ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI BARU LAHIR NY. A UMUR 0 MENIT DENGAN CAPUT SUCCEDANEUM DI RSUD KOTA SURAKARTA KARYA TULIS ILMIAH Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat Tugas Akhir Pendidikan Diploma III Kebidanan Disusun Oleh : Dhona Rachmawati Hutami NIM B12 067 PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2015 ii iii KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul : “Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir Ny. A Umur 0 Menit dengan Caput Succedaneum di RSUD Kota Surakarta”. Karya Tulis Ilmiah ini disusun dengan maksud untuk memenuhi tugas akhir sebagai salah satu syarat kelulusan dari Program Studi D III Kebidanan STIKes Kusuma Husada. Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan pengarahan dari berbagai pihak. Karya Tulis Ilmiah ini tidak dapat diselesaikan dengan baik, oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. Ibu Dra. Agnes Sri Harti, M.Si, selaku Ketua STIKes Kusuma Husada Surakarta. 2. Ibu Retno Wulandari, S.ST, selaku ketua umum Program Studi DIII Kebidanan STIKes Kusuma Husada Surakarta. 3. Ibu Ambarsari, S.ST, selaku Dosen Pembimbing yang telah meluangkan waktu untuk memberikan petunjuk dan bimbingan kepada penulis. 4. dr. Willy Handoko Widjaja, MARS selaku Direktur RSUD Kota Surakarta yang telah memberikan ijin pada penulis untuk pengambilan data. 5. Keluarga Ny. A yang telah bersedia menjadikan bayinya sebagai pasien dalam pembuatan Karya Tulis Ilmiah. 6. Seluruh Dosen dan staff Prodi D III Kebidanan STIKes Kusuma Husada Surakarta atas segala bantuan yang telah diberikan. iv 7. Semua pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan ini masih banyak kekurangan, oleh karena itu penulis membuka saran demi kemajuan penelitian selanjutnya. Semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak. Surakarta, Juni 2015 Penulis v Prodi DIII Kebidanan STIKes Kusuma Husada Surakarta Karya Tulis Ilmiah, Juni 2015 Dhona Rachmawati Hutami B12 067 ASUHAN KEBIDANAN BAYI BARU LAHIR PADA BY NY A UMUR 0 MENIT DENGAN CAPUT SUCCEDANEUM DI RSUD KOTA SURAKARTA xii + 66 halaman + 11 lampiran + 2 tabel INTISARI Latar Belakang : Salah satu penyebab komplikasi adalah sepsis pada bayi baru lahir adalah caput succedaneum yaitu pembengkakan difus jaringan lunak kepala, yang dapat melampaui sutura garis tengah, benjolan yang difus kepala terletak pada presentasi kepala bayi baru lahir, terjadi oedema di bawah kepala bayi sebagai akibat pengeluaran serum dari pembuluh darah. Berdasarkan studi pendahuluan yang penulis lakukan pada tanggal 13-14 Oktober 2014 di RSUD Kota Surakarta dari bulan Januari sampai Oktober 2014 diperoleh data sebanyak 1090 bayi, bayi dengan caput succedaneum 137 bayi (12,56%). Tujuan : Dapat melakukan penatalaksanaan bayi baru lahir dengan caput succedaneum dengan menerapkan asuhan kebidanan menurut manajemen asuhan kebidanan 7 langkah Varney. Metodologi : Jenis studi kasus ini merupakan studi kasus dengan metode deskriptif, lokasi di RSUD Kota Surakarta, Subyek pada kasus ini adalah bayi baru lahir Ny. A umur 0 menit dengan caput succedaneum, Waktu studi kasus ini dilakukan pada bulan 20 Januari – 14 Februari 2015, teknik pengumpulan data menggunakan menggunakan data primer yang meliputi pemeriksaan fisik (inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi), wawancara, observasi, data sekunder meliputi studi dokumentasi dan studi kepustakaan. Hasil : Setelah dilakukan asuhan selama 3 hari didapatkan hasil dari asuhan yaitu keadaan umum bayi baik, kesadaran composmentis, tanda-tanda vital : N : 146 x/menit, R : 48 x/menit, S : 36,4C, Kepala : benjolan yang dikepala sudah menghilang, berat badan / panjang badan : 2570 gram / 49 cm, tali pusat : basah, bersih. Kesimpulan : Penulis menemukan adanya kesenjangan antara teori dan kasus yang ada dilahan praktek yaitu pada perencanaan dan pelaksanaan. Kata Kunci : Asuhan Kebidanan, Bayi Baru Lahir, Caput Succedaneum Kepustakaan : 16 Literatur (2005-2013) vi MOTTO DAN PERSEMBAHAN MOTTO Terkadang hidup itu tentang mengorbankan segalanya demi sebuah mimpi, tak ada yang bisa melihatnya selain dirimu Jika satu pintu tertutup, maka sebenarnya satu pintu lain sedang terbuka. Jika satu kesempatan hilang, satu kesempatan lain justru muncul. Jangan putus asa. Jangan kecewa (Darwis Tere Liye) Apa yang menilai kita adalah bagaimana kita bangkit saat kita terjatuh PERSEMBAHAN Ø Allah SWT yang telah memberi rahmat dan hidayah-Nya sehingga karya tulis ini dapat diselesaikan dengan baik. Ø Kedua orang tua yang setia mencurahkan kasih sayang dan banyak berkorban demi keberhasilanku Ø Kakak-kakakku yang selama ini telah memberiku motivasi, semangat dan doa Ø Sahabat- sahabatku yang selalu memberi semangat dan selalu menemani dalam suka maupun duka (Tina, Tania, Chasy, Marantika, Helida, Indah, Nunung, Ulik) Ø Teman-teman seperjuangan STIKes Kusuma Husada Surakarta, khususnya 3B angkatan 2012 Ø Almamater tercinta vii viii DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ................................................................................... i HALAMAN PERSETUJUAN ................................................................... ii HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................... iii KATA PENGANTAR ................................................................................. iv INTISARI .................................................................................................... vi MOTTO DAN PERSEMBAHAN .............................................................. vii CURICULUM VITAE ................................................................................ viii DAFTAR ISI ................................................................................................ ix DAFTAR TABEL ........................................................................................ xi DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ xii PENDAHULUAN ........................................................................ 1 A. Latar Belakang ......................................................................... 1 B. Perumusan Masalah ................................................................. 3 C. Tujuan Penelitian ...................................................................... 3 1. Tujuan Umum ....................................................................... 3 2. Tujuan Khusus ...................................................................... 3 D. Manfaat Studi Kasus ................................................................. 4 E. Keaslian Studi Kasus ................................................................ 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................... 7 A. Tinjauan Teori Medis ................................................................ 7 1. Bayi Baru Lahir Normal ....................................................... 7 2. Caput Succedeneum .............................................................. 12 BAB I ix B. Teori Manajemen Kebidanan .................................................... 14 C. Landasan Hukum ...................................................................... 33 BAB III METODE PENELITIAN ............................................................. 35 A. Jenis Studi Kasus ..................................................................... 35 B. Lokasi Studi Kasus .................................................................. 35 C. Subyek Studi Kasus ................................................................. 35 D. Waktu Studi Kasus ................................................................... 36 E. Instrumen Studi Kasus .............................................................. 36 F. Teknik Pengambilan Data ......................................................... 36 G. Alat yang dibutuhkan ................................................................ 39 BAB IV TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN A. Tinjauan Kasus .......................................................................... 40 B. Pembahasan ............................................................................... 57 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ............................................................................... 65 B. Saran .......................................................................................... 67 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN x DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Apgar score pada bayi baru lahir ............................................... 21 Tabel 4.1 Apgar score by. Ny. A ............................................................... 