BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Teori Dasar (Umum) 2.1.1

advertisement
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1
Teori Dasar (Umum)
2.1.1
Komunikasi Pemasaran
Menurut Warren J. Keegan dalam buku Komunikasi ”Pemasaran Modern” beliau
mendifinisikan komunikasi pemasaran merupakan semua elemen dalam pemasaran yang
memberi arti dan mengkomunikasikan nilai kepada konsumen dan stakeholder sebuah
perusahaan. (Machfoedz, 2010: 16)
Komunikasi pemasaran adalah istilah yang digunakan untuk menerangkan arus
informasi tentang produk dari pemasar sampai kepada konsumen. Pemasar menggunakan
iklan, pemasar langsung, publisitas, promosi, dan penjualan langsung, untuk memberikan
informasi yang mereka harapkan dapat mempengaryhui keputusan pembelian oleh
konsumen.
Model komunikasi konvensional merupakan dasar bagi komunikasi pemasaran.
Dalam Gambar berikut ini model tersebut telah disesuaikan dengan konteks pemasaran.
Gangguan
Pesan
Sumber Informasi
(Pemasar)
Kode/program
(iklan,
demontrasi,
pemberitaan,
penawaran)
Media
(Cetak,
radio,
wiraniaga,
televisi)
Penguraian
kode
(penafsiran)
Penerima
(konsumen
potensial)
Umpan Balik
Gambar 2.1
Model Komunikasi Pemasaran
Penjelasan mengenai komunikasi pemasaran diatas adalah sebagai berikut:
1. Sumber informasi. Sumber informasi ialah pemasar (perusahaan atau
organisasi). (Machfoedz, 2010: 17)
2. Kode/Program, proses pembetukan pesan atau ide kedalam bentuk yang
dapat dipahami dan diharapkan dapat mempengaruhi penerima, Tahapan
ini mencerminkan strategi kreatif atau saran penjualan, janji yang dibuat
oleh perusahaan tentang produk dan perusahaan(Machfoedz, 2010: 17)
3. Pesan, pesan adalah pelaksanaan strategi kreatif. Pesan dapat diungkapkan
dengan berbagai cara, meliputi kata-kate (secara lisan atau tertulis),
diagram, gambar, dan dramatisasi dalam berbagai bentuk. Misalnya
presentasi penjualan, label kemasan, atau iklan yang didesain untuk surat
kabar, majalah, atau televisi. (Machfoedz, 2010: 17-18)
4. Media, Saluran yang digunakan untuk mengkomunikasikan pesan seperti
radio, televisi, media cetak, telepon, faksimili, dan hubungan langsung
antara wiraniaga dan konsumen, atau kata-kata yang diucapkan oleh
konsumen. (Machfoedz, 2010: 18)
5. Penguraian kode, penafsiran pesan oleh penerima. Pesan yang sama dapat
ditafsirkan berbeda oleh penerima yang beragam , yang mempunyai
pengalaman, pengetahuan, dan lingkungan masing-masing. (Machfoedz,
2010: 18)
6. Penerima, Pihak yang menerima pesan, perusahaan, konsumen, atau
stakeholder pengirim pesan yang ingin mempengaruhi dengan cara
tertentu. (Machfoedz, 2010: 18)
7. Umpan balik. Respon penerima terhadap pesan, yang diharapkan oleh
pemasar akan dapat mengubah sikap atau perilaku atau permintaan
informasi yang lebih rinci. (Machfoedz, 2010: 18)
Keseluruhan program komunikasi pemasaran perusahaan, yang disebut bauran
promosi (Promotion mix) yang terdiri atas bauran khusus antara periklanan, personal
selling, promosi penjualan, hubungan masyarakat (Public Relations), dan direct
marketing definisi kelima sarana promosi utama tersebut sebagai berikut:
a. Periklanan (Advertising) adalah setiap bentuk presentasi yang dikemukan
secara tidak langsung (tanpa personil) dan promosi ide, barang, atau jasa
yang dilakukan oleh sponsor tertentu. Sarana periklanan meliputi cetakan,
penyiaran radio dan TV, papan iklan, dan bentuk sarana lain. (Machfoedz,
2010: 2)
b. Personal Selling adalah presentasi langsung yang dilakukan oleh personil
wiraniaga perusahaan dengan tujuan menjual dan menjalin hubungan
dengan konsumen, personal selling meliputi presentasi penjualan dan
pameran dagang. (Machfoedz, 2010: 2)
c. Promosi penjualan adalah sebuah motivasi jangka pendek untuk
mendorong pembelian atau penjualan suatu produk dan jasa. Promosi
penjualan premi, diskon, kupon dan demontrasi. (Machfoedz, 2010: 2)
d. Public Relations bertugas membangun hubungan baik dengan berbagai
publik perusahaan dengan tujuan mendapatkan publisitas yang luas,
membangun citra positif perusahaan, dan mengatasi gosip, laporan, serta
berbagai event yang dapat merugikan perusahaan.(Machfoedz, 2010: 2)
e. Direct marketing adalah unsur terakhir dalam bauran komunikasi dan
promosi, sarananya melalui direct mail, mail order, direct respon,
telemarketing, dan digital marketing.pemasaran langsung memungkinkan
penjual memusatkan perhatian secara efisien (Sunyoto, 2012: 159)
2.1.2 Marcomm Matrix
Marcomm matrix adalah konsep daripada marketing communication, bisa dilihat
dalam bentuk dibawah ini:
Gambar 2.2
Model Marcomm Matrix
Sumber (Bendinger, 2002: 2)
Melalui penjelasan gambar di atas bagaimana sebuah ide dapat disalurkan melaui
advertising, Public Relations dan publicity, promotion, event marketing, new media,
direct marketing.
