UJI EFEKTIVITAS EKSTRAK ETANOL BERAS

advertisement
UJI EFEKTIVITAS EKSTRAK ETANOL BERAS MERAH TERHADAP PENURUNAN KADAR
GLUKOSA DARAH PADA TIKUS WISTAR (Rattus norvegicus)
YANG DIBERI BEBAN GLUKOSA
Dyan R. Sukandar dan Immanuel G. Poernomo
Jurusan Analis Kesehatan Poltekkes Kemenkes Manado
ABSTRACT
Diabetes mellitus ( DM ) is a disease in which the body can not produce insulin ( a hormone
regulating blood glucose ) . Therefore, it would lead to increased blood sugar when
examined . Food plays a role in the increase in blood glucose levels . Despite the fibrous
foods that contain carbohydrates , but still takes time to go through the digestive system , so
it has a low glycemic index . Red rice good for diabetics because it has a lower glycemic
index than white rice . Utilization of animal experiments carried out to rule the diagnosis in
the event of food poisoning , it can be selected Wistar rats as test animals . This study aims
to determine the effectiveness of red yeast rice in lowering blood glucose levels in Wistar
rats given glucose load . There is a significant result in the group treated with ethanol extract
of red rice 500mg/kg and 1000mg/kg bb bb the results are within the normal range .
Although the treatment with 100mg/kg body weight of rats , the results are not up to the
range of blood glucose levels in the range of normal mice . This is caused by the
concentration of ethanol extract of red rice is low . This study also shows that there are
differences in blood glucose levels significantly in each treatment group and at the time of
treatment with the vulnerable period of the 30th minute to minute 120 . Anti- diabetic effects
produced by drug glibenclamide can be used as positive controls with normal results .
Conclusion The ethanol extract of red yeast rice is effective against falling glucose levels
Wistar rats were given based on the concentration of glucose load and scan times .
Keywords : Blood glucose levels , ethanol extract of red rice , wistar rats .
PENDAHULUAN
Diabetes mellitus (DM) adalah suatu
penyakit
dimana
tubuh
tidak
dapat
menghasilkan insulin (hormon pengatur
glukosa darah) atau insulin yang dihasilkan
tidak mencukupi atau insulin tidak bekerja
dengan baik.
Oleh karena itu akan
menyebabkan gula darah meningkat saat
diperiksa (Widjaja, 2007).
Tjandra
Yoga
mengatakan
berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas)
2007,
prevalensi
nasional
diabetes mellitus berdasarkan pemeriksaan
gula darah pada penduduk usia 15 tahun ke
atas di perkotaan sebanyak 5,7% dari total
penduduk di perkotaan Indonesia. Menurut
penelitian Wahdah pada 2011, prevalensi
diabetes di Sulawesi Utara pada penduduk
usia 30 tahun ke atas yaitu sebanyak 6,1%
(Masykur, 2012). Diabetes mempunyai
spesifikasi
tersendiri
jika
dilihat
dari
penyebabnya.
World Health Organization (WHO)
mendefinisikan 3 tipe diabetes, yaitu; diabetes
tipe 1, diabetes tipe 2 dan Gestational
Diabetes ( Terjadi pada wanita hamil ). Meski
memiliki persamaan yang berhubungan
dengan kelebihan kadar gula dalam tubuh,
diabetes tipe 1 dan 2 mempunyai beberapa
perbedaan yang sangat mendasar. Diabetes
tipe 1 disebabkan oleh kerusakan pankreas
yang
mengakibatkan
produksi
insulin
berkurang, sementara diabetes tipe 2
disebabkan oleh resistensi insulin, dalam arti
insulinnya cukup tetapi tidak bekerja dengan
baik dalam mengontrol kadar gula dalam
darah (Widjaja, 2007). Oleh sebab itu,
penderita diabetes harus memperhatikan
makanan yang sebaiknya dikonsumsi.