44 xi DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Jadwal Studi Kasus Lampiran 2 Surat Permohonan Ijin Studi Pendahuluan Lampiran 3 Surat Balasan Ijin Studi Pendahuluan Lampiran 4 Surat Permohonan Ijin Penggunaan Lahan Lampiran 5 Surat Balasan Ijin Penggunaan Lahan Lampiran 6 Surat Permohonan Responden Lampiran 7 Surat Persetujuan Pasien Lampiran 8 Format Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir Lampiran 9 Lembar Observasi Lampiran 10 Satuan Acara Penyuluhan dan Leaflet Lampiran 11 Lembar Konsultasi xii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Millennium Development Goals (MDG’s) tahun 2015 memiliki target pencapaian AKB di Indonesia adalah 17/1000 kelahiran hidup, menurut Survey Demografi dan Kesehatan di Indonesia (SDKI) AKB di Indonesia tahun 2012 adalah 32 kematian per 1000 kelahiran hidup. AKB merupakan jumlah kematian bayi (0-11 bulan) / 1000 kelahiran hidup dalam kurun waktu 1 tahun, AKB menggambarkan tingkat permasalahan kesehatan yang berkaitan dengan faktor penyebab kematian bayi, dan tingkat pelayanan Antenatal, status gizi ibu hamil, tingkat keberhasilan program KIA dan KB, serta kondisi lingkungan di daerah tersebut (Depkes RI, 2012). Angka kematian bayi di Provinsi Jawa Tengah tahun 2012 sebesar 10,75/1000 kelahiran hidup, meningkat dibandingkan tahun 2011 10,34/1000 kelahiran hidup sedangkan angka kematian bayi (AKB) terendah di kota Surakarta sebesar 5,33/1000 kelahiran hidup (Riskesdas, 2012). Penyebab utama kematian neonatal dini adalah masalah neonatal terdiri dari (asfiksia, ikterus, berat badan lahir rendah, caput succedaneum) 62%, diare 17%, kelainan kongenital 6%, meningitis 5%, pneumoni 4%, tetanus 2%, sepsis 4% (Prasetyawati, 2012). Salah satu penyebab komplikasi adalah sepsis pada bayi baru lahir adalah caput succedaneum yaitu pembengkakan difus jaringan lunak kepala, yang dapat melampaui sutura garis tengah, benjolan yang difus kepala terletak pada presentasi kepala bayi baru lahir, 1 2 terjadi oedema di bawah kepala bayi sebagai akibat pengeluaran serum dari pembuluh darah (Rukiyah dan Yulianti, 2010). Tindakan yang tepat dalam melakukan kegawatdaruratan pada bayi baru lahir dengan caput succedaneum yaitu memberikan asuhan agar tidak terjadi komplikasi, bidan harus dapat mengenali dengan baik tanda-tanda bayi baru lahir dengan caput succedaneum dan memberikan perawatan yang dimulai dengan memberikan ASI secara adekuat, mencegah terjadinya infeksi dengan cara menjaga personal hygiene, perawatan tali pusat pada bayi dengan baik agar tidak terjadi komplikasi (Rukiyah dan Yulianti, 2010). Berdasarkan studi pendahuluan yang penulis lakukan pada tanggal 13-14 Oktober 2014 di RSUD Kota Surakarta dari bulan Januari sampai Oktober 2014 diperoleh data sebanyak 1090 bayi, terdiri dari jumlah kasus bayi baru lahir normal sebanyak 440 (40,36%), jumlah bayi tidak normal karena kelainan kongenital 289 bayi (26,51%), bayi dengan caput succedaneum 137 bayi (12,56%), BBLR 95 bayi (8,71%), bayi dengan ikterik 57 bayi (5,27%), bayi dengan sepsis 15 (1,37%), 8 bayi (0,73%) dengan chepal hematom , dan 49 bayi (4,49%) masuk dalam angka kematian karena BBLSR dan IUFD. Berdasarkan latar belakang di atas penulis tertarik mengambil judul “Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir Ny. A Umur 0 Menit dengan Caput Succedaneum di RSUD Kota Surakarta”. 3 B. Perumusan Masalah Bagaimana penatalaksanaan asuhan kebidanan bayi baru lahir Ny. A umur 0 menit dengan Caput Succedaneum di RSUD Kota Surakarta dengan menggunakan manajemen kebidanan dengan 7 langkah Varney ?. C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Dapat melakukan penatalaksanaan bayi baru lahir Ny. A dengan caput succedaneum umur 0 menit di RSUD Kota Surakarta dengan menerapkan asuhan kebidanan menurut manajemen asuhan kebidanan 7 langkah Varney. 2. Tujuan Khusus a. Penulis mampu : 1) Melakukan pengkajian secara lengkap pada bayi baru lahir Ny. A umur 0 menit dengan caput succedaneum. 2) Menginterpretasikan data pada bayi baru lahir Ny. A umur 0 menit dengan caput succedaneum yang meliputi diagnosa kebidanan, masalah dan kebutuhan. 3) Merumuskan diagnosa potensial yang mungkin timbul pada bayi baru lahir Ny. A umur 0 menit dengan caput succedaneum. 4) Mengantisipasi/tindakan segera yang memerlukan tindakan pada bayi baru lahir Ny. A umur 0 menitdengan caput succedaneum. 4 5) Membuat rencana asuhan kebidanan secara menyeluruh pada bayi baru lahir Ny. A umur 0 menit dengan caput succedaneum. 6) Melaksanakan tindakan sesuai rencana pada bayi baru lahir Ny. A umur 0 menit dengan caput succedaneum. 7) Mengevaluasi hasil asuhan kebidanan bayi baru lahir Ny. A umur 0 menit dengan caput succedaneum. b. Penulis mampu mengidentifikasi kesenjangan yang terjadi antara teori dan praktek di lapangan pada bayi baru lahir Ny. A umur 0 menit dengan caput succedaneum. D. Manfaat Studi Kasus 1. Bagi Penulis Menambah pengetahuan dan pengalaman dalam menerapkan ilmu asuhan kebidanan bayi baru lahir dengan caput succedaneum dalam situasi yang nyata yaitu di lahan praktek. 2. Bagi Profesi Dapat meningkatkan pelayanan berkualitas, pengetahuan menjadi masukan bagi tenaga kesehatan lainnya dalam menerapkan asuhan kebidanan bayi baru lahir dengan caput succedaneum, supaya bayi baru lahir dapat mendapatkan tindakan dan asuhan kebidanan tepat, cepat, optimal dan berkualitas. 5 3. Bagi Institusi a. Lahan Praktik Sebagai bahan masukan dalam pelayanan dan lebih meningkatkan kualitas mutu pelayanan kebidanan dalam asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan caput succedaneum. b. Pendidikan Sebagai sumber bacaan atau referensi meningkatkan kualitas dan mutu pelayanan kebidanan khususnya dalam asuhan kebidanan pada bayi dengan caput succedaneum. E. Keaslian Studi Kasus Studi Kasus tentang bayi baru lahir dengan caput succedaneum ini pernah dilakukan oleh : 1. Yuliana Sundari, STIKes Kusuma Husada Surakarta dengan judul “Asuhan Kebidanan Pada By. Ny. K dengan caput succedaneum atas tindakan kala II lama di bangsal Dahlia di Rumah Sakit Umum Daerah Karanganyar” (2013). Laporan kasus ini menggunakan pendekatan manajemen kebidanan menurut Varney, asuhan yang diberikan adalah bayi dirawat seperti perawatan bayi normal, mengukur TTV dan mengobservasi keadaan umum bayi, memberikan ASI yang adekuat, mencegah terjadinya infeksi, mencegah terjadinya hipotermi, Asuhan kebidanan diberikan selama 3 hari dan hasilnya bayi sehat, kebutuhan nutrisi terpenuhi, tidak ada infeksi dan ukuran benjolan mengecil, dan 6 perawatan tali pusat yang baik, personal hygiene yang baik dan memberikan informasi atau penyuluhan terhadap orang tua bahwa tidak usah cemas dengan keadaan bayinya karena benjolan akan hilang 2 – 3 hari. Setelah dilakukan perawatan selama 3 hari bayi Ny. K keadaan umumnya baik, tangisan kuat, reflek rooting baik, reflek suchking baik, reflek moro baik, reflek grassping baik, benjolan caput succedaneum berkurang, warna kulit kemerahan, abdomen tali pusat basah dan belum lepas, tidak bau, tidak ada tanda-tanda infeksi. 2. Nindya Kusdhani, Universitas Sebelas Maret dengan judul “Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir Pada Bayi Ny. Y dengan Caput Succedaneum atas indikasi kala II lama di RSUD Dr. Soehadi Prijonegoro Sragen” (2014). Laporan kasus ini dilakukan dengan cara wawancara, observasi langsung dan studi dokumen. Analisis data dilakukan secara deskriptif dengan metode 7 langkah Varney dan SOAP. Asuhan yang di berikan sama seperti perawatan bayi normal seperti observasi TTV dan KU, pemeriksaan antopometri, menjaga personal hygiene bayi, pemberian tetes mata eritromisin 0,5%, injeksi vitamim K1 pada paha kiri bayi dan injeksi antibiotik 125 mg, dalam studi kasus ini By. Ny. Y di beri ASB (Air Susu Buatan). Setelah dilakukan Asuhan Kebidanan dilakukan selama 3 hari TTV dan KU baik, benjolan di kepala menghilang, warna kulit bayi kemerahan, bayi menangis kuat. Persamaan kedua studi kasus dengan yang penulis lakukan di RSUD Kota Surakarta adalah asuhan kebidanan pada bayi dengan caput succedaneum 7 menggunakan metode 7 langkah varney dan SOAP dilakukan selama 3 hari dengan memperhatikan keadaan umum dan vital sign bayi dan benjolan di kepala bayi. Tetapi untuk tindakan yang dilakukan RSUD Kota Surakarta terhadap bayi dengan caput berbeda yaitu dengan mengusap daerah caput dengan kassa betadine atau kassa air hangat sedangkan dari studi kedua kasus tidak dilakukan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori Medis 1. Bayi Baru Lahir a. Definisi Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dalam presentasi belakang kepala melalui vagina tanpa memakai alat, yang pada usia kandungan 37 minggu sampai 42 minggu dengan berat badan lahir 2.500-4000 gram, nilai apgar > 7 dan tanpa cacat bawaan (Rukiyah dan Yulianti, 2010). b. Ciri-ciri bayi baru lahir normal Menurut Arief dan Kristyanasari (2009), ciri-ciri bayi baru lahir normal adalah sebagai berikut : 1) Berat badan 2.500-4000 gram. 2) Panjang badan 48-52 cm. 3) Lingkar kepala 33-35 cm. 4) Lingkar dada 30-38 cm. 5) Bunyi jantung dalam menit pertama kurang lebih 180x/menit menurun sampai 120-160x/menit. 6) Pernafasan bayi menit pertama kurang lebih 80x/menit menurun sampai 40x/menit. 7) Kulit merah muda dan licin. 8 9 8) Rambut lanugo tidak terlihat, rambut kepala biasanya telah sempurna. 9) Kuku agak panjang dan lemas, warna kemerahan. 10) Untuk laki-laki testis sudah turun dan untuk perempuan genetalia labiya mayora telah menutupi labiya minora. 11) Reflek hisap dan menelan sudah terbentuk dengan baik. 12) Reflek moro sudah baik, dikagetkan akan memperlihatkan gerakan tangan seperti memeluk. 13) Reflek grasping sudah baik, bila diletakkan suatu benda di telapak tangan maka akan menggenggam. 14) Eliminasi, urine dan meconium akan keluar 24 jam, pertama meconium berwarna kecoklatan atau kehitaman. c. Penatalaksanaan Menurut Arief dan Kristiyanasari (2009), penatalaksanaan yang dilakukan segera setelah bayi baru lahir diantaranya sebagai berikut : 1) Membersihkan jalan nafas dan sekaligus menilai apgar score pada menit ke 1,5,10. 