a. Periklanan (Advertising) adalah setiap bentuk presentasi yang dikemukan
secara tidak langsung (tanpa personil) dan promosi ide, barang, atau jasa
yang dilakukan oleh sponsor tertentu. Sarana periklanan meliputi cetakan,
penyiaran radio dan TV, papan iklan, dan bentuk sarana lain. (Machfoedz,
2010: 2)
b. Public Relations bertugas membangun hubungan baik dengan berbagai
publik perusahaan dengan tujuan mendapatkan publisitas yang luas,
membangun citra positif perusahaan, dan mengatasi gosip, laporan, serta
berbagai event yang dapat merugikan perusahaan. (Machfoedz, 2010: 2)
c. Promotion (win/free/save) , Promosi dapat menawarkan suatu persuasi
kepada konsumen untuk segera mengambil keputusan membeli suatu
produk hanya dengan membuat produk lebih bernilai. (Machfoedz, 2010:
35)
d. Event Marketing, Hal ini dijelaskan oleh Tom Duncan dalam buku ”The
Priciples of Advertising and IMC”. Dalam bukunya Tom Duncan
mengatakan bahwa ”event marketing is a promotional occasion designed
to attract and involve a brand’s target audience”. Artinya event marketing
adalah sebuah kesempatan promosi yang didesain untuk menarik dan
melibatkan target audience kepada brand. Event Marketing yang
diselenggarakan harus memiliki pengaruh (impact) serta memberikan
kesan mendalam kepada setiap orang yang hadir sehingga customer
maupun potential customer dapat lebih
mengingat pengalaman yang
menyenangkan dari event marketing tersebut. (Duncan, 2005: 15)
e. New Media, pada era sekarang banyak pelaku marketing memanfaatkan
new media yaitu internet, karena mereka memiliki alasan new media
tersebut dapat lebih efektif dan dapat di akses oleh konsumen dimana saja.
f. Direct marketing adalah unsur terakhir dalam bauran komunikasi dan
promosi, sarananya melalui direct mail, mail order, direct respon,
telemarketing, dan digital marketing.pemasaran langsung memungkinkan
penjual memusatkan perhatian secara efisien (Sunyoto, 2012: 159)
2.1.3 Public Relations
Komunikasi biasa dilakukan oleh seorang Public Relations. Biasanya seorang
Public Relations digunakan oleh perusahaan sebagai media dan penyampai ide bagaimana
komunikasi dapat dilakukan kepada masyarakat. Public Relations bertugas membangun
hubungan baik dengan berbagai publik perusahaan dengan tujuan mendapatkan publisitas
yang luas, membangun citra positif perusahaan, dan mengatasi gosip, laporan, serta
berbagai event yang dapat merugikan perusahaan.(Machfoedz, 2010: 2)
Public Relations adalah menambah nilai untuk pasar dan kebijakan publik, untuk
mempelajari dan mengevaluasi produk-produk yang memenuhi kebutuhan dan keinginan
konsumen, Public Relations membangun hubungan timbal balik yang saling
menguntungkan untuk jangka panjang. (Afdhal, 2005: 4)
Dapat disimpulkan oleh peneliti, Public Relations adalah fungsi manajemen yang
khas mendukung pembinaan dan pemeliharaan jalur bersama antar organsasi kepada
publiknya mengenai komunikasi, pengertian, penerimaan dan kerja sama melibatkan
manajemen dalam permasalahan atau persoalan, membantu manajemen menjadi tahu dan
tanggap terhadap opini publik, menetapkan dan menekankan tanggung jawab. Tugas lain
dari seorang Public Relations adalah membangun hubungan timbal balik dan memenuhi
kebutuhan dan keinginan konsumen melalui ide sebuah penciptaan produk baru. Berikut
ini empat tahapan proses PR yang dinyatakan oleh Cutlip, Center, dan Broom (Ruslan,
2010: 148)
1. Defining the problem
Langkah pertama ini melibatkan pengkajian dan pemantauan pengetahuan, opini,
sikap, dan perilaku yang terkait dengan tindakan dan kebijakan organisasi. Langkah ini
menentukan “Apa yang sedang terjadi sekarang?”
