BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori Umum 2.1.1

advertisement
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Teori Umum
2.1.1
Tinjauan Pustaka
1. PROGRAM
INSPIRATIF
DI
TELEVISI
STUDI
DRAMATURGI TALK SHOW KICK ANDY DI METRO TV.
Sesuai dengan teori dramaturgi yang dikemukakan oleh Erving
Goffman di dalam bukunya “The Presentation of Self in Everyday
Life”,
Kick
mendapatkan
Andy
melakukan
perhatian
pengelolaan
penontonnya.
Peneliti
kesan
guna
melakukan
penelitan pengaplikasian unsur dramaturgi dalam berbagai faktor:
a. Setting
Setting panggung di dalam program Kick Andy
menunjukkan kesan sebuah ruangan mewah dalam gedung
tinggi
yang
terletak
di
tengah
perkotaan.
Unsur
kemewahan ini sesuai dengan target audience dari
program Kick Andy yaitu pria AB 20+.
b. Pakaian
Host acara Kick Andy yaitu Andy F.
Noya
menggunakan pakaian berupa kemeja dengan lengan
tergulung serta dasi.
c. Gaya Bicara
Gaya bicara para aktor panggung depan pertunjukkan
Kick Andy menunjukkan gaya bicara sehari-hari. Hal ini
7
8
dikarenakan arahan Andy F. Noya saat briefing di
belakang panggung.
d. Tata Krama
Pada pertunjukan Kick Andy, Andy F. Noya bersikap
sombong dan mengarahkan jalannya percakapan. Namun
sikap
tersebut
dilakukan
untuk
mengakomodasi
narasumber yang berperan sebagai aktor utama pada
pertunjukkan karena nilai-nilai yang ingin disampaikan.
Peneliti
menyimpulkan
bahwa
proses
produksi
program Kick Andy sesuai dengan analogi dramaturgi
Erving Goffman yang diperkenalkannya dalam buku The
Presentation of Self in Everyday Life. Bahwa ketika
pertunjukan berlangsung, aktor dari pertunjukan Kick
Andy ingin melakukan pengelolaan kesan (impression
management) hingga penonton dapat menyimpulkan
definisi
situasi
dengan
menggunakan
unsur-unsur
dramaturgis yang diantaranya setting, pakaian, gaya bicara,
dan tata krama. (Prawira & Wahid, 2012, hal. 80)
2. NILAI DAN GAYA HIDUP MASYARAKAT DI DALAM
MEDIA
Menurut Kotler, pengertian gaya hidup adalah pola hidup
seseorang di dunia yang diekspresikan dalam aktivitas, minat, dan
opininya.
Gaya
hidup
menggambarkan
“keseluruhan
diri
seseorang” yang berinteraksi dengan lingkungannya. (Kotler,
1997, p. 159)
9
Value And Lifestyle (VALS) atau Nilai dan Gaya Hidup
pertama kali dikenalkan pada tahun 1978 dan telah menjadi satusatunya segmentasi psikografis komersial yang dapat diterima
oleh semua golongan dan paling sering digunakan. Arnold
Mitchell adalah salah satu pakar psikologi yang mengembangkan
VALS ini di Amerika.
Kerangka VALS ini dibagi menjadi dua sumber daya, yaitu
sumber daya tinggi dan sumber daya rendah. Dalam masingmasing sumber daya terbagi menjadi empat kelompok lagi yang
lebih spesifik.
Kecendrungan sumber daya tinggi:
1. Actualizers: sukses, canggih, aktif, “pengawas”. Suka sekali
melihat pendapat atau selera para ahli
2. Fulfilleds: dewasa, puas, nyaman, reflektif. Menyukai daya
tahan dan sesuatu yang fungsional.
3. Achievers: sukses, berorientasi karir dan kerja. Menyukai halhal
yang
telah
mapan
dan
bisa
digunakan
untuk
menyombongkan diri.
4. Experiencers: muda, energik, antusias, impulsive, dan
pemberontak. Menyukai hal-hal yang telah membelanjakan
porsi terbesar untuk pakaian, makanan cepat saji, musik, film,
dan video.
Sumber daya rendah:
1. Believers: konservatif, konvensional, dan tradisional.
10
2. Strivers: tidak pasti, tidak aman, mencari persetujuan, terbatas
dalam sumber daya.
3. Makers:
praktis,
swasembada,
tradisional,
berorientasi
keluarga.
4. Strugglers: manula, pensiun, pasif, penuh perhatian, terbatas
dalam sumber daya. (Kotler, 1997, p. 162)
Dari kecenderungan sifat-sifat yang ada diatas, media
berusaha untuk dapat mengakomodir tuntutan lifestyles
mereka. Hal ini dapat berarti media dapat menampilkan atau
membuat program yang dapat mengakomodir keinginan target
marketnya atau bahkan media berusaha bekerjasama/mencari
pemasang iklan yang memiliki target yang sama dengan media
tersebut. Hal ini dilakukan semata-mata untuk mepertahankan
target market/audience.
Media memilki tuntutan untuk dapat memahami audiencesnya.
Karena untuk dapat mempertahankan audiensnya, media harus
mengetahui apa yang menjadi keinginan masayarakat tersebut.
Memahami gaya hidup masyarakat di mana media tersebut berada
merupakan cara untuk dapat menyesuaikan diri dengan audiencesnya.
VALS (Value and Lifestyle) merupakan salah satu cara yang akan
memudahkan media memahami masyarakat. Bahkan setelah media
memahami VALS audiensnya saat ini bukan berarti telah berhenti dan
menjadi patokan untuk memahami masyarakat tersebut. Karena gaya
hidup masyarakat akan berubah dan bersifat dinamis dari waktu ke
waktu. (Goenawan, 2008)
11
2.1.2
Komunikasi
Katherine Miller berpendapat di dalam buku Pengantar Teori
Komunikasi Analisis dan Aplikasi (West & Turner, 2008, p. 4),
“terdapat begitu banyak konseptualisasi mengenai komunikasi, dan
konseptualisasi ini telah mengalami banyak perubahan dalam tahuntahun terakhir ini”. Sarah Trenholm menyatakan bahwa walaupun
studi mengenai komunikasi telah ada selama berabad-abad, tidak
berarti bahwa komunikasi telah dipahami dengan baik. Bahkan,
Trenholm dengan provokatif memberikan ilustrasi tentang dilema
yang dihadapi dalam usaha mendefinisikan istilah tersebut. Ia
menyatakan bahwa komunikasi telah menjadi semacam istilah
“portmanteau” (istilah yang terbentuk dari gabungan dua kata,
misalkan brunch, yang merupakan gabungan dari kata breakfast dan
lunch). Sebagaimana halnya dengan sebuah koper, istilah ini sesak
dijejali dengan ide-ide dan makna-makna yang aneh. Fakta bahwa
beberapa dari ide-ide ini sebenarnya sudah pas sering kali diabaikan,
sehingga menyebabkan koper berisi konseptualisasi ini terlalu berat
untuk diangkat.
Di dalam buku Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar (Mulyana,
2007, hal. 46), kata komunikasi atau communication dalam bahasa
inggris berasal dari kata Latin communis yang berarti “sama”,
communico,
communicatio,
atau
communicare,
yang
berarti
“membuat sama” (to make common). Istilah pertama (communis)
paling sering disebut sebagai asal kata komunikasi yang merupakan
akar
dari
kata-kata
latin
lainnya
yang
mirip.
Komunikasi
12
menyarankan bahwa suatu pikiran, suatu makna, atau suatu pesan
dianut secara sama.
Di dalam buku Ilmu, Teori, dan Filsafat Komunikasi (Effendy,
2003, p. 253), Harold Lasswell menyatakan bahwa cara terbaik untuk
menerangkan proses komunikasi adalah menjawab pertanyaan lewat 5
unsur komunikasi, yaitu: Who Says What In Which Channel To Whom
With What Effect (Siapa Mengatakan Apa Melalui Saluran Apa
Kepada Siapa Dengan Efek Apa).
1. Who? (siapa/sumber). Sumber atau komunikator adalah pelaku
utama atau pihak yang mempunyai kebutuhan untuk berkomunikasi
atau yang memulai suatu komunikasi. Bisa seorang individu,
kelompok, organisasi, maupun suatu negara sebagai komunikator.
2. Says
What?
(pesan).
Apa
yang
akan
disampaikan
atau
dikomunikasikan kepada penerima (komunikan), dari sumber
(komunikator) atau isi informasi. Merupakan seperangkat simbol
verbal atau non verbal yang mewakili perasaan, nilai, gagasan, atau
maksud sumber tadi. Ada 3 komponen pesan yaitu makna, simbol
untuk menyampaikan makna, dan bentuk atau organisasi pesan.
3. In
Which
Channel?
menyampaikan
pesan
(saluran
dari
atau
media).
komunikator
Alat
(sumber)
untuk
kepada
komunikan (penerima) baik secara langsung (tatap muka), maupun
tidak langsung (melalui media cetak atau elektronik).
4. To Whom? (untuk siapa? penerima). Orang, kelompok, organisasi
atau suatu negara yang menerima pesan dari sumber, disebut tujuan
13
(destination),
pendengar
(listener),
khalayak
(audience),
komunikan, penafsir, dan penyandi balik (decoder).
5. With What Effect? (dampak atau efek). Dampak atau efek yang
terjadi pada komunikan (penerima) setelah menerima pesan dari
sumber, seperti perubahan sikap dan bertambahnya pengetahuan.
2.1.3
Komunikasi Massa
Saluran Komunikasi
dengan Media
Non Mass Media
Mass Media
Non Periodik
Surat, Telepon,
Telegram, dll
Poster, Brosur,
Pengumuman, Billboard, dll
Tabel 2.2
Periodik
Surat Kabar, Majalah,
Radio, Televisi, Film,
Internet
Gambar 2.1 Saluran Komunikasi dengan Media
Dalam buku Pengantar Komunikasi Massa (Vera, 2008, p. 6),
komunikasi dapat dilakukan dengan media dan tanpa media.
Komunikasi yang menggunakan media dapat menggunakan media
massa maupun media non massa. Media non massa contohnya: surat,
telepon, telegram, dan lain-lain. Sedangkan media massa dapat dibagi
lagi menjadi media massa yang periodik (waktu penerbitannya
teratur) dan media massa yang non periodik (waktu penerbitannya
tidak teratur).
Media massa yang periodik dibagi menjadi dua jenis yaitu:
1. Media cetak, contohnya: surat kabar, majalah, buku.
14
2. Media non cetak (elektronik) contohnya: televisi, radio, film, dan
media baru (internet)
Dari
penjelasan-penjelasan
tersebut
diatas
dapat
ditarik
kesimpulan bahwa yang disebut komunikasi massa adalah komunikasi
yang menggunakan media massa yang periodik. Atau secara
sederhana dapat pula dikatakan bahwa komunikasi massa adalah suatu
bentuk komunikasi yang menggunakan media massa baik itu media
cetak maupun media elektronik dalam menyampaikan pesan-pesan
tertentu kepada khalayak/masyarakat luas yang tersebar diseluruh
penjuru dunia.
Jalaluddin Rakhmat merangkum dari berbagai definisi yang ada;
komunikasi massa adalah jenis komunikasi yang ditujukan kepada
sejumlah khalayak yang tersebar, heterogen dan anonim melalui
media cetak atau elektronik sehingga pesan yang sama dapat diterima
secara serentak dan sesaat.
Sedangkan definisi media massa antara lain yaitu: media massa
merupakan alat atau media penyampai pesan dari proses komunikasi
massa.
2.1.3.1
Tingkatan Dalam Komunikasi Massa
Dalam buku Pengantar Komunikasi Massa (Vera, 2008,
p. 9), komunikasi secara sederhana adalah proses penyampaian
pesan dari seorang komunikator kepada komunikan. Dari
pengertian yang paling sederhana tersebut dapat dilihat bahwa
15
komunikasi mempunyai elemen-elemen yaitu komunikator,
pesan, dan komunikan yang harus ada pada proses komunikasi.
Komunikasi
memiliki
tingkatan
yang
dilihat
berdasarkan seberapa banyak jumlah orang yang terlibat dalam
proses komunikasi.
1. Intrapersonal Communication (Komunikasi dengan diri
sendiri).
John Vivian menjelaskan di dalam buku Pengantar
Komunikasi Massa (Vera, 2008, p. 10), Komunikasi
interpersonal mempunyai elemen-elemen sebagai syarat
minimal terjadinya proses komunikasi, yaitu komunikatorpesan-komunikan, tetapi dalam komunikasi intrapersonal,
komunikator dan komunikannya adalah dirinya sendiri.
Seseorang melakukan komunikasi intrapersonal apabila
berbicara dengan diri sendiri untuk mengembangkan ideidenya
sendiri.
Komunikasi
intrapersonal
tersebut
mendahului ucapan atau tindakan seseorang.
2. Interpersonal Communication (Komunikasi antar pribadi).
Komunikasi antar pribadi melibatkan dua atau tiga orang
dalam proses komunikasinya, ada noise, dan komunikan
bertindak juga sebagai komunikator selama proses
komunikasi berlangsung. Dalam bentuknya yang paling
sederhana komunikasi interpersonal adalah komunikasi
antar dua orang yang secara fisik berada pada lokasi yang
sama.
