dalam lingkungan bersama
2.
Menumbuhkan suasana pembelajaran yang menyenangkan.
3.
Melatih cara mencari informasi secara langsung dari sumber belajar yang terdapat di
lingkungan sekolah, rumah dan masyarakat.
4.
Melatih anak dalam hal cara memegang pensil dengan cara yang benar, yakni
36 ibu jari dan
telunjuk diatas pensil, sedangkan jari tengah berada di bawah pensil yang di pegang agak
sedikit di atas bagian yang diraut.
5.
Membuat anak menjadi berani, tidak kaku dalam melaksanakan suatu tugas tertentu.
6.
Dapat memupuk rasa percaya diri sendiri.
7.
Dapat membina kebiasaan anak didik untuk mencari, mengolah, menginformasikan dan
mengkomunikasikan sendiri.
8.
Dapat mendorong belajar sehingga tidak cepat bosan.
9.
Dapat mengembangkan kreaktivitas anak.
10. Dapat membina tanggung jawab dan disiplin.
11. Dapat mengembangkan pola fikir dan keterampilan anak.
Dalam hal pemberian tugas kepada anak guru harus dapat memberikan suatu inovasi yang
dapat memberikan suatu motivasi kepada anak itu sendiri, sehingga anak tidak mudah merasa
bosan dengan tugasnya masing-masing. Motivasi yang harus diberikan oleh seorang guru yakni
berupa tepukan tangan, sertifikat, dan hadiah kecil yang dapat membuat mereka senang dan
bangga atas hasil karya mereka.
2.1.4.
Peranan Metode Pemberian Tugas dalam Meningkatkan Kemampuan Motorik
Halus Anak dengan Menggunakan Kertas Strimin melalui Metode Pemberian
Tugas
Yang dimaksud dengan penggunaan kertas strimin untuk meningkatkan aktivitas anak
dalam Kemampuan motorik halus adalah pemakaian atau pemanfaatan kertas yang memiliki
garis-garis tegak lurus satu sama lain, sehingga membentuk kotak-kotak, sebagai upaya
membantu
anak
agar
terjadi
perubahan
yang
baik
pada
kemampuannya
dalam
mengkoordinasikan jari-jari tangannya melakukan aktivitas yang banyak
37 membutuhkan
konsentrasi atau kerjasama,
telinga dan otak.
Adapun kegiatannya meliputi :
a. Kemampuan Membuat Garis Tegak
Pada aspek ini anak diharapkan dapat meniru membuat garis tegak. Dimana yang kita
ketahui bahwa garis tegak atau yang disebut dengan garis lurus adalah garis yang di tarik dari
atas ke bawah. Contoh penulisan garis tegak misalnya:
b. Garis Silang
Garis silang adalah garis yang ditarik secara silang atau miring misalnya:
38
c. Garis Datar
Garis datar adalah garis yang ditarik dari kiri ke kanan misalnya :
d. Garis Lengkung.
Garis lengkung adalah garis yang ditarik melengkung sehingga membentuk seperti
huruf C misalnya :
2.2
Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kajian teoritis maka hipotesis tindakan penelitian ini adalah jika
menggunakan media kertas strimin dalam pembelajaran melalui metode pemberian tugas, maka
kemampuan motorik halus pada anak kelompok A di Taman Kanak-kanak Tk Sartika Desa
Luwoo Kecamatan Telaga Jaya Kabupaten Gorontalo dapat ditingkatkan.
39
2.3
Indikator Kinerja
Sebagai batasan indikator keberhasilan dalam penelitian ini adalah jika kemampuan
motorik halus pada anak dalam memegang pensil dan meniru membuat garis tegak, miring,
lengkung dan lingkaran, dengan menggunakan kertas strimin melalui metode pemberian tugas
akan meningkat dari 50 % menjadi 85 % sebagai hasil pembelajaran yang dilakukan oleh guru
pada anak Kelompok A di TK Sartika Desa Luwoo Kecamatan Telaga Jaya Kabupaten
Gorontalo.
2.4 Kajian Yang Relevan
1.
Penelitian ini pernah diteliti sebelumnya oleh Hasanah dengan
meningkatkan
kemampuan motorik halus melalui kegiatan menggambar dengan metode pemberian
tugas di TK Kelompok A Marhama Malang yakni penelitian dilatarbelakangi oleh
permasalahan yang menunjukan bahwa kemampuan motorik halus anak kelompok A
TK Marhama masih rendah khususnya pada kemampuan pra menulis. Hal ini
dikarenakan kemampuan motorik halus yang di berikan kepada anak belum optimal
pembelajaran pengembangan bidang motorik halus di TK Marhama hanya terpaku
kegiatan menulis anak-anak terkadang terlihat kurang termotivasi dalam mengikuti
pembelajaran yang disampaikan guru. Hal sama yang tampak adalah strategi
pembelajaran motorik halus kurang bervariasi pembelajaran kurang memberikan
kesempatan pada anak untuk mengemukakan gagasan-gagasannya berkaitan
dengan
40
permasalahan tersebut dipandang perlu untuk memperbaiki proses dan hasil
pembelajaran motorik halus. Upaya yang dapat dilakukan salah satunya melalui
kegiatan menggambar sebagai alternatif untuk memperbaiki kondisi pembelajaran yang
ada.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan anak setelah
guru menggunakan pembelajaran kegiatan menggambar. Penelitian ini menggunakan
penelitian tindakan kelas. Subjek penelitian adalah anak kelompok A yang berjumlah 22
orang. Hasil penelitian kemampuan motorik halus anak setelah melakukan tindakan
menunjukan adanya perubahan kearah yang lebih baik. Hal ini terlihat dalam setiap
siklusnya dalam tahapan pembelajaran menggambar. Tahap menebalkan dan mewarnai,
mencontoh dan mewarnai hasil pengamatan dari penilaian rata-rata kemampuan motorik
halus secara keseluruhan anak di kelas A pada penelitian awal yakni 52,4% pada siklus I
menjadi 73,6% dan siklus 2 rata-rata dikelas mencapai 80%.
2.
Penelitian juga dilakukan oleh Meike di Jajar Kabupaten Blitar dengan judul
Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus melalui Meronce. Di TK dikelompok A hasil
penelitian menunjukan bahwa dengan meronce dapat meningkatkan kemampuan
motorik halus dari observasi awal 15 orang anak dari 20 orang anak belum mencapai
indikator kinerja. Pada siklus I kemampuan meronce 60% 12 orang anak yang sudah
mampu. Pada siklus 2 meningkat menjadi 80% peningkatan kemampuan motorik halus
ditandai dengan meningkatnya kemampuan meronce. Berdasarkan hasil penelitian
tersebut dapat disimpulkan bahwa penerapan penggunaan meronce pada anak kelompok
A di TK Al-Hidayat Jajar Kabupaten Belitar. Berdasarkan hasil dan kesimpulan dalam
penelitian tindakan kelas ini dapat disarankan guru hendaknya menyediakan media
pembelajaran yang menarik dengan menyesuaikan kondisi dan karakteristik anak untuk
meningkatkan kemampuan motorik halus.
Download