2. Planning and programming
Informasi yang terkumpul pada langkah pertama digunakan untuk membuat
keputusan mengenai publik, sasaran, tindakan dan strategi komunikasi, taktik dan tujuan
program. Langkah kedua dalam proses PR ini menjawab, “Kita telah mempelajari situasi
ini berdasarkan apa, apa yang harus diubah, dilakukan, atau dikatakan“.
3. Taking action and communicating
Langkah ketiga melibatkan implementasi program dari tindakan dan komunikasi
yang telah didesain untuk mencapai tujuan spesifik bagi setiap publik untuk mencapai
sasaran program. Pertanyaan pada langkah ini adalah “Siapa yang akan melakukan dan
memberitahukan program ini, serta kapan, dimana, dan bagaimana.”
4. Evaluating the program
Langkah terakhir dalam proses ini melibatkan kesiapan penilaian, implementasi,
dan hasil dari program tersebut. Penyesuaian telah dibuat sejak program terimplemetasi,
berdasarkan umpan balik evaluasi mengenai bagaimana program tersebut berhasil atau
tidak. Program dapat dilanjutkan atau dihentikan berdasarkan pertanyaan “Bagaimana
yang sedang kita kerjakan atau bagaimana yang telah kita kerjakan”.
Seperti yang diungkapkan Macnamara (Jurnal Ilmu Komunikasi, dalam Riset sebagai
Ujung Tombak Keberhasilan Program Public Relations, 2010: 173) mengungkapkan
kendala implementasi Public Relations pada organisasi adalah bahwa riset Public
Relations dianggap sebagai kegiatan yang hanya terfokus pada proses dan output dan
selalu memandang pengukuran dilakukan pada akhir program (done at the end)
2.1.4 AIDA
AIDA merupakan singkatan dari Attention, Interest, Desire, Action. Untuk
menggugah atau menarik perhatian audiens pendekatan AIDA lebih menekankan pada sisi
sikap. Secara rinci pendekatan AIDA adalah sebagai berikut:
a.
Perhatian (Attention) prinsip utamanya adalah seorang produsen harus
meyakinkan pihak lain bahwa produk memiliki sesuatu yang bermafaat atau harus
menumbuhkan pihak lain tersebut.
b.
Menarik (Interest) hal ini dapat diungkapkan bahwa seorang produsen harus
menarik perhatian pihak lain dengan menjelaskan relevansi pesan-pesan yang
disampaikan kepada konsumen. Kualifikasi sebuah produk harus relevan dengan
kemampuan dari pihak konsumen, sehingga hal tersebut akan menciptakn
ketertarikan bahwa produk kita bisa dimanfaatkan dan sesuai dengan kebutuhan
maupun kemampuan konsumen.
c.
Hasrat (Desire) hal yang dapat diartikan bahwa produsen dapat menumbuhkan
hasrat pihak lain yaitu konsumen, agar konsumen ingin mengetahui lebih lanjut
mengenai produk tersebut. Dan hal ini harus diyakinkan dengan bukti-bukti
pendukung, agar konsumen merasa yakin.
d.
Tindakan (Action) hal ini dapat diartikan bahwa produsen harus dapat membuat
konsumen mengambil tindakan tertentu yaitu mengkonsumsi produk perusahaan
sesuai dengan harapan dan keinginan perusahaan. Sehingga terjadi kesempatan
bahwa konsumen tersebut menjadi calon pelanggan bagi produk kita.
Idealnya sebuah pesan yang efektif, harus dapat memperoleh perhatian (attention),
merangsang minat (interest), membangkitkan keinginan (desire), dan mendorong
terjadinya aksi (action) pembelian. (Simamora: 2003: 290)
2.1.5 DAGMAR
DAGMAR merupakan singkatan dari defining advertising goal of measured
advertising result yang merupakan suatu proses menetapkan tujuan untuk suatu
kampanye iklan. DAGMAR digunakan sebagai tindakan perhitungan hasil dari sebuah
bentuk periklanan yang dibuat oleh perusahaan.
