Waspadai Gejala Kanker Mulut HARIAN SINDO, Wednesday, 10 November 2010 Jangan pernah menyepelekan kelainan yang ada di sekitar mulut. Tahukah Anda bahwa pertanda terjadinya kanker mulut adalah adanya kelainan yang mencurigakan yang tidak seperti biasanya, seperti benjolan yang bukan sariawan. Dikatakan oleh ahli kesehatan gigi dan mulut dari Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Trisakti Jakarta, Prof Dr drg Melanie S Djamil MBiomed, bahwa semua yang tidak sesuai dengan anatomi rongga mulut, patut menjadi “perhatian”. “Perhatian di sini dalam arti kata bahwa perlu mendapat perhatian khusus,namun jangan menjadikan suatu hal langsung dikaitkan dengan ‘keganasan’,” tutur dokter yang juga menjabat sebagai Dekan FKG Universitas Trisakti Jakarta ini. Melanie mencontohkan beberapa benjolan yang tidak perlu dicurigai, di antaranya benjolan yang perlu diperhatikan pada anak yang sedang dalam masa pertumbuhan. Atau masih periode gigi campuran, ada masa dalam rongga mulut timbul benjolan.Itu ternyata gigi yang akan erupsi dan perlu dikonfirmasi ke dokter gigi. Ada pula benjolan akibat peradangan di gigi atau gusi sehingga menimbulkan gusi membengkak, tetapibiasanyaditandaidenganbenjolan yang lunak.Apabila ditusuk, benjolan ini berisi nanah dan darah. “Dapat juga benjolan yang ternyata adalah suatu keganasan,” tandasnya dalam acara ”Penyerahan Dana Penelitian Pepsodent Untuk 13 Fakultas Kedokteran Gigi (FKGI) di Indonesia” yang diadakan oleh Pepsodent, di Jakarta, Jumat (5/11). Melanie menjelaskan, memang tidak semua benjolan harus diwaspadai. Benjolan dan kelainan yang mungkin menjadi perhatian, seperti adanya bercak putih. Biasanya bercak ini merupakan tanda umum kanker rongga mulut. Begitu juga bila Anda mengalami rasa sakit serta luka atau sariawan yang tidak sembuh-sembuh,kesulitan menelan, hingga sakit pada rongga mulut.Semua itu bisa menjadi pertanda munculnya kanker mulut. Tanda lain yang juga sering muncul, antara lain gigi tiruan yang dipakai menjadi tidak fit lagi, perubahan suara, kesulitan menggerakkan rahang, gigi goyang tanpa sebab dari peradangan jaringan sekitar gigi.Gejala lainnya adalah kesulitan mengunyah dan menelan, kebas atau baal pada lidah atau bagian rongga mulut, merasakan ada sesuatu di dalam tenggorokan, perdarahan, dan berat badan turun. “Jika keadaan keganasan ditemui sedini mungkin, maka harapan hidup menjadi lebih tinggi dibanding perawatan pada keadaan yang sudah lanjut,” ungkap dia. Maka dari itu, Melanie berpesan untuk mengenali rongga mulut kita secara anatomis-fisiologisnya. Jika kondisi rongga mulut tidak sesuai,maka segeralah konsultasikan pada dokter gigi spesialis penyakit mulut. Tindakan ini setidaknya dapat mendeteksi dini dan mencegah kanker mengganas. “Sepanjang kelainan yang terjadi di dalam mulut tidak menimbulkan sakit juga tidak menimbulkan stres, maka tidak perlu dikhawatirkan,” ungkapnya. Hingga saat ini kanker masih menjadi penyakit yang menakutkan. Tak hanya membahayakan kesehatan, penyakit ini juga bisa berujung pada kematian. Kanker mulut (oral cancer) terjadi sebanyak 1% dari penduduk Indonesia. Itu artinya, sekitar 2 juta penduduk terkena penyakit tersebut. Kurangnya kesadaran dalam menjaga kesehatan gigi dan mulut menjadi faktor utama terjadinya penyakit gigi dan mulut,termasuk kanker mulut. Mulut dan gigi yang tidak bersih menjadi tempat yang nyaman bagi kuman untuk bersarang. Dalam waktu yang lama, kuman tersebut menimbulkan jamur dan akhirnya berkembang menjadi kanker. Penyebab lain terjadinya kanker mulut adalah gaya hidup yang buruk, seperti kebiasaan merokok, konsumsi alkohol berlebihan, mengasup makanan yang tidak sehat (siap saji), serta pemakaian obat-obatan tertentu dalam jangka waktu yang panjang. Iritasi yang berulang karena tepi yang tajam dari gigi yang patah, tambalan, atau gigi palsu dapat merupakan risiko tambahan untuk terjadinya kanker mulut. Selain itu, bagi mereka yang memiliki riwayat kanker mulut dalam keluarga, memiliki risiko lebih tinggi mengalami kanker mulut. Faktor kesehatan gigi dan mulut memang harus menjadi perhatian untuk mencegah timbulnya masalah gigi dan mulut. Hal tersebut juga dikatakan oleh Ketua Persatuan Dokter Gigi Indonesia (PDGI) drg Zaura Anggraeni. Dia menyatakan, masyarakat masih kurang menyadari pentingnya perawatan gigi dan mulut. ”Kebiasaan 91% masyarakat Indonesia adalah menggosok gigi hanya pada pagi dan sore hari, tidak menjelang tidur. Padahal, menjelang tidur adalah waktu yang tepat untuk membersihkan gigi,” ucapnya dalam acara yang sama. Bahkan dengan menggosok gigi pagi dan malam sebelum tidur akan mengurangi 50% terjadinya gigi berlubang. (inggrid namirazswara)