1 PENINGKATAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI PERMAINAN BENTUK MENGGUNAKAN BUBUR KORAN BEKAS DI TAMAN KANAK-KANAK AL QUR’AN AMAL SALEH PADANG Lili Saputri* Abstrak: Kemampuan motorik halus anak di TK Al Qur’an Amal Saleh Padang masih belum berkembang secara maksimal disebabkan karena kurangnya stimulus yang diberikan. Tujuan penelitian tindakan kelas ini adalah agar terjadinya peningkatan terhadap perkembangan motorik halus anak. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas dengan 2 siklus tiap siklus 3 kali pertemuan. Subjek penelitiannya adalah anak kelompok B1 yang berjumlah 17 orang. Hasil pada siklus I belum menunjukkan peningkatan, maka dilajutkan dengan siklus II dengan melakukan perbaikan dan menghasilkan peningkatan terhadap kemampuan motorik halus anak. Kata kunci : motorik halus anak ; permainan bentuk ; bubur koran bekas PENDAHULUAN Pendidikan anak usia dini adalah sebuah usaha yang diselenggarakan untuk pengembangan potensi anak secara maksimal dan dapat dilaksanakan melalui pendidikan formal yaitu di Taman Kanak-Kanak. Menurut Soefandi (2009: 123) pendidikan anak usia dini yaitu suatu pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak lahir sampai usia enam tahun, yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk merangsang pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani anak. Pendidikan tersebut dilakukan dengan kegiatan bermain karena bermain merupakan dunia bagi anak yang menimbulkan kesenangan dan kepuasan serta dapat mengembangkan sebagian besar potensi dalam dirinya. Pertumbuhan dan perkembangan sel syaraf pada anak akan mempengaruhi kinerja otaknya yang akan berfungsi untuk pemenuhan kebutuhan anak, misalnya pertumbuhan dan perkembangan kemampuan motorik halus anak. Perkembangan motorik pada anak usia dini akan berkembang secara optimal jika mendapatkan stimulasi yang tepat. Kemampuan motorik halus anak merupakan sesuatu yang sangat penting guna mempersiapkan dirinya untuk jenjang pendidikan yang selanjutnya. Kemampuan motorik halus ini dapat diransang dengan memberikan stimulus-stimulus dalam bentuk kegiatan bermain, seperti melipat kertas, meniru garis lurus, membuat bentuk dengan plastisin, koran bekas, dan sebagainya. *Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini Fakultas Ilmu Pendidikan. Universitas Negeri Padang Email: [email protected] 1 Pesona PAUD Vol I No 1 2 Berdasarkan kenyataan dan pengalaman peneliti di kelompok B1 TK Al Qur’an Amal Saleh Padang, ditemui sebagian anak yang kurang mampu atau kurang terampil dalam kegiatan yang menggunakan motorik halus. Misalnya dalam kegiatan melipat dan menggunting, anak belum mampu melakukannya dengan maksimal karena kemampuan anak dalam menggerakkan jari-jarinya belum berkembang sesuai dengan yang diharapkan. Berdasarkan fenomena tersebut maka penulis mencarikan solusi untuk memecahkan permasalahan tersebut melalui permainan bentuk menggunakan bubur koran bekas. Di samping itu permainan ini juga merupakan sebuah solusi yang dapat mengembangkan motorik halus anak serta dapat memotivasi anak dalam melaksanakan kegiatan, karena anak merasa kegiatan yang mereka jalani merupakan sebuah hal yang baru dan kegiatan yang tidak monoton. Ada beberapa pendapat yang menerangkan tentang pengertian motorik halus, menurut Sumantri (2005:143) keterampilan motorik halus anak adalah pengorganisasian penggunaan sekelompok otot-otot kecil seperti jari-jemari, dan tangan yang sering membutuhkan kecermatan dan koordinasi mata dengan tangan. Sedangkan pendapat Santrock 2007:216) menyatakan bahwa keterampilan motorik halus anak merupakan keterampilan yang melibatkan gerakan yang lebih diatur dengan halus seperti keterampilan tangan. Hal senada juga dikemukakan oleh Mahendra dalam Sumantri (2005:143) mengemukakan bahwa keterampilan