Pengelolaan Sumber Daya Alam Ikan di Indonesia

advertisement
TUGAS MATA KULIAH
Ekonomi Sumber Daya Alam Dan Lingkungan
”PENGELOLAAN
SUMBER DAYA ALAM IKAN INDONESIA”
Nama Kelompok :
1. AFRILIYANTI ISMEI (110231100052)
2. SATYAH
(110231100065)
3. ITA KUSUMA N.
(110231100060)
4. AHMAD ROZI
(110231100042)
5. M. ZAINUDDIN
(110231100044)
UNIVERSITAS TRUNOJOYO MADURA
BANGKALAN
2012
“ PENDAHULUAN “
Indonesia merupakan negara maritim dimana dua per tiga
wilayahnya adalah lautan, dan Indonesia mempunyai sector perikanan
yang sangat besar. Perairan laut Indonesia memiliki banyak sekali jenis
ikan sekitar 2500 species ikan, 253 jenis dari jumlah tersebut termasuk
jenis ikan hias, dan 132 jenis ikan yang bernilai ekonomi, menurut Dirjen
Perikanan berdasarkan perkiraan secara keseluruhan potensi lestari sumberdaya
perikanan laut Indonesia berjumlah 6,6 juta ton/tahun, terdiri dari 4,5 juta ton di perairan
Indonesia dan 2,1 juta ton diperairan ZEE. Perkiraan potensi tersebut berasal dari
beberapa jenis ikan laut, yaitu ikan pelagis kecil 3,5 ton, ikan perairan karang 0,048 juta
ton per tahun.
Dengan melihat data Dirjen Perikanan tersebut, bisa kita lihat begitu
melimpahnya Sumber Daya Alam Perikanan yang ada diPerairan Indonesia ini, akan
tetapi dalam pemanfaatan dan pengolahan sumberdaya alam tersebut masih belum
optimal dan kurang tepat sasaran. Penggunaan bom molotov dan racun sianida dalam
penangkapan ikan oleh para nelayanpun masih digunakan, penambangan di tengah laut
yang kurang memperhatikan nilai lingkungan tanpa antisipasi penanganan yang
memadai bila terjadi kebocoran, dan pencemaran yang berasal dari daratan (sampah
organik maupun anorganik) yang akan menimbulkan dampak yang sangat fatal yaitu
terhentinya proses regenerasi yang mengakibatkan kelangkaan, atau lebih jauh lagi, serta
kepunahan biota-biota yang hidup di perairan.
Dengan adanya sumber daya alam ikan yang begitu melimpah, hal tersebut
dapat meningkatkan perekonomian dengan cara meningkatkan ekspor perikanan dan
Indonesia dapat mencukupi kebutuhan pangan dalam negeri. akan tetapi hal tersebut
masih jauh dari sasaran, karena kurang optimalnya pengelolaan sumber daya alam ikan
dan pelestariannya. Serta masih kurangnya Perhatian masyarakat terhadap upaya
perlindungan, pelestarian, dan pemanfaatan sumber daya ikan.
Padahal dalam UU Perikanan no. 31 th. 2004, pasal 11telah dijelaskan tentang
masalah pengelolaan perikanan. Akan tetapi masih banyak masyarakat khususnya
nelayan yang tidak memperhatikan hal tersebut, masih kita jumpai para nelayan
menggunakan bom ikan atau racun untuk menangkap ikan, serta pukat harimaupun
digunakan, dan masih banyak yang lainny. Padahal dengan cara itu mereka akan
menghabiskan atau membuat punah habitat perikanan. Karena ikan kecil –kecil yang
seharusnya tidak tertangkap akan ikut tertangkap bahkan jika menggunakan bom dia
akan ikut mati, serta dampak lainnya adalah laut akan ikut tercemar oleh kegiatan
tersebut.
Sehingga dengan adanya hal tersebut, masyarakat dapat lebih memperhatikan
kembali dalam pengelolaan sumber daya alam perikanan, serta lebih menjaga
kelestarian perikanan dan habitatnya sehingga perikanan yang melimpah di perairan
Indonesia tidak menjadi punah, dan habitatnya dapat terus terjaga, agar dengan adanya
sumber daya alam peikanan dapat mencukupi kebutuhan local dan dapat menibgkatkan
perekonomian Negara Indonesia.
“ PERMASALAHAN “
Dalam pengelolaan sumber daya alam ikan dapat kita ketahui
permasalahan yang muncul, seperti semakin punahnya habitat ikan dilaut
karena penggunaan alat tangkap ikan seperti penggunaan Bom dan racun
yang berdampak pada pencemaran lautan dan pukat harimau yang dapat
membuat punah habitat ikan di laut, karena ikan-ikan kecil yang hidup
seharusnya tidak tertangkap jadi ikut tertangkap dan akan terbuang sia-sia.
Dilihat dari jenisnya perikanan termasuk jenis barang Common
Resorce, yang artinya dimana barang tersebut dapat dimiliki oleh semua
orang, akan tetapi dalam penggunaanya dapat mengurangi utilitas atau
kepuasan pengguna lainnya. Jika semua orang menggunakannya atau
mengambilnya untuk memupuk kekayaan pribadi hal tersebut akan
berdampak pada semua orang yang akan menggunakannya, yang kaya
semakin kaya, yang miskin semakin miskin.