16
3. Group Communication (Komunikasi kelompok)
Didalam komunikasi kelompok, ciri utamanya adalah
dimana sejumlah orang mengurangi keintiman dalam
proses komunikasi. John Vivian di dalam buku Pengantar
Komunikasi Massa (Vera, 2008, p. 10), memberikan
contoh; pertemuan klub atau pidato ke audiens di
auditorium. Komunikasi kelompok dibagi menjadi dua
yaitu, komunikasi kelompok kecil dan komunikasi
kelompok besar, tergantung jumlah orang yang terlibat
dalam komunikasi tersebut.
4. Mass Communication (Komunikasi massa).
Komunikasi massa merupakan komunikasi yang kompleks
karena melibatkan jumlah orang yang relatif sangat banyak,
baik komunikator maupun komunikannya. Komunikasi
massa ciri utamanya adalah mampu menjangkau ribuan
atau bahkan jutaan orang yang dilakukan melalui media
massa baik cetak maupun elektronik.
Dari semua tingkatan komunikasi tersebut sebenarnya
memiliki
kesamaan
dalam
prosesnya
yaitu;
seseorang
membuat pesan, yang pada dasarnya adalah tindakan
intrapersonal (dari dalam diri seseorang). Pesan itu kemudian
dikodekan dalam kode umum, seperti bahasa. Kemudian
ditransmisikan.
John Vivian memberikan pendapatnya di dalam buku
Pengantar Komunikasi Massa (Vera, 2008, p. 11), dalam
17
komunikasi
massa
bentuknya
agak
berbeda
dengan
komunikasi yang lain karena pesannya ditujukan untuk orang
banyak yang berbeda latar belakang dan kepentingan, maka
dibutuhkan keahlian yang berbeda dengan sekedar berbicara
dengan teman. Menyusun pesan lebih kompleks karena ia
harus menggunakan suatu sarana, misalnya percetakan,
kamera atau perekam.
2.1.3.2
Ciri-Ciri Komunikasi Massa
Dalam buku Pengantar Komunikasi Massa (Vera, 2008, p.
12), untuk membedakan antara jenis komunikasi yang satu
dengan yang lainnya maka masing-masing memiliki ciri-ciri
tersendiri. Adapun ciri-ciri komunikasi massa adalah sebagai
berikut:
1. Komunikatornya terlembaga
Menurut Wright, komunikator dalam komunikasi
massa bergerak dalam organisasi yang kompleks, yang
terdiri dari banyak orang yang terlibat didalamnya dari
mulai wartawan, editor, pemimpin redaksi pemilik media,
dll. Karena dalam organisasi yang kompleks maka
memerlukan pula peralatan yang lengkap.
2. Khalayak sasaran
Khalayak sasarannya luas, heterogen, anonim. Disebut
luas karena jumlahnya banyak dan tersebar, tidak di batasi
oleh jarak dan geografis. Disebut heterogen karena
18
khalayak komunikasi massa sangat beragam, terdiri dari
berbagai lapisan masyarakat yang berbeda, baik dari segi
pendidikan, jenis kelamin, agama, status sosial, dan
sebagainya. Sedangkan anonim artinya masing-masing
khalayak tidak mengenal satu dengan yang lainnya
walaupun pada saat bersamaan mereka menerima pesanpesan yang sama.
Pada komunikasi interpersonal. Komunikator akan
mengenal komunikannya, mengetahui identitasnya seperti
nama, pendidikan, pekerjaan, tempat tinggal, bahkan
mungkin mengenal sikap dan perilakunya.
Selain itu khalayak dalam komunikasi massa sifatnya
berubah-ubah. Apa yang menarik perhatian pada suatu saat
mungkin tidak akan menarik lagi di saat yang lain.
Perhatian khalayak juga berbeda-beda tingkat intensitasnya.
3. Isi pesan
Bersifat umum, bukan perorangan atau pribadi untuk
kepentingan
orang
banyak.
Komunikasi
massa
itu
ditujukan kepada semua orang, bukan untuk sekelompok
orang tertentu.
4. Waktu penyampaian
Dalam komunikasi massa waktu penyampaiannya
cepat dan mampu menjangkau khalayak luas tidak terbatas
secara geografis dan kultural.
19
5. Komunikasi massa bersifat satu arah
Dalam beberapa definisi dan pengertian tentang
komunikasi massa disebutkan bahwa komunikasi massa
adalah komunikasi yang menggunakan atau melalui media
massa. Karena ciri tersebut maka komunikator dan
komunikannya tidak bertemu secara langsung seperti yang
terjadi pada komunikasi interpersonal, akibatnya respon
tidak dapat diberikan secara langsung maka sifat
komunikasi massa adalah satu arah.
6. Mengutamakan unsur isi dari pada hubungan
Setiap komunikasi melibatkan unsur isi dan unsur
hubungan. Pada komunikasi massa lebih mementingkan
unsur isi, sedangkan dalam komunikasi antar pribadi lebih
mengutamakan unsur hubungan.
Pada komunikasi antar pribadi isi pesan tidak begitu
diperhatikan dalam arti tidak harus sistematis, dan tidak
harus relevan antara satu dengan yang lain, perpindahan
topik pembicaraan berjalan sangat fleksibel. Dalam
komunikasi
massa
pesan
harus
dibuat
terstruktur
sedemikian rupa berdasarkan kriteria tertentu.
7. Feedback dalam komunikasi massa
Karena komunikasi massa bersifat satu arah maka
feedbacknya
komunikan
bersifat
dalam
tertunda.
komunikasi
Maksudnya
massa
tidak
adalah
bisa
memberikan respon langsung pada komunikator tidak
20
seperti dalam komunikasi antar pribadi karena dalam
komunikasi massa pesan disampaikan lewat media massa
tidak secara langsung.
Umpan balik biasanya berupa surat pembaca melalui
fax, telepon, e-mail, dsb. Namun komunikasi dua arah
tersebut terjadi pada khalayak yang sangat terbatas, yaitu
yang menelpon saja, padahal khalayak komunikasi massa
demikian luas dan tak terbatas. Maka dalam hal ini umpan
balik dalam komunikasi massa tetap merupakan umpan
balik yang tertunda.
8. Stimulasi alat indera yang terbatas
Dalam komunikasi massa, stimulasi alat indera
bergantung pada jenis media massa. Pada surat kabar dan
majalah, pembaca hanya melihat. Pada siaran radio dan
rekaman auditif, khalayak hanya mendengar, sedangkan
pada media televisi dan film, kita menggunakan indra
penglihatan dan pendengaran. Sedangkan komunikasi
antarpersonal yang bersifat tatap muka, maka seluruh alat
indera pelaku komunikasi, komunikator dan komunikan,
dapat digunakan secara maksimal. Kedua belah pihak
dapat melihat, mendengar secara langsung, bahkan
mungkin merasakan.
21
2.1.3.3
Karakteristik Isi Pesan Komunikasi Massa
Dalam buku Pengantar Komunikasi Massa (Vera, 2008, p.
17), isi pesan dalam setiap jenis komunikasi juga dibedakan
oleh ciri-ciri tertentu, demikian halnya dengan komunikasi
massa. Adapun karakteristik isi pesan komunikasi massa
antara lain yaitu:
1. Novelty (sesuatu yang baru): Berkaitan dengan aktualitas,
bahwa suatu berita akan menarik khalayak jika merupakan
hal-hal yang baru. Baru bukan berarti selalu baru terjadi,
melainkan sesuatu yang belum diketahui khalayak atau
khalayak untuk pertama kalinya mengetahui adanya fakta
baru.
2. Proximity (kedekatan/jarak): Proximity artinya kedekatan
atau jarak terjadinya suatu persitiwa dengan tempat
dipublikasikannya peristiwa itu mempunyai arti penting.
Khalayak akan tertarik untuk mengetahui hal-hal yang
berhubungan
langsung
dengan
kehidupan
dan
lingkungannya.
3. Popularitas: Peliputan tentang tokoh, organisasi, tempat
dan waktu yang penting dan terkenal selalu menarik
perhatian khalayak. Semakin seorang populer maka ia
selalu menjadi bahan berita yang menarik. Apapun yang
dilakukan oleh bintang film, penyanyi, presiden, wakil
rakyat, atlet, semuanya menarik untuk diberitakan baik
yang berkaitan dengan profesinya maupun urusan pribadi.
22
4. Pertentangan/konflik:
Hal-hal
yang
mengungkapkan
pertentangan selalu menjadi bahan berita, peristiwa perang,
pemilu, konflik perorangan, konflik antar organisasi, dan
lain-lain. Konflik memiliki nilai berita yang tinggi karena
konflik selalu menjadi bagian dari kehidupan manusia dan
berita merupakan peristiwa tentang kehidupan.
5. Komedi/humor:
terutama
untuk
Acara-acara
lawak
menghilangkan
sangat
disukai
kejenuhan.
Setelah
beraktivitas seharian khalayak ingin memperoleh hiburan
terutama yang dapat menyegarkan suasana, komedi
merupakan salah satu acara yang diminati oleh khalayak
terutama di media televisi dan radio.
6. Seks dan keindahan: Kedua unsur ini bersifat universal dan
menarik perhatian khalayak. Tidak heran jika media massa
baik cetak maupun elektronik selalu menyelipkan sesuatu
yang mengandung unsur seks dan keindahan tersebut.
7. Bencana dan kriminal: Hal-hal yang berkaitan dan
menyentuh kebutuhan dasar manusia seringkali bisa
menimbulkan emosi dan simpati khalayak, misalnya:
berita bencana alam, pembantaian, kelaparan, dan lain-lain
yang menyangkut keselamatan hidup manusia menjadi
daya tarik khalayak karena keselamatan merupakan
prioritas utama manusia.
8. Nostalgia: Hal-hal yang mengungkapkan pengalaman
masa dulu. Kenangan seseorang baik yang berkesan atau
23
yang tidak menyenangkan di masa lalu biasanya selalu
diingat. Acara-acara yang memutar lagu-lagu nostalgia
dapat menjadi pelipur bagi khalayak.
9. Human Interest: Menyangkut kehidupan orang lain
terutama yang menyentuh perasaan, peristiwa yang
membangkitkan emosi manusia seperti sedih, lucu,
dramatis, hal-hal yang aneh semuanya menarik jika dilihat
dari segi human interest.
2.1.3.4
Fungsi-Fungsi Komunikasi Massa
Dalam buku Pengantar Komunikasi Massa (Vera, 2008,
p. 19), fungsi komunikasi massa terdiri dari bermacam
pendapat, banyak definisi mengenai fungsi komunikasi massa,
beberapa ahli membedakan antara fungsi komunikasi massa
bagi individu dan fungsi komunikasi massa bagi masyarakat.
Membicarakan fungsi komunikasi massa tidak bisa lepas dari
media massa karena media massa adalah alat untuk
menyampaikan pesan dari komunikasi massa. Disini akan
dijelaskan beberapa fungsi komunikasi massa yang di
rangkum dari berbagai pendapat antara lain: Dennis McQuail,
Harold D. Lasswell, Charles Robert Wright, Jay Black dan
Frederick C. Whitney, Onong Uchjana Effendy, John Vivian,
Joseph R. Dominick, dan lain-lain.
24
1. Informasi
Yang dimaksud fungsi informasi adalah komunikasi
massa menyediakan informasi tentang peristiwa yang
terdapat di dalam masyarakat, baik nasional maupun
internasional. Informasi adalah memberitahukan hal-hal
penting yang terjadi di seluruh dunia. Fungsi informasi
menyangkut berbagai bidang, semua peristiwa bisa
menjadi sumber informasi, dalam media massa bentuknya
bermacam-macam
seperti,
berita,
politik,
ekonomi,
kesehatan, iptek. Iklan juga dapat dikategorikan sebagai
informasi. Informasi dapat diketahui melalui bermacam
cara, tetapi yang paling efektif melalui media massa baik
cetak maupun elektronik.
2. Pendidikan
Fungsi mendidik dalam komunikasi massa merupakan
fungsi
yang
dilakukan
komunikasi
massa
dalam
memberikan pendidikan kepada masyarakat untuk berpikir
kritis dan memiliki pengetahuan yang luas dalam bidang
ekonomi,
politik,
hukum,
sosial-budaya,
termasuk
pembinaan moral dan pendidikan budi pekerti. Dalam
menjalankan fungsi ini media massa biasanya mengemas
acara dalam bentuk drama, talkshow, artikel, dan lain-lain.
3. Hiburan
Fungsi menghibur dimaksudkan bahwa media massa
menyajikan program hiburan bagi masyarakat terutama
25
untuk relaksasi, pengalihan perhatian, dan meredakan
ketegangan sosial. Acara hiburan seperti film, musik,
komedi yang lebih banyak diminati.