motorik halus merupakan keterampilanketerampilan yang memerlukan kemampuan untuk mengontrol otot-otot kecil/ halus untuk mencapai pelaksanaan keterampilan yang berhasil. Di samping itu ada beberapa hal penting terkait dengan fungsi dari perkembangan motorik halus disampaikan oleh Sumantri (2005:10) menyatakan bahwa ada beberapa fungsi keterampilan motorik halus, diantaranya: 1) Sebagai alat untuk mengembangkan keterampilan gerak kedua tangan, 2) Sebagai alat untuk mengembangkan koordinasi kecepatan tangan dengan gerakan mata, 3) Sebagai alat untuk melatih penguasaan emosi. Disamping itu perkembangan tersebut juga tidak terlepas dari karakteristik motorik halus anak usia dini. Dalam Sujiono (2009:14) menyatakan bahwa karakteristik dari motorik halus adalah gerakannya tidak membutuhkan tenaga, namun membutuhkan koordinasi mata dan tangan yang cermat. Gerakan tersebut harus mendapatkan stimulus yang berkelanjutan untuk memperoleh gerakan motorik halus yang sempurna. Disamping itu dalam Hermawan (2004:55) karakteristik dari motorik halus adalah gerakan yang tidak mengandalkan kekuatan tetapi juga membutuhkan keterampilan. *Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini Fakultas Ilmu Pendidikan. Universitas Negeri Padang Email: [email protected] Pesona PAUD Vol I No 1 3 Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa perkembangan kemampuan motorik halus anak usia dini sangat penting sekali demi tumbuh kembangnya di masa yang akan datang. Dengan demikian untuk mengatasi masalah tersebut dilakukan penelitian menggunakan media bubur koran bekas yang akan diolah sedemikian rupa sehingga menjadi media yang sempurna dan dapat digunakan untuk menstimulasi perkembangan motorik halusnya. Permainan ini digunakan dengan kegiatan bermain karena anak akan merasa senang dan tanpa paksaaan dalam melakukannya. Hal senada disampaikan oleh Hurlock dalam Musfiroh (2005:2) bermain dapat diartikan sebagai kegiatan yang dilakukan demi kesenangan dan tanpa mempertimbangkan hasil akhir, kegiatan tersebut dilakukan secara suka rela, tanpa paksaan atau tekanan dari pihak luar. Pembelajaran yang dilakukan dengan cara bermain akan memaksimalkan seluruh potensi yang ada pada anak. Menurut Sumantri (2005:155) permainan membentuk bertujuan untuk mengembangkan kemampuan koordinasi mata dan tangan. Permainan bentuk menggunakan bubur koran ini merupakan sebuah permainan yang menggunakan kertas koran yang sudah tidak dipakai lagi karena kertas memiliki unsur yang memiliki serat dan unik jika dibuat sesuatu. Hal senada dikatakan oleh Nurwarjini (2006:1) bahwa kertas merupakan bahan yang ringan dan mudah digunakan serta memiliki karakter yang cukup unik, terdiri dari bahan tipis dan rata yang dihasilkan dari kompresi serat. Dengan demikian akan mudah digunakan untuk mengolahnya untuk membuat media. Media ini diolah dengan cara merendam koran terlebih dahulu dan dihancurkan dengan menggunakan blender kemudian dipisahkan air dan ampasnya. Ampas tersebut dapat digunakan untuk bermain dengan mencampurnya bersama lem fox. Setelah adonan rata, maka langsung dibentuk sesuai dengan selera. Setelah selesai, maka dijemur di bawah sinar matahari agar adonan menjadi kering. METODE Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah jenis Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian ini dilaksanakan pada anak TK Alqur’an Amal Saleh Padang dengan tindakan secara langsung kepada anak. Subjek penelitian adalah murid kelas B1 di TK AL Qur an Amal Saleh Padang, dengan jumlah murid 9 laki-laki dan 8 orang perempuan. Yang terlibat dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri sebagai guru kelas dan sebagai observer. *Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini Fakultas Ilmu Pendidikan. Universitas Negeri Padang Email: [email protected] Pesona