According to dagmar theory, the main objectivive of advertising is to accomplish
clearly defined communication objectives (Lancaster,2002: 135). Many of teh models lock
details as to be how best to achieve an objective. Refinements to some, such as the
DAGMAR model are attempts to operationalize hierarchy models futher, However there
remain diffulties associated with measurement, as conceptual problems are still
associated with constructs such as awareness, conviction and preference (Lancaster,
2011: 248).
Menurut Teori DAGMAR, tujuan utama dari iklan adalah untuk mencapai
komunikasi yang jelas (Lancaster, 2002: 135). Banyak model tidak ada perincian tentang
cara terbaik untuk mencapai tujuan. Penyempurnaan bagi sebagian orang seperti model
DAGMAR, model ini merupakan upaya untuk mengopresionalkan model hirarki lebih
lanjut. Namun, masih ada kesulitan yang terkait dengan pengukuran seperti masalah
konseptual yang terkait dengan konstruksi seperti kesadaran, keyakinan, dan preferensi
(Lancaster, 2011: 248)
2.1.6 Komunikasi Organisasi
Komunikasi organisasi, yaitu komunikasi dan organisasi. Komunikasi berasal
dari bahasa latin “communis” atau ‘common” dalam Bahasa Inggris yang berarti sama.
Berkomunikasi berarti kita berusaha untuk mencapai kesamaan makna, “commonness”
atau dengan ungkapan yang lain, melalui komunikasi kita mencoba berbagi informasi,
gagasan atau sikap kita dengan partisipan lainnya. Kendala utama dalam berkomunikasi
adalah seringkali kita mempunyai makna yang berbeda terhadap lambang yang sama.
Manusia didalam kehidupannya harus berkomunikasi, artinya memerlukan orang
lain dan membutuhkan kelompok atau masyarakat untuk saling berinteraksi. Hal ini
merupakan suatu hakekat bahwa sebagian besar Public Relations dimanusia terbentuk
dari hasil integrasi sosial dengan sesama dalam kelompok dan masyarakat. Di dalam
kelompok/organisasi itu selalu terdapat bentuk kepemimpinan yang merupakan masalah
penting untuk kelangsungan hidup kelompok, yang terdiri dari pemimpin dan
bawahan/karyawan.
Di antara kedua belah pihak harus ada two-way-communications atau komunikasi
dua arah atau komunikasi timbal balik, untuk itu diperlukan adanya kerja sama yang
diharapkan untuk mencapai cita-cita, baik cita-cita Public Relations, maupun kelompok,
untuk mencapai tujuan suatu organisasi. Kerja sama tersebut terdiri dari berbagai maksud
yang meliputi hubungan sosial/kebudayaan. Hubungan yang terjadi merupakan suatu
Public Relations karena adanya suatu keinginan masing-masing individu, untuk
memperoleh suatu hasil yang nyata dan dapat memberikan manfaat untuk kehidupan
yang berkelanjutan.
Bila sasaran komunikasi dapat diterapkan dalam suatu organisasi baik organisasi
pemerintah, organisasi kemasyarakatan, maupun organisasi perusahaan, maka sasaran
yang dituju pun akan beraneka ragam, tapi tujuan utamanya tentulah untuk
mempersatukan individu-individu yang tergabung dalam organisasi tersebut.
Komunikasi organisasi adalah pengiriman dan penerimaan berbagai pesan
organisasi di dalam kelompok formal maupun informal dari suatu organisasi (Wiryanto,
2005: 7). Komunikasi formal adalah komunikasi yang disetujui oleh organisasi itu sendiri
dan sifatnya berorientasi kepentingan organisasi. Isinya berupa cara kerja di dalam
organisasi, aktifitas hubungan masyarakat, dan berbagai pekerjaan yang harus dilakukan
dalam organisasi, misalnya memo, kebijakan, pernyataan, jumpa pers, dan surat-surat
resmi. Adapun komunikasi informal adalah komunikasi yang disetujui secara sosial.
Orientasinya bukan pada organisasi, tetapi lebih kepada anggotanya secara individual.