4. Fungsi Meyakinkan
a. Mengukuhkan sikap
Menjadikan kepercayaan, sikap, nilai dan opini
seseorang semakin kuat.
b. Mengubah sikap
Mengubah sikap seseorang yang netral agar mengikuti
kehendak pihak-pihak tertentu melalui tayangantayangan atau tulisan-tulisan media massa.
c. Menggerakkan
Dilihat dari sudut pandang pemasang iklan, fungsi
terpenting dari media adalah menggerakkan para
konsumen untuk bertindak (membeli).
d. Menawarkan etika atau sistem nilai tertentu
Dengan
mengungkapkan
secara
terbuka
adanya
penyimpangan tertentu dari suatu norma yang berlaku,
media merangsang masyarakat untuk mengubah situasi.
e. Menganugrahkan status
Seseorang yang namanya sering dimuat di media maka
ia menjadi begitu penting dan terkenal. Sebaliknya
orang penting yang namanya jarang dimuat di media
lambat laun akan hilang dan terlupakan.
26
5. Fungsi Membius (Narcotizing)
Fungsi ini diperkenalkan pertama kali oleh Paul
Lazaefeld dan Robert K. Merton. Fungsi narcotizing
berarti bahwa apabila media menyajikan informasi tentang
sesuatu, penerima percaya bahwa tindakan tertentu telah
diambil. Sebagai akibatnya, pemirsa terbius kedalam
keadaan tidak aktif seakan-akan mereka berada dalam
pengaruh narkotik.
Media massa yang tidak dikelola dengan baik yang
hanya mengejar keuntungan materiil atau menjadi alat
kekuasaan
pihak-pihak
tertentu,
akan
menghasilkan
produk-produk yang dapat meresahkan masyarakat, seperti
“racun”
yang
sangat
berbahaya
bila
dikonsumsi
masyarakat luas.
6. Menciptakan rasa kebersamaan
Salah satu fungsi komunikasi massa yang tidak banyak
orang menyadarinya adalah kemampuannya membuat kita
merasa menjadi anggota suatu kelompok.
7. Fungsi Integrasi dan Empati
Masyarakat Indonesia yang majemuk, terdiri dari
berbagai suku bangsa dengan kebudayaannya masingmasing. Dengan banyaknya media massa seperti radio, TV,
surat kabar, majalah, dan film menjadi semakin terbuka
peluang-peluang untuk saling mengenal, saling memahami
budaya antar berbagai suku bangsa. Dari situlah akan
27
terjadi perubahan citra (image) di kalangan masyarakat.
Jika semula orang dari suku bangsa tertentu menilai buruk
suku bangsa yang lain maka lambat laun akan terkikis
setelah
mereka
memahami
berbagai
hal
terutama
menjadikan
khalayak
kebudayaan dari suku bangsa lainnya.
Media
massa
memiliki
rasa
dapat
empati
juga
sosial
yaitu
dengan
di
publikasikannya informasi atau cerita tentang kehidupan di
daerah tertentu maka masyarakat memperoleh pengetahuan
tentang keadaan orang lain, mengidentifikasikan diri
dengan orang lain, dan meningkatkan rasa memiliki.
Dengan
munculnya
rasa
empati
dapat
membantu
menjalankan peran sosial bagi masyarakat.
8. Transmisi Budaya
Komunikasi massa melestarikan dan mewariskan nilainilai sosial dari suatu generasi kepada generasi berikutnya.
Melalui proses sosialisasi, anggota baru suatu masyarakat
dapat belajar peranan orang lain di dalam masyarakat,
sekaligus dapat mengerti posisi sosial dan menempatkan
dirinya secara tepat di dalam pergaulan sosial. Sebagian
dari pengalamannya ini tentunya dapat diperoleh melalui
komunikasi massa yang sarat dengan berbagai informasi
tentang berbagai peranan dan berbagai kegiatan anggota
masyarakat.
28
9. Surveillance (Pengawasan)
Joseph
R.
Dominick
menyatakan
pengertian
surveillance merujuk kepada pengumpulan dan distribusi
informasi mengenai kejadian-kejadian yang terjadi di
lingkungan sekitar kita atau dapat dikatakan media massa
sebagai alat untuk memonitor apa yang terjadi disekitar
masyarakatnya. Yang dimaksud pengawasan media massa
yaitu media menyajikan informasi yang diperoleh dari
hasil pengawasan media yang tidak dapat dilakukan
masyarakat.
Surveillance dibagi ke dalam dua bagian:
•
Pertama, beware surveillance (pengawasan peringatan),
yaitu ketika media massa menginformasikan tentang
ancaman dari bencana alam (banjir, gunung meletus,
dll), kondisi efek yang memprihatinkan, tayangan
inflasi atau adanya serangan militer.
•
Kedua,
instrumental
surveillance
(pengawasan
instrumental), yaitu penyampaian atau penyebaran
khalayak dalam kehidupan sehari-hari. misalnya berita
tentang harga barang kebutuhan pokok sehari-hari
sangat berguna bagi masyarakat, produk-produk baru
yang muncul di pasaran, perkembangan fashion, resep
masakan dan sebagainya.
Menurut John Vivian di dalam buku Pengantar
Komunikasi Massa (Vera, 2008, p. 25), Berita merupakan
29
bentuk nyata dari fungsi media massa sebagai pengawasan
lingkungan. Ramalan cuaca di televisi bisa membuat
pemirsa berjaga-jaga atau bersiap-siap membawa payung
ketika keluar rumah. Dari laporan Bursa Efek Indonesia,
orang bisa memutuskan akan berinvestasi atau tidak. Dari
berita, orang akan mendukung presidennya atau tidak, dan
lain sebagainya.
10. Meningkatkan aktivitas politik
Dengan seringnya seseorang mengkonsumsi media
massa baik cetak maupun elektronik maka pengetahuannya
akan bertambah, tak terkecuali dalam bidang politik,
sehingga dapat meningkatkan kesadaran mereka untuk
melakukan aktivitas politik. Juga sebagai sarana sosialisasi
politik. Masyarakat dapat belajar tentang seluk beluk
politik lewat media massa, juga aktivitas-aktivitas yang
berhubungan dengan politik.
2.1.4
Media Massa
Menurut Kurniawan Junaedhie di dalam buku Pengantar
Komunikasi Massa (Vera, 2008, p. 8), media massa merupakan
saluran yang digunakan oleh jurnalistik atau komunikasi massa.
Tujuannya, memanfaatkan kemampuan teknik dari media tersebut,
sehingga dapat mencapai khalayak dalam jumlah tak terhingga pada
saat yang sama. Media massa dibagi menjadi dua menurut sifatnya,
yaitu media massa cetak dan media massa elektronik. Sedangkan
30
menurut J.B. Wahyudi, Media Massa adalah sarana
untuk
menyampaikan isi pesan, pernyataan, informasi yang bersifat umum,
kepada sejumlah orang yang jumlahnya relatif besar, tinggalnya
tersebar, heterogen, anonim, tidak terlembagakan, perhatiannya
terpusat pada isi pesan yang sama yaitu pesan dari media massa yang
smaa, dan tidak dapat memberikan arus balik secara langsung pada
saat itu. media massa harus diterbitkan secara periodik, atau siarannya
secara periodik, isi pesan harus bersifat umum, menyangkut semua
permasalahan,
mengutamakan aktualitas dan
disajikan
secara
berkesinambungan. Termasuk dalam golongan ini adalah surat kabar,
majalah, radio, televisi, dan film.
Media massa yang periodik dibagi menjadi dua jenis yaitu:
1. Media cetak, contohnya: surat kabar, majalah, buku.
2. Media non cetak (elektronik) contohnya: televisi, radio, film, dan
media baru (internet)
2.1.5
Wawancara
Di dalam buku Jurnalistik Televisi Mutakhir (Morissan, 2008,
p. 79), wawancara televisi adalah tanya jawab antara reporter televisi
dengan narasumber dengan tujuan, untuk mendapatkan penjelasan
atau keterangan dari narasumber tersebut. Narasumber diwawancarai
karena dua alasan: pertama, karena narasumber dianggap menguasai
permasalahan dan kedua, karena ia terlibat langsung atau tidak
langsung (hanya menyaksikan) dengan kejadian atau peristiwa yang
menjadi topik pembicaraan. Jadi, tujuan wawancara adalah untuk
31
mendapatkan keterangan langsung dari sumber berita yaitu keterangan
aktual dari pelaku atau saksi suatu peristiwa yang bernilai berita.
Seorang pewawancara yang baik harus dapat mengantisipasi
kemungkinan adanya keterangan yang menarik dan baru (aktual) yang
belum pernah diucapkan sebelumnya. Jika ini yang terjadi,
pewawancara harus dapat mengejar dan menggalinya lebih dalam.
Melalui wawancara televisi penonton akan mendapatkan
informasi dari tangan pertama, misalnya dari orang yang memutuskan
suatu kebijakan. Selain itu penonton dapat melihat langsung wajah
orang yang diwawancarai. Penonton akan dapat melihat dengan jelas
mimik, ekspresi dan emosi orang yang diwawancarai dan ini akan
memberikan dampak psikologis yang lebih besar dibandingkan
dengan kutipan wawancara yang dimuat di media cetak. Reporter dan
juru kamera yang baik harus dapat mengambil momen dimana orang
diwawancarai sedang mengeluarkan perasaan jiwanya yang paling
dalam sehingga mampu memberikan dampak dramatis dan tentu saja
akan menarik perhatian penonton televisi yang pada akhirnya
menaikkan rating program berita tersebut.
Melihat tempat penyelenggaraan wawancara dapat dibagi dua
yaitu:
•
Wawancara di studio oleh presenter
•
Wawancara di lokasi oleh reporter
32
2.1.5.1
Menentukan Narasumber
Di dalam buku Jurnalistik Televisi Mutakhir (Morissan,
2008, p. 82), narasumber dari suatu wawancara biasanya
memiliki latar belakang yang tidak sama. Narasumber yang
akan diwawancarai secara garis besar dapat digolongkan ke
dalam 4 kelompok besar jika dilihat dari kepentingan yang
mereka wakili:
•
Pemerintah atau penguasa;
•
Kelompok ahli atau pakar dan pengamat;
•
Orang terkenal (selebriti);
•
Masyarakat biasa (man in the street).
Setiap kelompok ini berbeda cara pendekatannya. Reporter
atau presenter harus memiliki strategi yang berbeda ketika
mewawancarai masing-masing kelompok. Pertanyaan yang
diajukan pada kelompok pertama (pemerintah, penguasa)
harus dapat memberikan jawaban terhadap alasan-alasan
dikeluarkannya suatu kebijakan atau keputusan. Pertanyaan
kepada para pakar lebih kepada pandangan atau pendapat
terhadap kebijakan itu, apakah baik atau buruk dan apa
implikasinya
kepada
masyarakat dan
bagaimana
jalan
keluarnya. Pertanyaan kepada golongan ketiga ialah mengenai
apa yang mereka pikirkan atau tanggapan mereka mengenai
suatu peristiwa yang sedang hangat diperbincangkan di
masyarakat, sedangkan hal yang ditanyakan kepada kelompok
keempat adalah tanggapan mereka mengenai kebijakan
33
pemerintah yang mempunyai implikasi kepada kehidupan
masyarakat.
Di mana pun wawancara itu dilakukan, dalam melakukan
wawancara, seorang reporter televisi di lapangan atau
presenter di studio harus menempatkan diri sebagai pihak yang
mewakili penonton. Reporter atau presenter harus dapat
mengajukan pertanyaan kepada para narasumber seolah-olah
pertanyaan itu diajukan langsung oleh penonton seandainya
mereka mempunyai kesempatan. Pertanyaan harus disusun
dengan cara seperti yang diinginkan pemirsa dan bukan
menurut selera reporter atau presenter di studio. Dalam
wawancara televisi, seorang pewawancara adalah wakil dari
penonton untuk mendapatkan jawaban atau pandangan dari
orang yang diwawancarai.
2.1.5.2
Wawancara Lokasi
Di dalam buku Jurnalistik Televisi Mutakhir (Morissan,
2008, p. 84), wawancara di lokasi adalah wawancara yang
dilakukan di luar studio misalnya di jalan, pasar, pabrik, dan
lain-lain. Dalam wawancara di lapangan ini reporter biasanya
akan memilih cuplikan wawancara (soundbite) yang paling
bagus
dan
menarik
dari
orang
yang
diwawancarai
(narasumber) untuk kemudian diedit ke dalam paket beritanya.
Tujuan dari wawancara di lokasi ini adalah untuk
memberi kesempatan kepada pemirsa untuk dapat melihat dan
34
mendengar individu yang menjadi objek berita. Wawancara ini
akan memperkuat dan memperjelas berita yang akan
disampaikan sehingga berita tersebut memiliki kredibilitas dan
dapat dipercaya. Untuk melakukan wawancara ini reporter
harus memastikan bahwa sumber yang dipilih untuk
diwawancarai memiliki kewenangan (otoritas), atau opini yang
representatif. Seorang reporter mewawancarai narasumber
karena memang wawancara itu memang perlu dilakukan.
Jangan melakukan wawancara hanya sekedar untuk mengisi
waktu kosong atau sekedar menyenangkan hati narasumber.
2.1.5.3
Jenis Wawancara
Di dalam buku Jurnalistik Televisi Mutakhir (Morissan,
2008, p. 86), dalam wawancara di lapangan ini seorang
reporter akan melakukan beberapa jenis wawancara tergantung
tujuan yang ingin dicapai dari suatu wawancara. Terdapat
empat jenis wawancara yaitu wawancara penyingkapan,
wawancara emosional, wawancara reaktif dan wawancara
informatif. Setiap jenis wawancara membutuhkan pendekatan
yang berbeda.