Makanan memegang peranan dalam
peningkatan kadar glukosa darah. Makanan
akan dicerna di dalam saluran cerna dan
kemudian akan diubah menjadi suatu bentuk
gula yang disebut glukosa. Kemudian gula
ini diserap oleh dinding usus kemudian
beredar di dalam aliran darah. Selanjutnya,
gula tersebut akan didistribusikan ke sel-sel
tubuh (Nurrahmani, 2012).
Makanan yang sedikit atau tidak
mengandung karbohidrat memiliki indeks
glikemik mendekati nol. Meskipun terdapat
makanan
berserat
yang
mengandung
karbohidrat, tetapi tetap membutuhkan waktu
untuk melewati sistem pencernaan, sehingga
memiliki indeks glikemik yang rendah. Serat
juga membantu memperlambat masuknya
gula ke dalam aliran darah, semakin sedikit
makanan mengandung gula yang mudah
dicerna, semakin kecil indeks glikemiknya.
(Prabowo, 2011).
Indeks Glikemik (IG) adalah angka
atau nilai yang menunjukkan potensi
peningkatan gula darah dari karbohidrat yang
tersedia pada suatu pangan atau secara
sederhana dapat dikatakan sebagai tingkatan
pangan menurut efeknya terhadap kadar
glukosa darah. Varietas yang berbeda pada
jenis pangan juga akan mempengaruhi IG
pangan
tersebut,
contohnya
adalah beras yang memiliki kisaran IG antara
50 – 70 (Wolever, 2006).
Nasi merah baik untuk penderita
diabetes karena memiliki indeks glikemik yang
lebih rendah dibandingkan nasi putih. Hal ini
dikarenakan kandungan seratnya yang tinggi.
Pada umumnya, beras mengalami proses
penggilingan yang menyebabkan hilangnya
sebagian besar serat serta vitamin dan
mineral. Karena kandungan seratnya yang
tinggi itulah nasi merah tidak meningkatkan
gula darah secara drastis (Archives Internal
Medicine, 2010).
Penelitian Qi Sun menjelaskan
bahwa
beras
merah
hanya
sedikit
meningkatkan kadar gula darah dalam tubuh
dibandingkan dengan beras putih. Hasil yang
didapatkan dari studi ini adalah mengganti
sepertiga porsi beras putih dengan beras
merah bisa menurunkan risiko diabetes tipe 2
hingga 16 persen (Bararah, 2010). Pada
rencana penelitian ini, hal ini akan diuji pada
hewan percobaan.
Utami (1989) menyebutkan bahwa
pemanfaatan hewan percobaan menurut
pengertian secara umum ialah untuk
penelitian yang mendasarkan pengamatan
aktivitas biologik. Tergantung pada bidang
ilmu yang dibina dan di lingkungan apa suatu
laboratorium itu bernaung, maka pemanfaatan
hewan percobaan ini akan mengarah ke suatu
tujuan secara khusus.
Di bidang kedokteran, pemanfaatan
hewan percobaan ini dilakukan untuk
penegakan
diagnosa
pada
kejadian
keracunan
makanan,
pengawasan
pencemaran pestisida maupun penelitian
khasiat suatu makanan dan buah-buahan.
Karena tujuan akhir dari pemanfaatan hewan
percobaan ini adalah untuk keselamatan
manusia, maka hewan percobaan yang akan
dipakai dipilih yang mempunyai sifat- sifat
respon biologik dan adaptasi mendekati
manusia. Akan tetapi karena dari segi
pengadaannya tidak selalu lancar, sedangkan
dari segi pemeliharaan juga memerlukan
biaya yang besar, maka tikus wistar dapat
dipilih sebagai alternatif (Utami, 1989).