Inti Komunikasi Organisasi, komunikasi sebagai salah satu bidang komunikasi
memiliki komponen utama yaitu: (Umar, 2004: 6)
a. Kepuasan Organisasi
b. Iklim Komunikasi
c. Kualitas Media
d. Kemudahan memanfaatkan komunikasi
e. Penyebaran Informasi
f. Muatan Informasi
g. Kemurnian Pesan
h. Budaya Organisasi
Komponen komunikasi organisasi salah satunya adalah iklim komunikasi,
menurut Gudykunst (1977) iklim komunikasi adalah suasana kebatinan saat komunikasi
itu berlangsung, sekurang-kurangnya iklim komunikasi ditentukan oleh tiga dimensi yaitu
(1) perasaan positif, (2) aras kognitif, (3) aras perilaku. Dimensi perasaan positif adalah
berisi perasaan adil, menyenangkan, aman, menerima dan tingkat kecemasan yang
rendah. Dimensi kognitif meliputi derajat kepercayaan yang kita bawa dalam suasana
komunikasi, seperti adanya harapan, kepastian, pemahaman, dan memenuhi hasrat ingin
tahu. Dan dimensi perilaku terlihat dalam tindakan dan keterampilan waktu
berkomunikasi melalui kata dan perbuatan. (Liliweri, 2007: 232)
Budaya organisasi juga dapat menimbulkan sebuah persepsi seseorang atas
lingkungannya bersifat subyekif, semakin besar perbedaan budaya antara dua orang atau
lebih semakin besar pula perbedaan persepsi mereka terhadap realitas. Dan oleh karena
itu tidak ada dua orang yang mempunyai nilai-nilai budaya yang persis sama, maka tidak
akan ada dua orang yang mempunyai persepsi yang persis sama pula. Dalam konteks ini
sebenarnya budaya dapat dianggap sebagai pola persepsi dan perilaku yang dianut oleh
sekelompok orang. Menurut Larry A Samovar dan Richard Porter mengemukakan enam
unsur budaya yang secara langsung memepengaruhi persepsi kita ketika berkomunikasi
dengan orang lain:
a) Kepercayaan (beliefs), nilai (values), dan sikap (attitudes)
b) Pandangan Dunia (worldview)
c) Organisasi Sosial (Social Organizations)
d) Tabiat Manusia (Human Nature)
e) Orientasi Kegiatan (activity orientation)
f) Persepsi tentang diri dan orang lain
2.1.7 Komunikasi Internal
Komunikasi internal adalah suatu proses untuk mengetahui apa yang dipikirkan
oleh karyawan. (Gregory, 2005: 41) Komunikasi internal adalah proses penyampaian
pesan antara anggota-anggota organisasi yang terjadi untuk kepentingan organisasi,
seperti komunikasi antara pimpinan dengan bawahan, antara sesama bawahan. Proses
komunikasi internal ini bisa berwujud komunikasi antar pribadi ataupun komunikasi
kelompok. Juga komunikasi bisa merupakan proses komunikasi primer
maupun
sekunder. Komunikasi internal ini lazim dibedakan menjadi dua, yaitu:
a. Komunikasi vertikal, yaitu komunikasi dari atas ke bawah dan dari bawah ke atas.
Komunikasi dari pimpinan kepada bawahan dan dari bawahan kepada pimpinan.
Dalam komunikasi vertikal, pimpinan memberikan instruksi-instruksi, petunjukpetunjuk,
informasi-informasi
memberikan
laporan-laporan,
kepada
bawahannya.
saran-saran,
Sedangkan
pengaduan-pengaduan
bawahan
kepada
pimpinan.
b. Komunikasi horizontal atau lateral, yaitu komunikasi antara sesama seperti dari
karyawan kepada karyawan, manajer kepada manajer. Pesan dalam komunikasi
ini bisa mengalir di bagian yang sama di dalam organisasi atau mengalir
antarbagian. Komunikasi lateral ini memperlancar pertukaran pengetahuan,
pengalaman, metode, dan masalah. Hal ini membantu organisasi untuk
menghindari beberapa masalah dan memecahkan yang lainnya, serta membangun
semangat kerja dan kepuasan kerja.
Komunikasi internal dilakukan agar terciptanya pemahaman yang searah dan
sejalur antar karyawan mengenai kebijakan dan tujuan perusahaan. Sehingga karyawan
dapat termotivasi untk bertindak loyalitas terhadap perusahaan dan menjunjung tinggi
kerahasiaan perusahaan.
Komunikasi internal memiliki tujuan memberikan Informasi sebanyak dan sejelas
mungkin mengenai institusi, menciptakan kesadaran anggota/personil mengenai peran
institusi dalam masyarakat, dan menyediakan sarana untuk memperoleh umpan balik dari
anggotanya. (Nova, 2009: 41)
2.1.7.1 Internal Marketing
Pada bidang pemasaran jasa, kualitas sangat berhubungan erat dengan performa
karyawan. Satu ciri penting dari organisasi yang sukses adalah karyawan yang
termotivasi. Oleh karena itu, sikap seorang karyawan terhadap tempat kerja dan lebih
jauhnya bagaimana perusahaan dapat memotivasi karyawan memiliki efek langsung
terhadap kualitas produk yang ditawarkan kepada pelanggan. Salah satu tantangan paling
penting bagi seorang manajer adalah bagaimana membuat karyawan merasa termotivasi
dan akan bertindak yang dapat mendukung tercapainya tujuan dari organisasi.