2) Mengeringkan badan bayi dari cairan ketuban dengan menggunakan kain yang halus atau handuk. 3) Memotong dan mengikat tali pusat dengan memperhatikan teknik aseptik dan antiseptik. 4) Mempertahankan suhu tubuh bayi dengan cara : a) Bayi dibungkus dengan kain hangat. 10 b) Jangan membiarkan bayi dalam keadaan basah. c) Jangan memandikan bayi dengan air dingin. d) Daerah kepala dibungkus, memakaikan topi yang terbuat dari kain. 5) Mendekapkan bayi ke ibu dan menetekkan segera setelah lahir. 6) Membersihkan badan bayi dengan cara : a) Siapkan tempat kapas, kapas dan minyak/baby oil. b) Bersihkan daerah muka dengan menggunakan kapas lembab, pertama-tama yang dibersihkan adalah daerah mata mulai dari bagian dalam keluar (setiap kali usapan kapas harus diganti) kemudian menggunakan kapas minyak untuk membersihkan daerah telinga. Selanjutnya muka dan sekitarnya dibersihkan dengan kapas minyak sampai ke daerah leher. c) Bersihkan daerah ekstremitas atas, lipatan ketiak, daerah dada dan sekitarnya, daerah punggung, ekstremitas bawah dan terakhir daerah genetalia. 7) Memberikan obat mata eritromisin 0,5% atau tetrasiklin 1% dianjurkan untuk pencegahan penyakit mata karena klamidia (penyakit menular seksual) obat mata perlu diberikan pada jam pertama setelah persalinan, yang lazim dipakaikan adalah larutan Perak Nitrat atau Neosporin dan langsung diteteskan pada mata bayi segera setelah bayi lahir. 11 8) Memberikan Vitamin K Untuk mencegah terjadinya perdarahan karena defisiensi vitamin K pada bayi baru lahir, diberikan dengan dosis 0,1 – 1 mg secara IM 1 jam setelah bayi lahir dan setelah dilakukan IMD. Lakukan hal-hal berikut, semua bayi baru lahir normal atau cukup bulan diberi vitamin K. 9) Melaksanakan pemeriksaan kesehatan bayi a) Mengukur Berat Badan, Panjang Badan, Lingkar Kepala, Lingkar Lengan Atas, Lingkar Dada. b) Observasi tanda-tanda vital. c) Observasi keadaan reflek. d) Penampilan fisik dari kepala sampai kaki (Ekstremitas) 10) Memasangkan pakaian bayi 11) Identitas Bayi a) Pada alat atau gelang bayi tercantum : Nama (By. Ny. A), Tanggal Lahir, jenis Kelamin, Berat badan Bayi, Nama Lengkap b) Di tempat tidur selalu diberi nama atau tanda dengan mencantumkan nama, tanggal lahir, nomor identitas bayi. 12 d. Masalah yang sering terjadi pada bayi baru lahir : 1) Asfiksia Merupakan suatu keadaan pada bayi baru lahir yang mengalami gagal bernapas secara spontan dan teratur segera setelah lahir, sehingga bayi tidak dapat masukkan oksigen (Dewi, 2010). 2) Ikterus Salah satu keadaan menyerupai penyakit hati yang terdapat pada bayi akibat terjadinya hiperbilirubinemia (Dewi, 2010). 3) Berat Badan Lahir Rendah Keadaan yang dialami bayi baru lahir dengan berat badan lahir kurang dari 2.500 gram (Arief dan Kristiyanasari, 2009). 4) Caput Succedaneum Oedema subcutis akibat penekanan jalan lahir pada persalinan letak kepala, berbentuk benjolan yang segera tampak setelah bayi lahir, tak terbatas tegas dan melewati garis sutura (Rukiyah dan Yulianti, 2010). 5) Cephal Hematom Pembengkakan pada daerah kepala yang disebabkan karena adanya penumpukan darah subperiostinum (Dewi, 2010). akibat perdarahan pada 13 2. Caput Succedaneum a. Definsi Caput Succedaneum adalah oedema subcutis akibat penekanan jalan lahir pada persalinan letak kepala, berbentuk benjolan yang segera tampak setelah bayi lahir, tak terbatas tegas dan melewati garis sutura (Rukiyah dan Yulianti, 2010). Caput succedaneum adalah pembengkakan pada suatu tempat di kepala karena adanya timbunan getah bening dibawah lapisan aponerose diluar periostinum (Arief dan Kristiyanasari, 2009). b. Etiologi Caput Succedaneum terjadi karena adanya tekanan yang kuat pada kepala saat memasuki jalan lahir, sehingga terjadi bendungan sirkulasi perifer dan limfe disertai dengan pengeluaran cairan tubuh ke jaringan ekstravaskuler (Dewi, 2010). c. Tanda dan Gejala Menurut Arief dan Kristiyanasari (2009), tanda dan gejala dari caput succedaneum adalah sebagai berkut : 1) Adanya oedema di kepala. 2) Terasa lembut dan lunak pada perabaan. 3) Oedem melampaui sela-sela tulang tengkorak. 4) Batas tidak jelas. 5) Biasanya menghilang dalam 2-3 hari tanpa pengobatan 14 d. Patofisiologi Menurut Deslidel dkk (2011), patofisiologi caput succedaneum terjadi karena adanya tekanan pada jalan lahir, atau karena persalinan dengan vakum ekstraksi. Tanda gejalanya meliputi edema di kepala, pada perabaan terasa lembut dan lunak, edema melampaui sela-sela tulang tengkorak, batas tidak jelas dan biasanya menghilang dalam waktu 2-3 hari tanpa pengobatan. e. Komplikasi Menurut Rukiyah dan Yulianti (2010), komplikasi pada bayi dengan caput succedaneum adalah sebagai berikut : 1) Anemia Anemia bisa terjadi pada bayi terkena caput succedaneum karena pada benjolan terdapat darah. 2) Caput Hemoragik Pada caput succedaneum bisa terjadi karena kulit terluka. 3) Infeksi Terjadi infeksi bila benjolan tidak dijaga kebersihannya. 4) Ikterus Terjadi apabila bayi baru lahir dengan berat badan lahir rendah. f. Penatalaksanaan Menurut Arief dan Kristiyanasari (2009), penatalaksanaan bayi caput succedaneum adalah sebagai berikut : 1) Bayi dirawat seperti perawatan bayi normal. 15 2) Awasi keadaan umum bayi. 3) Lingkungan harus dalam keadaan baik, cukup ventilasi, masuk sinar matahari. 4) Pemberian ASI yang adekuat, ajarkan ibu cara menetekkan dengan tiduran untuk mengurangi anak jangan sering diangkat, agar benjolan tidak meluas. 5) Mencegah terjadinya infeksi dengan cara a) Perawatan tali pusat dengan baik. b) Perawatan Hygiene dengan baik. 6) Memberikan penyuluhan kepada orang tua tentang : a) Keadaan trauma bayi, tidak usah cemas karena benjolan akan menghilang dalam 2-3 hari. b) Perawatan bayi sehari-hari. c) Manfaat dan cara pemberian ASI. B. Teori Manajemen Kebidanan 1. Pengertian Manajemen Kebidanan Manajemen kebidanan adalah metode atau bentuk pendekatan yang digunakan bidan dalam memberikan asuhan kebidanan sehingga langkahlangkah manajemen kebidanan merupakan alur pikir bidan dalam pemahaman masalah atau pengambil keputusan klinis (Sudarti dkk, 2011). Dalam memberikan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan caput succedaneum penulis mempunyai acuan pada Varney yang 16 sistematis sehingga memudahkan dalam pemecahan masalah pada pasien. 2. Manajemen Asuhan Kebidanan 7 Langkah Varney Menurut Varney (2007), Manajemen Asuhan Kebidanan 7 Langkah Varney terdiri : a. Langkah Pertama : Pengkajian Mengumpulkan data adalah menghimpun informasi tentang klien/orang yang meminta asuhan. Kegiatan mengumpulkan data dimulai saat klien masuk dan dilanjutkan secara terus menerus selama proses asuhan kebidanan berlangsung (Mufdlifah dkk, 2009). 1) Data Subyektif Data subyektif adalah data yang didapatkan dari klien sebagai suatu pendapat terhadap suatu situasi dan kejadian, data tersebut tidak ditentukan oleh perawat secara independen tetapi melalui suatu interaksi atau komunikasi (Nursalam, 2009). Data yang didapat dari pasien sebagai suatu pendapat terhadap suatu situasi dan kejadian. Menurut Matondang dkk (2013), meliputi : a) Identitas bayi (1) Nama bayi : Untuk mengetahui nama bayi. (2) Umur bayi : Untuk mengetahui umur bayi. 17 (3) Tempat/tanggal lahir : Untuk mengetahui dimana dan kapan bayi itu lahir. (4) Jenis Kelamin : Untuk mengetahui apakah bayi laki-laki atau perempuan. (5) Nama Ibu/Ayah : Untuk mengetahui identitas orang tua bayi tersebut. (6) Umur : Untuk mengetahui umur orang tua bayi. (7) Agama : Untuk menentukan bagaimana kita memberikan kepada dukungan ibu selama memberikan asuhan. (8) Suku Bangsa : Untuk adat istiadat atau budaya. (9) Pendidikan : Untuk mengetahui pendidikan orang tua bayi. (10) Pekerjaan : Untuk mengetahui sosial ekonomi keluarga apakah 18 dapat membiayai bayi selama di RS. (11) Alamat : Untuk mengetahui tempat tinggal pasien, sehingga mempermudah jika ada kunjugan rumah pada pasien. b) Keluhan utama Keluhan utama adalah untuk mengetahui alasan pasien datang ke pelayanan kesehatan (Sulistyowati, 2009). Keluhan utama pada bayi baru lahir dengan caput succedaneum adalah ibu mengatakan ada benjolan di kepala bayinya setelah bayi lahir (Arief dan Kristiyanasari, 2009). c) Riwayat kehamilan sekarang 1) HPHT : Untuk mengetahui hari pertama haid terakhir (HPHT) ibu. 2) HPL : Untuk menghitung atau mengetahui tanggal perkiraan bayi lahir. 3) Ante Natal Care (ANC) : Untuk mengetahui frekuensi pemeriksaan kehamilan siapa yang memeriksa. dan 19 4) Keluhan : Untuk mengetahui gangguan yang dialami ibu saat trimester I, II, dan III. 5) Penyuluhan : Untuk mengetahui apakah ibu sudah pernah mendapatkan penyuluhan sebelumnya. 