BAHAN DAN CARA
Bahan :
1. glukometer lengkap
2. jarum suntik oral
3. alat evaporator
4. toples bertutup alumunium foil
5. timbangan analitik
6. timbangan untuk tikus wistar
7. alat penghitung waktu
8. gelas beaker
9. glukosa monohidrat
10. Carboxy Methyl Cellulose (CMC) 0,5%
11. beras merah
12. ethanol 95%
13. obat glibenklamid.
Cara :
1. Pembuatan ekstrak beras merah (Metode
maserasi), dengan cara berikut :
a. Lima ratus gram beras merah
digojok, lalu direndam dalam
alkohol 95% sambil diaduk selama
24 jam
b. Kemudian filtrat disaring hingga
menjadi jernih
c. Lalu diuapkan pada suhu rendah
dengan menggunakan evaporator,
sesuai prosedur kerja dari alat
kerja tersebut.
2. Cara penggunaan alat evaporator :
a. Alat dinyalakan dan suhu beserta
perputaran alat diatur pada 750 C
dan dengan kecepatan 75 rpm.
b. Masukkan selang yang ada pada
alat ke dalam topless berisi filtrat
beras merah yang sudah jernih.
c. Etanol diuapkan dan tersisa
ekstrak etanol beras merah pada
tabung alat.
d. Ekstrak etanol beras merah
diambil dan ditaruh pada gelas
beaker.
3. Tikus dipuasakan selama 16 – 18 jam,
hanya diberi air saja (Tulus, 2012)
4. Tikus yang diberikan beban glukosa
hanya pada kelompok 2, 3, 4, 5 dan 6
a. Berdasarkan tabel konversi berat
hewan uji coba tikus terhadap
manusia, setiap 75 gram kadar
pemberian beban glukosa dikali
0,018 menjadi 1,35 gram/200
gram berat badan (BB) tikus,
tambahkan dengan CMC 0,5%
hingga 2,5 ml/ 200 gram bb tikus.
b. Pemberian
beban
glukosa
dilakukan secara oral
5.
6.
7.
8.
Tikus diberi glibenklamid dan ekstrak
etanol beras merah
a. Pada kelompok kontrol positif (3),
tikus
diberikan
0,09
mg
glibenklamid hasil perhitungan
pada tabel konversi tikus dengan
manusia tambahkan dengan CMC
0,5% hingga 2,5 ml/200 gram bb
tikus
b. Pada kelompok 4 tikus diberikan
ekstrak etanol beras merah 100
mg/kg bb tikus tambahkan dengan
CMC 0,5% hingga 2,5 ml/ 200 gr
bb tikus
c. Pada kelompok 5 tikus diberikan
ekstrak etanol beras merah 500
mg/kg bb tikus tambahkan dengan
CMC 0,5% hingga 2,5 ml/ 200 gr
bb tikus
d. Pada kelompok 6 tikus diberikan
ekstrak etanol beras merah 1000
mg/kg bb tikus tambahkan dengan
CMC 0,5% hingga 2,5 ml/ 200 gr
bb tikus
Pada kelompok kontrol normal (1), tikus
diberi makanan tikus biasa
Pada kelompok kontrol negatif (2),
setelah diberi beban glukosa tikus tidak
diberi asupan makanan apapun.
Kadar glukosa darah tikus diperiksa pada
menit 30, 60, 90 dan 120.
HASIL
Hasil pengujian kadar glukosa darah pada
tikus wistar dapat dilihat pada tabel-tabel
dibawah ini. Data merupakan hasil dalam
satuan mg/dl dengan pengujian 3 kali ulangan
yang dilengkapi nilai rata-rata dan standar
deviasi.
Hasil pengujian kadar glukosa darah
pada tikus wistar yang dijadikan kelompok
kontrol normal dengan hanya memberikan
makanan tikus biasa sebanyak 90 gram/ hari,
dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 1. Data Glukosa darah tikus wistar kelompok kontrol normal
Kelompok
Kontrol
Normal
Tikus
No.