PAUD Vol I No 1 4 Penelitian ini dilaksanakan dalam beberapa siklus, pada siklus I dilakukan 3 kali pertemuan dan pada siklus ke II 3 kali pertemuan. Apabila pelaksanaan siklus I tidak berhasil maka dilanjutkan dengan siklus ke II sampai masalah tuntas. Satu siklus terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi seperti yang dikemukakan oleh Arikunto (2006:16). Instruentasi dalam penelitian ini adalah observasi, wawancara dan dokumentasi. Teknis persentase yang digunakan menurut Haryadi (2009:24) : P = x x 100%, sedangkan untuk mengukur aktivitas anak maningkat maka interpretasi aktivitas belajar anak menurut Arikunto (1990:57) adalah : 1) 81% - 100% = Sangat baik, 2) 61% 80% = Baik, 3) 41% - 60% = Cukup, 4) 21% - 40% = Kurang, 5) 0% - 20% = kurang sekali. HASIL Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh pada siklus I, kemampuan anak dalam mengembangkan motorik halusnya masih jauh dari kriteria ketuntasan minimal yang telah ditetapkan. Hal ini terlihat pada siklus I pertemuan pertama, kemampuan anak dalam menggunakan jari tangan yang bertujuan untuk melihat koordinasi mata dan tangan tidak ada yang mendapat nilai sangat baik, nilai baik 5,9 %, nilai cukup 23,5 %, nilai kurang 29,4 %, dan nilai kurang sekali 41,2 %. Selanjutnya pada aspek kemampuan anak dalam mengaduk adonan tidak ada anak yang mendapat nilai sangat baik, nilai baik 5,9 %, nilai cukup 23,5%, nilai kurang 47,1%, dan nilai kurang sekali 23,5%. Aspek yang ketiga pada kemampuan anak dalam membuat bermacam-macam bentuk tidak ada anak yang mendapat nilai sangat baik dan baik nilai cukup 11,8%, nilai kurang 58,8%, dan nilai kurang sekali 29,4%. Aspek yang keempat pada kemampuan anak dalam mengenal bentuk-bentuk yang dibuat, nilai sangat baik 11,8%, tidak ada anak yang mendapat nilai baik, nilai cukup 5,9%, nilai kurang 58,8%, dan 23,5% yang mendapat nilai kurang sekali. Pada pertemuan kedua siklus I mulai terjadi peningkatan pada beberapa aspek kemampuan yang dinilai seperti kemampuan anak dalam menggunakan jari tangan yang bertujuan untuk melihat koordinasi mata dan tangan 41,2 % yang mendapat nilai cukup, nilai kurang 35,3%, dan nilai kurang sekali 17,6 %. Selanjutnya pada aspek kemampuan anak dalam mengaduk adonan, 11,8% nilai baik, nilai cukup 41,2%, nilai kurang 35,3%, dan nilai kurang sekali 5,9%. Aspek yang ketiga pada kemampuan anak dalam membuat bermacam-macam bentuk nilai cukup 47,1%, nilai kurang 47,1%, dan nilai kurang sekali *Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini Fakultas Ilmu Pendidikan. Universitas Negeri Padang Email: [email protected] Pesona PAUD Vol I No 1 5 5,9%. Aspek yang keempat pada kemampuan anak dalam mengenal bentuk-bentuk yang dibuat 11,8% nilai sangat baik, nilai baik 5,9%, nilai cukup 58,8%, nilai kurang 17,6%, dan nilai kurang sekali 5,9%. Pada pertemuan ketiga siklus I juga mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan pertemuan pertama dan kedua. Pada kemampuan anak dalam menggunakan jari tangan yang bertujuan untuk melihat koordinasi mata dan tangan, nilai baik 23,5 %, nilai cukup 52,9%, nilai kurang 17,6%, dan nilai kurang sekali 5,9 %. Selanjutnya pada aspek kemampuan anak dalam mengaduk adonan, nilai baik 29,4%, nilai cukup 52,9%, nilai kurang 11,8%, dan nilai kurang sekali 5,9%. Aspek yang ketiga pada kemampuan anak dalam membuat bermacam-macam bentuk, nilai baik 11,8%, nilai cukup 70,6%, nilai kurang 11,8%, dan nilai kurang sekali 5,9%. Aspek yang keempat pada kemampuan anak dalam mengenal bentuk-bentuk yang dibuat nilai sangat baik 11,8%, nilai baik 47,1%, nilai cukup 29,4%, nilai kurang 11,8%, dan tidak ada anak yang mendapat nilai kurang sekali. Tabel 1. Rangkuman Hasil Observasi Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus Anak Dalam Proses Pembelajaran Pada Siklus I (Setelah Tindakan) No Aspek Pertemuan I Pertemuan II % 1 2 3 4 Kemampuan dalam menggerakkan jari tangan, koordinasi mata dan tangan Kemampuan anak dalam mengaduk adonan Kemampuan anak dalam membuat bermacammacam bentuk Kemampuan anak dalam mengenal bentukbentuk yang dibuat Pertemuan III % % SB B C K KS SB B C K KS SB B C K KS 0 5,9 23,5 29,4 41,2 0 5,9 41,2 35,3 17,6 0 23,5 52,9 17,6 5,9 0 5,9 23,5 47,1 23,5 0 11,8 41,2 35,3 5,9 0 29,4 52,9 11,8 5,9 0 0 11,8 58,8 29,4 0 0 47,1 47,1 5,9 0 11,8 70,6 11,8 5,9 11,8 0 5,9 58,8 23,5 11,8 5,9 58,8 17,6 5,9 11,8 47,1 29,4 11,8 0 Berdaraskan tabel di atas dapat disimpulkan bahwa permainan bentuk dengan bubur koran bekas pada siklus I belum memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM), maka dilanjutkan pada siklus II. Pada siklus II diadakan perbaikan-perbaikan yang dilakukan terhadap hal-hal yang belum tercapai pada siklus I. Maka diperoleh hasil yang sangat berarti terhadap peningkatan kemampuan motorik halus anak. Hal tersebut dapat dilihat pada pertemuan pertama siklus II. Pada aspek kemampuan anak dalam menggunakan jari tangan *Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini Fakultas Ilmu Pendidikan. Universitas Negeri Padang Email: [email protected] Pesona PAUD Vol I No 1 6 yang bertujuan untuk melihat koordinasi mata dan tangan, nilai baik 52,9 %, nilai cukup 35,3%, nilai kurang 11,8%, dan 0% nilai kurang sekali. Selanjutnya pada aspek kemampuan anak dalam mengaduk adonan, nilai baik 64,7%, nilai cukup 35,3%, dan 0% nilai kurang dan kurang sekali. Aspek yang ketiga pada kemampuan anak dalam membuat bermacammacam bentuk, nilai baik 64,7%, nilai cukup 29,4%, nilai kurang 5,9%, dan 0% nilai kurang sekali. Aspek yang keempat pada kemampuan anak dalam mengenal bentuk-bentuk yang dibuat, nilai sangat baik 29,4%, nilai baik 64,7%, nilai cukup 5,9%, dan 0% nilai kategori kurang dan kurang sekali. Pada pertemuan kedua juga terjadi peningkatan dibandingkan pada pertemuan pertama. Pada kemampuan anak dalam menggunakan jari tangan yang bertujuan untuk melihat koordinasi mata dan tangan nilai sangat baik 5,9%, nilai baik 70,6 %, nilai cukup 23,5%, dan 0% nilai kategori cukup, kurang dan kurang sekali. Selanjutnya pada aspek kemampuan anak dalam mengaduk adonan, nilai sangat baik 58,8%, nilai baik 29,4%, nilai cukup 11,8%, dan 0% nilai kategori kurang dan kurang sekali. Aspek yang ketiga pada kemampuan anak dalam membuat bermacam-macam bentuk, nilai sangat baik 5,9%. nilai baik 70,6%, nilai cukup 23,5%, dan 0% nilai kurang dan kurang sekali. Aspek yang keempat pada kemampuan anak dalam mengenal bentuk-bentuk yang dibuat nilai sangat baik 70,6%, nilai baik 29,4%, dan 0% nilai kategori cukup, kurang dan kurang sekali. Pada pertemuan ketiga juga mengalami peningkatan yang sangat berarti terhadap kemampuan motorik halus anak. Hal tersebut dapat dilihat dari kemampuan anak dalam menggunakan jari tangan yang bertujuan untuk melihat koordinasi mata dan tangan nilai sangat baik 11,8%, nilai baik 88,2 %, dan 0% nilai cukup, kurang dan kurang sekali. Selanjutnya pada aspek kemampuan anak dalam mengaduk adonan nilai sangat baik 94,1%, nilai baik 5,9%, dan 0% nilai kategori cukup, kurang dan kurang sekali. Aspek yang ketiga pada kemampuan anak dalam membuat bermacam-macam bentuk nilai sangat baik 11,8%, nilai baik 82,4%, nilai cukup 5,9%, dan 0% nilai kurang dan kurang sekali. Aspek yang keempat pada kemampuan anak dalam mengenal bentuk-bentuk yang dibuat, nilai sangat baik 76,5%, nilai baik 23,5%, dan 0% nilai kategori cukup, kurang dan kurang sekali. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini : *Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini Fakultas Ilmu Pendidikan. Universitas Negeri Padang Email: [email protected] Pesona PAUD Vol I No 1 7 Tabel 2. Rangkuman Hasil Observasi Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus Anak Dalam Proses Pembelajaran Pada Siklus II (Setelah Tindakan) No 1 2 3 4 Aspek Kemampuan dalam menggerakkan jari tangan, koordinasi mata dan tangan Kemampuan anak dalam mengaduk adonan Kemampuan anak dalam membuat bermacammacam bentuk Kemampuan anak dalam mengenal bentukbentuk yang dibuat Pertemuan I Pertemuan II Pertemuan III % % % SB B C K KS SB B C K KS SB B C K KS 0 52,9 35,3 11,8 0 5,9 70,6 23,5 0 0 11,8 88,2 0 0 0 0 64,7 35,3 0 0 58,8 29,4 11,8 0 0 94,1 5,9 0 0 0 0 64,7 29,4 5,9 0 5,9 70,6 23,5 0 0 11,8 82,4 11,8 0 0 29,4 64,7 5,9 0 0 70,6 29,4 0 0 0 76,5 23,5 0 0 0 Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa telah terjadi peningkatan pada setiap pertemuan dan telah memperoleh hasil sesuai dengan Kreiteria Ketuntasan Minimun (KKM). PEMBAHASAN Motorik halus merupakan kemampuan yang berhubungan dengan koordinasi mata dan tangan. Menurut Santrock (2007:216) menyatakan bahwa keterampilan motorik halus anak merupakan keterampilan yang melibatkan gerakan yang lebih diatur dengan halus seperti keterampilan tangan. Berdasarkan hasil penelitian peningkatan kemampuan motorik halus anak melalui permainan bentuk dengan bubur koran bekas di TK Al Qur’an Amal Saleh Padang diperlukan pembahasan guna menjelaskan dan memperdalam kajian dalam peneliti. Pada kondisi awal, diperoleh gambaran bahwa kemampuan motorik anak masih rendah, dimana sebagian besar anak di TK Al Qur’an Amal Saleh masih mengalami kesulitan dalam permainan menggunakan jari tangan. Setelah melihat kondisi awal, maka peneliti mengambil tindakan melalui kegiatan bermain dengan melakukan permainan bentuk menggunakan bubur koran bekas. Hal tersebut didukung oleh Sudono (2000:1) : “Bermain adalah suatu kegiatan yang dilakukan dengan atau tanpa mempergunakan alat yang menghasilkan pengertian atau memberikan informasi, memberi kesenangan maupun mengembangkan imajinasi anak”. *Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini Fakultas Ilmu Pendidikan. Universitas Negeri Padang Email: [email protected] Pesona PAUD Vol I No 1 8 Setelah diadakan siklus I dan siklus II, terlihat peningkatan yang sangat baik dan dijabarkan sebagai berikut: Ditinjau dari aktivitas guru, pembelajaran mengalami peningkatan pada siklus I dan siklus II dan sudah berjalan dengan baik Peningkatan kemampuan motorik halus anak melalui permainan bentuk dengan bubur koran bekas yang sudah mencapai Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) dapat dilihat sebagai berikut : kemampuan anak dalam menggunakan jari tangan yang bertujuan untuk melihat koordinasi mata dan tangan pada kondisi awal anak mendapat nilai baik 5,9%, pada siklus I anak yang mendapat nilai baik 23,5%. Siklus II mengalami peningkatan menjadi 88,2%. Kemampuan anak dalam mengaduk adonan kondisi awal 0%, siklus I yang mendapat nilai baik 29,4%, dan siklus II meningkat menjadi 94,1 % anak yang mendapat nilai sangat baik. Kemapuan anak dalam membuat bermacam-macam bentuk, kondisi awal 0%, siklus I11,8% anak yang mendapat nilai baik, siklus II 82,4% anak yang mendapat nilai baik Kemampuan anak dalam mengenal bentuk-bentuk yang dibuat, kondisi awal 11,8 %, siklus I anak yang mendapat nilai sangat baik11,8%, nilai baik 47,1% pada siklus II meningkat menjadi 76,5% anak yang mendapat nilai sangat baik Berdasarkan keterangan di atas, terjadi peningkatan kemampuan motorik halus anak melaui permainan bentuk menggunakan bubur koran bekas di TK Al Qur’an Amal Saleh Padang. Peningkatan yang terjadi pada siklus I dan II dikarenakan anak melakukan permainan dengan senang dan tanpa paksaan. Anak melakukannya dengan senang hati dan tanpa memikirkan hasil akhir. Melalui permainan tersebut aspek motorik halus anak menunjukkan perkembangan sesuai dengan yang