Pemasaran internal memastikan bahwa setiap orang dalam organisasi menganut
prinsip pemasaran yang tepat, terutama manajemen senior. Konsep internal marketing
timbul dari bidang pemasaran jasa dan perhatian utamanya adalah agar semua orang yang
terlibat dalam interaksi dengan pelanggan dapat memberikan pelayanan yang terbaik
pada pelanggan. Tujuan proses internal marketing secara keseluruhan adalah merekrut,
melatih dan memotivasi
karyawan-karyawan
yang kompeten yang ingin melayani
pelanggan dengan baik (Kotler, 2009: 25)
Konsep pemasaran secara internal berawal dari bidang pemasaran jasa yang
awalnya berkonsentrasi pada cara agar setiap orang yang terlibat proses men-deliver
layanan dapat terus meningkatkan kualitas interaksi dan pelayanan yang diberikan kepada
pelanggan. Penggunaan konsep ini menyebar luas dan sekarang telah diterima dalam
segala bentuk organisasi. Berdasarkan teori kualitas manajemen, para karyawan adalah
konsumen internal dari sebuah perusahaan. Menurut Gummesson : “Kemampuan
karyawan untuk memuaskan kebutuhan pelanggan eksternal dipengaruhi kemampuan
perusahaan untuk memuaskan pelanggan internal. Hanya jika relationship dengan
konsumen internal berjalan baik , maka pelanggan internal dapat meningkatkan kualitas,
lalu menimbulkan kepuasan atau bahkan lebih dari itu menarik konsumen eksternal“.
2.1.7.2 Internal Public Relations
Target kegiatan Public Relations dalam konteks ini adalah menjaga suasana diantara
para karyawan di dalam badan atau perusahaan. Bagaimana menciptakan komunikasi
efektif, keserasian hubungan antara pimpinan dan bawahan, baik secara horizontal
maupun vertikal, sehingga dapat memperkuat tim kerja perusahaan.
Keberhasilan serta efektifitas internal Public Relations akan sangat terasa jika
organisasi menghadapi situasi krisis, internal PR mampu mengatasi solusi komunikasi
internal bagi staf yang lebih dari sekedar strategi.
Tiap anggota dari badan atau perusahaan itu, dari tingkat pimpinan sampai pesuruh,
merupakan Public Relations Officer yang tidak resmi. Dimana segala perilaku mereka
mendapat sorotan dari publik dan dapat mempengaruhi nama baik perusahaan. Keluarga
karyawan juga mempunyai andil besar dalam menciptakan hubungan baik, karena
ketentraman keluarga akan berpengaruh pada ketentraman bekerja pegawai.
Internal Public Relations juga harus melakukan upaya-upaya untuk dapat
memecahkan permasalahan dalam lingkungan intern perusahaan, seperti bagaimana
memelihara hubungan baik antara pimpinan dengan bawahan serta antara buruh dengan
pegawainya dengan rekan-rekan sepekerjaan melalui communication channels,
mempertinggi produktivitas sumber daya manusia (SDM) dalam perusahaan,
menggerakkan para pegawai agar memberikan pelayanan maksimal kepada publik,
mengadakan komunikasi teratur dan tepat guna dalam perusahaan secara vertikal dan
horisontal, mempertinggi kecakapan dan pengetahuan SDM perusahaan, memberikan
hiburan dan kesempatan bersantai bagi pegawai, meningkatkan kebersihan, ketertiban,
serta keindahan perusahaan dan lingkungannya, mengintegrasikan keluarga pegawai ke
dalam kehidupan perusahaan, memelihara kesejahteraan pegawai atas usaha sendiri.
Dalam hal pelaksanaan tergantung pada besar kecil perusahaan serta skala prioritas.
Aplikasi fungsi dan tugas internal PR adalah membantu staf untuk mengerti
tentang visi, misi, values serta corporateculture dari organisasi perusahaan. Aktivitas ini
melibatkan semua hal isu yang memepengaruhi suasana kerja dan memastikan staf
mendapat informasi tentang keputusan penting manajemen. (Laksmana, 2010: 12)
2.2
Teori Khusus
2.2.1 Teori Agenda Setting
Asumsi dasar dari teori agenda setting adalah bahwa jika media memberi tekanan
pada suatu peristiwa maka media itu akan mempengaruhi khalayak yang menganggap
penting. Jadi, apa yang dianggap penting bagi media maka penting juga bagi masyarakat.