Pengelolaan sumber daya alam ikan ini harus memperhatikan
perkembangbiakan ikan dan harus sesuai dengan aturan yang ada, karena
kalau tidak perikanan yang ada di lautan Indonesia akan habis dan punah.
Sehingga dengan keadaan tersebut Indonesia tidak bisa untuk mencukupi
kebutuhan local dan untuk ekspor kenegara lain.
Selain itu dalam punahnya habitat perikanan disebabkan juga oleh
perkembangbiakan ikan di laut. Menurut Theresia J.S dalam tulisannya
menyatakan, tinggi rendahnya kemampuan berkembang biak ini akan
mempengaruhi ketersediaan atau stok sumberdaya ikan. Hal ini
memberikan pedoman bahwa populasi sumberdaya ikan tidak boleh
dimanfaatkan secara sembarangan tanpa memperhatikan struktur umur dan
rasio kelamin dari populasi ikan yang tersedia. Apabila pemanfaatan
secara sembarangan dilakukan, berakibat pada umur dan struktur populasi
ikan yang tersisa mempunyai kemampuan memulihkan diri sangat rendah
atau lambat, berarti sumberdaya ikan tersebut berada pada kondisi hamper
punah.
“ PEMBAHASAN ”
A. Pengertian Pengelolaan Sumber Daya Alam Perikanan
Sering kali kita mendengar tentang kata-kata perikanan dan
pengelolaan
SDA,
SDI,
ataupun
SDM.
Akan
tetapi
untuk
pengertiannya sendiri kita kurang mengetahuinya. Dengan adanya hal
tersebut, membuat masyarakat menjadi kurang mengerti tentang
perikanan dan pengelolaan sumber daya ikan, karena kurangnya
pengetahuan dan wawasan masyarakat akan hal tersebut. Yang
mereka tau bahwa ikan hidupnya dilaut, dan pengelolaannya
dilakukan dengan cara penangkapan ikan melalui pukat harimau dan
menggunakan bom, serta racun yang berbahaya untuk habitat
perikanan dan keluatan.
Menurut Wikipedia bahasa Indonesia, Perikanan adalah
kegiatan manusia yang berhubungan dengan pengelolaan dan
pemanfaatan sumber daya hayati perairan. sedangkan Pengelolaan
sumberdaya ikan adalah suatu proses yang terintegrasi mulai dari
pengumpulan
informasi,
analisis,
perencanaan,
konsultasi,
pengambilan keputusan, alokasi sumber dan implementasinya, dalam
rangka menjamin kelangsungan produktivitas serta pencapaian tujuan
pengelolaan (FAO, 1997).
Dengan demikian, setelah mengetahui tentang perikanan dan
pengelolaan sumber daya ikan, diharapkan agar sumber daya ikan
dapat dimanfaatkan secara optimal dan mencapai kelangsungan
produktivitas sumber daya hayati yang terus menerus serta tidak ada
lagi pengelolaan sumberdaya ikan yang lebih mementingkan profit
untuk
memupuk
kekayaan
pribadi
akan
tetapi
pengelolaan
sumberdaya ikan dapat mencukupi kebutuhan local dan meningkatkan
perekonomian di indonesia. Sehingga dalam pengelolaan sumberdaya
ikan harus sesuai dengan UU Perikanan no. 31 th. 2004, Pasal 11 yang telah
dijelaskan tentang masalah pengelolaan perikanan
B. Tujuan
Tujuan dari adanya pengelolaan sumber daya ikan menurut
Widodo dan Nurhakim (2002) mengemukakan bahwa secara umum
pengelolaan sumber daya ikan memiliki tujuan utama yaitu :
1). Menjaga kelestarian produksi, terutama melalui berbagai regulasi
serta tindakan perbaikan (enhancement).
2). Meningkatkan kesejahteraan ekonomi dan social para nelayan
serta
3). Memenuhi keperluan industri yang memanfaatkan produksi
tersebut.
C. MODEL PENGELOLAAN
Menurut Nautika Fisheries dalam tulisan blognya, Pengelolaan
sumberdaya perikanan pada umumnya didasarkan pada 3 konsep,
yaitu:
1. Hasil maksimum yang lestari (Maximum Sustainable Yield)
Model ini biasa juga disebut dengan “MSY”. Konsep MSY
berangkat dari model pertumbuhan biologis yang dikembangkan
oleh seorang ahli Biologi bernama Schaefer pada tahun 1957. Inti
dari konsep ini adalah menjaga keseimbangan biologi dari
sumberdaya ikan, agar dapat dimanfaatkan secara maksimum
dalam waktu yang panjang. Pendekatan konsep ini berangkat dari
dinamika suatu stok ikan yang dipengaruhi oleh 4 (empat) factor
utama, yaitu rekrutment, pertumbuhan, mortalitas dan hasil
tangkapan.
