BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu kebijakan perusahaan agar bisa mendapatkan dana tanpa harus berutang ke perbankan dan menerbitkan saham baru adalah menerbitkan obligasi. Perusahaan menerbitkan obligasi dengan tujuan untuk menghindari risiko yang terjadi di kemudian hari. Oleh karena itu, obligasi juga termasuk bagian dari manajemen risiko yaitu mengalihkan risiko yang terjadi di kemudian hari jika nanti pihak perusahaan tidak sanggup lagi membayar bunga obligasi maka obligasi tersebut masih dapat dialihkan ke dalam bentuk saham atau yang lainnya (Fahmi, 2012). Obligasi merupakan surat pengakuan utang oleh pihak yang memiliki legalitas dari segi hukum untuk menerbitkan obligasi (perusahaan, pemerintah, pemerintah negara bagian, pemerintah asing dan perusahaan asing) kepada investor atau pembeli obligasi yang akan dilunasi pada masa yang akan ditentukan dan selama masa peminjaman investor akan diberi imbal hasil berupa bunga yang sudah ditetapkan oleh emiten (Fahmi, 2012). Obligasi yang diterbitkan oleh perusahaan disebut juga obligasi korporasi. Obligasi korporasi dapat dibedakan atas obligasi konvensional dan obligasi syariah. Obligasi korporasi konvensional adalah obligasi yang diterbitkan oleh perusahaan dimana perusahaan yang menerbitkan obligasi mempunyai kewajiban 1 untuk membayar bunga secara reguler sesuai dengan jangka waktu yang telah ditetapkan serta pokok pinjaman pada saat jatuh tempo (Bursa Efek Indonesia). Perkembangan pasar obligasi dapat dilihat dari peningkatan jumlah emiten dan nilai emisi obligasi dari tahun 2007 sampai tahun 2012, seperti yang ditunjukkan pada Tabel 1.1 berikut ini: Tabel 1.1 Perkembangan Emisi Obligasi Korporasi Tahun 2007-2012 Tahun Perusahaan (Emiten) Nilai Emisi Perubahan Nilai Obligasi (Rp.Milyar) Emisi (%) 2007 175 133.915,85 30,5 2008 178 148.115,85 10,6 2009 183 175.330,85 18,4 2010 189 208.427,85 18,9 2011 199 260.863,85 25,1 2012 207 316.425,85 21,3 Sumber: Bapepam-LK, Factbook 2012 Berdasarkan Tabel 1.1 dapat dilihat bahwa perkembangan jumlah obligasi dan nilai emisi obligasi mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, terutama pada tahun 2007 dengan peningkatan yang tertinggi yaitu mencapai 30,5% dibandingkan dengan tahun yang sebelumnya. Perubahan nilai emisi pada tahun 2008 sampai 2010 memang mengalami penurunan dibanding dengan tahun yang sebelumnya. Akan tetapi, perubahan jumlah obligasi dan nilai emisi setiap tahunnya menunjukkan peningkatan dan pada tahun 2010 - 2012 telah mengalami 2 perubahan yang semakin baik yang mencapai angka 20%. Hal tersebut menjelaskan bahwa obligasi menjadi trend bagi emiten untuk mendapatkan dana segar yang dapat digunakan untuk pembiayaan investasi jangka panjang maupun modal perusahaan untuk melancarkan kegiatan bisnisnya dan obligasi merupakan surat berharga yang semakin diminati oleh pasar atau investor. Peningkatan trend obligasi baik bagi pihak emiten maupun investor dikarenakan beberapa keuntungan yang diperoleh dari obligasi. Bagi investor adalah obligasi jauh dari risiko, obligasi diterbitkan oleh institusi yang memiliki badan hukum yang jelas dan dapat dipertanggungjawabkan, serta memiliki mekanisme penyelesaian pada saat bermasalah, investor yang membeli obligasi dapat mempertahankan obligasi yang dimilikinya hingga jatuh tempo tiba dan selanjutnya mengambil atau memperoleh pendapatan tersebut untuk diinvestasikan kembali dan jika pemegang obligasi merasa terdesak oleh kewajiban untuk membayar utang, karena faktor tagihan dari pihak lain, maka ia dapat meminjamkan obligasinya tersebut sebagai jaminan hingga utang tersebut dilunaskan. Sedangkan bagi emiten adalah penetapan bunga obligasi biasanya tidak terlalu tinggi, biaya dalam penerbitan atau mencetak obligasi lebih murah dibandingkan dengan menerbitkan saham dan apabila pada saat obligasi dilakukan dan dijual ke publik terjadi kendala dalam pembayaran obligasi, perusahaan bisa menyelesaikan dengan mengalihkan pemegang obligasi menjadi pemegang saham yang biasa dikenal dengan obligasi konversi (Fahmi, 2012). Sebagai instrumen investasi, obligasi menawarkan yield (tingkat keuntungan) yang akan diperoleh investor. Yield yang digunakan dalam penelitian 3 ini adalah yield to maturity (YTM). YTM merupakan tingkat keuntungan yang akan diterima