6) Imunisasi Tetanus : Untuk mengetahui sudah atau belum ibu imunisasi tetanus. (Varney, 2007). d) Riwayat persalinan sekarang Untuk mengetahui tanggal persalinan, jenis persalinan, jenis kelamin anak, keadaan bayi, meliputi BB, PB, penolong persalinan. Hal ini perlu dikaji untuk mengetahui proses persalinan mengalami kelainan atau tidak yang bisa berpengaruh pada nifas saat ini. Bayi dengan caput succedaneum biasanya disebabkan oleh adanya komplikasi pada persalinan kala II lama dan persalinan menggunakan vakum ekstraksi, Deslidel dkk (2011). e) Riwayat penyakit saat hamil Untuk mengetahui adanya hipertensi tanda-tanda tekanan sistolik 140 mmHg dan tekanan diastolik 90 mmHg, preeklamsi, eklamsi, tanda gangguan pengelihatan dan mual (Varney, 2007) 20 f) Riwayat penyakit sistemik Untuk mengetahui apakah ada penyakit yang bisa mempengaruhi pertumbuhan janin misalnya : riwayat penyakit saat hamil dan riwayat penyakit sistemik seperti : 1) Jantung : Untuk mengetahui apakah ibu mengalami tanda-tanda seperti sakit pada dada sebelah kiri, sering merasa berdebar-debar dan mengeluarkan keringat di kedua telapak tangan. 2) Ginjal : Untuk mengalami mengetahui tanda apakah penyakit ibu ginjal seperti nyeri pada pinggang kanan dan kiri atau sakit saat BAK. 3) Asma : Untuk mengetahui apakah ibu pernah mengalami sesak nafas atau kesulitan bernafas. 4) TBC : Untuk mengetahui apakah ibu pernah mengalami batuk secara terus menerus selama lebih dari 2 minggu. 5) Hepatitis : Untuk mengetahui apakah ibu pernah mengalami mata, kuku, kulit berwarna kuning. 21 6) Diabetes Militus : Untuk mengetahui apakah ibu mengalami tanda penyakit diabetes yaitu sering merasa mudah lapar, mudah haus, sering BAK pada malam hari. 7) Hipertensi : Untuk hipertensi mengetahui adanya tanda-tanda tekanan sistolik 140 mmHg dan tekanan diastolik 90 mmHg. 8) Epilepsi : Untuk mengetahuiapakah ibu pernah mengalami kejang sampai mengeluarkan busa dari mulut. (Varney, 2007). g) Riwayat penyakit keluarga Untuk mengetahui apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit menular dan menahun misalnya : jantung, asma, Diabetus Melitus, epilepsi, dan lain-lain (Varney, 2007). h) Riwayat keturunan kembar Untuk mengetahui apakah ada riwayat keturunan kembar didalam keluarganya (Varney, 2007). 22 i) Riwayat operasi Untuk mengetahui apakah pernah mengalami tindakan pembedahan atau tidak (Varney, 2007). 2) Data Obyektif Data obyektif adalah data yang dapat diobservasi dan diukur. Data ini diperoleh melalui kepekaan perawat (senses) selama melakukan pemerikssaan fisik melalui 2S (sight, smell) dan HT (hearing and touch atau taste) (Nursalam, 2009). a) Pemeriksaan khusus Dilakukan pemeriksaan apgar score pada bayi baru lahir pada menit ke 1, ke 5, dan ke 10 (Dewi, 2010). Tabel 2.1 APGAR SCORE No Tanda 1 Apperance (warna kulit) Nilai : 0 Pucat/biru seluruh tubuh Tidak ada Nilai : 1 Tubuh merah Ekstremitas biru <100 Nilai : 2 Seluruh tubuh kemerahan > 100 2 Pulse (denyut jantung) 3 Grimace (tonus otot) Tidak ada Ekstremitas sedikit fleksi Gerakan aktif 4 Activity (aktivitas) Tidak ada Sedikit gerak Langsung menangis 5 Respiration (pernapasan) Tidak ada Lemah/tidak teratur Menangis Sumber : Dewi, 2010 23 Keterangan : 1. Nilai 1-3 asfiksia berat. 2. Nilai 4-6 asfiksia sedang. 3. Nilai 7-10 asfiksia ringan (normal). Pada bayi baru lahir dengan caput succedaneum nilai apgar score normal. b) Pemeriksaan umum pada kasus pada bayi baru lahir dengan caput succedaneum Keadaan umum dan kesadaran pasien dapat diambil saat pertama kali kunjungan dan melakukan pemeriksaan tanda-tanda vital meliputi : (1) Suhu C (Rukiyah dan Yulianti, 2010). (2) Pernafasan Waktu bayi tenang, hitung pernafasan selama 60 detik, frekuensi normal adalah 40-60 kali per-menit (Arief dan Kristiyanasari, 2009) (3) Denyut jantung Hitung denyut jantung selama 60 detik, normalnya adalah 120-160 kali per-menit (Arief dan Kristiyanasari, 2009). 24 c) Menurut Muslihatun (2010) adalah pemeriksaan sistematis fisik meliputi : (1) Kepala Ubun-ubun besar, ubun-ubun kecil, sutura, moulase, caput succedaneum, cephal hematom. Pada kasus caput succedaneum terlihat kepala terdapat benjolan yang teraba lunak, berbatas tidak tegas, sutura melewati tulang tengkorak, benjolan berisi cairan (Arief dan Kristiyanasari, 2009). (2) Bentuk wajah Tampak simetris atau tidak, Matondang dkk (2013). (3) Mata Ukuran bentuk dan kesimetrisan, bengkak, warna sklera dan conjungtiva (Dewi, 2010). (4) Telinga Bentuk, kesimetrisan, adanya sekret atau tidak. (5) Hidung Kesimetrisan, ada benjolan atau tidak. (6) Mulut Bentuk simetris atau tidak, mukosa, mulut kering atau basah, lidah, bercak putih pada gusi, reflek menghisap, adakah labioskizis atau palatoskizis. 25 (7) Leher Bentuk simetris atau tidak, adakah pembengkakan atau benjolan, kelainan tiroid. (8) Dada Bentuk dada, putting susu, gangguan pernafasan, bunyi jantung dan pernafasan. (9) Tali pusat Memeriksa apakah ada kemerahan, bengkak, bernanah, berbau pada tali pusat (Arief dan Kristiyanasari, 2013). (10) Punggung Skoliosis atau tidak, spina bifida (Arief dan Kristiyanasari, 2009). (11) Ekstremitas Atas : adakah oedema, simetris atau tidak. Bawah : adakah kelainan atau tidak, simetris atau tidak (Arief dan Kristiyanasari, 2013). (12) Genetalia Laki-laki : testis sudah turun berada dalam skrotum. Perempuan : labia mayora dan labia minora, klitoris, (Dewi, 2010). (13) Anus Berlubang atau tidak. 26 d) Pemeriksaan reflek Menurut Dewi (2010), pemeriksaan reflek adalah sebagai berikut : (1) Kejut atau (Moro Reflek) Didapat dengan memberikan isyarat kepada bayi, dengan satu teriakan atau gerakan mendadak. Respon bayi baru lahir berupa menghentakkan tangan dan kaki lurus ke arah luar, sedangkan lutut fleksi, tangan akan kembali lagi ke arah dada seperti posisi bayi berada dalam pelukan. Jari-jari tampak terpisah dan bayi mungkin menangis. Pada bayi baru lahir dengan caput succedaneum reflek kejut positif baik. (2) Reflek menggenggam (Graps Reflek) Reflek yang timbul bila ibu jari diletakkan pada telapak tangan bayi, maka bayi akan menutup telapak tangannya. Pada bayi baru lahir dengan caput succedaneum reflek menggenggam baik. (3) Reflek menghisap (Suching Reflek) Respon pada bayi yang timbul apabila ada obyek atau jari yang dimasukkan ke dalam mulut maka bayi akan menghisap obyek atau jari tersebut. Pada bayi baru lahir dengan caput succedaneum reflek menghisap baik. 27 (4) Reflek mencari (Rooting Reflek) Muncul pada stimulasi taktil pada pipi dan daerah mulut, bayi akan memutar kepala seakan-kan mencari putting susu. Pada bayi baru lahir dengan caput succedaneum reflek mencari baik. (5) Reflek walking Reflek walking akan timbul jika bayi dalam posisi berdiri akan ada gerakan spontan posisi kaki bayi melangkah ke depan. Pada bayi baru lahir dengan caput succedaneum reflek walking baik. (6) Reflek tonick neck Reflek akan timbul saat bayi dalam posisi terlentang, saat punggung diurut kepala bayi akan sedikit mengangkat. Pada bayi baru lahir dengan caput succedaneum reflek tonick neck baik. e) Pemeriksaan Antopometri Menurut Marmi dan Rahardjo (2012) pemeriksaan antopometri meliputi : (1) Lingkar kepala Untuk mengetahui pertumbuhan otak, normalnya 33-35 cm bayi dengan caput succedaneum lingkar kepala berbeda dengan bayi normal, lingkar kepala bayi 28 dengan caput succedaneum lebih besar dengan bayi normal. (2) Lingkar dada Untuk mengetahui keterlambatan pertumbuhan normal (30-38) cm, bayi dengan caput succedaneum lingkar dada sama seperti bayi normal. (3) Berat badan Untuk mengetahui berat badan bayi normal, normalnya 2500-4000 gram, pada bayi dengan caput succedaneum berat badan sama dengan bayi normal. (4) Panjang badan Untuk mengetahui normal atau tidak panjang badan bayi, normalnya 48-52 cm, bayi dengan panjang badan sama seperti bayi normal. f) Nutrisi (1) ASI Suatu emulsi lemak dalam larutan protein, laktosa dan garam-garam anorganik yang sekresi oleh kelenjar mammae ibu, sebagai makanan bayinya. (2) PASI Makanan bayi yang secara tunggal dapat memenuhi kebutuhan gizi serta pertumbuhan dan perkembangan bayi sampai berumur 4 – 6 bulan. 29 g) Eliminasi (1) Urine Biasanya bayi baru lahir urine akan keluar pada 24 jam pertama setelah lahir (Marmi dan Rahardjo, 2012). (2) Mekonium Mekonium pada bayi baru lahir akan keluar setelah 24 jam kelahiran, biasanya mekonium akan berlangung 23 hari, pada hari selanjutnya mekonium akan berwarna kehijau-hijauan (Marmi dan Rahardjo, 2012). b. Langkah Kedua : Interpretasi data Pada langkah ini dilakukan identifikasi yang benar terhadap diagnosa atau masalah dan kebutuhan klien berdasarkan interpretasi yang benar atas data-data yang dikumpulkan (Mufdlifah dkk, 2012). 1) Diagnosa Kebidanan Diagnosa kebidanan adalah pengelolaan/ analisa data yaitu menggabungkan dan menghubungkan data satu dengan yang lainnya sehingga tergambar fakta (Mufdlifah dkk, 2012). Diagnosa : Bayi Ny. X umur....jenis kelamin....dengan caput succedaneum. Data dasar Subyektif : 1) Ibu mengatakan bayinya lahir tanggal.....pukul...... 30 2) Ibu mengatakan bayinya lahir dengan benjolan di kepala setelah bayi lahir. Obyektif : 1) Keadaan Umum 2) Kesadaran 3) Apgar Score 4) Pemeriksaan sistemik kepala Inspeksi : kepala terdapat benjolan, batas tidak tegas, benjolan berisi cairan. Pada palpasi : benjolan di kepala teraba lunak, melampaui garis tengkorak (Arief dan Kristiyanasari, 2009). 2) Masalah Masalah yang terjadi pada bayi dengan caput succedaneum adalah bayi mengalami beberapa ketidaknyamanan meskipun perawatan telah diberikan secara baik dan benar, pada bayi baru lahir dengan caput succedaneum bayi merasa tidak nyaman seperti bayi menjadi rewel (Mufdlifah dkk, 2012). 3) Kebutuhan Kebutuhan adalah suatu hal yang dibutuhkan pasien dan belum teridentifikasikan dalam diagnosa dan masalah didapat dengan analisa data (Varney, 2007). 