Penyingkapan: dalam jenis wawancara ini reporter
memberikan
pertanyaan-pertanyaan
kepada
orang
yang
bertanggung jawab, misalnya seorang manajer pabrik yang
bertanggung jawab terhadap pemogokan yang terjadi di
tempatnya atau seorang pejabat yang bertanggung jawab
35
terhadap kebijakan yang tidak populer. Reporter harus
mengajukan pertanyaan yang singkat dan spesifik, ini akan
membuat narasumber untuk tidak bicara secara panjang lebar.
Dalam wawancara jenis ini reporter tidak boleh berubah
menjadi benci atau agresif kepada narasumber walaupun
jawabannya tidak memuaskan. Jika reporter menjadi agresif,
maka narasumber mungkin akan beralih menjafi korban baru.
Dalam jenis wawancara ini pertanyaan harus diajukan serinci
mungkin.
Emosional: tanggapan dari korban atau keluarga
korban. Dalam wawancara jenis ini reporter harus berbicara
dengan nada yang lebih lembut atau simpatik karena pihak
yang diwawancarai adalah orang yang baru terkena musibah.
Reporter harus bisa membuat narasumber menjadi santai dan
jika perlu tanyakan pertanyaan-pertanyaan ringan untuk
memancing mereka berbicara.
Reaktif: reaksi spontan atau langsung terhadap suatu
peristiwa dramatis, misalnya meninggalnya seorang politikus
yang terpandang atau penahanan terhadap seorang tokoh
masyarakat oleh aparat keamanan.
Informatif: para saksi mata atau ahli yang dapat
memberikan sebuah pandangan atau penjelasan. Untuk
mendapatkan soundbite yang dibutuhkan, reporter dapat
mengulang atau menyusun ulang kalimat pertanyaan yang
sama beberapa kali. Dalam jenis wawancara ini narasumber
36
biasanya akan lebih mudah diarahkan untuk mendapatkan
pengambilan gambar yang baik oleh juru kamera atau diminta
untuk mengulang kembali jawaban yang mereka berikan.
2.1.5.4
Elemen Penting Wawancara
Berikut ini adalah elemen-elemen penting wawancara
yang dijelaskan di dalam buku Interviu Prinsip dan Praktik
(Stewart & Cash, 2012, p. 1).
•
Interaktif
Wawancara
adalah
interaktif,
karena
adanya
pertukaran atau pembagian, sebuah peran, tanggung jawab,
perasaan, kepercayaan, motif, dan informasi. Jika seseorang
berbicara terus menerus dan orang lain mendengarkan, maka
hal tersebut adalah sebuah pidato, bukan wawancara.
•
Proses
Sebuah proses adalah interaksi beragam variabel yang
dinamis, terus-menerus, dalam tingkatan sistem atau struktur.
Dalam berinteraksi, semua pihak memberikan energi yang
berkeinginan untuk mencapai sebuah tujuan. Interaksi
komunikasi tidak bersifat statis. Peranan berganti, ada
pertukaran informasi, penyampaian perasaan dan motif
memproduksi reaksi dan mengacu pada area baru yang tak
terduga.
37
•
Pihak
Wawancara adalah sebuah proses dyadic (dua pihak),
tapi banyak wawancara melibatkan lebih dari dua orang,
namun tidak pernah lebih dari dua pihak. Dalam setiap situasi,
selalu ada dua pihak-pihak pewawancara dan pihak yang
diwawancarai/responden. Jika ada lebih dari dua pihak yang
terlibat, sebuah interaksi kelompok kecil terjadi, bukan sebuah
wawancara.
•
Tujuan
Determinasi dan keseriusan tujuan ini membedakan
wawancara dari perbincangan sosial atau informal, wawancara
harus punya tahap persiapan rencana dan struktur, bahkan
meskipun sedikit keluar jalur. Dalam sebuah wawancara
efektif, pewawancara merencanakan pembukaan, memilih
topik, menyiapkan pertanyaan, mengumpulkan informasi, dan
menemukan cara jalannya wawancara.
Walaupun perbincangan dan wawancara memiliki
karakteristik yang sama, seperti pertukaran kata perbincangan
dan mendengarkan, kesamaan perhatian dari kedua pihak
menentukan interaksi menyenangkan dan berharga, dan
pembagian pesan verbal dan nonverbal secara efektif, mereka
berbeda.
•
Pertanyaan
Bertanya dan menjawab pertanyaan sangat penting
pada semua wawancara. Sebuah wawancara, merupakan
38
proses komunikasi interaksi antara dua pihak, setidaknya salah
satunya telah menentukan tujuan serius yang melibatkan
tanya-jawab dari sebuah pertanyaan.
2.1.6
Shooting Lokasi
Di dalam buku Jurnalistik Televisi Mutakhir (Morissan, 2008,
p. 143), pengambilan gambar wawancara yang dilakukan di luar
studio atau di lokasi harus dilakukan dengan memerhatikan segala
pertimbangan teknis, khususnya berbagai kondisi di lapangan yang
kurang mendukung yang akan berakibat hasil wawancara menjadi
kurang bagus bahkan gagal. Secara teknis wawancara di studio akan
jauh lebih aman dan lebih baik karena segala peralatan pendukung
sudah tersedia, tidak demikian halnya dengan wawancara di luar
studio.
2.1.6.1
Shooting Wawancara
Di dalam buku Jurnalistik Televisi Mutakhir (Morissan,
2008, p. 143), dijelaskan ada beberapa faktor penting yang
perlu diperhatikan juru kamera dan reporter ketika mengambil
gambar untuk wawancara di luar studio yang mencakup:
faktor latar belakang, komposisi gambar, sumber cahaya,
gangguan suara, posisi dan gerakan kamera, mata narasumber,
ukuran gambar, gambar penyela, establishing shot, trik dua
kamera, dan durasi wawancara.
39
Latar belakang. Pilihlah lokasi yang sesuai dengan
latar belakang orang yang diwawancarai itu. Di mana pun
wawancara itu dilakukan gunakanlah latar belakang yang
sesuai atau ada hubungannya dengan profesi narasumber atau
topik wawancara. Jika reporter mewawancarai seorang petani,
maka pilihlah lokasi dengan latar belakang sawah atau kebun
di mana ia bekerja, jangan mewawancarai petani di rumahnya
atau di tempat lain yang tidak berhubungan. Jika narasumber
adalah seorang akademisi latar belakangnya berupa rak atau
lemari buku akan sangat cocok dengan profesinya sekaligus
meningkatkan kredibilitasnya. Latar belakang yang relevan
akan menambah kuat wawancara yang dilakukan tetapi jangan
korbankan posisi pengambilan narasumber hanya untuk
mengejar latar belakang.
Hindari latar belakang yang datar karena gambar akan
tampak membosankan dan narasumber akan tampak seperti
pesakitan yang sedang difoto untuk dokumentasi kepolisian.
Jika latar belakang mengandung garis hindari pengambilan
narasumber dengan objek-objek yang muncul seperti menusuk
ke telinga atau kepala.
Sumber cahaya. Hindari latar belakang yang terang
atau cerah. Jika latar belakang narasumber merupakan tempat
keluarnya sumber cahaya, maka latar belakang semcam itu
harus dihindari. Jika pengatur cahaya kamera diset untuk
wajah narasumber, maka latar belakang akan terbakar,
40
sebaliknya jika diset untuk latar belakang maka wajah
narasumber tidak akan terlihat karena wajah narasumber akan
menjadi gelap di layar televisi. Jruu kamera pemula terkadang
terjebak memilih lokasi semacam ini. Jangan memilih lokasi di
mana matahari berada di depan atau berhadapan dengan lensa
kamera karena efeknya akan membuat gambar narasumber
menjadi gelap (backlight). Dalam istilah kamera lokasi seperti
ini dapat menyebabkan gambar terbakar.
Gangguan suara. Pilihlah lokasi yang tidak terlalu
bising, namun jika hal itu tidak dapat dihindari letakkan
mikrofon lebih dekat ke mulut narasumber. Agar tangan tidak
lelah reporter dapat menggunakan mikrofon jepit. Jika
menggunakan mikrofon jepit, maka pastikan kabelnya
disembunyikan, jika tidak pengambilan gambar akan tampak
berantakan dan tidak dipersiapkan dengan baik. Selain itu,
telepon
genggam
harus
dimatikan
selama
wawancara
berlangsung untuk menghindari gangguan dari rekaman,
apalagi jika wawancara itu adalah siaran langsung. Ajaklah
narasumber berbicara dengan mikrofon dalam keadaan hidup
sebelum
wawancara dimulai agar juru kamera dapat
memeriksa level suara yang diterima oleh kamera.
Komposisi gambar. Jika lokasi yang tepat sudah
ditentukan, maka aturlah komposisi gambar yang baik yaitu
menentukan letak narasumber dengan mempertimbangkan
latar belakangnya. Untuk menghasilkan pengambilan gambar
41
yang
baik,
maka
pertama-tama
komposisikan
latar
belakangnya di dalam frame kamera. Kedua, mintalah
narasumber berdiri di antara kamera dan latar belakang. Juru
kamera dapat meminta narasumber maju atau mundur hingga
ditemukan komposisi yang baik. Latar belakang akan tampak
dominan jika narasumber menjauh dari kamera begitu pula
sebaliknya. Kunci bagi komposisi gambar yang baik dengan
latar belakang yang berhubungan adalah menyesuaikan jarak
antara kamera dan narasumber.
Ukuran gambar. Ukuran pengambilan gambar standar
untuk wawancara adalah medium close-up (MCU). Ukuran
gambar ini cukup bagi penonton untuk melihat wajah
narasumber di layar televisi, sementara pada saat yang sama
memberi ruang bagi tulisan di bagian bawah layar yang
menjelaskan nama dan gelar narasumber.
Faktor mata. Pada saat wawancara, mata narasumber
adalah bagian wajah yang paling penting dari wajah seseorang,
karena itu posisi mata pada layar televisi sangat menentukan.
Jangan pernah menempatkan mata pada bagian tengah layar.
Juru kamera harus meletakkan posisi mata pada posisi
sepertiga dari bagian atas frame pada garis golden mean.
Posisi dan gerakan kamera. Kamera harus berada
sedekat mungkin di samping bahu reporter sementara
narasumber berada di depan reporter. Narasumber harus selalu
melihat kepada reporter selama wawancara berlangsung. Jika
42
narasumber melihat ke kamera, mintalah kepada narasumber
untuk tidak melihat ke arah kamera. Garis antara mata
narasumber dan mata reporter disebut garis mata. Garis mata
terbaik diperoleh ketika reporter berada sedekat mungkin di
samping lensa kamera. Semakin jauh posisi berdiri reporter
dari lensa kamera, maka akan semakin jelek garis matanya.
Establishing shot. Setelah wawancara dan gambargambar penyela selesai direkam, reporter dan juru kamera
hendaknya
tidak
lupa
mengambil
sekuen
gerak
dari
narasumber. Juru kamera dapat mengambil sekuen gerak
narasumber sebelum dan setelah wawancara misalnya gambar
narasumber yang tengah melakukan aktivitas. Gambar sekuen
dari narasumber sangat diperlukan sebagai pengantar sebelum
kutipan wawancara diputar dalam suatu program berita.
2.1.7
Televisi
Menurut Sutisno di dalam buku Pengantar Komunikasi Massa
(Vera, 2008, p. 76), televisi berasal dari tele (bahasa Yunani) yang
berarti “jarak” dan visi (bahasa Latin) yang berarti “citra atau
gambar”. Jadi, kata televisi berarti suatu sistem penyajian gambar
berikut suaranya dari suatu tempat yang berjarak jauh.
2.1.7.1
Siaran Televisi di Indonesia
Dalam buku Pengantar Komunikasi Massa (Vera, 2008,
p. 77), siaran televisi pertama di Indonesia ditayangkan pada
43
tanggal 17 Agustus 1962 bertepatan dengan peringatan hari
Kemerdekaan Republik Indonesia yang ke tujuh belas, TVRI
mulai mengadakan siaran percobaan dengan pemancar
cadangan berkekuatan 100 watt, berlangsung mulai pukul
07.30 sampai pukul 11.02 waktu Indonesia bagian barat untuk
meliput upacara peringatan hari Proklamasi di Istana Negara.
Televisi
Republik
Indonesia
(TVRI)
baru
melaksanakan siaran secara kontinyu 24 Agustus 1962.
Liputan perdananya adalah upacara pembukaan Asian Games
ke IV di Stadion Utama Senayan Jakarta. Saat ini siaran
televisi di Indonesia telah dapat menjangkau seluruh propinsi
di Indonesia berkat pemanfaatan satelit Palapa (yang mampu
juga menjangkau wilayah Asean).
Tahun 1989 dimulai era televisi swasta di Indonesia,
RCTI mulai mengudara pada tanggal 13 November 1988,
tetapi baru diresmikan pada tanggal 24 Agustus 1989. Pada
waktu itu, siaran RCTI hanya dapat ditangkap oleh pelanggan
yang memiliki dekoder dan membayar iuran setiap bulannya,
walalupun pada akhirnya RCTI mencabut penggunaan
dekoder. Pada tahun 1991 RCTI mulai melakukan siaran
secara Nasional. Semenjak itu bertahap mulai muncul stasiunstasiun TV swasta lainnya seperti SCTV, Trans TV, Global
TV, Indosiar, Metro TV, TV One, TPI, TV7 yang berubah
nama menjadi Trans 7.
