PENGARUH PEMBERIAN ALLOPURINOL TERHADAP EFEK HIPOGLIKEMIK GLIKLAZID YANG DIBERIKAN PADA TIKUS (Rattus norvegicus) Friska Novri Pongbala, Kus Haryono, dan Usmar Fakultas Farmasi, Universitas Hasanuddin, Makassar ABSTRAK Telah dilakukan penelitian tentang pengaruh pemberian allopurinol terhadap gliklazid yang diberikan secara bersama terhadap kadar glukosa darah pada tikus (Rattus norvegicus). Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian allopurinol terhadap efek gliklazid. Dalam penelitian ini menggunakan 9 ekor tikus jantan yang dibagi dalam 3 kelompok, tiap kelompok terdiri atas 3 ekor, sebelum perlakuan hewan uji dipuasakan 8 jam lalu kadar glukosa darah diukur sebagai glukosa darah puasa. Kemudian diberikan larutan glukosa 5% b/v, Kelompok I diberi gliklazid 1,44 mg/5 ml, kelompok II diberi allopurinol 1,8 mg/5 ml bersama gliklazid 1,44 mg/5 ml, dan kelompok ke III diberi allopurinol 1,8 mg/5 ml. Pemberian dilakukan secara per oral dengan volume pemberian 5 ml/200 g BB. Hasil penelitian menunjukkan bahwa besarnya laju penurunan kadar glukosa darah kelompok I, II dan III secara berurut 19,66, 22,80 dan 13,91. Berdasarkan analisis statistik dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dilanjutkan dengan uji Beda Jarak Nyata Duncan (BJND), menunjukkan bahwa pemberian allopurinol terhadap gliklazid yang diberikan secara bersama memberikan efek yang tidak berbeda nyata dengan pemberian tunggal gliklazid, namun efek hipoglikemik dari pemberian allopurinol terhadap gliklazid lebih baik daripada pemberian gliklazid, atau allopurinol meningkatkan efek gliklazid pada tikus (Rattus norvegicus). Kata kunci : allopurinol, gliklazid, hipoglikemik, tikus katkan sensitivitas sel-sel -Langerhans terhadap stimulus glukosa. Gliklazid juga memperbaiki sekresi insulin, terutama sekresi fase pertama, yang umumnya rusak atau berkurang pada DM tipe 2 atau DM yang tidak bergantung insulin. Hipoglikemik sering diakibatkan oleh obat-obat antidiabetik oral dengan masa kerja panjang (5). Sedangkan allopurinol berguna untuk mengobati penyakit pirai karena dapat menurunkan kadar asam urat yang bekerja dengan menghambat xantin oksidase, enzim yang mengubah hipoxantin menjadi xantin dan selanjutnya menjadi asam urat. Interaksi antar obat dapat berakibat menguntungkan ataupun merugikan. Mekanisme interaksi obat secara garis besar dapat dibedakan atas 3 mekanisme yakni : a) interaksi farmaseutik atau inkompabilitas, b) interaksi farmakokinetik, dan c) interaksi farmakodinamik (6). Sulfonilurea yang diberikan bersama allopurinol mengakibatkan berkurangnya ekskresi sulfonilurea atau metabolit lain dalam urin sehingga efek hipoglikemik dari obat-obat sulfonilurea meningkat (7). Allopurinol yang diberikan bersama glibenklamid salah satu derivat sulfonilurea dapat meningkatkan efek glibenklamid terhadap kadar glukosa darah tikus (8). Sedangkan pengaruh allopurinol terhadap gliklazid yang juga termasuk derivat sulfonilurea, diduga dapat juga meningkatkan efek dari gliklazid. PENDAHULUAN Beberapa studi menunjukkan peningkatan konsentrasi asam urat serum memegang peranan pada terjadinya pasien hipertensi, DM tipe 2, dan pada pasien penyakit jantung dan vaskuler. Kebanyakan penderita