31 Menurut Arief dan Kristiyanasari (2009), kebutuhan yang diperlukan bayi baru lahir dengan caput sucedaneum adalah usahakan bayi untuk tidak diangkat, memberi ASI yang adekuat, menjaga benjolan supaya tidak terjadi iritasi atau infeksi, pertahankan area caput succedaneum untuk tetap kering dan bersih. c. Langkah ketiga : Diagnosa potensial Pada langkah ini kita mengidentifikasikan masalah atau diagnosa lain berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosa yang sudah diidentifikasikan (Mufdlifah dkk, 2012). Masalah potensial pada bayi baru lahir dengan caput succedaneum adalah infeksi sekunder bila timbul lecet di daerah benjolan (Rukiyah dan Yulianti, 2010). d. Langkah keempat : Antisipasi/Tindakan Segera Beberapa data menunjukkan situasi emergensi bidan perlu bertindak segera demi keselamatan ibu dan bayi (Mufdlifah dkk, 2012). Antisipasi yang dilakukan bidan yaitu mandiri pada bayi dengan caput succedaneum adalah menjaga kebersihan dan menjaga agar kulit yang terluka untuk diperhatikan dan dapat digunakan obatobatan antiseptik lokal, usahakan bayi tidak sering diangkat agar benjolan tidak meluas, serta kolaborasi dengan dokter spesialis anak untuk pemberian terapi (Arief dan Kristiyanasari, 2009). 32 e. Langkah kelima : Rencana tindakan Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh ditentukan oleh langkah sebelumnya, langkah ini merupakan lanjutan manajemen terhadap diagnosa atau masalah yang telah diidentifikasikan atau antisipasi, pada langkah ini informasi/data dasar yang tidak lengkap dilengkapi (Mufdlifah dkk, 2012). Menurut Arief dan Kristiyanasari (2009), Rencana asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan caput succedaneum adalah : 1) Bayi dirawat seperti perawatan bayi normal. 2) Awasi keadaan umum bayi. 3) Lingkungan harus dalam keadaan baik, cukup ventilasi, masuk sinar matahari. 4) Pemberian ASI yang adekuat, ajarkan ibu cara menetekkan dengan tiduran untuk mengurangi anak jangan sering diangkat, agar benjolan tidak meluas. 5) Mencegah terjadinya infeksi dengan : a) Perawatan tali pusat yang baik. b) Personal Hygiene yang baik. 6) Memberikan penyuluhan kepada orang tua tentang : a) Keadaan trauma bayi, tidak usah cemas karena benjolan akan hilang 2-3 hari. b) Perawatan bayi sehari-hari. c) Manfaat dan cara pemberian ASI. 33 f. Langkah keenam : Penatalaksanaan Langkah ini merupakan pelaksanaan dari rencana asuhan yang menyeluruh dari perencanaan. Penatalaksanaan asuhan ini bisa dilakukan oleh klien atau tenaga kesehatan lainnya (Varney, 2007). Pelaksanaan asuhan pada bayi baru lahir dengan caput succedaneum disesuaikan dengan perencanaan yang telah dibuat (Arief dan Kristiyanasari, 2009). g. Langkah ketujuh : Evaluasi Merupakan langkah terakhir untuk menilai keaktifan dari rencana asuhan yang telah diberikan meliputi pemenuhan akan bantuan apakah benar-benar telah terpenuhi sesuai dengan kebutuhan dalam masalah dan diagnosa (Mufdlifah dkk, 2012). Bayi baru lahir dengan caput succedaneum adalah : 1) Keadaan umum baik. 2) Bayi tampak tenang dan nyaman 3) Benjolan caput succedaneum bayi baru lahir menghilang tanpa komplikasi. 3. Data Perkembangan Metode pendokumentasian yang digunakan dalam asuhan kebidanan pada bayi dengan caput succedaneum dengan SOAP menurut Varney (2007), yaitu : 34 S : Subyektif Hasil pengumpulan data klien dari anamnesa. Data subyektif diperoleh melalui wawancara langsung dengan ibu bayi Ny. X. O : Obyektif Menggambarkan pendokumentasian hasil pemeriksaan fisik pasien, hasil laboraturium dan tes diagnostik yang dirumuskan dalam data fokus untuk mendukung asuhan sebagai langkah I, data obyektif diperoleh langsung berdasarkan pemeriksaan fisik yang dilakukan pada bayi Ny. X. A : Assesment Menggambarkan pendokumentasian hasil analisa dan interpretasi data subyektif dan obyektif dalam suatu identifikasi. a. Diagnosa kebidanan, Masalah, Kebutuhan. b. Antisipasi diagnosa lain / masalah potensial. c. Perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter kolaborasi atau rujukan. P : Planning Menggambarkan pendokumentasian dari perencanaan (P) dan evaluasi (E) berdasarkan analisa pada bayi Ny. A. C. Landasan Hukum Seorang bidan dalam melaksanakan tugas dan fungsinya dalam melakukan asuhan kebidanan pada bayi Ny. X dengan caput succedaneum harus berdasarkan : 35 1. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia, No. 166/MENKES/PER/X/2010, Pasal 11, Poin C, pelayanan kesehatan anak meliputi : c. Penanganan kegawatdaruratan dilanjutkan dengan rujukan. 2. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia, No. 1464/MENKES/PER/X/2010, Pasal 16 ayat 2, pelayanan kebidanan pada anak meliputi : a. Perawatan bayi baru lahir. b. Perawatan tali pusat. c. Perawatan bayi. d. Resusitasi pada bayi baru lahir. e. Pemantauan tumbuh kembang anak. f. Pemberian imunisasi. g. Pemberian penyuluhan. BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Studi Kasus Studi kasus adalah studi kasus yang dilakukan dengan cara meneliti suatu permasalahan yang terdiri dari unit tunggal. Jenis studi kasus ini merupakan studi kasus dengan metode deskriptif yaitu dilakukan sekumpulan obyek yang biasanya bertujuan untuk melihat gambar fenomena (termasuk kesehatan) yang terjadi didalam suatu populasi tertentu, pada jenis kasus ini menggunakan asuhan kebidanan dengan manajemen Varney yang terdiri dari 7 langkah dengan data perkembangan SOAP (Notoatmodjo, 2012). B. Lokasi Studi Kasus Menjelaskan tempat atau lokasi tersebut dilakukan, lokasi penelitian ini sekaligus membatasi ruang lingkup penelitian tersebut (Notoatmodjo, 2012). Studi kasus telah dilakukan di RSUD Kota Surakarta. C. Subyek Studi Kasus Subyek merupakan orang yang dijadikan sebagai pasien untuk mengambil kasus (Arikunto, 2010). Subyek pada kasus ini adalah bayi baru lahir Ny. A umur 0 menit dengan caput succedaneum di RSUD Kota Surakarta. 36 37 D. Waktu Studi Kasus Waktu studi kasus adalah waktu yang dibutuhkan penulis untuk mendapatkan data penelitian yang dilaksanakan sampai batas yang ditentukan (Nursalam, 2009). Waktu studi kasus ini dilakukan pada bulan November 2014 – Juni 2015. Pengambilan kasus pada tanggal 7 Februari – 9 Februari 2015. E. Instrument Studi Kasus Instrument adalah alat yang digunakan untuk pengumpulan data (Notoatmodjo, 2012). Pada kasus ini instrument yang digunakan untuk mendapatkan data adalah format asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan 7 langkah Varney dan data perkembangan menggunakan SOAP. F. Teknik Pengambilan Data Teknik pengambilan data pada kasus ini adalah : 1. Data primer Data primer adalah daftar bacaan dari hasil penelitian atau studi pustaka yang diperoleh dari jurnal penelitian / jurnal ilmiah (Hidayat A, 2010). a. Pemeriksaan fisik Menurut Matondang (2013), pemeriksaan fisik dapat dilakukan melalui empat teknik, yaitu diantaranya : 1) Inspeksi Inspeksi adalah proses observasi yang dilakukan secara sistematis, inspeksi yang dilakukan dengan menggunakan indera pengelihatan, 38 pendengaran dan penciuman dalam kasus ini dilakukan inspeksi pada kepala yaitu untuk mengetahui apakah ada benjolan melewati sutura garis tengah atau tidak dan untuk mengetahui cairan getah bening atau darah. 2) Palpasi Palpasi adalah teknik pemeriksaan menggunakan indera peraba. Menggunakan telapak tangan dan memanfaatkan alat teraba yang terdapat pada telapak dan jari tangan. Dalam kasus ini palpasi dilakukan untuk meraba benjolan apakah teraba lembut, lunak atau keras. 3) Perkusi Perkusi adalah teknik pemeriksaan dengan mengetuk-mengetuk jari kebagian tubuh klien yang akan dikaji untuk membandingkan bagian yang kiri dan yang kanan. Pada kasus ini pemeriksaan dilakukan pada daerah abdomen untuk mengetahui apakah bayi kembung atau tidak. 4) Auskultasi Auskultasi adalah pemeriksaan dengan menggunakan stetoskop untuk mendengarkan bunyi yang dihasilkan oleh tubuh. Dalam kasus ini auskultasi dilakukan untuk memeriksa frekuensi denyut jantung. b. Wawancara Menurut Notoatmodjo (2012), wawancara yaitu metode yang digunakan untuk mengumpulkan data, penulis melakukan wawancara secara 39 langsung lisan bercakap-cakap kepada pasien dan berhadapan muka dengan orang tersebut. Kasus ini melakukan wawancara dengan orang tua bayi baru lahir dengan caput succedaneum dan tenaga kesehatan di RSUD Kota Surakarta. 2. Data sekunder Data sekunder adalah pustaka yang diperoleh dari berbagai sumber buku teks, indeks, ensiklopedia, dan lain-lain (Hidayat A, 2010). a. Studi Dokumentasi Studi dokumentasi yaitu kegiatan mencari data atau variabel dari sumber berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, agenda dan sebagainya (Sugiyono, 2011). Dalam kasus ini data yang diperoleh adalah dari rekam medik RSUD Kota Surakarta, adapun data di RSUD Kota Surakarta pada bulan Januari sampai Oktober 2014 jumlah bayi baru lahir hidup sebanyak 1090. b. Studi Kepustakaan Studi kepustakaan adalah kegiatan penelitian yang dilakukan oleh peneliti dalam rangka mencari landasan teoritis dari permasalahan penelitian sehingga penelitian yang dilakukan bukan kegiatan yang bersifat trial and error akan tetapi, kegiatan tersebut benar-benar untuk mencari dasar-dasar teoritis (Hidayat A, 2010). Studi kasus ini menggunakan literatur mulai tahun 2005-2013. 40 G. Alat-alat yang dibutuhkan Alat-alat yang dibutuhkan 1. Wawancara (interview) antara lain : a. Format pengkajian pada bayi baru lahir. b. Buku tulis. c. Alat tulis. 