44
Selain TV swasta di Indonsesia saat ini banyak
terdapat stasiun TV lokal dan Komunitas yang tersebar di
berbagai daerah di seluruh Nusantara.
2.1.7.2
Fungsi Televisi
Dalam buku Pengantar Komunikasi Massa (Vera, 2008,
p. 78), terdapat tiga fungsi utama dari media televisi yaitu:
hiburan, penyebaran informasi, dan pendidikan. Ketiga fungsi
tersebut saling tumpang tindih satu dengan yang lainnya
sehingga batas-batasnya tidak dapat dijelaskan secara tajam.
Hiburan
Informasi
Pendidikan
Gambar 2.2 Fungsi Televisi
Diadaptasi dari Sutisno 1993
2.1.7.3
Karakteristik Televisi
Dalam buku Pengantar Komunikasi Massa (Vera, 2008,
p. 79), Ciri utama televisi adalah sifatnya yang audio visual,
dimana stimulasi alat indera bukan hanya satu seperti dalam
45
radio siaran, surat kabar dan majalah. Televisi dapat didengar
sekaligus dapat dilihat.
Secara
lebih
khusus,
Sutisno
menyebutkan
karakteristik televisi adalah sebagai berikut:
1. Memiliki jangkauan yang luas dan segera dapat menyentuh
rangsang penglihatan dan pendengaran manusia.
2. Dapat menghadirkan obyek yang amat kecil/besar,
berbahaya, atau yang langka.
3. Menyajikan pengalaman langsung pada penonton.
4. Dapat dikatakan “meniadakan” perbedaan jarak dan waktu.
5. Mampu menyajikan unsur warna, gerakan, bunyi, dan
proses dengan baik.
6. Dapat mengkoordinasikan pemanfaatan berbagai media
lain, seperti film, foto, dan gambar dengan baik.
7. Dapat menyimpan berbagai data, informasi, dan serentak
menyebarluaskannya dengan cepat ke berbagai tempat
yang berjauhan.
8. Mudah ditonton tanpa perlu menggelapkan ruangan.
9. Membangkitkan rasa intim atau media personal.
2.1.8
Strategi Program
Di dalam buku Manajemen Media Penyiaran Strategi
Mengelola Radio & Televisi (Morrisan, 2008, p. 231) mengatakan
bahwa departemen program dan manajer program stasiun penyiaran
memiliki kedudukan yang sangat strategis dalam menunjang
46
keberhasilan stasiun penyiaran. Dan pada bagian ini akan dibahas
strategi program yang ditinjau dari aspek manajemen atau sering juga
disebut dengan manajemen strategis (management strategic) program
siaran yang terdiri dari:
2.1.8.1
Perencanaan Program
Di dalam buku Manajemen Media Penyiaran Strategi
Mengelola Radio & Televisi (Morrisan, 2008, p. 232),
perencanaan program mencakup pekerjaan mempersiapkan
rencana jangka pendek, menengah, dan jangka panjang yang
memungkinkan stasiun penyiaran untuk mendapatkan tujuan
program dan tujuan keuangannya. Pada stasiun televisi,
perencanaan program diarahkan pada produksi program yaitu
program apa yang akan diproduksi, pemilihan program yang
akan dibeli (akusisi), dan penjadwalan program untuk menarik
sebanyak mungkin audiens yang tersedia pada waktu tertentu.
Dalam pengelolaan program stasiun televisi komersial,
pengelola akan mengarahkan programnya untuk menarik
perhatian audiens spesifik di antara sejumlah besar audiens
umum. Dengan demikian, pengelola program stasiun televisi
harus mengarahkan programnya kepada segmen audiens
tertentu yang tersedia pada waktu siaran tertentu.
Dalam merencanakan dan memilih program, maka
bagian program biasanya akan berkonsultasi lebih dahulu pada
bagian pemasaran. Hal ini mutlak dilakukan karena bagian
47
pemasaranlah yang akan memasarkan program bersangkutan
kepada para pemasang iklan. Dalam hal ini bagian program
dan bagian pemasaran harus bekerja sama dengan baik.
Merencanakan dan memilih program merupakan
keputusan
bersama
antara
departemen
program
dan
departemen pemasaran. Kedua bagian ini harus bahumembahu menyusun strategi program terbaik, sekaligus bisa
memasarkan iklan sebanyak-banyaknya. Jika tidak terdapat
kesepakatan antara kedua bagian ini, maka pimpinan tertinggi
stasiun penyiaran harus menengahi dan bertugas mencari jalan
keluar.
2.1.8.1.1
Analisis dan Strategi Program
Di dalam buku Manajemen Media Penyiaran
Strategi Mengelola Radio & Televisi (Morrisan, 2008,
p. 236), Perencanaan program pada dasarnya bertujuan
memproduksi atau membeli program yang akan
ditawarkan kepada pasar audiens. Dengan demikian,
audiens atau penonton adalah pasar karenanya setiap
media penyiaran yang ingin berhasil harus terlebih
dahulu memiliki suatu rencana pemasaran strategis
yang berfungsi sebagai panduan dalam menggunakan
sumber daya yang dimiliki.
Strategi pemasaran ditentukan berdasarkan
analisis situasi, yaitu suatu studi terinci mengenai
48
kondisi pasar audiens yang dihadapi stasiun penyiaran
beserta kondisi program yang tersedia. Berdasarkan
analisis
situasi
ini,
media
penyiaran
mencoba
memahami pasar audiens yang mencakup segmentasi
audiens dan tingkat persaingan yang ada. Analisis
situasi ini terdiri atas: analisis peluang dan analisis
kompetitif.
Analisis peluang. Seperti diadaptasi dari
George E. Belch dan Michael A. Belch di dalam buku
Manajemen Media Penyiaran Strategi Mengelola
Radio & Televisi (Morrisan, 2008, p. 236), analisis
yang cermat terhadap pasar audiens akan memberikan
peluang bagi setiap penayangan program untuk
diterima para penonton dan pendengar.
Analisis kompetitif. Dalam mempersiapkan
strategi dan rencana program, pengelola program harus
melakukan analisis secara cermat terhadap persaingan
stasiun penyiaran dan persaingan program yang ada
pada suatu segemen pasar audiens. Suatu persaingan
terdiri atas persaingan langsung (termasuk persaingan
di antara sejumlah program yang dimiliki sendiri) dan
persaingan tidak langsung, misalnya oleh media non
penyiaran.
Peter Pringle di dalam buku Manajemen Media
Penyiaran Strategi Mengelola Radio & Televisi
49
(Morrisan, 2008, p. 238) mengemukakan bahwa
keberhasilan suatu stasiun televisi dalam melaksanakan
programnya akan sangat bergantung pada tiga hal:
1. The ability to produce or buy programs by the
audience appeal (kemampuan untuk memproduksi
atau membeli program yang memiliki daya tarik
bagi audiens).
2. Air them at times when they can be seen by the
audience to which they appeal (menayangkan pada
waktu yang dapat dilihat oleh audiens yang
menjadi sasaran).
3. Build individual programs into a schedule that
encourages viewers to tune to the station and
remain with it from one program to another
(membangun sejumlah program individu ke dalam
suatu jadwal yang dapat mendorong audiens untuk
menonton televisi dan tetap berada pada salurannya
dari satu program ke program berikutnya.
2.1.8.1.2
Bauran Program
Di dalam buku Manajemen Media Penyiaran
Strategi Mengelola Radio & Televisi (Morrisan, 2008,
p. 238), perencanaan strategi program dan pemilihan
target audiens yang telah kita bahas memberikan
petunjuk kepada kita mengenai siapa audiens yang
50
akan menjadi fokus program kita serta apa kebutuhan
mereka yang belum terpenuhi. Media penyiaran sudah
pasti harus mempertimbangkan aspek pemasaran
ketika
merencanakan
program
yang
program
diproduksi
siarannya
dengan
biaya
karena
mahal
bertujuan agar disukai sebanyak mungkin audiens.
Salah satu konsep pemasaran penting yang harus
dipahami pengelola media penyiaran adalah mengenai
bauran pemasaran (marketing mix) yang terdiri dari
empat variabel penting, yaitu product, price, place, dan
promotion (atau disingkat 4P).
Kita dapat menerapkan bauran pemasaran ini
ke dalam strategi program media penyiaran sehingga
menjadi bauran pemasaran program atau bauran
program (programming mix) yang terdiri atas elemenelemen sebagai berikut:
1. Produk Program (product), bahwa program
adalah suatu produk yang ditawarkan kepada
audiens yang mencakup nama program dan
kemasan program.
a. Nama program. Memilih satu nama bagi
suatu program merupakan kegiatan yang
penting ditinjau dari perspektif promosi
karena
nama
program
berfungsi
menyampaikan atribut dan makna. Dalam
51
memilih nama suatu program, pengelola
program harus memilih nama yang dapat
menginformaskan konsep program dan
dapat
membantu
menempatkan
atau
memposisikan program di memori otak
audiens. Suatu nama program harus dapat
menyampaikan manfaat yang diperoleh
audiens jika mereka menonton program
bersangkutan dan pada saat yang sama juga
menciptakan image bagi program itu.
(Morrisan, 2008, p. 241)
b. Kemasan program. Kemasan adalah aspek
lain dari strategi pemasaran yang perannya
dirasa semakin penting dewasa ini. Secara
tradisional,
sebagai
kemasan
tempat
memiliki
perlindungan
fungsi
atau
penyimpanan suatu produk. Bagi pengelola
program
penyiaran,
diartikan
segala
kemasan
sesuatu
yang
dapat
perlu
dilakukan untuk menarik perhatian audiens
melalui penampilan suatu program yang
mencakup: pembawa acara, busana yang
dikenakan,
penampilan
latar
belakang,
bumper program yang menarik. Kemasan
program menjadi penarik bagi konsumen
52
untuk memberikan perhatian pada suatu
program sehingga mampu memberikan
kesan pertama yang baik. (Morrisan, 2008,
p. 242)
2. Harga Program (price), yaitu harga suatu program
yang mencakup biaya produksi program dan biaya
yang akan dikenakan kepada pemasang iklan (tarif
iklan) pada program bersangkutan jika ditayangkan.
Tarif iklan suatu program ditentukan tidak saja
berdasarkan biaya produksinya, namun juga faktorfaktor lain, seperti tingkat ketertarikan audiens
terhadap
program,
tingkat
persaingan,
serta
persepsi audiens terhadap program bersangkutan.
(Morrisan, 2008, p. 242)
3. Distribusi Program (place), yaitu distribusi
program yang merupakan proses pengiriman
program dari transmisi hingga diterima audiens
melalui
pesawat
TV.
Hal
pertama
adalah
menyangkut proses pengiriman program dari
transmisi hingga diterima audiens melalui pesawat
televisi. Hal kedua adalah mengenai pemilihan
waktu siar yang tepat bagi program. Pemilihan
waktu siaran yang tepat berperan cukup penting
dalam
membantu
bersangkutan.
Program
keberhasilan
siaran
harus
program
dapat
53
ditangkap dengan baik oleh audiens, artinya tidak
ada gangguan yang dapat merusak kenyamanan
audiens saat mengonsumsi suatu program. Upaya
media penyiaran untuk menghasilkan program
berkualitas dengan keuntungan yang menjanjikan
akan menjadi sia-sia saja jika audiens tidak dapat
menerima sinyal siaran dengan jelas. (Morrisan,
2008, p. 243)
4. Promosi Program (promotion), yaitu proses
bagaimana memberitahu audiens mengenai adanya
suatu program sehingga mereka tertarik untuk
menontonnya. Menurut George E. Belch dan
Michael A. Belch di dalam buku Manajemen
Media Penyiaran Strategi Mengelola Radio &
Televisi (Morrisan, 2008, p. 244), promosi ini
merupakan upaya bagaimana memperkenalkan dan
kemudian
menjual
program
sehingga
dapat
mendatangkan iklan. Dewasa ini, stasiun penyiaran
menggunakan bauran promosi atau promotional
mix yang terdiri atas: iklan, pemasaran langsung,
pemasaran interaktif (internet), promosi penjualan,
hubungan masyarakat (humas), dan penjualan
personal.
54
2.1.8.1.3
Faktor Berpengaruh
Menurut Peter Pringle dan rekannya di dalam
buku Manajemen Media Penyiaran Strategi Mengelola
Radio & Televisi (Morrisan, 2008, p. 244), keputusan
untuk memproduksi atau tidak memproduksi dan
menayangkan suatu program pada stasiun penyiaran
ditentukan oleh empat hal utama. Pada tahap
perencanaan program, keempat hal ini memberikan
pengaruhnya terhadap keputusan yang akan diambil
atau dengan kata lain terdapat empat hal yang
mempengaruhi keputusan perencanaan program yang
terdiri atas:
1. Audiens. Penonton adalah faktor paling penting
dan menentukan apakah stasiun penyiaran pada
saat melakukan perencanaan programnya perlu
memutuskan apakah akan memproduksi atau tidak
memproduksi suatu program. Tujuan audiens
menonton televisi adalah karena adanya program.