pirai juga menderita diabetes melitus, hal ini dikarenakan tingginya kadar asam urat dapat menimbulkan terjadinya resistensi insulin sehingga kadar gula darah meningkat (1). Diabetes mellitus (DM) merupakan penyakit kelainan metabolisme karbohidrat, lemak dan protein yang disebabkan oleh kurangnya hormon insulin sehingga kadar gula darah meningkat (2). Salah satu efek insulin yang terpenting adalah meningkatkan absorbsi glukosa setelah makan kemudian disimpan di hati dalam bentuk glikogen (3). Sedangkan gout merupakan sekumpulan dari gangguan pada metabolisme purin dan asam urat sehingga kadar asam urat dalam darah meningkat (hiperurisemia). Hiperurisemia dapat mengakibatkan pembentukan kristal natrium urat di dalam jaringan, terutama pada ginjal dan sendi (4). Salah satu obat yang sering digunakan pada pengobatan diabetes melitus adalah gliklazid, sedangkan pada pengobatan pirai adalah allopurinol. Gliklazid termasuk golongan sulfonilurea yang bekerja merangsang sekresi insulin dari selsel -Langerhans kelenjar pankreas dan mening51 52 Majalah Farmasi dan Farmakologi, Vol. 17, No.2 – Juli 2013, hlm. 51 – 54 (ISSN : 1410-7031) Berdasarkan hal di atas maka telah dilakukan penelitian tentang pengaruh pemberian allopurinol terhadap efek hipoglikemik gliklazid yang diberikan pada tikus. Pengambilan darah dilakukan sebelum dan sesudah pemberian obat dengan interval waktu yang telah ditentukan. Kadar glukosa ditentukan dengan menggunakan glukometer (Nesco). Maksud penelitian ini adalah untuk melihat pengaruh interaksi yang terjadi antara allopurinol dan gliklazid yang diberikan secara bersamaan. Dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian allopurinol terhadap efek hipoglikemik gliklazid yang diberikan pada tikus jantan (Rattus norvegicus). METODE PENELITIAN Alat dan Bahan Yang Digunakan Alat-alat yang digunakan antara lain gelas ukur (Pyrex), glukometer (Nesco), labu tentukur 100 ml (Pyrex), spoit 10 ml, timbangan analitik (Sartorius), dan timbangan hewan (Berkel). Bahan-bahan yang digunakan adalah air suling, larutan glukosa, natrium CMC 1% b/v, strip glukometer, tablet allopurinol, tablet gliklazid. koloidal natrium CMC 1% sedikit demi sedikit dan digerus sampai homogen, lalu dimasukkan ke dalam labu tentukur 100 ml dan dicukupkan volumenya dengan larutan koloidal Natrium CMC 1%. Pemilihan dan Perlakuan Pada Hewan Uji Hewan uji yang digunakan adalah tikus jantan (Rattus norvegicus) yang berbadan sehat sebanyak 9 ekor. Sebelum diberi perlakuan, semua tikus dalam masing-masing kelompok dipuasakan terlebih dahulu selama 8 jam, setelah itu berat badannya ditimbang dan dikelompokkan. Hewan uji tikus sebanyak 9 ekor dibagi dalam tiga kelompok perlakuan. Kelompok pertama hanya diberi suspensi 5 ml gliklazid 80 mg, kemudian kelompok kedua diberi suspensi 5 ml gliklazid 80 mg bersama allopurinol 100 mg, dan kelompok ketiga hanya diberikan 5 ml allopurinol 100 mg. Setelah dipuasakan diambil darahnya melalui ekor untuk ditentukan kadar glukosa darah awal. Pengukuran Kadar Glukosa Darah Sebelum pengambilan darah, glukometer diaktifkan terlebih dahulu, kemudian strip dimasukkan ke dalamnya. Darah diambil dari ekor hewan kemudian diteteskan pada strip dari glukometer. Pembuatan