Apabila media massa memberi perhatian pada isu tertentu dan mengabaikan yang
lainnya, akan memiliki pengaruh terhadap pendapat umum. Asumsi ini berasal dari
asumsi lain bahwa media massa memiliki efek yang sangat kuat, terutama karena asumsi
ini berkaitan dengan proses belajar dan bukan dengan perubahan sikap dan pendapat.
Mc-combs dan Donald Shaw mengatakan pula bahwa audience tidak hanya
mempelajari berita-berita dan hal-hal lainnya melalui media massa, tetapi juga
mempelajari seberapa besar arti penting yang diberikan pada suatu isu atau topik dari
cara media massa memberikan penekanan terhadap topik tersebut.
Studi kasus yang di jabarkan di atas dapat disimpulkan bahwa semua isu-isu yang
disebarkan kepada masyarakat harus merupakan isu isu menarik dan kepentingan relative
sehingga tujuan daripada teori agenda setting dapat tercapai. Dan Dearing dan Rogers
mendefinisikan agenda setiing merupakan persaingan terus menerus di antara berbagai
isu penting untuk mendapat perhatian dari para pekerja media .publik dan penguasa.
Asumsi agenda setting model ini mempunyai kelebihan karena mudah untuk
diuji. Dasar pemikirannya adalah diantara berbagai topik yang dimuat media massa, topik
yang lebih banyak mendapat perhatian dari media massa akan menjadi lebih akrab bagi
pembacanya dan akan dianggap penting dalam suatu periode waktu tertentu, dan akan
terjadi sebaliknya bagi topik yang kurang mendapat perhatian media massa, oleh karena
itu model agenda setting menekankan adanya hubungan positif antara penilaian yang
diberikan media pada suatu persoalan dengan perhatian yang diberikan khalayak pada
persoalan tersebut. Dengan kata lain, apa yang dianggap penting oleh media, akan
dianggap penting pula oleh masyarakat. Apa yang dilupakan media, akan luput juga dari
perhatian masyarakat (Elvinaro, 2007: 76-77)
Efek dari model agenda setting terdiri atas efek langsung dan efek lanjutan
(subsequent effects). Efek langsung berkaitan dengan isu adalah apakah isu itu ada atau
tidak ada dalam agenda khalayak dari semua isu, mana yang dianggap paling penting
menurut khalayak sedangkan efek lanjutan berupa persepsi (pengetahuan tentang
persitiwa tertentu) atau tindakan seperti memilih kontestan pemilu atau aksi protes
(Elvinaro, 2007: 77).
Sementara itu, Stephen W. Littlejhon pernah mengatakan, agenda setting ini
beroperasi dalam tiga bagian sebagai berikut:
a) Agenda media itu sendiri harus diformat. Proses ini akan memunculkan masalah
bagaimana agenda setting media itu terjadi pada waktu pertama kali.
b) Agenda publik dalam banyak hal mempengaruhi atau berinteraksi dengan agenda publik
atau kepentingan isu tertentu bagi publik. Pernyataan ini memunculkan pertanyaan,
seberapa besar kekuatan media mampu mempengaruhi agenda publik dan bagaimana
publik itu melakukannya.
c) Agenda policy mempengaruhi atau berinteraksi ke dalam agenda kebijakan. Agenda
kebijakan adalah pembuatan kebijakan publik yang dinggap penting bagi individu.
Katherine Miller dalam Communication Theories menjelaskan McCombs, Shaw, dan
Weaver (1997) membuat perbedaan antara tingkat pertama dan tingkat kedua penetapan
agenda. Tingkat pertama penetapan agenda berhubungan dengan obyek di media dan agenda
publik. Ini adalah domain tradisional penyusunan agenda penelitian di mana media
mempengaruhi apa yang dilihat sebagai isu-isu tersebut tersedia pada agenda publik.
Sebaliknya tingkat kedua penetapan agenda atribut menganggap objek-objek ini. Pada
tingkat ini, media tidak hanya menyarankan apa yang publik pikirkan, tetapi juga
mempengaruhi harus berpikir tentang masalah ini. Sebagai contoh, pemeriksaan tingkat
pertama penetapan agenda mungkin menyimpulkan bahwa kesejahteraan liputan media
reformasi telah menetapkan topik sebagai agenda untuk umum.