Audiens juga menerima ekspos dari tayangan lain,
seperti iklan, promo program, pengumuman,
infomercial, dan bentuk-bentuk promosi lainnya
namun
tujuan
utama
mereka
adalah
untuk
menyaksikan atau mendengarkan isi program yang
dapat memuaskan mereka pada waktu tertentu.
55
2. Pengelola atau Pemilik Stasiun. Pengelola stasiun
penyiaran adalah mereka yang bertanggung jawab
menjalankan
atau
mengoperasikan
stasiun
penyiaran dengan tujuan untuk mendapatkan
keuntungan bagi kepentingan pemilik stasiun.
Semakin besar audiens yang dapat diperoleh, maka
semakin besar kemungkinan untuk mendapatkan
keuntungan. Dengan demikian, pengelola stasiun
harus
memilih
dan
menjadwalkan
program
sedemikian rupa agar dapat menarik sebanyak
mungkin audiens di antara khalayak yang menjadi
sasaran.
3. Pemasang Iklan atau Sponsor. Tujuan utama
pemasang
iklan
atau
sponsor
adalah
untuk
mempromosikan produk mereka pada stasiun
penyiaran yang memiliki audiens yang paling
sesuai atau audiens yang merupakan konsumen
atau calon konsumen terbesar produk yang
dipromosikan itu. Pemasang iklan yang menjadi
sponsor dalam arti bersedia membeli seluruh spot
iklan suatu program secara keseluruhan bahkan
dapat memberikan pengaruhnya dalam menentukan
isi program sesuai dengan keinginannya.
4. Regulator. Pihak yang berwenang mengawasi
stasiun
penyiaran,
yaitu
Komisi
Penyiaran
56
Indonesia (KPI) dan lembaga pemerintah lainnya
memberikan pengaruh kepada stasiun penyiaran
untuk menayangkan atau tidak menayangkan suatu
program. Regulator bertanggung jawab untuk
mengawasi stasiun penyiaran agar beroperasi
menurut cara-cara yang sudah ditentukan dalam
peraturan perundangan. Dalam hal ini isi program
dibatasi oleh etika, norma, dan hukum yang berlaku
di masyarakat.
2.1.8.1.4
Membuat Perencanaan
Di dalam buku Manajemen Media Penyiaran
Strategi Mengelola Radio & Televisi (Morrisan, 2008,
p. 247), perencanaan siaran secara umum melahirkan
kebijakan umum tentang bagaimana mengatur alokasi
waktu dan materi siaran dalam sehari, seminggu,
hingga setahun. Bagian program bertanggung jawab
untuk mendapatkan program serta menentukan waktu
atau jam tayangan program. Pengelola program harus
memahami dan mematuhi segala ketentuan peraturan
yang berlaku dalam menjalankan tugasnya. Terdapat
sejumlah
hal
yang
harus
diputuskan
dalam
perencanaan program yang mencakup dua hal, yaitu: 1.
Keputusan mengenai target audiens; dan 2. Keputusan
mengenai target pendapatan.
57
Target Audiens. Perencanaan program televisi
diarahkan untuk dapat memilih dan menjadwalkan
penayangan suatu program yang dapat menarik
sebanyak mungkin penonton dari jumlah audiens yang
ada pada waktu tertentu. Dalam menjalankan tugasnya,
bagian program harus mampu melakukan penelitian
terhadap selera audiens sebelum membeli suatu
program. Pengelola program siaran yang baik harus
mengetahui apa yang menarik untuk kelompokkelompok yang berbeda-beda di kalangan masyarakat.
Target Pendapatan. Dalam merencanakan dan
memilih program, maka bagian program biasanya akan
berkonsultasi dahulu dengan bagian pemasaran. Hal ini
mutlak dilakukan karena bagian pemasaranlah yang
akan memasarkan program bersangkutan kepada para
pemasang iklan. Dalam hal ini bagian program dan
bagian pemasaran harus bekerja sama dengan baik.
2.1.8.1.5
Tujuan Program
Menurut Edwin T Vane dan Lynne S Gross di
dalam buku Manajemen Media Penyiaran Strategi
Mengelola Radio & Televisi (Morrisan, 2008, p. 251),
terdapat lima tujuan penayangan suatu program di
televisi komersial, yaitu:
58
1. Mendapatkan
sebanyak
mungkin
audiens.
Tujuan dari kebanyakan program siaran televisi
adalah untuk mendapatkan sebanyak mungkin
audiens. Pemasang iklan mengeluarkan banyak
dana untuk memasarkan dan mempromosikan
produk mereka pada audiens. Semakin besar
audiens yang dapat dijaring, maka semakin mahal
tarif iklan yang harus dibayar, namun potensi
pendapatan perusahaan juga akan meningkat dan
keuntungan juga semakin besar. Sebaliknya jika
tidak ada atau hanya tersedia sedikit audiens, maka
tidak akan ada pemasang iklan yang datang, tidak
ada keuntungan, tidak ada televisi.
2. Target audiens tertentu. Cukup sering terjadi
pemasang iklan lebih tertarik untuk memasang
iklan pada program dengan audiens yang tidak
terlalu besar. Mereka lebih suka mengincar
kalangan audiens tertentu.
3. Prestise.
Adakalanya,
stasiun
televisi
menayangkan suatu program dengan tujuan utama
untuk mendapatkan prestise atau pengakuan dari
pihak lain.
4. Penghargaan. Stasiun televisi terkadang membuat
suatu program dengan tujuan untuk memenangkan
suatu
penghargaan.
Pengelola
televisi
yang
59
memproduksi suatu program yang memilki kualitas
baik
biasanya
juga
berkeinginan
untuk
memenangkan penghargaan atas karyanya itu.
Penghargaan itu menjadi bagian integral dari tujuan
stasiun televisi untuk meningkatkan statusnya.
5. Kepentingan publik. Stasiun televisi terkadang
memproduksi
program
untuk
memenuhi
kepentingan atau kebutuhan publik di tempat
stasiun
itu
berada.
Setiap
daerah
memiliki
masyarakat dengan situasi dan kebutuhan yang
berbeda-beda. Tanggung jawab stasiun televisi
adalah menyajikan program yang dapat menjawab
atau memenuhi situasi dan kebutuhan yang
berbeda-beda itu.
2.1.8.1.6
Faktor Program
Bagian
program
mempertimbangkan
stasiun
berbagai
televisi
faktor
harus
dalam
merencanakan program yang akan disiarkannya. Faktor
program membahas hal-hal yang harus diketahui atau
dipahami terlebih dahulu oleh pengelola program
sebelum membuat keputusan perencanaan program.
Dalam hal ini, terdapat beberapa hal yang harus
diperhitungkan
sebelum
memutuskan
untuk
memproduksi, akuisisi, dan skeduling suatu program.
60
Peter Pringle di dalam buku Manajemen Media
Penyiaran Strategi Mengelola Radio & Televisi
(Morrisan, 2008, p. 255) mengemukakan beberapa
faktor terpenting sebagai berikut:
1. Persaingan. Pengelola program stasiun televisi
harus
mempelajari
kekuatan
dan
kelemahan
program stasiun saingan pada setiap waktu siaran
yang mencakup jumlah penonton yang bisa ditarik
dan ciri-ciri demografis audiens yang tersedia pada
setiap bagian waktu siaran. Dalam hal ini, pada
setiap waktu siaran terdapat dua pilihan dalam
menayangkan suatu program, yaitu: 1. Mencoba
menarik
audiens
program
pada
menayangkan
yang
stasiun
program
tengah
menyaksikan
saingan
sejenis;
dengan
dan
2.
Menayangkan program yang berbeda dengan
program stasiun saingan dalam upaya untuk
memenuhi kebutuhan program audiens yang belum
terpenuhi.
2. Ketersediaan audiens. Audiens yang ada atau
tersedia pada setiap bagian waktu siaran menjadi
faktor menentukan yang harus dipertimbangkan
secara cermat oleh pengelola program stasiun
televisi dalam pemilihan program dan menentukan
waktu penayangan program. Pengelola program
61
televisi harus mengetahui siapa audiens yang
menonton televisi pada waktu-waktu tertentu.
3. Kebiasaan
memiliki
audiens.
misi
untuk
Bagian
program
menciptakan
harus
kebiasaan
audiens untuk menonton secara rutin dalam
mendorong keberhasilan suatu program.
4. Aliran audiens. Kemampuan stasiun televisi untuk
menarik audiens dari stasiun saingan menjadi
faktor yang menguntungkan namun akan lebih
menguntungkan jika stasiun bersangkutan dapat
mempertahankan audiens yang sudah dimiliki
untuk bersedia terus mengikuti setiap program
yang ditayangkan.
5. Ketertarikan audiens. Audiens pada umumnya
lebih tertarik pada program hiburan. Namun jika
ketertarikan audiens pada jenis program non
hiburan cukup tinggi pada suatu wilayah siaran
tertentu, atau jika pengelola stasiun yakin dapat
mendorong minat audiens pada jenis program non
hiburan tertentu. Maka stasiun bersangkutan dapat
memproduksi atau membeli program yuang dapat
memenuhi minat atau ketertarikan tersebut.
6. Ketertarikan
pemasang
iklan.
Penayangan
program harus dapat menarik minat pemasang
iklan dan audiens agar bisa berhasil. Pada
62
umumnya pemasang iklan memiliki target audiens
utama yaitu wanita yang berumur antara 25 hingga
54 tahun karena mereka merupakan konsumen
potensial.
7. Anggaran. Jumlah anggaran yang tersedia untuk
produksi dan pembelian program adalah faktor
penentu yang paling penting dalam hal apa yang
dapat
ditayangkan
stasiun
penyiaran.
Biaya
pembuatan atau pembelian program populer yang
umumnya disukai audiens membutuhkan biaya
yang cukup besar. Stasiun dengan anggaran
terbatas tentu saja sulit untuk dapat bersaing dalam
jenis program semacam ini.
8. Ketersediaan program. Stasiun televisi harus
memiliki stok program. Pembelian program televisi
biasanya dilakukan dalam satu paket. Kontrak
pembelian program dengan perusahaan film atau
distributor program memungkinkan stasiun televisi
untuk untuk menayangkan program yang dibelinya
hingga beberapa kali dalam suatu periode tertentu.
9. Produksi sendiri. Stasiun televisi yang memiliki
anggaran program, peralatan, fasilitas teknis, staf
produksi serta sumber-sumber pengisi program
(talent) yang memadai harus mempertimbangkan
untuk memproduksi sendiri programnya selain
63
program berita dan program layanan publik.
Khususnya jika terdapat minat yang besar terhadap
program yang akan diproduksi itu.
2.1.8.1.7
Sumber Program Televisi
Di dalam buku Manajemen Media Penyiaran
Strategi Mengelola Radio & Televisi (Morrisan, 2008,
p. 260), stasiun televisi memiliki berbagai sumber
untuk mendapatkan programnya yang terdiri dari:
1. Produksi sendiri. Stasiun televisi pada umumnya
memiliki
studio
dan
peralatan
yang
dapat
digunakan untuk memproduksi program. Stasiun
televisi
dapat
memproduksi
suatu
program
berdasarkan usulan, ide, gagasan dari masyarakat.
2. Stasiun jaringan. Televisi jaringan adalah sumber
utama program bagi stasiun televisi daerah atau
stasiun televisi lokal yang bekerja sama dengan
stasiun jaringan. Adakalanya pengelola stasiun
jaringan memiliki ide atau gagasan untuk membuat
suatu
program
pertimbangan
namun
stasiun
karena
jaringan
berbagai
tidak
ingin
memproduksi sendiri program yang dimaksud dan
mempercayakan produksinya kepada orang lain
yang dipandang cakap namun dengan biaya yang
ditanggung oleh stasiun jaringan.
64
3. Stasiun lokal. Beberapa stasiun televisi lokal
memasok program kepada stasiun televisi lokal
lainnya. Hal ini biasanya sering dilakukan di antara
sejumlah stasiun televisi yang berada dalam satu
kelompok usaha.
4. Rumah produksi (PH). Rumah produksi atau
production
house
dapat
dibagi
dua,
yaitu:
independent production company (IPC), dan rumah
produksi khusus (specialized production house).
IPC merupakan salah satu sumber program televisi
terpenting dan utama bagi stasiun jaringan. IPC
adalah perusahaan film mulai dari skala kecil
hingga besar yang dikelola oleh pemilik yang
sekaligus sebagai otak atau kontributor kreatif
terpenting pada perusahaan itu. para pemilik ini
biasanya terdiri dari satu atau beberapa orang yang
telah berkarir cukup lama dan sukses sebagai artis,
presenter, host, pembawa acara, dan sebagainya
dalam program televisi namun memiliki bakat dan
kemampuan untuk bekerja di luar profesi mereka di
depan kamera. Sedangkan rumah produksi khusus
adalah perusahaan yang mengkhususkan diri untuk
memproduksi satu jenis program saja.
5. Perusahaan film besar. Stasiun televisi sangat
senang bekerja sama dengan perusahaan film besar
65
karena reputasinya yang tidak diragukan dalam
menghasilkan berbagai program berkualitas.