investor jika membeli obligasi pada harga pasar saat ini dan menahan obligasi tersebut hingga jatuh tempo (Rahardjo, 2003). Seorang investor yang membeli suatu obligasi dan memilikinya sampai obligasi itu jatuh tempo akan menerima YTM yang terdapat pada tanggal pembelian, tetapi YTM obligasi yang diperhitungkan akan sering mengalami perubahan di antara tanggal pembelian dan tanggal jatuh temponya (Brigham dan Houston, 2010). Hal yang sangat penting untuk perlu diperhatikan dalam berinvestasi adalah risiko dan return. Return dari investasi pada obligasi diperoleh dari pendapatan bunga dan capital gain. Untuk memperoleh return yang optimal, investor perlu mempelajari upaya-upaya untuk memaksimalkan return dengan meminimalkan resiko. Pengetahuan yang diperlukan untuk memaksimalkan return tidak hanya berasal dari syarat dan ketenttuan obligasi itu sendiri, tetapi investor juga perlu memperhatikan perilaku pasar sekunder obligasi. Salah satu perilaku pasar obligasi yang perlu dipelajari adalah besarnya perubahan harga obligasi sebagai respon dari perubahan suku bunga pasar dan inflasi. Perubahan harga obligasi akan mempengaruhi imbal hasil yang akan diterima oleh investor. Oleh karena itu, investor harus memperhatikan faktorfaktor yang mempengaruhi perubahan yield obligasi terkait dengan keputusannya untuk membeli atau menjual suatu obligasi yang akan berpengaruh pada YTM yang akan diperoleh dari sebuah obligasi. Tingkat suku bunga merupakan salah satu faktor ekonomi yang mempengaruhi return yang akan diterima dari sebuah investasi. Peramalan suku 4 bunga secara langsung mempengaruhi peramalan yield dalam fixed income market. Meningkatnya suku bunga merupakan berita buruk untuk pasar modal karena investor akan tertarik untuk menanamkan dananya pada pasar uang. Hal ini akan menyebabkan penurunan permintaan obligasi dan sekuritas-sekuritas lain dalam pasar modal (Bodie et al., 2006). Suku bunga yang sering dijadikan benchmark oleh investor adalah suku bunga BI rate karena BI rate digunakan sebagai acuan untuk dalam operasi moneter yang akan mempengaruhi suku bunga pinjaman dan suku bunga lainnya dalam jangka waktu panjang. Prastowo (2007) menyatakan hanya suku bunga deposito dan yield obligasi yang secara signifikan merespon perubahan BI rate. Faktor ekonomi lain yang memiliki kontribusi terhadap perubahan yield obligasi yang diberikan oleh emiten atau yang diterima oleh investor adalah laju atau tingkat inflasi. Cassola dan Porter (2011) mengatakan bahwa yield obligasi tidak sepenuhnya ditentukan regulasi, likuiditas dan segmentasi pasar tetapi ditentukan juga oleh informasi ekonomi seperti perubahan tingkat bunga, inflasi, dan pertumbuhan ekonomi. Peningkatan harga barang konsumsi secara umum akan memicu investor untuk mengharapkan imbal hasil yang lebih tinggi juga pada investasi obligasi. Selain faktor ekonomi, investor juga perlu mempertimbangkan karakteristik keuangan perusahaan yang akan mempengaruhi kinerja obligasi pada pasar obligasi. Karakteristik keuangan perusahaan akan mencerminkan relevansi angka-angka akuntansi yang berbeda untuk setiap perusahaan. Hal ini akan berpengaruh pada default risk obligasi dan likuiditas obligasi yang diterbitkan 5 (Edward, 2007). Default risk yaitu risiko yang dihadapi oleh investor karena tidak dapat membayar obligasi pada saat jatuh tempo. Untuk menghindari hal tersebut, investor harus memperhatikan peringkat obligasi perusahaan emiten. Karakteristik keuangan perusahaan secara tidak langsung akan mempengaruhi tingkat kepercayaan investor untuk membeli obligasi dan hal ini akan mempengaruhi banyaknya jumlah obligasi yang beredar dan diperdagangkan di kalangan investor, yang disebut dengan likuiditas obligasi. Investor harus memperhatikan tingkat likuiditas obligasi karena berdampak pada tingkat imbal hasil yang akan diterima dan mudah tidaknya obligasi untuk diperdagangkan/dijual. Tingkat likuiditas obligasi yang tinggi akan memberikan yield yang rendah dan tingkat likuiditas obligasi yang rendah akan dikompensasi oleh emiten dengan menjanjikan yield yang lebih tinggi. Obligasi sebagai salah satu sekuritas pada pasar modal di negara berkembang seperti Indonesia merupakan salah satu cara investasi yang masih tergolong baru dibandingkan dengan negara maju. Hal ini ditunjukkan dengan