2. Observasi (pengamatan) yaitu : a. Stetoskop. b. Thermometer. c. Timbangan berat badan. d. Jam tangan. e. Box bayi atau tempat tidur bayi. f. Pita pengukur lingkar lengan atas. g. Kassa steril. h. Alat pengukur tinggi badan. i. Senter. 3. Dokumentasi yaitu : a. Lembar observasi bayi. b. Catatan rekam medik bayi. c. Format pengkajian pada bayi baru lahir. BAB IV TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN Ruang : Perinatologi Tanggal Masuk : 07 Februari 2015 No.Register : 047360 A. TINJAUAN KASUS Tanggal 07 Februari 2015 Pukul : 08.30 WIB I. PENGKAJIAN DATA A. IDENTITAS 1) Identitas Bayi a) Nama Bayi : By. Ny. A b) Umur : 0 Menit c) Tanggal / Jam Lahir : 07 Februari 2015, Pukul 08.30 WIB d) Jenis Kelamin : Laki – laki 2) Identitas Orangtua a) Nama Ibu : Ny. A Nama Ayah : Tn. S b) Umur : 29 tahun Umur : 30 tahun c) Agama : Islam Agama : Islam d) Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia Suku Bangsa : Jawa/Indonesia e) Pendidikan : SD Pendidikan : SMA f) Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Buruh g) Alamat : Cinderejo Rt 03/09 Gilingan, Surakarta 41 42 B. ANAMNESA ( DATA SUBYEKTIF) Pada Ibu 1) Keluhan Utama Ibu mengatakan melahirkan anak keduanya pada 07 Februari 2015 pukul 08.30 dan terdapat benjolan lunak di kepala bayi. 2) Riwayat Kehamilan Sekarang a) HPHT : 3 Mei 2014 b) HPL : 10 Februari 2015 c) ANC :Ibu mengatakan 8 kali di bidan secara teratur. Trimester I : 2 kali saat umur kehamilan 2 bulan dan 3 bulan. Trimester II : 4 kali saat umur kehamilan 4, 5, 6, 7 bulan. Trimester III : 2 kali saat umur kehamilan 8 bulan dan 9 bulan. d) Keluhan – keluhan pada Trimester I : Ibu mengatakan pusing, mual dan muntah pada waktu pagi hari. Trimester II : Ibu mengatakan tidak ada keluhan. Trimester III : Ibu mengatakan pegal-pegal dan nyeri pada pinggang. e) Penyuluhan yang pernah di dapat Ibu mengatakan pernah mendapat penyuluhan tentang tablet Fe, gizi ibu hamil dan tanda bahaya kehamilan oleh bidan pada umur kehamilan 5 bulan dan 8 bulan. 43 f) Imunisasi TT Ibu mengatakan telah mendapat imunisasi TT sebanyak 3 kali. TT 1 : Februari 2012 TT 2 : November 2013 TT 3 : Januari 2014 3) Riwayat persalinan sekarang a) Tempat Persalinan : RSUD Kota Surakarta. b) Penolong : Dokter Obsgyn dan Bidan. c) Jenis Persalinan :Persalinan spontan dengan Vakum Ekstraksi. d) Komplikasi : Kala II lama. 4) Riwayat Penyakit a. Riwayat penyakit saat hamil Ibu mengatakan saat hamil tidak pernah menderita penyakit pada saat hamil seperti batuk, pilek. b. Riwayat penyakit sistemik. 1) Jantung : Ibu mengatakan tidak pernah merasa berdebar-debar saat beraktivitas ringan dan tidak berkeringat dingin di telapak tangan. 2) Ginjal : Ibu mengatakan tidak pernah merasakan sakit pada pinggang bagian bawah dan tidak pernah merasa nyeri saat BAK. 44 3) Asma : Ibu mengatakan tidak pernah merasa sesak nafas dan sulit nafas. 4) TBC : Ibu mengatakan tidak pernah batuk secara terus – menerus lebih dari 2 minggu. 5) Hepatitis : Ibu mengatakan pada ujung kuku, mata dan kulit tidak terlihat kuning. 6) DM : Ibu mengatakan tidak pernah merasakan lapar, haus dan BAK lebih dari 7 x di malam hari. 7) Hipertensi : Ibu mengatakan tidak pernah merasakan pusing di tengkuk dan tekanan darah melebihi 140/90 mmHg. 8) Epilepsi : Ibu mengatakan tidak pernah mengalami kejang yang disertai dengan keluar busa dari mulutnya. 9) Lain-lain : Ibu mengatakan tidak pernah menderita penyakit lain seperti penyakit menular. c. Riwayat Penyakit Keluarga Ibu mengatakan dari pihak suami dan ibu tidak ada penyakit menurun seperti diabetes melitus, jantung dan hipertensi, asma serta tidak ada riwayat menular misalnya TBC, hepatitis, penyakit menular seksual, HIV/AIDS. 45 d. Riwayat Keturunan Kembar Ibu mengatakan baik dari pihak keluarga dirinya maupun dari pihak suaminya tidak ada yang mempunyai riwayat keturunan kembar. e. Riwayat Operasi Ibu mengatakan belum pernah mengalami operasi apapun terutama pada perut bagian bawah. C. PEMERIKSAAN FISIK 1) Pemeriksaan khusus Apgar Score Tabel 4.1 Apgar Score By. Ny.A Aspek yang dinilai Jumlah Menit I 2 5 Menit I 2 5 Menit II 2 2 2 2 1 1 2 1 2 2 2 2 2 Jumlah 8 9 Sumber : Status pasien bayi Ny. A 10 Apperance (Wana Kulit) Pulse (Denyut Nadi) Grimance (Refleks) Activity (Tonus otot) Respiration (Pernafasan) 2) Pemeriksaan Umum a) Keadaan Umum : Cukup b) Kesadaran : Composmentis 46 C c) TTV R : 54x/ menit N : 144 x/ menit 3) Pemeriksaan Fisik Sistematis a) Kepala : Terdapat benjolan, teraba lunak, batas tidak tegas, sutura melewati tulang tengkorak, ubun-ubun berdenyut. b) Muka : Simetris, tidak pucat dan tidak oedem. c) Mata : Conjugtiva merah muda, sklera putih. d) Telinga : Simetris, tidak ada serumen yang keluar. e) Hidung : Tidak ada benjolan, tidak ada sekret. f) Mulut : Tidak ada bibir sumbing (labioskizis dan labiopalatoskizis). g) Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan kelenjar limfe. h) Dada : Simetris, tidak ada kelainan.. i) Tali Pusat : Masih basah, tidak terlihat tanda perdarahan dan infeksi. j) Punggung : Tidak ada spina bifida. k) Ekstremitas : Jumlah jari lengkap dan warna kulit merah muda. l) Genetalia : Testis sudah turun ke skrotum. m) Anus : Ada, berlubang mekonium. dan belum keluar 47 4) Refleks a) Refleks Moro : Baik, yaitu apabila bayi dikagetkan lengan dan kaki bayi terangkat. b) Refleks Grashping : Baik, dengan cara meletakkan jari telunjuk diletakkan pada tangan bayi dan bayi menggenggam. c) Refleks Suching : Baik, bayi berusaha menghisap jika ada benda yang menyentuh. d) Reflkes Rooting : Baik, yaitu apabila menyentuh pipi bayi akan menoleh ke arah sentuhan. e) Refleks Walking : Baik, yaitu akan ada gerakan spontan kaki melangkah kedepan. f) Refleks Tonick Neck : Baik, timbul saat bayi dalam posisi terlentang, saat punggung di urut kepala bayi akan sedikit mengangkat. 5) Antopometri a) Lingkar Kepala : 31 cm b) Lingkar Dada : 31 cm c) LILA : 10 cm d) BB / PB : 2570 gram / 49 cm 6) Nutrisi a) ASI : Belum diberi ASI. b) PASI : Belum diberi PASI 48 7) Eliminasi a) Urine : Belum keluar b) Mekonium : Belum keluar D. PEMERIKSAAN PENUNJANG 1) Pemeriksaan Laboratorium : Tidak dilakukan. 2) Pemeriksaan Penunjang lain : Tidak dilakukan. II. INTERPRETASI DATA Tanggal 07 Februari 2015 Pukul 10.10 WIB A. DIAGNOSA KEBIDANAN By. Ny. A umur 0 menit jenis kelamin laki-laki dengan caput succedaneum. Data Dasar Data Subyektif : 1) Ibu mengatakan bayinya lahir pada tanggal 07 Februari 2015 pukul 08.30 WIB. 2) Ibu mengatakan proses persalinannya lama dan menggunakan alat. 3) Ibu mengatakan bayinya lahir dengan benjolan di kepala. Data Obyektif : 1) Keadaan umum : Baik 2) Kesadaran : Composmentis 3) TTV C N : 144 x/ menit R : 54 x/ menit 49 4) Keaktifan : Aktif 5) Berat Badan : 2570 gram 6) Panjang Badan : 49 cm 7) Lingkar Kepala : 31 cm 8) Lingkar dada : 31 cm 9) LILA : 10 cm 10) Nilai apgar score : 8 – 9 – 10 11) Kepala : Terdapat benjolan berisi cairan, teraba lunak, berbatas tidak tegas, sutura melewati tulang tengkorak. 12) Pemeriksaan Reflek : Baik. B. MASALAH Gangguan rasa tidak nyaman akibat dari benjolan yang ada di kepala dan bayi rewel. C. KEBUTUHAN 1) Usahakan agar bayi tidak terlalu sering diangkat. 2) Menjaga benjolan supaya tidak terjadi iritasi atau infeksi. 3) Pertahankan area caput succedaneum agar tetap kering dan bersih. III. DIAGNOSA POTENSIAL Terjadi infeksi sekunder bila timbul lecet di daerah benjolan. 50 IV. ANTISIPASI / TINDAKAN SEGERA 1. Kolaborasi dengan dokter spesialis anak untuk pemberian tindakan 2. Menjaga kebersihan kulit yang terluka dengan pemberian obat antiseptik betadine. V. RENCANA TINDAKAN Tanggal 07 Februari 2015 Pukul 10.20 WIB a. Rawat bayi seperti bayi normal. b. Observasi keadaan umum dan vital sign setiap 6 jam c. Berikan lingkungan yang baik dan pertahankan suhu bayi agar tetap hangat dengan meletakkan bayi dalam radiant warmer. d. Usap daerah caput succedaneum dengan menggunakan kassa betadine. e. Beri nutrisi yang adekuat dengan cara pemberian ASI dari ibu dengan cara diperas. f. Observasi BAK dan BAK setiap 30 menit. g. Anjurkan pada keluarga untuk tidak terlalu sering mengangkat bayinya. h. Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang caput sucedaneum. VI. PELAKSANAAN Tanggal 07 Februari 2015 a. Pukul 11.45 WIB merawat bayi seperti bayi normal. Pukul 10.40 WIB 51 b. Pukul 11.50 WIB mengobservasi keadaan umum dan vital sign setiap 6 jam. c. Pukul 11.55 WIB memberikan lingkungan yang baik dan mempertahankan suhu tubuh bayi agar tetap hangat dengan meletakkan bayi dalam radiant warmer. d. Pukul 12.00 WIB mengusap daerah caput succedaneum dengan kassa betadine. e. Pukul 12.05 WIB memberikan nutrisi yang adekuat dengan pemberian ASI sebanyak ± 50 cc. f. Pukul 12.10 WIB mengobservasi BAK dan BAB setiap 30 menit. g. Pukul 12.15 WIB menganjurkan pada keluarga untuk tidak terlalu sering mengangkat bayinya. h. Pukul 12.20 WIB memberikan pendidikan kesehatan pada keluarga bahwa caput succedaneum adalah keadaan yang umum terjadi pada bayi yang lahir dengan tindakan vakum ekstrasi, akan timbul benjolan di kepala yang akan hilang dalam waktu 2-3 hari setelah kelahiran. VII. EVALUASI Tanggal 07 Februari 2015 Pukul 17.00 WIB a. Bayi sudah dirawat seperti bayi normal meliputi menghangatkan tubuh bayi, memandikan bayi, menggantikan popok yang basah dengan yang kering. 