6. Perusahaan sindikasi. Merupakan perusahaan
yang memproduksi program sekaligus bertindak
sebagai distributor yang menjadi pemasok program
bagi stasiun televisi. Stasiun televisi yang ingin
menjual programnya kepada stasiun televisi lainnya
menggunakan jasa perusahaan sindikasi untuk
menawarkan program itu kepada berbagai stasiun
televisi.
7. Pemasang iklan. Pemasang iklan membayar
stasiun televisi untuk air time yang digunakan
pemasang iklan dan juga menyediakan programnya.
Pada
umumnya,
pemasang
iklan
jarang
memproduksi sendiri programnya sendiri karena
mereka tidak memiliki sumber daya untuk itu.
2.1.8.2
Produksi & Pembelian Program
Di dalam buku Manajemen Media Penyiaran Strategi
Mengelola Radio & Televisi (Morrisan, 2008, p. 266), manajer
program bertanggung jawab melaksanakan rencana program
yang sudah ditetapkan dengan cara memproduksi sendiri
program atau mendapatkannya dari sumber lain atau akuisisi
(membeli). Dalam melakukan akuisisi, manajer program harus
terlebih dahulu berkonsultasi dengan manajer pemasaran dan
66
manajer umum. Dalam hal perencanaan program memutuskan
untuk memproduksi sendiri program yang diinginkan, maka
tugas tersebut dilakukan oleh bagian produksi atau departemen
produksi stasiun penyiaran.
Jika dilihat dari asal mula program televisi, ditinjau dari
siapa yang memproduksi program, maka kita dapat membagi
program sebagai berikut:
1. Program yang dibuat sendiri (In-House Production),
biasanya adalah program berita dan program yang terkait
dengan informasi misalnya: laporan khusus, infotainment,
laporan kriminalitas, fenomena sosial, perbincangan (talk
show), biografi tokoh, feature, film dokumenter. Program
yang menggunakan studio, misalnya game show, kuis,
musik, variety show juga termasuk program yang dibuat
sendiri.
2. Program yang dibuat pihak lain utamanya jenis program
hiburan
misalnya:
program
drama
(film,
sinetron,
telenovela), program musik (video klip), program reality
show, dan lain-lain.
2.1.8.3
Pembelian Program
Di dalam buku Manajemen Media Penyiaran Strategi
Mengelola Radio & Televisi (Morrisan, 2008, p. 260),
pembelian suatu mata acara dapat dilakukan melalui berbagai
bentuk kesepakatan, selain melalui tender. Staf program dapat
67
merundingkan
harga
program
yang
akan
dibelinya
berdasarkan kesepakatan yang dibuat. Dalam hal ini dapat
dibuat kesepakatan, misalnya jika program acara itu sukses
dan diterima pasar maka stasiun televisi akan membayar lebih
tinggi dan sebaliknya jika tidak sukses maka nilai pembayaran
akan lebih kecil. Kesepakatan ini biasanya berlaku untuk
paket-paket program baru yang belum dikenal. Jadi pembelian
dilakukan berdasarkan tingkat keberhasilannya.
Secara umum pembelian atau produksi program untuk
televisi terbagi atas dua jenis berdasarkan penempatan waktu
siarannya, yaitu: program untuk waktu siaran utama (prime
time series) dan program untuk waktu siaran lainnya (day time
series). Waktu siaran utama berlangsung antara pukul 19.30
hingga 23.00. Program yang ditayangkan pada waktu siaran
ini menghadapi tingkat persaingan yang sangat tinggi. Hal ini
disebabkan pada umumnya stasiun televisi berupaya untuk
menyajikan program yang terbaik.
2.1.8.4
Eksekusi Program
Di dalam buku Manajemen Media Penyiaran Strategi
Mengelola Radio & Televisi (Morrisan, 2008, p. 302),
eksekusi program mencakup kegiatan menayangkan program
sesuai dengan rencana yang sudah ditetapkan. Manajer
program melakukan koordinasi dengan bagian traffic dalam
menetukan jadwal penayangan dan berkonsultasi dengan
68
manajer promosi dalam mempersiapkan promo bagi program
bersangkutan. Manajer program juga perlu berkoordinasi
dengan bagian redaksi berita dalam hal program itu
memerlukan liputan wartawan seperti peristiwa khusus atau
berita penting.
Strategi penayangan program yang baik sangat
ditentukan oleh bagaimana menata atau menyusun berbagai
program yang akan ditayangkan.
Programmer harus menentukan sasaran audiens secara
realistis. Tidak ada gunanya mencoba menarik audiens yang
tidak bisa menonton pada saatnya. Siaran berita sangat penting,
di pagi hari, tengah hari, malam hari, dan tengah malam.
Tetapi siaran berita menjadi sia-sia bila ditayangkan sesudah
pagi menjelang siang dan di senja hari sebelum malam.
2.1.8.4.1
Pembagian Waktu Siaran
Di dalam buku Manajemen Media Penyiaran
Strategi Mengelola Radio & Televisi (Morrisan, 2008,
p. 304), menentukan jadwal suatu acara ditentukan atas
dasar perilaku audiens, yaitu rotasi kegiatan mereka
dalam satu hari dan juga kebiasaan untuk menonton
televisi pada jam tertentu. Pada prinsipnya siaran
televisi harus dapat menemani aktivitas apapun.
Aktivitas audiens pada umumnya memiliki pola yang
sama pada setiap bagian hari, apakah pagi, siang, atau
69
malam hari. Programmer menyusun jadwal acara
berdasarkan aktivitas audiens ini.
Sydney W. Head dan Christopher H. Sterling di
dalam buku Manajemen Media Penyiaran Strategi
Mengelola Radio & Televisi (Morrisan, 2008, p. 304),
berdasarkan pembagian siklus aktivitas audiens mulai
dari bangun tidur hingga tidur kembali, maka waktu
siaran dibagi ke dalam lima segmen. Setiap segmen
memiliki ciri-ciri atau sifat audiens yang berbeda.
Secara umum, programmer membagi siaran menjadi
beberapa bagian:
1. Prime Time
jam 19.30-23.00
2. Late Fringe Time
jam 23.00-01.00
3. All Other Time
jam 01.00-10.00
4. Day Time
jam 10.00-16.30
5. Fringe Time
jam 16.30-19.30
Prime time merupakan waktu siaran televisi yang
paling banyak menarik penonton. Selain itu, penonton
yang berada pada segmen ini sangat beragam. Stasiun
televisi biasanya akan menempatkan program acara
yang paling bagus pada segmen ini karena jumlah
audiensnya yang besar. Selain itu, acara prime time
juga harus bisa dinikmati semua kalangan termasuk
anak-anak.
Anggatan
terbesar
stasiun
penyiaran
biasanya digunakan untuk membiayai program pada
70
saat prime time ini. Namun pada saat bersamaan
stasiun televisi lainnya juga akan menempatkan
program terbaiknya pada segmen ini. Dengan demikian,
terjadi persaingan merebut perhatian pemirsa pada saat
prime time ini.
Pola pembagian waktu siaran tersebut berbeda
pada saat akhir pekan (hari sabtu dan minggu). Other
time untuk akhir pekan dimulai dari pukul 01.00-07.00
atau berakhir lebih cepat 3 jam dibandingkan hari biasa.
Ini menunjukkan bahwa audiens cukup banyak
menonton televisi pada pagi hari di hari Sabtu dan
Minggu. Day time pada saat akhir pekan dimulai pukul
08.00 hingga berakhir pukul 19.30 pada hari Sabtu atau
berakhir lebih awal pada hari Minggu.
2.1.8.4.2
Strategi Penayangan
Head-Sterling di dalam buku Manajemen
Media Penyiaran Strategi Mengelola Radio & Televisi
(Morrisan, 2008, p. 306), menyatakan bahwa stasiun
televisi memiliki sejumlah strategi dalam upaya
menarik audiens masuk ke stasiun sendiri (inflow) dan
menahan audiens yang sudah ada untuk tidak pindah
saluran atau mencegah tidak terjadi aliran audiens
keluar (outflow), yaitu:
71
1. Head to Head. Suatu program yang menarik
audiens yang sama sebagaimana audiens yang
dimiliki satu atau beberapa stasiun televisi saingan.
Dalam hal ini, stasiun televisi mencoba menarik
audiens yang tengah menonton program televisi
saingan untuk pindah ke stasiun sendiri dengan
menyajikan program yang sama dengan televisi
saingan itu. Jika terdapat program sejenis yang
disiarkan berbarengan, maka pengelola program
harus mempertimbangkan apakah program baru itu
cukup kuat menarik audiens dari stasiun saingan
untuk pindah ke stasiun sendiri. Jika program itu
tidak cukup kuat bersaing, maka sebaikanya
dicarikan jam tayang yang lain. Program yang
sering bersaing secara head to head ini adalah
program berita.
2. Program
Tandingan.
Strategi
penayangan
program tandingan (counter programming) adalah
strategi untuk merebut audiens yang berada di
stasiun saingan untuk pindah ke stasiun sendiri
dengan cara menjadwalkan suatu program yang
memiliki daya tarik berbeda untuk menarik audiens
yang belum terpenuhi kebutuhannya.
3. Bloking Program. Strategi bloking program
adalah sama dengan konsep flow through Nielsen
72
di mana audiens dipertahankan untuk tidak pindah
saluran dengan menyajikan acara yang sejenis
selama waktu siaran tertentu.
4. Pendahuluan Kuat. Strategi penayangan yang
dinamakan dengan “pendahuluan kuat” (strong
lead-in)
adalah
strategi
untuk
mendapatkan
sebanyak mungkin audiens dengan menyajikan
program yang kuat pada permulaan segmen waktu
siaran, misalnya menyajikan program berita lokal
atau kriminalitas yang kuat pada awal waktu siaran
day time (sekitar jam 10.00 atau 11.00) sebagai
pengantar menuju program berita nasional.
5. Strategi Buaian. Disebut strategi membuat buaian
(creating hammock) karena hammock berarti
buaian yang diikatkan pada dua batang pohon. Ini
merupakan strategi untuk membangun audiens
pada satu acara baru atau meningkatkan jumlah
audiens atas suatu program yang mulai mengalami
penurunan popularitas. Caranya adalah dengan
menenmpatkan acara bersangkutan di tengahtengah di antara dua program unggulan. Audiens
akan
mencoba
mengikuti
acara
baru
yang
ditayangkan setelah suatu program unggulan usai
sambil menunggu acara unggulan berikutnya
sehingga terjadi flow through dari program
73
unggulan ke program lemah. Ini adalah upaya
untuk menarik perhatian audiens terhadap suatu
acara baru.
6. Penghalangan (stunting). Strategi untuk merebut
perhatian
audiens
dengan
cara
melakukan
perubahan jadwal program secara cepat. Misalnya,
menyajikan suatu seri film baru yang memiliki
durasi waktu yang panjang. Cara lain adalah
menginterupsi suatu program yang kuat dengan
acara
lain
yang
lemah
atau
sebaliknya
menginterupsi program reguler dengan acara
khusus yang kuat.
2.1.8.5
Pengawasan dan Evaluasi Program
Di dalam buku Manajemen Media Penyiaran Strategi
Mengelola Radio & Televisi (Morrisan, 2008, p. 315),
pengawasan harus dilakukan berdasarkan hasil kerja atau
kinerja yang dapat diukur agar fungsi pengawasan dapat
berjalan secara efektif. Misalnya, jumlah dan komposisi
audiens yang menonton atau mendengarkan program stasiun
penyiaran bersangkutan dapat diukur dan diketahui melalui
laporan riset rating. Jika jumlah audiens yang tertarik dan
mengikuti program stasiun penyiaran lebih rendah dari yang
ditargetkan, maka proses pengawasan mencakup kegiatan
pengenalan terhadap masalah dan memberikan pengarahan
74
untuk dilakukan diskusi agar mendapatkan solusi. Hasil
diskusi dapat berupa perubahan rencana misalnya revisi yang
lebih rendah dari ekspektasi sebelumnya atau tindakan lain
yang akan dilakukan untuk dapat mencapai target semula.
Manajer program sering disebut sebagai pelindung
(protector) atau lisensi atau izin siaran yang diperoleh stasiun
penyiaran. Hal ini disebabkan manajer program bertanggung
jawab untuk memastikan bahwa program stasiun sudah
berjalan sesuai dengan syarat-syarat yang harus dipenuhi
untuk memperoleh izin.
2.1.9
Reality Show
Di dalam buku The Media of Mass Communication (Vivian,
2005, p. 203), reality show adalah program acara yang dibintangi oleh
orang-orang yang bukan aktor atau aktris, tetapi walaupun demikian
program acara tersebut masih diatur oleh skenario yang ditulis oleh
produser. Tayangan reality show juga merupakan salah satu tipe
tayangan hiburan televisi selain situation comedy, episodic drama,
soap opera, quiz shows, dan late night shows.
Pengkategorian format reality show dibagi dalam tujuh jenis yaitu:
1. Documentary Style
Dalam banyak tayangan reality show, kamera dan pemirsa
diposisikan sebagai suatu yang pasif dalam mengikuti orang lain
dalam sifat-sifat kesehariannya maupun aktivitas profesionalnya.
