BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Investasi

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Investasi adalah komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya lainnya
yang dilakukan saat ini, dengan tujuan memperoleh keuntungan di masa datang
(Tandelilin, 2001). Ada banyak cara berinvestasi, salah satunya adalah dengan
membeli produk-produk keuangan berupa surat berharga (efek). Salah satu contoh
surat berharga adalah obligasi. Obligasi merupakan salah satu instrumen keuangan
yang menarik bagi kalangan investor baik individu ataupun institusi yang ingin
berinvestasi, maupun bagi perusahaan yang membutuhkan suntikan dana demi
kelangsungan dan kemajuan perusahaan tersebut. Bagi investor, obligasi
merupakan jenis investasi yang memberikan pendapatan tetap berupa bunga
(kupon) secara berkala sampai waktu jatuh temponya. Sedangkan bagi
perusahaan, obligasi merupakan salah satu cara untuk mendapatkan dana
pinjaman yang menawarkan bunga pinjaman cukup rendah dibandingkan dengan
suku bunga pinjaman di bank. Penerbitan obligasi merupakan salah satu
keputusan penting yang diambil oleh manajer perusahaan dalam rangka
mendapatkan modal untuk kebutuhan investasi. Investor akan mendapatkan
pendapatan yang relatif stabil dengan risiko yang lebih rendah jika
menginvestasikan modalnya dalam obligasi dibandingkan dengan investasi pada
saham biasa.
1
Menurut Arifin (2005, p. 129) obligasi adalah ”instrumen hutang jangka
panjang yang digunakan oleh perusahaan atau negara untuk mendapatkan
sejumlah dana dari berbagai kelompok pemberi pinjaman”. Selain itu menurut
Siamat (2005, p. 510) obligasi merupakan ”bukti utang dari emiten yang dijamin
oleh penanggung yang mengandung janji pembayaran bunga atau janji lainnya
serta pelunasan pokok pinjaman yang dilakukan pada tanggal jatuh tempo”.
Risiko finansial yang dapat timbul dengan adanya penarikan pinjaman ini adalah
beban tetap yaitu biaya bunga untuk membayar kembali pinjaman tersebut oleh
perusahaan dan akan mempengaruhi laba atas modal pemegang saham. Dengan
melaksanakan penawaran umum obligasi, perusahaan akan mempunyai imbal
hasil yang maksimal dan tingkat risiko yang kecil.
Dalam melakukan investasi obligasi, pendapatan berupa bunga (kupon)
dan imbal hasil (yield) yang tetap hanya akan diperoleh apabila obligasi tersebut
dipegang sampai waktu jatuh tempo. Namun jika obligasi tersebut dijual sebelum
waktu jatuh tempo, maka harga dari obligasi pada saat dijual sangat ditentukan
dari yieldnya. Oleh karena itu, salah satu faktor penting yang harus diperhatikan
investor sebelum berinvestasi obligasi adalah imbal hasil (yield) yang diperoleh
dari investasinya. Suatu metode untuk mengetahui hubungan antara imbal hasil
(yield) yang diperoleh dengan waktu jatuh tempo untuk suatu jenis obligasi
tertentu pada waktu tertentu adalah dengan struktur jangka waktu suku bunga
(term structure of interest rate) yang digambarkan melalui kurva yield (yield
curve). Kurva yield dianggap cukup relevan untuk merepresentasikan yield
berdasarkan periode jatuh temponya.
2
Hubungan antara kurva yield efek pendapatan tetap, kondisi perekonomian,
dan imbal hasil di pasar saham suatu negara telah lama menjadi obyek penelitian
para ahli. Dari berbagai penelitian didapati bahwa risk premium pasar saham
besarnya negatif ketika kurva yield efek pendapatan tetap berbentuk terbalik
(inverted). Penelitian tersebut membawa kepada penyelidikan lebih lanjut bahwa
kurva yield efek pendapatan tetap dapat memberikan informasi untuk
memprediksi kemungkinan pasar saham masuk ke dalam kondisi bearish.
Market Timing merupakan suatu strategi untuk membuat keputusan jual
atau beli pada suatu financial assets dengan cara memprediksikan pergerakan
harga pasar di masa depan. Dengan kata lain market timing ialah strategi untuk
menentukan kapan waktu terbaik untuk menjual ataupun membeli financial
assets. Seringkali, seluruh komponen yang ada dalam market mengirim sinyal
tentang masa depan. Harga dari saham dapat merefleksikan penampilan di masa
depan baik sekuritas individual, market itu sendiri, ataupun untuk seluruh
ekonomi. Market tidak selamanya digunakan sebagai petunjuk untuk masa depan.