Tingkat kedua penetapan agenda akan berpendapat bahwa media juga ada masalah ini
dalam cara-cara tertentu yang mungkin kesejahteraan reformasi atau anti-reformasi
kesejahteraan. Ini pindah ke tingkat kedua penetapan agenda bertentangan klasik agenda
setting kutipan Cohen. Yaitu, tingkat kedua menunjukkan bahwa penetapan agenda media
memang berpengaruh dalam menceritakan apa yang dipikirkan publik.
Agenda Media
Agenda Publik
Agenda Policy
Gambar 2.3 Model Agenda Setting
Sumber: (Kriyantono, 2006: 222)
Penelitian Iyengar, Peters dan Kinder telah berhasil melakukan serangkaian
eksperimen dengan menemukan metode khusus untuk mengetahui sejauh mana tayangan
berita televisi memiliki dampak bagi penentuan agenda khalayak dalam pemilihan
Presiden Amerika Serikat. Terdapat perbedaan dengan penelitian awal agenda-setting
oleh McCombs dan Shaw yang mendapatkan hubungan korelasional pada suratkabar.
Bagaimanapun itu menunjukkan adanya pengaruh media dalam penentuan agenda.
Namun penelitian Iyengar dan kawan-kawan sedikit lebih maju karena berhasil
menemukan bagaimana media melakukan priming. Adapun priming sendiri menurut
Severin dan Tankard Jr, Priming adalah proses dimana media berfokus pada sebagian isu
dan tidak pada isu lainnya dan dengan demikian mengubah standar yang digunakan orang
untuk mengevaluasi para calon pemilihan. (Severin dan Tankard Jr, 2010: 271)
Priming dalam Agenda-setting dilihat dalam perspektif situasional dan
kontekstual. Situasional maksudnya, teori agenda setting dapat berlaku dalam situasisituasi tertentu yang membutuhkan perhatian publik secara besar sedangkan secara
kontekstual berlaku pada isu-isu atau konteks masalah tertentu saja.
Untuk itu Iyengar dan Kinder menemukan metode priming (penonjolan isu
tertentu). Rangkaian eksperiman mereka membahas seputar agenda setting, kekuatan
pemberitaan, penempatan berita, dan priming. Priming merupakan bagian penting dari
agenda setting yang memuat pernyataan bahwa media menarik perhatian kepada aspek
politik tertentu dari aspek lainnya.
2.3
Kerangka Pemikiran
Kekuatan media
Kebebasan Memilih
Agenda Setting
Pendapat Khalayak
Perilaku Pegawai
Media Internal
(Buletin CAHAYA)
Design
Rubrik
Minat
Opini
Perilaku
Redaksi
Gambar 2.4 Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran penelitian difokuskan kepada teori khusus yaitu agenda setting,
Teori agenda setting yang menjadi dasar dan acuan peneliti untuk membatasi pokok
permasalahan, karena peneliti memiliki alasan bahwa PT PLN (Persero) Distribusi Jakarta Raya
dan Tangerang memiliki agenda bagi pegawainya yang harus dikomunikasikan melalui media
agar visi dari perusahaan dapat tersalurkan. Kerangka pemikiran ini dibuat indikator-indikator
sebagai pembatas penelitian sehingga dapat digunakan sebagai acuan penelitian.
Asumsi dasar dari teori agenda setting adalah bahwa jika media memberi tekanan pada
suatu peristiwa maka media itu akan memepengaruhi khalayak yang menganggap penting. Jadi,
apa yang dianggap penting bagi media maka penting juga bagi masyarakat. Apabila media massa
memberi perhatian pada isu tertentu dan mengabaikan yang lainnya, akan memiliki pengaruh
terhadap pendapat umum mengenai penting atau tidaknya isu atau berita tersebut bagi pegawai.
Agenda setting merupakan salah satu macam teori komunikasi massa yang memiliki
tujuan bahwa media berusaha mempengaruhi pendapat khalayak tentang suatu isu tertentu dan
media memberi petunjuk mengenai isu-isu apa yang perlu mendapat perhatian. Sesuatu yang
perlu mendapatkan perhatian disini adalah media internal yang dipakai sebagai alat atau media
komunikasi internal bagi para pegawai PT PLN (Persero) Distribusi Jakarta Raya dan
Tangerang. Media Internal yang difokuskan adalah buletin ”CAHAYA” yang digunakan sebagai
media internal PT PLN (Persero) Distribusi Jakarta Raya dan Tangerang. Dalam penelitian ini
media buletin “CAHAYA” digunakan peneliti untuk mengetahui seberapa besar dampak yang
diberikan kepada perilaku pegawai dan selanjutnya sebagai pembuktian mengenai jawaban
permasalahan penelitian yang ada.
Download