Larutan Glukosa 5 g/100 ml Pengambilan Data dan Analisis Data Glukosa sebanyak 5 g dilarutkan dalam air secukupnya kemudian dicukupkan volumenya hingga 100 ml. Hasil dari pengukuran kadar glukosa darah tikus dicatat dalam bentuk tabel dan dianalisis secara statistik dengan metode rancangan acak lengkap untuk melihat efek dosis gliklazid yang diberikan bersama allopurinol terhadap glukosa darah. Penyiapan Larutan Koloidal Natrium CMC 1% Sebanyak 1 g Natrium CMC dimasukkan sedikit demi sedikit ke dalam 50 ml air suling panas (70°C), sambil diaduk dengan pengaduk elektrik hingga terbentuk larutan koloidal, kemudian dicukupkan volumenya dengan air suling dalam labu tentukur hingga 100ml. Penyiapan Suspensi Allopurinol 1,8 mg/5 ml Sebanyak 20 tablet allopurinol ditimbang dan dihitung bobot rata-rata 1 tablet lalu digerus hingga menjadi serbuk. Sebanyak 108,54 mg serbuk tablet dimasukan ke dalam lumpang, ditambah larutan koloidal natrium CMC 1% sedikit demi sedikit dan digerus sampai homogen, lalu dimasukkan ke dalam labu tentukur 100 ml dan dicukupkan volumenya dengan larutan koloidal natrium CMC 1%. Penyiapan Suspensi Gliklazid 1,44 mg/5 ml Sebanyak 20 tablet gliklazid ditimbang dan dihitung bobot rata-rata 1 tablet lalu digerus hingga menjadi serbuk. Sebanyak 59,22 mg serbuk tablet dimasukkan ke dalam lumpang, ditambah larutan HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian allopurinol dengan dosis 1,8 mg/200 g terhadap efek hipoglikemik gliklazid 1,44 mg/200 g yang diberikan pada tikus. Tikus (Rattus novergicus) jantan sebanyak 9 ekor digunakan pada percobaan ini dalam keadaan sehat dengan bobot badan 170-200 g/BB. Hal ini dikarenakan apabila menggunakan tikus betina sistem hormonalnya tidak stabil dibandingkan dengan tikus jantan, serta tikus betina memiliki kadar glukosa darah lebih tinggi pada saat bunting, sehingga dapat mempengaruhi hasil penelitian. Sebelum perlakuan, hewan uji tikus terlebih dahulu dipuasakan selama 8 jam untuk menghindari pengaruh makanan dan obat lain terhadap pengukuran kadar glukosa darah serta untuk meningkatkan kecepatan absorpsi obat dan memudahkan pemberian sediaan secara oral. Selama dipuasakan, sekam dikeluarkan dari kandang, agar tidak termakan oleh hewan coba. Friska Novri Pongbala, dkk, Pengaruh pemberian Allopurinol terhadap Efek Hipoglikemik Gliklazid 53 Tabel 1. Perubahan kadar glukosa darah pada tikus jantan sebagai efek pemberian sediaan uji allopurinol dengan gliklazid Kadar Kadar Glukosa Darah Pada Jam ke 5 Setelah Kadar Glukosa Laju Penurunan Pemberian Sediaan (mg/dL) Glukosa Perlakuan Darah Kadar glukosa, Induksi Puasa K (mg/dl. jam) 1 2 3 4 5 (mg/dl) (mg/dl) Gliklazid 1,44 mg/200 g BB 91,33 121,67 111,67 102,67 97,00 92,67 88,33 6,55 Gliklazid1,44 mg/200 g BB + allopurinol 1,8 mg/200 g BB 88,67 107,00 97,67 89,67 79,67 74,00 70,00 7,60 Allopurinol 1,8 mg/200 g BB 86 101,00 97,00 92,33 88,67 83,00 77,67 4,64 Dari pengukuran kadar glukosa darah tikus selama 5 jam diperoleh rata-rata laju penurunan kadar glukosa darah akibat pengaruh pemberian allopurinol yang diberikan bersama dengan gliklazid pada tikus (Rattus norvegicus) jantan yang dapat dilihat pada tabel 1. Diabetes mellitus adalah suatu sindrom dengan