1
2
3
Rata-rata
Std. Deviasi
30
105
115
93
104,33
+11,02
Kadar glukosa darah pada menit ke60
90
120
102
103
103
112
109
104
96
96
99
103,33
102,67
102
+8,08
+6,51
+2,65
Tabel 1 menunjukkan bahwa hasil
data glukosa darah tikus kelompok kontrol
normal ada dalam rentang 104,33 mg/dl – 102
mg/dl. Hasil ini termasuk dalam kadar normal
glukosa darah tikus, yaitu antara 50 mg/dl –
135 mg/dl.
Hasil pengujian kadar glukosa darah
pada tikus wistar yang dijadikan kelompok
kontrol negatif dengan hanya memberikan
beban glukosa sebanyak 1,35 mg/ 200 gram
berat badan tikus yang dilarutkan dengan
CMC 0,5% hingga menjadi 2,5 ml/ 200 gram
berat badan tikus, dapat dilihat pada tabel
berikut.
Tabel 2. Data Glukosa darah tikus wistar kelompok kontrol negatif
Kelompok
Kontrol
Negatif
Rata-rata
Std. Deviasi
Tikus
No.
1
2
3
30
154
155
157
155,33
+1,53
Kadar glukosa darah pada menit ke60
90
174
172
456
307
229
213
286,33
+149,49
Tabel 2 menunjukkan bahwa kadar
glukosa darah tikus mengalami kenaikan
dengan kisaran antara 155,33 mg/dl –
286,33mg/dl per rata-rata tikus. Dengan
pembebanan glukosa, kelompok tikus ini bisa
dijadikan kontrol negatif karena nilai kadar
glukosa darah tikus berada tidak pada rentang
nilai normal 50 mg/dl – 135mg/dl.
Hasil pengujian kadar glukosa darah
pada tikus wistar yang dijadikan kelompok
230,67
+69,21
120
174
170
182
175,33
+6,11
kontrol positif dengan memberikan 0,09 mg
glibenklamid yang disuspensikan dengan
CMC 0,5% hingga menjadi 2,5ml/ 200 gram
berat badan tikus, setelah memberikan beban
glukosa sebanyak 1,35 mg/ 200 gram berat
badan tikus yang dilarutkan dengan CMC
0,5% hingga menjadi 2,5 ml/ 200 gram berat
badan tikus, dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 3. Data Glukosa darah tikus wistar kelompok kontrol positif
Tikus
No.
Kelompok
Kontrol
Positif
1
2
3
Rata-rata
Std. Deviasi
30
140
101
94
111,67
+24,78
Kadar glukosa darah pada menit ke60
90
197
121
99
82
188
142
161,33
+54,17
Tabel 3 menunjukkan bahwa kadar
glukosa darah pada tikus per rata-rata dan
dengan standard deviasi yang tinggi, yaitu
berkisar antara 161,33 mg/dl – 109,67 mg/dl.
Dengan demikian kelompok tikus ini dapat
dijadikan kelompok kontrol positif.
Hasil pengujian kadar glukosa darah
pada tikus wistar yang dijadikan kelompok
perlakuan 1 dengan memberikan ekstrak
etanol beras merah sebanyak 100mg / kg
115
+30,45
120
105
94
130
109,67
+18,45
berat badan tikus yang disuspensikan dengan
CMC 0,5% hingga menjadi 2,5ml/ 200 gram
berat badan tikus, setelah memberikan beban
glukosa sebanyak 1,35 mg/ 200 gram berat
badan tikus yang dilarutkan dengan CMC
0,5% hingga menjadi 2,5 ml/ 200 gram berat
badan tikus, dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4. Data Glukosa darah tikus wistar kelompok perlakuan 1
Kelompok
Beras merah
100mg/kg bb
Rata-rata
Std. Deviasi
Tikus
No.