Tayangan jenis ini menawarkan situasi dimana tidak ada peranan
75
naskah sama sekali, lokasi sesungguhnya, dan juga tidak ada
tugas-tugas yang diberikan pada pemainnya. Walaupun pada
akhirnya plotnya akan diurutkan pada proses editing. Tayangan
reality show documentary style mencakup special living
environment, celebrity reality, dan professional activities.
2. Game Shows
Program reality show ini, menempatkan pendukung acara sebagai
peserta dalam lingkungan yang terisolasi dan hanya akan ada
kamera yang mengawasi gerak-gerik peserta. Dalam lingkungan
tersebut peserta berkompetisi dalam sebuah permainan (fisik dan
logika yang telah disusun produser acara). Nantinya, peserta yang
memenangkan permainan akan mendapatkan hadiah dan juga
dukungan dari penonton. Agar ada kedekatan antara penonton dan
peserta, maka aktifitas dari masing-masing peserta akan
ditayangkan di televisi. Sehingga melalui kamera pengawas yang
sudah terpasang di lokasi tersebut, penonton juga ikut terlibat
mengawasi dan mengenal masing-masing peserta. Melalui proses
eliminasi,
penonton
menjadi
juri
dan
berkuasa
untuk
menyingkirkan peserta yang tidak disukai dan mempertahankan
peserta yang diidolakan atau dijagokan. Tayangan reality show
jenis game show mencakup dating based competition, job search,
dan sports.
3. Self-Improvement/Makeover
Tayangan ini menawarkan sebuah tontonan tentang peningkatan
taraf hidup seseorang atau kelompok orang tertentu. Biasanya,
76
para peserta tayangan ini akan dikontrak sepanjang musim sampai
selesainya tayangan ini. Dalam tayangan ini, pada awalnya para
peserta akan diceritakan lingkungannya sebelum mengikuti acara
ini, setelah itu para peserta akan ditemukan dengan para ahli yang
akan memandu mereka untuk meningkatkan atau membuat
sesuatu dalam hidup mereka menjadi lebih baik. Para ahli tersebut
akan membantu mereka dan mendukung para peserta supaya
mencapai hal yang diinginkan dalam acara tersebut. Di akhir acara,
para peserta akan dikembalikan pada lingkungan asalnya dan akan
terlihat ekspresi nyata dari keluarga dan teman-teman mengenai
perubahan yang terjadi pada para peserta tersebut.
4. Dating Show
Program reality show ini adalah untuk mencari jodoh. Melalui
serangkaian tahap seleksi yang dilakukan. Maka pada akhirnya,
akan terpilih satu orang yang dirasa cocok.
5. Talk Show
Walaupun format jenis ini masih menggunakan format tradisional
dimana
terdapat
seorang
pembawa
acara
yang
akan
mewawancarai bintang tamu mengenai topik-topik tertentum
namun para produser tetap berusaha untuk meningkatkan format
ini dengan mengangkat topik-topik yang masih hangat dibicarakan
di tengah-tengah publik.
6. Hidden Camera
Pengambilan gambar kamera tersembunyi dilakukan secara diamdiam, tanpa sepengetahuan orang yang diambil gambar dan
77
suaranya tersebut. Sehingga kejadian yang ditampilkan pada layar
televisi adalah spontanitas atau reaksi sebenarnya. Reaksi dari
orang-orang yang gambarnya diambil untuk hidden camera
bermacam-macam: marah, sedih, tertawa, dan secara tidak
langsung hidden camera juga bisa mengungkap rahasia atau
kehidupan pribadi seseorang tanpa sepengetahuan orang tersebut.
7. Hoaxes
Dalam hoax reality show, seluruh acara adalah sebuah olokolokan atau mengerjai satu atau beberapa orang yang sadar bahwa
mereka tampil dalam acara reality show atau yang benar-benar
tidak sadar kalau mereka sedang dikerjai. Walaupun hampir sama
dengan format hidden camera, namun format ini lebih rumit
penggarapannya.
2.2 Teori Khusus
2.2.2
Analisis SWOT
Di dalam buku Media Relation: Konsep, Pendekatan, dan
Praktik (Iriantara, 2005, p. 50), Analisis SWOT adalah mengkaji
sebuah kekuatan, kelemahan, kesempatan dan ancaman terhadap
organisasi, dalam hal ini adalah stasiun televisi.
Kekuatan dan kelemahan itu berada pada lingkungan internal,
sedangkan peluang dan ancaman berasal dari lingkungan eksternal.
Hasil dari analisis SWOT ini bisa memetakan posisi organisasi di
antara organisasi serupa atau dalam lingkungan organisas secara
keseluruhan. Analisis SWOT dilakukan untuk melihat apa dan
78
bagaimana kekuatan dan kelemahan yang dimiliki serta bagaimana
peluang dan ancaman yang berasal dari luar.
Setelah memetakan posisi organisasi berdasarkan rancangan
analisis SWOT itu, bisa dimulai dengan membuat rancangan. Dalam
membuat rancangan program, terlebih dahulu tetapkanlah tujuan yang
hendak dicapai. Tujuan yang baik adalah tujuan yang bisa dicapai,
realistis dan terukur. Bila tujuan telah ditetapkan, maka langkah
berikutnya adalah menetapkan siapa khalayak program tersebut.
Langkah berikutnya menyusun strategi yang dipergunakan untuk
menjangkau khalayak sasaran, guna mewujudkan tujuan yang hendak
dicapai dalam program.
Di dalam buku Kewirausahaan: Membangun Usaha Sukses
Sejak Usia Muda (Suharyadi, Nugroho, S.K., & Faturohman, 2007, p.
115), dijelaskan cara sederhana yang dapat dilakukan dalam
menerapkan analisis SWOT, sebagai berikut:
a.
Melihat Kekuatan (strengths).
b. Melihat kelemahan (weakness).
c. Melihat peluang (opportunities).
d. Melihat ancaman (threats).
2.2.3
Teori Produksi
Di dalam buku Dasar-Dasar Produksi Televisi (Fachruddin,
2012, p. 10), Gerald Millerson menjabarkan konsep standar
operasional prosedur produksi televisi dalam arti luas sebagai berikut:
79
1. Pra Produksi
Pra produksi adalah tahap paling penting dalam sebuah produksi
televisi yaitu merupakan tahapan persiapan sebelum sebuah
produksi dimulai. Millerson memulai tahapan pra produksi dengan
production planning meeting (konsep program, tujuan, dan
sasaran yang ingin dicapai).
a. Development
o Idea
Analyzing the audience
Audiensi
lokal
atau
nasional,
target
audiensi
(pria/wanita/anak-anak), usia, kebutuhan dan selera
audiensi. Audience research termasuk analisis untuk
ukuran
faktor
keberhasilan
dalam
keputusan
pengembangan program.
Researching the program idea
Deciding on the production idea
Preparing the program budget
o Target audiensi.
Menentukan target audiensi sudah harus dipikirkan sejak
awal.
o Development treatment (pengembangan skenario).
Merumuskan ide
Riset
Penulisan outline
Sinopsis
80
Penulisan treatment
Penulisan naskah draft
Review naskah
o Develop characters (membangun karakter); mencari
pemain
o Develop scene (membangun scene)
o Develop script outlines (membangun script outline)
Dalam program Bagi-Bagi Berkah menggunakan semi
script-show, merupakan script untuk acara-acara tertentu
seperti, dialog, variety show, dan kuis biasanya hanya
menggunakan outline script. Dalam outline ini hanya
mencakup apa yang harus dilakukan oleh talent.
b. Commisioning
Perbedaan karakter kru produksi berdasarkan, produksi
tersebut dibuat oleh stasiun televisi atau production house.
Besar kecilnya stasiun televisi dan production house serta
format program televisi.
• Budget. Estimasi biaya yang dibutuhkan untuk produksi
suatu program televisi harus dilakukan agar sesuai dengan
perencanaan yang diinginkan. Sebelum menulis perkiraan
biaya yang dibutuhkan, seorang produser harus melakukan
penyesuaian harga yang berlaku saat produksi dilaksanakan.
Caranya dengan mengecek jasa peralatan produksi, biaya
sewa kebutuhan operasional, dan honor para pekerja yang
akan terlibat dalam produksi televisi tersebut.
81
• Presenting the proposal. Tahapan memiliki proposal
yang lengkap berarti siap untuk dipresentasikan
kepada klien, kalau berkaitan dengan sponsorship.
Bila bekerja di stasiun televisi maka presentasi
ditujuan pada executive producer atau manajer
program yang bersangkutan sebagai supervisi yang
menilai kelayakan program.
• Casting. Memutuskan atau mencari seseorang yang
akan
menjadi
pengisi
acara/talent/pemain
pada
program televisi dilaksanakan oleh satu departemen
khusus yaitu cast departement yang dipimpin oleh
seorang casting director.
2. Produksi
o Rehearsal merupakan bagian dari tahap produksi menurut
Gerald Millerson, karena perspektif produksi non berita
membutuhkan persiapan yang sangat detail beberapa jam
sebelum produksi. Hal ini tidak berlaku untuk program live
dengan kru yang besar, rehearsal harus dilakukan minimal
sekitar 15 jam sebelum live production. Pada produksi televisi
yang kompleks melibatkan jumlah talent, kru dan peralatan
yang besar harus melakukan pre-studio rehearsal. Pre
rehearsal dimulai dengan rapat (briefing) kru, serta reading
para pengisi acara yang terlibat dipimpin langsung oleh
program director atau sutradara. Pada saat briefing, sutradara
mengarahkan pengisi acara, blocking dan pengadegan, sesuai
82
dengan treatment yang telah dibuat. Rehearsal dapat dilakukan
beberapa kali sesuai dengan kebutuhan dan pertimbangan
produser sehingga keseluruhan acara diharapkan dapat berjalan
lancar.
o Recording.
3. Pasca Produksi
o Capturing. Proses capture gambar terjadi pada editing non
linier, yaitu mentransfer audio visual dari kaset digital ke
dalam hard disk komputer sehingga materi editing sudah
dalam bentuk file. Apabila menggunakan editing linier
langsung proses logging gambar.
o Logging. Logging gambar adalah membuat susunan daftar
gambar dari kaset hasil shooting secara detail, disertai dengan
mencatat time code-nya serta di kaset berapa atau nama file apa
gambar itu berada. Hal ini akan memudahkan proses editing
selanjutnya.
o Editing pictures. Editing adalah kunci dalam proses ini. Pada
tahap ini semua footage telah dikumpulkan selama produksi,
selanjutnya disusun dan dirangkai menjadi produk final.
o Editing sound. Penyuntingan suara disinkronkan dengan
gambar, serta menghidupkan suasana melalui ilustrasi musik.
Bila membutuhkan sound effect tentunya akan memperjelas
atmosfer yang dominan atau ingin ditonjolkan.
o Final
cut.
Sekarang
peralatan
yang
digunakan
dan
kompleksitas ilustrasi musik, menentukan bahwa materi
83
program sudah membaur dengan suara pada tahap online.
Dibutuhkan studio audio untuk mengerjakan bauran suara final.
Program yang sudah lengkap sekarang disebut master.
4. Transmission dan Evaluasi
o Marketing. Stasiun televisi dalam persaingan industri media,
ketika menjalankan usahanya perlu memikirkan strategi dan
perkembangan sistem pemasarannya, yaitu meraih perhatian,
pikiran dan hati konsumen. Disinilah peran departemen
marketing sangat kuat dalam menentukan program yang akan
on air, bertahan atau tidak layak dipertahankan.
o Trails (audience evaluation/program rating, informal audience
feedback) preview sudah dapat dilakukan evaluasi awal
terhadap program yang sudah selesai diproduksi.
o Transmission.
2.2.4
Strategi
Di dalam buku Manajemen Media Penyiaran: Strategi
Mengelola Radio & Televisi (Morrisan, 2008, p. 136), strategi adalah
program umum untuk pencapaian tujuan-tujuan organisasi dalam
pelaksanaan
misi.
Kata
“program”
dalam
definisi
tersebut
menyangkut suatu peranan aktif, sadar dan rasional yang dimainkan
oleh manager dalam perumusan strategi organisasi. Strategi
memberikan pengarahan terpadu bagi organisasi dan berbagai tujuan
organisasi, dan memberikan pengarahan terpadu bagi organisasi dan
berbagai tujuan organisasi, dan memberikan pedoman pemanfaatan
sumber daya organisasi yang digunaan untuk mencapai tujuan.
84
Di dalam buku Strategi: Bagaimana Meraih Keunggulan
Kompetitif (Kuncoro, 2005, hal. 12), Strategi merupakan sejumlah
keputusan dan aksi yang ditujukan untuk mencapai tujuan dan
menyesuaikan sumber daya organisasi dengan peluang dan tantangan
yang dihadapi dalam lingkungan industrinya. Dengan demikian,
beberapa ciri strategi:
1. Goal directed actions, yaitu aktivitas yang menunjukan apa yang
diinginkan organisasi dan bagaimana mengimplementasikannya.
2. Mempertimbangkan semua kekuatan internal (sumber daya dan
kapabilitas), serta memperhatikan peluang dan tantangan.
2.3 Kerangka Berfikir
PENGELOLA TV
PRA PRODUKSI
PRODUKSI
PASCA PRODUKSI
PROGRAM
PENONTON
Gambar 2.3 Kerangka Berfikir
Download