terganggunya metabolisme karbohidrat, lemak dan protein yang disebabkan oleh berkurangnya sekresi insulin atau penurunan sensitivitas jaringan terhadap insulin. Penentuan kadar glukosa pada penelitian ini menggunakan alat glukometer. Sebagai penginduksi naiknya kadar glukosa darah tikus menggunakan larutan glukosa 5 % b/v diberikan 1 jam sebelum perlakuan dengan tujuan untuk menaikkan kadar glukosa darah sehingga kemampuan menurunkan kadar glukosa dari sampel/sediaan uji dapat diamati secara jelas. Pengukuran kadar glukosa darah pada tikus dilakukan selama 5 jam dengan interval waktu 1 jam. Hal ini berdasarkan literatur yang menyatakan bahwa absorbsi glukosa dalam tubuh memerlukan waktu sekitar 30 – 60 menit. Penurunan kadar glukosa terbesar ditunjukkan oleh pemberian kombinasi gliklazid dan allopurinol. Laju penurunan kadar glukosa darah pada setiap jenis perlakuan memperlihatkan hasil yang berbeda-beda dan bervariasi disebabkan karena umur dan strain yang berbeda dari setiap tikus, serta timbangan dan alat yang digunakan tingkat akurasinya kurang baik. Pada kelompok pertama yaitu gliklazid 1,44 mg/200 g BB, laju penurunan kadar glukosa darahnya adalah 6,55 mg.jam/dl, kelompok kedua yaitu kombinasi gliklazid 1,44 mg/200 g BB bersama allopurinol 1,8 mg/200 g BB adalah 7,60 mg.jam/dl dan kelompok ketiga yaitu allopurinol 1,8 mg/200 g BB adalah 4,64 mg.jam/dl. Laju penurunan kadar glukosa tersebut dianalisis dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang memperlihatkan adanya perbedaan yang sangat nyata antara pemberian yang tunggal maupun yang dikombinasikan, dapat dilihat dari nilai Fhitung berada diantara F tabel 5% dan Ftabel 1 % dan analisis lanjutan menggunakan uji Beda Nyata Jarak (BNJ) Duncan diperoleh bahwa gliklazid yang kombinasikan dengan allopurinol memiliki efek yang sangat berbeda nyata dengan pemberian gliklazid saja hal ini disebabkan karena allopurinol sebagai inhibitor enzim oksidase menghambat metabolisme gliklazid, karena kedua obat sama-sama dimetabolisme di dalam hati secara oksidasi, sehingga hal tersebut sangat mungkin terjadi dan mengakibatkan kadar gliklazid dalam darah lebih besar dibanding tanpa allopurinol (6). Hasil penelitian pengaruh pemberian allopurinol terhadap efek hipoglikemik gliklazid yang diberikan pada tikus (Rattus norvegicus) menunjukkan bahwa kombinasi gliklazid dengan allopurinol memberikan efek hipoglikemik yang lebih baik daripada pemberian gliklazid, atau allopurinol meningkatkan efek gliklazid pada tikus. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa kombinasi gliklazid dengan allopurinol memberikan efek hipoglikemik yang lebih baik daripada pemberian gliklazid, atau allopurinol meningkatkan efek gliklazid pada tikus (Rattus norvegicus). DAFTAR PUSTAKA 1. Wisesa, I.B.N., Suastika, K. 2009. Hubungan Antara Konsentrasi Asam Urat Serum Dengan Resistensi Insulin Pada Penduduk Bali Asli Di Dusun Tenganan Pegringsingan Karangasem. Artikel-asli, Bagian Ilmu Penyakit Dalam, Vol.10. Fakultas Kedokteran Universitas Udayana. Denpasar. Hal.111, 117-119 2. Price, S.A. and Lorraine, M. 2005. Patofisiologi Vol. 2 Ed. 6. Penerbit Buku Kedokteran EGC : Jakarta. Hal.1260-70 3. Guyton, A.C. 1990. Fisiologi Manusia dan Mekanisme Penyakit. Ed.3. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.. Hal.707. 54 Majalah Farmasi dan Farmakologi, Vol. 17, No.2 – Juli 2013, hlm. 51 – 54 (ISSN : 1410-7031) 4. Priyanto dan Bimed, M. 2009. Farmakoterapi dan Terminologi Medis. Lembaga Studi dan Konsultasi Farmakologi. Jakarta. Hal.165 5. Tan, H.T. dan Kirana, R. 2007. Obat-Obat Penting. Ed. 6. PT Elex Media Komputindo Kelompok Kompas Gramedia. Jakarta. Hal.339, 747 6. Gunawan, S. 2008. Farmakologi Dan Terapi. Ed.5. Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta. Hal.243, 862. 7. Mycek, M.J., Harvey, R.A., Champe, P.C., & Fisher, B.D. 2001. Farmakologi Ulasan Bergambar, Ed. 2. Terjemahan Oleh Agoos, A. Jakarta. Widya Medika. Hal.264. 8. Ali, G.A. 2012. Pengaruh Pemberian Allopurinol Terhadap Efek Hipoglikemik Yang Diberikan Dengan Beberapa Variasi Dosis Pada Tikus (Rattus norvegicus). Skripsi. Fakultas Farmasi Universitas Hasanuddin. Makassar. Hal.30, 31. 9. Arora, A. 2008. 5 Langkah Mencegah dan Mengobati Diabetes. Penerbit PT Bhuana Ilmu Populer Kelompok Gramedia. Jakarta.. 10. American Diabetes Association. 1998. Medical Management of Type 2 Diabetes. ADA Clinical Series. American Diabetes Association. Available as PDF file. 11. Mogensen,C.E. 2007. Pharmacotherapy of Diabetes : New Developments. Aarhus University Hospital. Denmark. Hal.12. 12. Fitria, A. 2009. Diabetes : Tips Pencegahan Preventif dan Penanganan. Penerbit Venus. Yogyakarta. Hal.25-32 13. Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik. 2005. Pharmaceutical Care Untuk Penyakit Diabetes. Departemen Kesehatan RI. Jakarta. Hal. 7. Available as PDF file 14. Wells, B.G. 2009. Pharmacotherapy Handbook. 7th ed. United States of America. Hal.213-215. 15. DiPiro, J.T. et al. 2005. Pharmacotherapy: A Pathophysiologic Approach, 7th ed.. United States of America. Hal.1205. 16. Syamsuddin. 2011. Interaksi Obat : Konsep Dasar dan Klinis. Penerbit Universitas Indonesia. Jakarta. Hal.1-8, 69-74. 17. Rahmawati, I. 2009. Tinjauan interaksi obat pada pasien gagal jantung kongestif di instalasi rawat inap rumah sakit PKU Muhammadiyah Surakarta tahun 2005-2008. Skripsi. Fakultas Farmasi. Universitas Muhammadiyah Surakarta. Hal.4-7. 18. Palli, A.H. 1995. Pengaruh allopurinol terhadap efek glibenklamid pada glukosa darah kelinci. Skripsi. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Hasanuddin. Makassar. Hal.2. 19. Rahmawati, F, Handayani, R dan Gosal, V. 2006. Kajian perspektif interaksi obat di rumah sakit pendidikan Dr.Sardjito Yogyakarta. Majalah Farmasi Indonesia. Hal.174-178. 20. Direktorat Jenderal Pangawasan Obat dan Makanan. 1979. Farmakope Indonesia. Ed. 3. Departemen Kesehatan RI. Jakarta. Hal.208. 21. Direktorat Jenderal Pangawasan Obat dan Makanan. 1995. Farmakope Indonesia.Ed. 4. Depar-temen Kesehatan RI. Jakarta. Hal.74. 22. Mahmudatussadeh. 2005. Metode analisis kadar glukosa darah. [serial on the internet]. [dikutip 5 desember 2011]. Available from: http://www.scribd.com 23. Hasanah. 2011. Pengaruh pemberian ekstrak buah labu parang (Cucurbita moschata Duch) terhadap kadar glukosa darah dan asam urat pada kelinci (Oryctolagus cuniculus). Skripsi. Fakultas Farmasi. Universitas Hasanuddin. Makassar. Hal.6-16.