1
2
3
30
183
174
155
170,67
+14,29
Kadar glukosa darah pada menit ke60
90
192
152
172
164
140
138
168
+26,23
Tabel 4 menunjukkan bahwa hasil
kadar glukosa darah mengalami penurunan,
tetapi belum pada rentang nilai normal, yaitu
berkisar antara 170,67 mg/dl – 143,67 mg/dl.
Hasil pengujian kadar glukosa darah pada
tikus wistar yang dijadikan kelompok
perlakuan 2 dengan memberikan ekstrak
etanol beras merah sebanyak 500mg / kg
151,33
+13,01
120
152
140
139
143,67
+7,23
berat badan tikus yang disuspensikan dengan
CMC 0,5% hingga menjadi 2,5ml/ 200 gram
berat badan tikus, setelah memberikan beban
glukosa sebanyak 1,35 mg/ 200 gram berat
badan tikus yang dilarutkan dengan CMC
0,5% hingga menjadi 2,5 ml/ 200 gram berat
badan tikus, dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 5. Data Glukosa darah tikus wistar kelompok perlakuan 2
Tikus
No.
Kelompok
Beras merah
500mg/kg bb
1
2
3
Rata-rata
Std. Deviasi
30
142
155
155
150,67
+7,51
Kadar glukosa darah pada menit ke60
90
120
137
136
141
128
129
122
121
128
118
128,67
131
127
+8,02
+4,36
+12,29
Tabel 5 menunjukkan bahwa hasil
glukosa darah tikus mengalami penurunan
dan pada menit ke- 120 sudah dalam kisaran
nilai glukosa darah normal, dengan rentang
hasil antara 150,67 mg/dl – 127 mg/dl.
Hasil pengujian kadar glukosa darah
pada tikus wistar yang dijadikan kelompok
perlakuan 3 dengan memberikan ekstrak
etanol beras merah sebanyak 1000mg / kg
berat badan tikus yang disuspensikan dengan
CMC 0,5% hingga menjadi 2,5ml/ 200 gram
berat badan tikus, setelah memberikan beban
glukosa sebanyak 1,35 mg/ 200 gram berat
badan tikus yang dilarutkan dengan CMC
0,5% hingga menjadi 2,5 ml/ 200 gram berat
badan tikus, dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 6. Data Glukosa darah tikus wistar kelompok perlakuan 3
Kelompok
Beras merah
1000mg/kg
Bb
Rata-rata
Std. Deviasi
Tikus
No.
1
2
3
30
122
199
130
150,33
+42,34
Kadar glukosa darah pada menit ke60
90
120
121
118
101
128
122
108
132
126
91
127
122
100
+5,57
+4
+8,54
Tabel 6 menunjukkan bahwa hasil
glukosa darah berada dalam kisaran normal,
dengan rentang 100 mg/dl per rata-rata menit
ke- 120. Dengan hasil penurunan berkisar
antara 150,33 mg/dl – 100 mg/dl.
PEMBAHASAN
bahwa sebelum dilakukan pembebanan
glukosa pada setiap kelompok tersebut, perlu
dilakukan puasa selama 16-18 jam agar nilai
glukosa darah akan naik setelah induksi
glukosa .Kontrol normal menunjukkan bahwa
hasil data glukosa darah tikus kelompok
kontrol normal ada dalam rentang 104,33
mg/dl – 102 mg/dl. Hasil ini termasuk dalam
kadar normal glukosa darah tikus, yaitu antara
50 mg/dl – 135 mg/dl. Kontrol negatif
menunjukkan bahwa kadar glukosa darah
tikus mengalami kenaikan dengan kisaran
antara 155,33 mg/dl – 286,33mg/dl per rata-
Dalam
penelitian ini,
sebelum
dilakukan uji efektivitas ekstrak etanol beras
merah terhadap penurunan kadar glukosa
darah, perlu dilakukan pembebanan glukosa
untuk membuat tikus wistar berada dalam
keadaan hiperglikemik atau glukosa darah
meningkat. Tetapi pada kelompok kontrol
normal tidak dilakukan pembebanan glukosa
karena fungsi dari kontrol normal adalah untuk
melihat perjalanan nilai kadar glukosa pada
tikus wistar normal. Tulus (2012) mengatakan
rata tikus. Dengan pembebanan glukosa,
kelompok tikus ini bisa dijadikan kontrol
negatif karena nilai kadar glukosa darah tikus
berada tidak pada rentang nilai normal 50
mg/dl – 135mg/dl.