52 b. Keadaan umum baik, kesadaran composmetis Vital Sign C R : 48 x/ menit c. Bayi sudah di N : 144 x/ menit C. d. Daerah caput sudah diusap dengan kassa air hangat sebanyak 3 kali. e. ASI sudah di berikan ± 50 cc. f. Bayi sudah BAK sebanyak 5 kali yaitu pukul 12.15 WIB, 13.00 WIB, 14.10 WIB, 15.30 WIB, 16.30 WIB. g. Ibu dan keluarga sudah mengetahui untuk tidak terlalu sering mengangkat bayinya. h. Ibu dan keluarga sudah mengetahui tentang caput succedaneum pada bayi baru lahir. 53 DATA PERKEMBANGAN I Tanggal 08 Februari 2015 Pukul 08.00 WIB Subyektif 1. Ibu mengatakan sudah memberikan ASI pada anaknya melalui sendok. 2. Ibu mengatakan bayinya sudah di mandikan dan diganti popoknya dengan bersih dan hangat. Obyektif 1. Keadaan umum bayi : baik Vital sign Kesadaran : Composmentis C 2. BB/TB : 2570 gram / 49 cm 3. Keaktifan bayi : aktif 4. Bayi diletakkan dalam radiant warmer C. 5. Kepala : benjolan sudah agak berkurang. 6. Pemeriksaan reflek moro baik, rooting baik, walking baik, grasping baik, suching baik dan tonick neck baik. 7. BAB 1 kali warna hijau kehitaman konsistensi lembek. 8. BAK 2 kali warna kuning jernih. Assesment Bayi Ny. A umur 1 hari jenis kelamin laki-laki dengan caput succedaneum hari ke 2. Planning Tanggal 08 Februari 2015 Pukul 08.30 WIB 1. Pukul 08.35 WIB mengobservasi keadaan umum dan vital sign setiap 6 jam. 54 2. Pukul 08.40 WIB merawat bayi seperti bayi normal. 3. Pukul 08.45 WIB menjaga kehangatan bayi dengan memasukkan kedalam box bayi. 4. Pukul 08.50 WIB menganjurkan keluarga untuk tidak sering mengangkat bayinya agar benjolan tidak meluas. 5. Pukul 08.55 WIB mengobservasi benjolan caput succedaneum. 6. Pukul 09.00 WIB mengompres daerah caput succedaneum dengan kassa air hangat. 7. Pukul 09.05 WIB memberikan imunisasi Hb 0 dosis 0,5 cc secara IM dan Polio 1 diberikan sebanyak 2 tetes secara oral. 8. Pukul 09.10 WIB memberikan ASI yang adekuat dengan menggunakan sendok makan bayi. 9. Pukul 09.20 WIB menganjurkan ibu untuk tetap memerah ASI dan diletakkan dalam gelas. 10. Pukul 09.25 WIB mengobservasi BAK dan BAB. Evaluasi Tanggal 08 Februari 2015 Pukul 14.10 WIB 1. Keadaan umum bayi baik, kesadaran composmentis Vital sign : N : 142 x/menit, R : 42 x/menit, S : 36,9C 2. Bayi sudah dirawat seperti bayi normal. 3. Bayi diletakkan dalam radiant warmer dengan suhu 30C 4. Ibu dan keluarga sudah tahu dan tidak akan terlalu sering mengangkat bayinya. 55 5. Terapi kompres kassa yang di basahi air hangat telah dilakukan. 6. Benjolan caput succedaneum sudah sedikit berkurang. 7. Imunisasi Hb 0 dan polio 1 telah di berikan 8. ASI sudah diberikan sebanyak ± 50 cc. 9. Ibu bersedia memerah ASI dan memasukkan ke dalam gelas. 10. Bayi sudah BAB 2 kali warna hitam kecoklatan, BAK ± 4 kali. 56 DATA PERKEMBANGAN II Tanggal 09 Februari 2015 Pukul 08.00 WIB Subyektif 1. Ibu mengatakan sudah memeras ASI dan diletakkan dalam gelas. 2. Ibu mengatakan benjolan di kepala bayi sudah menghilang. 3. Ibu mengatakan berencana mau pulang. 4. Ibu mengatakan bayinya sudah tidak rewel. Obyektif 1. Keadaan umum bayi baik, kesadaran composmentis. Vital sign : N C 2. Kepala : benjolan yang dikepala sudah menghilang. 3. BB / TB : 2570 gram / 49 cm. 4. Tali pusat : masih basah dan bersih. 5. BAB 1 kali dan BAK 2 kali. Assessment Bayi Ny. A umur 2 hari jenis kelamin laki-laki dengan caput sucedaneum hari ke 3. Planning Tanggal 09 Februari 2015 Pukul 08.30 WIB 1. Pukul 08.35 WIB mengobservasi keadaan umum dan vital sign. 2. Pukul 08.40 WIB mengajarkan ibu cara merawat tali pusat di rumah yaitu dengan cara mengganti kassa steril sesudah mandi atau dibiarkan saja. 57 3. Pukul 08.45 WIB mengajarkan cara merawat bayi sehari-hari yaitu dengan mengganti popok bila sudah basah atau kotor dan memandikan bayi, memperhatikan suhu tubuh dan pernafasan bayi. 4. Pukul 08.50 WIB menganjurkan ibu untuk memberikan ASI eksklusif pada bayinya. 5. Pukul 08.55 WIB menganjurkan ibu untuk mengimunisasikan bayinya sesuai jadwal imunisasi di pelayanan kesehatan. 6. Pukul 09.00 WIB mempersiapkan bayi untuk pulang dan memakaikan popok, pakaian dan mengganti bedong bayi. Evaluasi Tanggal 09 Februari 2015 Pukul 09.30 WIB 1. Keadaan umum baik, kesadaran composmentis. Vital sign : N : 148 x/menit, R : 42 x/menit, S : 36 C 2. Ibu sudah paham cara merawat tali pusat di rumah. 3. Ibu sudah tahu cara merawat bayinya sehari-hari dengan mengganti popok bila sudah basah, memandikan bayi, memperhatikan suhu tubuh bayi. 4. Ibu bersedia memberi ASI eksklusif pada bayinya. 5. Ibu bersedia mengimunisasikan bayinya sesuai jadwal imunisasi. 6. Ibu rencana pulang pukul 09.45 WIB. 58 B. PEMBAHASAN Pada bab ini penulis akan membahas Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir Pada By. Ny. A dengan Caput Succedaneum di RSUD Kota Surakarta menggunakan manajemen asuhan kebidanan menurut Varney, yang terdiri dari tujuh langkah pengkajian, interpretasi data, diagnosa potensial, rencana tindakan dan evaluasi. Adapun urutannya adalah sebagai berikut : 1. Pengkajian Pengkajian adalah langkah awal yang dipakai dalam menerapkan asuhan kebidanan pada pasien (Varney, 2007). Data subyektif adalah data yang didapat dari pasien mengenai kekhawatiran dan keluhannya yang dicatat sebagai kutipan langsung dengan diagnosa (Varney, 2007). Menurut Arief (2009), keluhan utama pada bayi baru lahir dengan caput succedaneum adalah ibu mengatakan ada benjolan di kepala bayinya seteah lahir. Bayi dengan caput succedaneum biasanya disebabkan oleh adanya komplikasi pada persalinan kala II lama dan persalinan menggunakan vakum ekstraksi (Dewi, 2010). Data obyektif adalah data yang dapat diobservasi dan diukur, selama pemeriksaan fisik (Nursalam, 2009). Terlihat kepala terdapat benjolan yang teraba lunak, bebatas tidak tegas, sutura melewati tulang tengkorak, benjolan berisi cairan (Arief, 2009), reflek kejut positif baik, reflek menggenggam baik, reflek menghisap baik, reflek mencari baik, reflek walking baik, reflek tonick neck baik (Dewi, 2010). Data penunjang diperlukan sebagai pendukung apabila 59 diperlukan pemeriksaan laboratorium. Pada bayi baru lahir dengan caput succedaneum tidak dilakukan pemeriksaan data penunjang (Matondang, dkk). Pada kasus bayi Ny. A keadaan umum baik C, R : 60 x/menit, N : 146 x/menit, keaktifan aktif, terdapat benjolan teraba lunak, batas tidak tegas dan sutura melewati tulang tengkorak, raflek kejut positif, reflek mencari baik, reflek menggenggam baik, reflek menghisap baik, reflek walking baik, reflek tonick neck baik, lingkar kepala 31 cm, lingkar dada 31 cm, LILA 10 cm, BB 2570 gram, PB 49 cm. Pada langkah ini penulis tidak menemuakan adanya kesenjangan antara teori dan kasus yang ada di lahan. 2. Interpretasi Data Menurut Yulianti (2010), pada langkah ini dilakukan identifikasi yang benar terhadap masalah atau diagnosa dan kebutuhan klien berdasarkan interpretasi data yang besar atas data-data yang di kumpulkan. Diagnosa kebidanan adalah diagnosa yang ditegakkan dalam lingkup praktek kebidanan dan memenuhi standar nomenklatur diagnosa kebidanan (Varney, 2007). Diagnosa : Bayi Ny. ... umur ... jam dengan caput succedaneum. Masalah yang terjadi pada bayi dengan caput succedaneum adalah bayi akan mengalami beberapa ketidaknyamanan meskipun perawatan telah diberikan secara baik dan benar, pada bayi baru lahir dengan caput succedaneumbayi merasa tidak nyaman seperti bayi menjadi rewel (Mufdlifah, 2012). Kebutuhan adalah suatu hal yang dibutuhkan pasien dan belum teridenfikasikan dalam diagnosa dan masalah didapat dengan analisa data (Varney, 2007). Menurut Dewi (2012), 60 kebutuhan yang diperlukan bayi baru lahir dengan caput succedaneum adalah usahakan bayi untuk tidak diangkat, memberi ASI yang adekuat, menjaga benjolan supaya tidak terjadi iritasi atau infeksi, pertahankan area caput succedaneum untuk tetap kering dan bersih. Pada langkah ini didapatkan diagnosa kebidanan bayi baru lahir Ny. A umur 0 menit jenis kelamin laki-laki dengan caput succedaneum, dengan masalah gangguan rasa tidak nyaman akibat benjolan yang ada dikepala dan bayi rewel, kebutuhan yang diberikan yaitu usahakan bayi tidak terlalu sering diangkat, memberi ASI yang adekuat, menjaga benjolan supaya tidak terjadi iritasi atau infeksi dan pertahankan area caput succedaneum agar tetap kering dan bersih. Pada langkah ini penulis tidak menemukan adanya kesenjangan antara teori dan kasus yang ada di lahan. 3. Diagnosa Potensial Mengidentifikasikan masalah atau diagnosa potensial lain berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosa yang sudah diidentifikasikan (Varney, 2007). Masalah potensial pada bayi baru lahir dengan caput succedaneum adalah infeksi sekunder bila timbul lecet didaerah benjolan (Dewi, 2012). Pada kasus bayi Ny. A diagnosa potensial tidak muncul setelah dilakukan asuhan yang tepat dan menyeluruh. Pada langkah ini tidak ditemukan adanya kesenjangan antara teori dan kasus yang ada dilahan praktek. 