diharapkan. Sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Sumantri (2005:155) permainan membentuk bertujuan untuk mengembangkan kemampuan koordinasi mata dan tangan. Melalui permainan ini anak sudah mampu melakukan aktivitas yang menggunakan koordinasi mata dan tangan seperti jari jemarinya dengan baik. Hal tersebut dapat dilihat dari kemampuan koordinasi antara mata dan tangannya telah berkembang sesuai dengan yang diharapkan. Melalui aktivitas bermain bentuk menggunakan bubur koran ini anak dapat mengekspresikan dirinya dengan baik dan dapat membangun seluruh potensinya dengan maksimal. *Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini Fakultas Ilmu Pendidikan. Universitas Negeri Padang Email: [email protected] Pesona PAUD Vol I No 1 9 SIMPULAN DAN SARAN Dari hasil penelitian dan pembahasan yang telah dikemukakan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa kemampuan motorik halus anak di TK Al Qur’an Amal Saleh Padang masih belum berkembang sesuai dengan yang diharapkan. Hal tersebut terbukti dari rendahnya kemampuan anak dalam menggerakkan jari-jari tangannya dalam melakukan kegiatan menulis, menggunting, melipat, dan sebagainya. Untuk meningkatkan kemampuan tersebut maka dilakukan penelitian dengan menggunakan permainan membentuk dengan bubur koran bekas. Melalui kegiatan bermain akan memberikan suasana nyaman bagi anak dan menjadi egiatan yang menyenangkan. Peningkatan persentase kemampuan motorik halus anak melalui permainan bubur koran bekas dari siklus I meningkat pada siklus II, berarti perbaikan yang dilakukan terhadap kelemahan-kelemahan yang ditemukan pada siklus I telah berhasil mencapai sasaran dengan baik dan secara keseluruhan keberhasilan sudah mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah ditetapkan yaitu 75%. Aspek yang diamati pada setiap siklus adalah : 1) Kemampuan dalam menggerakkan jari tangan, koordinasi mata dan tangan, 2) kemampuan anak dalam mengaduk adonan, 3) kemampuan anak dalam membuat bermacam-macam bentuk, 4) kemampuan anak dalam mengenal bentuk-bentuk yang dibuat. Persentase untuk masing-masing aspek tersebut adalah 88,2%, 94,1%, 82,4% 76,5%. Berdasarkan pada simpulan tersebut, agar perkembangan motorik halus anak usia dini berkembang lebih optimal, maka hendaknya guru memahami peserta didik, menciptakan suasana yang nyaman dan kondusif, menguasai materi sebelum mengajarkannya dan memberikan kesempatan untuk lebih berkreasi dengan bubur koran bekas. Dengan demikian pembelajaran menjadi lebih optimal dan lebih berarti bagi anak demi persiapannya untuk memasuki jenjang pendidikan selanjutnya. DAFTAR RUJUKAN Arikunto, Suharsimi. 1990. Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta Arikunto, Suharsimi, dkk. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara Haryadi. 2009. Statistik Pendidikan. Jakarta: Sinar Grafika Hermawan, Didik. 2004. Saat Anak Tumbuh. Surakarta: Media Insani Press *Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini Fakultas Ilmu Pendidikan. Universitas Negeri Padang Email: [email protected] Pesona PAUD Vol I No 1 10 Musfiroh, Tadkiroatun. 2005. Bermain Sambil Belajar dan Mengasah Kecerdasan, Jakarta: Depdiknas Nurwarjani, Elvira, Novianti. 2006. Kreasi Cantik Dari Bubur Kertas. Jakarta: Kawan Pustaka. Santrock, John W. 2007. Perkembangan Anak. Jakarta: Erlangga Soefandi Indra. 2009. Strategi Mengembangkan Potensi Kecerdasan Anak. Jakarta: Bee Media Indonesia Sudono, Anggani. 2000. Sumber Belajar dan Alat Permainan. Jakarta: PT Grasindo Sujiono, Nuraini Yuliani. 2009. Konsep Dasar Pendidikan AUD. Jakarta: Idektif Sumantri. 2005. Model Pengembangan Keterampilan Motorik Anak Usia Dini. Jakarta: Depdiknas *Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini Fakultas Ilmu Pendidikan. Universitas Negeri Padang Email: [email protected] Pesona PAUD Vol I No 1