Dengan
adanya
hal
tersebut,
dalam
Pengelolaan
sumberdaya ikan seperti ini lebih berorientasi pada pelestarian
sumberdaya (resource oriented) dan memperoleh hasil tangkapan
maksimum yang dapat dihasilkan dari sumberdaya tersebut.
Dengan kata lain, pengelolaan seperti ini belum berorientasi pada
perikanan
secara
keseluruhan
(fisheries
oriented),
apalagi
berorientasi pada manusia (social oriented).
2. Pendekatan Maximum Sustainable Yield
Model ini telah mendapat tantangan cukup keras, terutama dari
para ahli ekonomi yang berpendapat bahwa pencapaian “yield”
yang maksimum pada dasarnya tidak mempunyai arti secara
ekonomi. Hal ini berangkat dari adanya masalah “diminishing
return” yang menunjukkan bahwa kenaikan “yield” akan
berlangsung semakin lambat dengan adanya penambahan “effort”
(Lawson, 1984).
Dalam Pemikiran, menggunakan cara dengan memasukan
unsur ekonomi didalam pengelolaan sumberdaya ikan, telah
menghasilkan pendekatan baru yang dikenal dengan “Maximum
Economic Yield” atau lebih popular dengan “MEY”. Pendekatan
ini pada intinya adalah mencari titik yield dan effort yang mampu
menghasilkan selisih maksimum antara total revenue dan total cost.
3. Konsep “Optimum Sustainable Yield” (OSY)
sebagaimana
dikemukakan
oleh
Cunningham,
Dunn
dan
Whitmarsh (1985). Secara umum konsep ini dimodifikasi dari
konsep “MSY”, sehingga menjadi relevan baik dilihat dari sisi
ekonomi, social, lingkungan dan factor lainnya. Dengan demikian,
besaran dari “OSY” adalah lebih kecil dari “MSY” dan besaran dari
konsep inilah yang kemudian dikenal dengan “Total Allowable
Catch” (TAC). Konsep pendekatan ini mempunyai beberapa
kelebihan dibandingkan dengan “MSY”, diantaranya adalah :
1). Berkurangnya resiko terjadinya deplesi dari stok ikan
2). Jumlah tangkapan per unit effort akan menjadi semakin besar
3). Fluktuasi TAC juga akan menjadi semakin kecil dari waktu ke
waktu
D. Wilayah perairan Indonesia
Dalam rangka pengelolaan dan pemanfaatan, daerah penangkapan
ikan(fishing ground) dibagi menjadi 9 wilayah pengelolaan perikanan (WPP):
1. WPP1 (perairan selat malaka)
2. WPP2 (Perairan laut cina selatan)
3. WPP3 (perairan laut jawa)
4. WPP4 (perairan selat makasar dan laut flores)
5. WPP5 (perairan laut banda)
6. WPP6 (perairan laut seram dan teluk tomini)
7. WPP 7 (perairan laut sulawesi dan samudera pasifik)
8. WPP8 (perairan laut Arafura)
9. WPP9 (perairan samudera Hindia)
Menurut Dirjen Perikanan dalam Hasil pengkajian terakhir
yang
telah
dilakukan
terhadap
sumberdaya
ikan
Indonesia,
menunjukan bahwa jumlah potensi lestari adalah sebesar 6,409 juta
ton ikan/tahun, dengan tingkat eksploitasi pada tahun terakhir
mencapai angka 4,069 juta ton ikan/tahun (63,49%).
Dengan
demikian,
masih
ada
cukup
peluang
untuk
meningkatkan produksi perikanan nasional. Namun dengan demikian,
yang perlu diperhatikan adalah adanya beberapa zone penangkapan
ikan yang kondisi sumberdaya ikannya cukup memprihatinkan dan
sudah melampaui potensi lestarinya (over fishing), yaitu di perairan
Selat Malaka dan perairan Laut Jawa.
Akan tetapi di kedua perairan tersebut, terdapat beberapa
kelompok ikan (ikan pelagis besar dan ikan pelagis kecil di Selat
Malaka serta ikan demersal di Laut Jawa) yang masih mungkin untuk
dikembangkan eksploitasinya.
Sementara itu, di 7 (tujuh) zone penangkapan ikan lainnya,
tingkat pemanfaatan sumberdaya ikannya secara keseluruhan masih
berada dibawah potensi lestari, akan tetapi untuk beberapa kelompok
ikan sudah berada pada posisi “over fishing”. Sebagai contoh, udang
dan lobster di perairan Laut Cina Selatan, ikan demersal; udang dan
cumi-cumi di perairan Selat Makasar dan Laut Flores.
Oleh karena itu, pada beberapa perairan yang kondisi
pemanfaatan sumberdaya ikannya telah mendekati dan atau
melampaui potensi lestarinya, maka perlu kiranya mendapatkan
perlakuan khusus agar sumberdaya ikan yang ada tidak “collapse”.
Informasi tersebut, yang berkaitan dengan potensi dan penyebaran
sumberdaya ikan laut di perairan Indonesia, telah dipublikasikan oleh
“Komisi Nasional Pengkajian Stok Sumberdaya Ikan Laut” pada
tahun 1998.
“KESIMPULAN”
DAFTAR PUSTAKA
Download