Kontrol positif menunjukkan bahwa
kadar glukosa darah pada tikus per rata-rata
dan dengan standard deviasi yang tinggi,
yaitu berkisar antara 161,33 mg/dl – 109,67
mg/dl. Dengan demikian kelompok tikus ini
dapat dijadikan kelompok kontrol positif.
Kelompok perlakuan 1 menunjukkan
bahwa hasil kadar glukosa darah mengalami
penurunan, tetapi belum pada rentang nilai
normal, yaitu berkisar antara 170,67 mg/dl –
143,67 mg/dl. Kelompok perlakuan 2
menunjukkan bahwa hasil glukosa darah tikus
mengalami penurunan dan pada menit ke120 sudah dalam kisaran nilai glukosa darah
normal, dengan rentang hasil antara 150,67
mg/dl – 127 mg/dl. Kelompok perlakuan 3
menunjukkan bahwa hasil glukosa darah
berada dalam kisaran normal, dengan rentang
100 mg/dl per rata-rata menit ke- 120. Dengan
hasil penurunan berkisar antara 150,33 mg/dl
– 100 mg/dl.
Pada kontrol negatif, tidak perlu ada
pemberian asupan makanan apapun setelah
pembebanan glukosa agar nilai glukosa darah
murni hiperglikemik. Pada kontrol positif, tikus
wistar diberi suspensi glibenklamid sebagai
anti diabetik atau anti hiperglikemik yang
sudah teruji secara klinis.
Pada kelompok perlakuan dengan
ekstrak etanol beras merah dengan ratio
1:5:10, terjadi perbedaan hasil yang
signifikan. Hal ini disebabkan oleh konsentrasi
yang lebih tinggi pada keadaan maksimal
pada penelitian ini sangat efektif dengan
keadaan hiperglikemik pada tikus wistar dan
menjadikan kadar glukosa darah mendekati
normal.
Dari data yang diperoleh hasil
glukosa darah tikus tertinggi ada dalam
kelompok kontrol negatif pada tikus nomor 2
menit ke- 60. Hasil paling rendah ada dalam
kelompok perlakuan dengan asupan 1000
mg/kg bb tikus ekstrak etanol beras merah.
Penelitin ini juga menunjukkan bahwa
peningkatan drastis glukosa darah tikus wistar
setelah pemberian beban glukosa, ada pada
menit ke- 60, dan mulai menurun pada menit
ke- 90 hingga menit ke-120.
Beras merah termasuk indeks
glikemik
sedang,
meskipun
Indeks
glikemiknya sedang tapi bila dikonsumsi oleh
penderita diabetes dapat memberikan efek
yang baik karena adanya kandungan pigmen
antosianin yang melapisi endosperm beras.
Pigmen antosianin yang terkandung dalam
beras merah dapat mencegah komplikasi
diabetes dengan cara mengurangi kolagen
abnormal pada pembuluh darah akibat ikatan
gula dalam darah dengan protein (Aguskrisno,
2012).
Penelitian ini sejalan dengan hasil
penelitian Qi Sun yang ditulis oleh Bararah
(2010), bahwa beras merah menurunkan
glukosa darah atau bahkan menghambat
jalannya glukosa darah. Hal ini menunjukkan
bahwa reaksi ekstrak etanol beras merah
efektif terhadap penurunan kadar glukosa
darah pada tikus wistar yang diberi beban
glukosa berdasarkan konsentrasi pemberian
dan waktu pemeriksaan.