4. Antisipasi / tindakan segera 61 Antisipasi adalah tindakan atau situasi yang harus segera diantisipasi oleh bidan apabila terjadi kegawatdaruratan pada bayi, yang terdiri dari mandiri, kolaborasi dan rujukan (Varney,2007). Antisipasi yang dilakukan bidan yaitu mandiri pada bayi dengan caput succedaneum adalah menjaga kebersihan dan menjaga agar kulit yang terluka untuk diperhatikan dan dapat digunakan obatobat antiseptik lokal, serta kolaborasi dengan dokter spesialis anak untuk pemberian terapi (Arief dan kristiyanasari, 2009). Antisipasi yang diberikan pada bayi Ny. A adalah kolaborasi dengan dokter spesialis anak untuk menjaga kebersihan kulit yang terluka dengan kompres air hangat atau kassa betadine pada daerah caput succedaneum dan kolaborasi dengan dokter spesialis anak untuk pemberian terapi. Pada langkah ini penulis tidak menemukan adanya kesenjangan antara teori dan kasus yang ada dilahan praktek. 5. Rencana Tindakan Rencana tindakan adalah suatu hal tindakan yang akan diberikan kepada pasien sesuai dengan langkah-langkah sebelumnya (Varney, 2007). Menurut Arief (2009) rencana asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan caput succedaneum adalah : a. Bayi dirawat seperti perawatan bayi normal. b. Awasi keadaan umum bayi. c. Lingkungan harus dalam keadaan baik, cukup ventilasi, masuk sinar matahari. 62 d. Pemberian ASI yang adekuat, ajarkan ibu cara menetekkan dengan tiduran untuk mengurangi anak jangan sering diangkat, agar benjolan tidak meluas. e. Mencegah terjadinya infeksi dengan cara : 1) Perawatan tali pusat yang baik. 2) Personal Hygiene dengan baik. f. Memberikan penyuluhan kepada orang tua tentang : 1) Keadaan trauma bayi, tidak usah cemas karena benjolan akan menghilang 2-3 hari. 2) Perawatan bayi sehari-hari. 3) Manfaat dan pemberian ASI. Pada kasus bayi Ny. A rencana yang dibuat meliputi : rawat bayi seperti bayi normal, observasi keadaan umum dan vital sign setiap 6 jam, berikan lingkungan yang baik, adanya ventilasi dan sinar matahari yang cukup, pertahankan suhu bayi agar tetap hangat dengan meletakkan bayi dalam radiant warmer, rawat tali pusat menggunakan kassa steril setiap 2 kali sehari setelah mandi, kompres daerah caput succedaneum dengan menggunakan air hangat dan waslap setelah disibin, beri nutrisi yang adekuat, ajarkan ibu teknik menyusui yang benar, observasi BAB dan BAK, anjurkan pada keluarga untuk tidak terlalu sering mengangkat bayinya, berikan terapi sesuai dengan anjuran dokter spesialis anak kassa betadine. Pada langkah ini penulis menemukan adanya kesenjangan antara teori dan kasus yang ada di lahan praktek yaitu kompres daerah caput dengan menggunakan air hangat atau kassa, kompres daerah caput succedaneum 63 dengan menggunakan kassa betadine, alasannya tidak mengakibatkan caput menjadi parah dan untuk menjaga supaya tidak terinfeksi dan pemberian obat seperti salep tidak dilakukan. 6. Pelaksanaan Langkah ini merupakan penatalaksanaan dari rencana asuhan menyeluruh dari perencanaan. Penatalaksanaan asuhan ini bisa dilakukan oleh klien atau tenaga kesehatan lainnya (Varney, 2007). Pelaksanaan asuhan pada bayi baru lahir dengan caput succedaneum disesuaikan dengan perencanaan yang telah dibuat. Pada langkah ini penulis menemukan adanya kesenjangan antara teori dan kasus yang ada di lahan praktek yaitu kompres daerah caput dengan menggunakan air hangat atau waslap, kompres daerah caput menggunakan kassa bethadine sedangkan pada teori tidak dilakukan. 7. Evaluasi Merupakan langkah terakhir untuk menilai keaktifan dari rencana asuhan yang telah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar-benar telah terpenuhi sesuai dengan kebutuhan dalam masalah dan diagnosa (Varney, 2007). Menurut Prawirohardjo (2009), evaluasi bayi baru lahir dengan caput succedaneum adalah : keadaan umum bayi baik, bayi tampak tenang dan nyaman, benjolan caput succedaneum bayi baru lahir menghilang tanpa komplikasi. 64 Pada kasus bayi Ny. A setelah dilakukan asuhan selama 3 hari didapatkan hasil dari asuhan yaitu keadaan umum bayi baik, kesadaran composmentis, tanda-tanda vital : N : C, Kepala : benjolan yang ada dikepala sudah menghilang, berat badan / panjang badan : 2570 gram / 49 cm, tali pusat : masih basah dan bersih. Pada langkah ini tidak ada kesenjangan antara teori dan kasus yang ada dilahan praktek. BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN Setelah melaksanakan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir pada bayi Ny. A umur 1 jam dengan caput succedaneum di RSUD Kota Surakarta, maka penulis dapat mengambil kesimpulan dan saran yang dapat meningkatkan mutu pelayanan asuhan kebidanan khususnya pada bayi baru lahir dengan caput succedaneum adalah sebagai berikut : 1. Pengkajian pada kasus bayi Ny. A keadaan umum lemah, kesadar C, R : 54 x/menit, N : 144 x/menit, keaktifan aktif, terdapat benjolan dikepala, teraba lunak, batas tidak tegas dan sutura melewati tulang tengkorak, reflek kejut positif baik, reflek menggenggam baik, reflek menghisap baik, reflek mencari baik, reflek walking baik, reflek tonick neck baik, lingkar kepala 31 cm, lingkar dada 31 cm, LILA 10 cm, BB 2570 gram, PB 49 cm. 2. Interpretasi data didapatkan diagnosa kebidanan bayi baru lahir Ny. A umur 1 jam jenis kelamin laki-laki dengan caput succedaneum, dengan masalah gangguan rasa tidak nyaman akibat dari bejolan yang ada di kepala dan bayi rewel, kebutuhan yang diberikan yaitu usahakan agar bayi tidak terlalu sering diangkat, memberikan ASI yang adekuat, menjaga benjolan supaya tidak terjadi iritasi atau infeksi dan pertahankan area caput succedaneum agar tetap kering dan bersih. 65 66 3. Diagnosa potensial tidak muncul setelah dilakukan asuhan yang tepat dan menyeluruh. 4. Antisipasi yang diberikan pada bayi Ny. A adalah menjaga kebersihan kulit yang terluka dengan kompres air hangat pada daerah caput succedaneum dan kolaborasi dengan dokter spesialis anak. 5. Rencana yang dibuat meliputi : rawat bayi seperti bayi normal, observasi keadaan umum dan vital sign bayi setiap 6 jam, berikan lingkungan yang baik, adanya ventilasi dan sinar matahari yang cukup, pertahankan suhu tubuh bayi agar tetap hangat dengan meletakkan bayi dalam radiant warmer, rawat tali pusat menggunakan kassa steril setiap 2 kali setelah mandi atau dibiarkan saja, kompres daerah caput succedaneum dengan menggunakan kompres air hangat atau kassa betadine, beri nutrisi yang adekuat, ajarkan ibu teknik menyusui yang benar, observasi BAB dan BAK, anjurkan pada keluarga untuk tidak terlalu sering mengangkat bayinya, berikan terapi sesuai dengan anjuran dokter spesialis anak. 6. Pelaksanaan asuhan pada bayi baru lahir dengan caput succedaneum disesuaikan dengan perencanaan yang telah dibuat. 7. Setelah dilakukan asuhan selama 3 hari didapatkan hasil dari asuhan yaitu keadaan umum bayi baik, kesadaran composmentis, tanda-tanda vital : N : 146 x/menit, R : 48 x/menit, S : 36,4C, Kepala : benjolan yang dikepala sudah menghilang, berat badan / panjang badan : 2570 gram / 49 cm, tali pusat : basah, bersih. 67 8. Penulis menemukan adanya kesenjangan antara teori dan kasus yang ada dilahan praktek yaitu pada perencanaan dan pelaksanaan. 9. Alternatif pemecahan yaitu pada kasuscaput succedaneum sebaiknya sebelum di berikan asuhan sesuai advice dokter, untuk tetap menjaga kebersihan pada daerah caput succedaneum kompres dengan air hangat atau kassa betadine. B. SARAN 1. Bagi Rumah Sakit Disarankan agar rumah sakit lebih meningkatkan pelayanan terutama dalam memberikan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan caputsuccedaneum secara optimal melalui penanganan segera setelah lahir. 2. Bagi Pasien Diharapkan ibu mampu merawat bayinya sendiri di rumah dengan baik dan bersedia menyusui bayinya dengan ASI eksklusif. 3. Pendidikan Diharapkan agar institusi pendidikan dapat lebih meningkatkan atau menambah referensi asuhan kebidanan pada penanganan bayi baru lahir dengan caput succedaneum, sehingga dapat membantu penulis atau mahasiswa yang akan mengambil kasus yang sama. DAFTAR PUSTAKA Arief dan Kristiyanasari. 2009. Neonatus dan Asuhan Keperawatan Anak. Yogyakarta : Nuha Medika. Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : PT. Rineka Cipta. Depkes, RI. 2012. Profil Kesehatan Tahun 2012. http: //www.depkes.go.id. 5 November 2013. Dewi, Vivian Nani Lia. 2010. Asuhan Neonatus Bayi Dan Anak Balita. Jakarta : Salemba Medika. Deslidell, dkk. 2011. Neonatus Bayi Dan Balita. Jakarta : EGC. Hidayat, A. 2010. Metode penelitian kebidanan teknik analisis data. Jakarta : Salemba Medika. Kusdhani, Nindya. 2014. Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir Pada Bayi Ny. Y dengan Caput Succedaneum di RSUD Dr. Soehadi Prijonegoro Sragen. Karya Tulis Ilmiah. Marmi, Raharjo. 2012. Asuhan Neonatus Bayi, Balita dan Anak Prasekolah. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Matondang, dkk. 2013. Diagnosis Fisik Pada Anak. Jakarta : CV. Agung Seto. Mufdlifah, dkk. 2012. Konsep Kebidanan. Edisi Revisi. Yogyakarta : Nuha Medika. Muslihatun, N. W. 2010. Asuhan Neonatus Bayi dan Balita. Yogyakarta : Fitramaya. Notoatmodjo, S. 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Edisi Revisi. Jakarta : Rineka Cipta. Nursalam. 2009. Proses Dokumentasi Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika. Prasetyawati, A.E. 2012. Kesehatan Ibu dan Anak (KIA). Yogyakarta : Nuha Medika. Riskesdas, 2012. Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2012. www.dinkesjatengprov.go.id. 6 November 2013. Rukiyah, Y.A, Yulianti, L. 2010. Asuhan Kebidanan Bayi dan Anak Balita. Jakarta : Trans Info Media. Varney. 2007. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Jakarta : EGC.