Ada kalanya market mengirimkan pesan yang acak atau bercampur (random
walk), yang mana lebih dikenal dengan sebutan market bubbles. Hal ini
dikarenakan adanya ketidakpastian dari market itu sendiri. Oleh karena itulah para
investor membutuhkan adanya market timing tools untuk mendefinisikan sinyalsinyal yang ada dalam pasar sehingga dapat memprediksikan kapan saat yang
tepat untuk berinvestasi
Estrella dan Mishkin (1996,1998) mengembangkan model probit untuk
memprediksi kondisi resesi perekonomian Amerika Serikat (AS). Dari berbagai
3
variabel finansial yang diselidiki didapati bahwa variabel finansial yang paling
berpengaruh adalah perbedaan yield (yield spread) antara Obligasi Pemerintah AS
berjangka 10 (sepuluh) tahun dengan Surat Berharga Pemerintah AS berjangka 3
(tiga) bulan.
Resnick dan Shoesmith (2002) mengembangkan model probit yang
digunakan oleh Estrella dan Mishkin untuk memprediksi kondisi pasar saham
yang masuk ke dalam kondisi bearish. Mereka menemukan bahwa yield spread
antara Obligasi Pemerintah berjangka 10 (sepuluh) tahun dengan Surat Berharga
Pemerintah berjangka 3 (tiga) bulan memiliki informasi yang berharga untuk
memprediksi kondisi tersebut dalam 1 (satu) bulan kedepan. Simulasi yang
mereka lakukan di pasar saham AS selama periode Januari1970-Desember 1999
dengan cara pengalihan portfolio dari saham ke obligasi dan sebaliknya (markettiming strategy) memberikan imbal hasil lebih tinggi 2.29% dibandingkan strategi
buy-and-hold, stock-only.
1.2. Perumusan Masalah
Berdasar pada penjelasan pada latar belakang masalah diatas, maka
rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Apakah
yield
spread
Efek
Pendapatan
Tetap
Indonesia
berpengaruh terhadap harga saham di Bursa Efek Indonesia?
2. Apakah yield spread Efek Pendapatan Tetap Amerika Serikat
berpengaruh terhadap harga saham di Bursa Efek Indonesia?
4
3. Apakah strategi market-timing dapat memberikan imbal hasil yang
lebih tinggi dibandingkan strategi buy-and-hold di Bursa Efek
Indonesia?
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :
1. Untuk menguji pengaruh yield spread Efek Pendapatan Tetap
Indonesia terhadap harga saham di Bura Efek Indonesia.
2. Untuk menguji pengaruh yield spread Efek Pendapatan Tetap
Amerika Serikat terhadap harga saham di Bura Efek Indonesia.
3. Untuk menguji keunggulan strategi market timing terhadap strategi
buy-and-hold dalam memberikan imbal hasil di Bursa Efek
Indonesia.
1.4. Manfaat Penelitian
Banyak analisis dan model yang telah dikembangkan selama bertahuntahun untuk dapat memprediksi kondisi pasar saham. Beberapa diantaranya
dikembangkan dengan menggunakan model matematika yang rumit. Model probit
yang dikembangkan oleh Estrella-Mashkin, dan Liu-Resnick-Shoesmith mencoba
memformulasikan
hubungan
mendasar
antara
harga
obligasi,
kondisi
perekonomian, dan pasar saham. Dari formulasi tersebut secara sederhana kita
dapat memprediksi kondisi pasar saham apakah akan masuk ke dalam kondisi
bearish atau bullish.
5
Bagi para investor atau manajer investasi, model probit yang disajikan
dalam penelitian ini dapat menambah referensi dalam penerapan strategi investasi.
Dengan kemampuan memprediksi kondisi bearish pasar saham 1 (satu) bulan
lebih awal maka risiko kerugian dapat diminimalisir.
Bagi regulator pasar dalam hal ini Bursa Efek dan Badan Pengawas
Pasar Modal (Bapepam), ditemukannya kegunaan yield spread efek pendapatan
tetap untuk meramalkan kondisi bearish pasar saham dapat meningkatkan
kepatuhan pelaku pasar untuk melaksanakan keterbukaan informasi di pasar
obligasi. Selama ini transparansi harga di pasar obligasi Indonesia masih rendah
dikarenakan masih sedikitnya pihak yang menyadari kegunaan dari kurva yield
obligasi sebagai sumber referensi yang penting dalam menerapkan strategi
berinvestasi. Ketidaktransparanan pasar obligasi Indonesia juga mempersulit
terciptanya pasar obligasi yang efisien.
.
6
Download