penelitian mengenai obligasi yang masih sedikit dibandingkan dengan saham Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai perilaku pasar sekunder fixed income di Indonesia yang fokus pada faktor yang mempengaruhi yield obligasi. Penelitian ini mengambil obyek obligasi korporasi di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2010 sampai dengan 2012 dan merupakan obligasi konvensional yang memberikan kupon dalam jumlah yang tetap. Pemilihan obligasi korporasi sebagai sampel penelitian karena berdasarkan laporan Bursa Efek Indonesia 6 menunjukkan jumlah emisi obligasi korporasi lebih banyak diperdagangkan dan diminati oleh investor. Obligasi syariah tidak dijadikan sampel karena memiliki karakteristik yang berbeda dimana keuntungan yang diperoleh oleh investor dari besarnya margin/fee yang ditetapkan ataupun dengan sistem bagi hasil atas proporsi penghasilan atau arus kas yang dihasilkan dari aset. Setiap transaksi obligasi syariah ditetapkan berdasarkan akad. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka yang menjadi rumusan permasalahan adalah sebagai berikut: Identifikasi pengaruh tingkat suku bunga, inflasi, dan likuiditas obligasi terhadap yield to maturity obligasi korporasi konvensional di Bursa Efek Indonesia periode tahun 2010-2012 1.3 Pertanyaan Penelitian Berdasarkan rumusan penelitian diatas, maka pertanyaan dalam penelitian ini adalah: 1. Apakah tingkat suku bunga berpengaruh positif terhadap yield to maturity obligasi? 2. Apakah inflasi berpengaruh positif terhadap yield to maturity obligasi? 3. Apakah likuiditas berpengaruh negatif terhadap yield to maturity obligasi? 7 1.4 Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah: 1. Untuk menganalisis dan memperoleh bukti empiris pengaruh tingkat suku bunga terhadap yield to maturity obligasi 2. Untuk menganalisis dan memperoleh bukti empiris pengaruh inflasi terhadap yield to maturity obligasi 3. Untuk menganalisis dan memperoleh bukti empiris pengaruh likuiditas obligasi terhadap yield to maturity obligasi 1.5 Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagi Emiten Sebagai bahan masukan dalam mengambil kebijaksanaan pendanaan perusahaan dengan menggunakan obligasi, dimana perusahaan emiten dapat mengetahui pengaruh tingkat suku bunga, inflasi, dan likuiditas obligasi dalam kaitannya dengan yield to maturity obligasi yang diterbitkannya. 2. Bagi Investor Sebagai bahan masukan dalam melakukan analisis terhadap obligasi yang diperjualbelikan di pasar modal melalui tingkat suku bunga, inflasi, dan likuiditas obligasi untuk mengetahui pengaruhnya terhadap yield to maturity obligasi, sehingga calon investor dapat melakukan portofolio investasinya secara bijaksana. 8 3. Bagi Akademisi Dapat digunakan untuk memperdalam kajian teori mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi yield to maturity obligasi dan dapat menjadi referensi untuk penelitian selanjutnya. 1.6 Batasan Penelitian Terdapat beberapa batasan dalam penelitian ini yaitu: 1. Penelitian ini dilakukan pada rentang waktu dari 2010-2012 2. Penelitian ini menggunakan obligasi korporasi konvensional yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang diperdagangkan selama 2010-2012 yang memberikan bunga tetap dan belum jatuh tempo saat penelitian dilakukan 3. Penelitian menggunakan tiga variabel independen, yaitu tingkat suku bunga Indonesia yang diwakili oleh BI rate, tingkat inflasi Indonesia dan likuiditas obligasi 1.7 Sistematika Tesis Bab I: Pendahuluan Berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, keterbatasan penelitian dan sistematika penulisan. 9 Bab II: Landasan Teori Bab ini berisi landasan teori serta pengertian-pengertian teoritis yang relevan serta formulasi hipotesis Bab III: Metoda Penelitian Bab ini berisi tentang populasi, penentuan sampel penelitian, sumber data, definisi operasional, identifikasi variabel, prosedur pengolahan data dan prosedur pengujian hipotesis. Bab IV: Hasil Penelitian dan Pembahasan Bab ini berisi tentang analisis data, pengujian hipotesis, dan hasil dari pengujian tersebut serta pembahasan pada masing-masing hipotesis Bab V: Penutup Pada bab ini berisi tentang kesimpulan yang diperoleh dari hasil pengujian statistik pada bab sebelumnya, keterbatasan penelitian dan saran bagi penelitian berikutnya. 10