SIMPULAN
Berdasarkan penelitian ini, dosis
glukosa 1,35 gr/200 gr berat badan tikus
wistar terbukti dapat menimbulkan keadaan
hiperglikemik selama percobaan berlangsung.
Penelitin ini juga menunjukkan bahwa
peningkatan drastis glukosa darah tikus wistar
setelah pemberian beban glukosa, ada pada
menit ke- 60, dan mulai menurun pada menit
ke- 90 hingga menit ke-120.
Tiga dosis ekstrak etanol beras
merah dgn ratio 1:5:10, mampu menurunkan
kadar glukosa dalam darah, walaupun pada
perlakuan dengan 100mg/kg berat badan
tikus, hasil kadar glukosa darah belum
berkisar pada nilai normal glukosa darah
tikus. Hal ini disebabkan oleh konsentrasi
ekstrak etanol beras merah yang rendah. Efek
anti diabetik yang dihasilkan oleh obat
glibenklamid bisa dijadikan kontrol positif
dengan hasil normal.
Penelitian ini menyimpulkan bahwa
pemberian ekstrak etanol beras merah efektif
terhadap penurunan kadar glukosa darah
tikus wistar yang diberi beban glukosa
berdasarkan konsentrasi pemberian dan
waktu pemeriksaan.
SARAN
Penelitian ini membuktikan bahwa
mengkonsumsi
beras
merah
dapat
menurunkan glukosa darah. Karya tulis ilmiah
ini
dapat
dijadikan
referensi
bahwa
mengkonsumsi beras merah baik untuk
menjaga kestabilan kadar glukosa darah.
Peneliti menyarankan agar dilakukan
penelitian lebih lanjut bagi peneliti yang
berminat. Hal ini diupayakan agar lebih
banyak lagi referensi mengenai cara
menurunkan kadar glukosa darah.
DAFTAR PUSTAKA
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Aguskrisno. (2012). Menu Beras Merah
Solusi Makanan Pengganti Beras Putih
Untuk Penderita Diabetes. Diakses dari
http:aguskrisnoblog.wordpress.com
Anonim.
Riskesdas
(2007).
http://www.depkes.go.id/index.php/berita/t
ahun-2030-prevalensi-diabetes-melitusdi-indonesia.html. Diakses 10 Februari
2013.
Archives of Internal Medicine, (2010). 170
(11):
961-969.
Diakses
dari
http://www.tropicanaslim.com/berasmerah-untuk-diabetes
Bararah, V. (2010). Diakses dari
http://detikhealth.com
Junaidi,
I.
(2009).
Pengenalan,
Pengobatan dan Pencegahan Kencing
Manis. Bhuana Ilmu Populer, Jakarta.
Masykur, F. (2012). Implementasi Sistem
Pakar Diagnosis Penyakit Diabetes
Mellitus
Diakses
di
http://eprints.undip.ac.id/36016/1/Fauzan_
Masykur.pdf
7. Nurrahmani, U. (2011). Stop Diabetes.
Familia Pustaka Keluarga, Jakarta
8. Prabowo, S. (2011). Indeks Glikemik: Arti
dan
Manfaatnya.
Diakses
dari
http://majalahkesehatan.com/
9. Utami, P. (1989). Penggunaan Hewan –
Hewan Percobaan di Laboratorium. ITB,
Bogor.
10. Tulus, W. (2012). Cara Menurunkan
Kadar Gula Darah Tinggi. Diakses dari
http://www.wayantulus.com/caramenurunkan-kadar-gula-darah-tinggi
11. Widjaja, A. (2007). Klinik Diabetes
Nusantara
diakses
dari
http://www.klinikdiabetesnusantara.com
12. Wolever T. (2006). (dalam bahasa
English). The Glycaemic Index - A
Physiological Classification of Dietary
Carbohydrate.
Diakses
dari
http://id.wikipedia.org/wiki/Indeks_Glikemi
k/
Download