BAB 2 KERANGKA RENCANA DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN BAB 2 KERANGKA RENCANA DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN I. PENDAHULUAN Repelita V merupakan kelanjutan dan peningkatan dari pembangunan yang dilaksanakan selama Repelita IV dan sekaligus merupakan tahap akhir dari Pembangunan Jangka Panjang 25 tahun pertama. Dalam Repelita IV telah berhasil diwujudkan kerangka landasan bagi bangsa Indonesia untuk membangun masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila. Dalam Repelita V kerangka landasan tersebut akan dimantapkan lagi sehingga pada akhir Repelita V telah tercipta landasan yang kuat bagi bangsa Indonesia untuk tumbuh dan berkembang terus. Repelita V dengan demikian merupakan masa persiapan untuk memasuki awal dari proses tinggal landas dalam Repelita VI, yaitu percepatan dan perluasan pembangunan yang berlandaskan atas kekuatan sendiri menuju terwujudnya masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila. Dalam masa ber-angsur-angsur tinggal makin landas dapat bangsa mengembangkan Indonesia dan secara memantapkan ciri-ciri suatu negara dan masyarakat yang maju, adil, makmur dan lestari. Ciri-ciri tersebut mencakup antara lain struktur 143 ekonomi yang semakin terpadu dan seimbang yang mendasarkan pada kekuatan dan kemampuan industri yang maju dengan dukung- an pertanian yang tangguh, tingkat dan mutu kehidupan yang makin tinggi yang dicerminkan oleh makin terpenuhinya secara merata kebutuhan pokok masyarakat, tingkat penabungan dan investasi masyarakat yang semakin berkembang serta pemanfaatan sumber alam yang semakin efisien dan lestari. Adapun proses tinggal landas itu sendiri akan diwarnai oleh makin meningkatnya partisipasi, swadaya dan kreativitas masyarakat di segala bidang pembangunan, makin mantapnya ke-seimbangan, kemajuan dan keterkaitan antara bidang-bidang po-litik, ekonomi, sosial budaya serta pertahanan dan keamanan, makin mantapnya keseimbangan dan keterkaitan antar wilayah, antar sektor dan antar kegiatan serta makin mantapnya kemajuan dalam bidang ideologis, politik serta pertahanan dan keamanan. Dalam pada itu Repelita V, sebagaimana halnya dengan tahap-tahap pembangunan sebelumnya, mempunyai tujuan ganda yang saling terkait, yaitu, pertama, meningkatkan taraf hidup, kecerdasan dan kesejahteraan seluruh rakyat yang makin merata dan adil, dan kedua, meletakkan landasan yang kuat untuk tahap pembangunan berikutnya. Sedangkan pelaksanaan kebijaksanaan pembangunan tetap bertumpu pada Trilogi Pembangunan dengan menekankan pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya menuju terciptanya keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, sejalan dengan pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi serta stabilitas nasional yang sehat dan dinamis. Sesuai dengan Pola Umum Pembangunan Jangka Panjang per-tama, maka dalam Repelita V prioritas diletakkan pada pem-bangunan ekonomi dengan titik berat pada sektor pertanian swasembada pangan dan meningkatkan produksi 144 untuk memantapkan hasil pertanian lainnya,, serta pada sektor industri, khusus- nya industri yang menghasilkan untuk ekspor, industri yang banyak menyerap tenaga kerja, industri pengolahan hasil per-tanian, serta industri yang dapat menghasilkan mesin-mesin industri. Semua itu adalah dalam rangka mewujudkan struktur ekonomi yang seimbang antara industri dan pertanian, baik dari segi penyerapan tenaga dari segi nilai tambah maupun kerja. Sejalan dengan prioritas pada pembangunan bidang ekonomi, maka pembangunan dalam bidang politik, sosial budaya, perta-hanan keamanan dan lain-lain makin ditingkatkan sepadan dan agar saling menunjang dengan pembangunan bidang ekonomi se-hingga lebih menjamin ketahanan nasional. II. ARAH UMUM DAN RUANG LINGKUP RENCANA Repelita V disusun atas dasar arahan umum yang digaris- oleh GBHN, pengalaman dari pelaksanaan pembangunan nasio- kan nal selama empat Repelita sebelumnya, perhitungan potensi pembangunan yang ada di dalam negeri, serta perkiraan menge- nai perkembangan perekonomian dunia di tahun-tahun mendatang. Sebagaimana disinggung dalam Bab 1, situasi perekonomian dunia beberapa tahun terakhir ini tetap mengandung berbagai kerawanan. Hal ini menggarisbawahi besarnya ketidakpastian yang dihadapi dalam memperkirakan perkembangannya di masa mendatang. Khususnya prospek pasar minyak masih tetap tidak menentu dan peranannya sebagai sumber pembiayaan pembangunan nasional diperkirakan secara relatif akan makin menyurut di tahun-tahun mendatang. 145 Di lain pihak, GBHN telah menggariskan bahwa pembangunan nasional dalam Repelita V akan makin ditingkatkan dengan sasaran utama memantapkan kerangka landasan agar bangsa Indonesia siap untuk memasuki awal dari proses tinggal landas dalam Repelita VI. Oleh karena itu, lebih dari tahun-tahun sebelum-nya, masa Repelita V menuntut adanya tekad yang makin bulat dari seluruh rakyat Indonesia untuk mengatasi hambatan dan tantangan dalam meneruskan upaya pembangunannya. Secara umum, upaya pembangunan nasional dalam Repelita V akan diarahkan pada pendayagunaan dan pengembangan secara maksimal seluruh potensi pembangunan yang ada serta pemanfaatan setiap peluang yang terbuka, baik yang berasal dari luar negeri maupun dari dalam negeri, dengan tetap memperhatikan kendala-kendala yang dapat timbul dari lingkungan perekonomian dunia yang tidak pasti. Adapun arah pokok dari langkah-langkah kebijaksanaan tersebut adalah sebagai berikut. Dengan prospek merosotnya peranan minyak bumi dalam per-ekonomian Indonesia, maka berbagai langkah kebijaksanaan yang telah mulai mengurangi dilaksanakan secara dalam bertahap tahun-tahun ketergantungan sebelumnya untuk perekonomian Indo- nesia pada minyak bumi, baik sebagai sumber devisa maupun sebagai sumber penerimaan negara akan dilanjutkan dan bahkan dipercepat. Upaya untuk menuju ke arah diversifikasi struktur ekonomi antara sektor migas dan sektor non migas ini penting untuk mengamankan kelangsungan pembangunan, meningkatkan ke-tahanan nasional dan sekaligus memantapkan kerangka landasan untuk tinggal landas. Oleh karena itu upaya ini merupakan pokok dalam Repelita V. 146 salah satu arah kebijaksanaan Untuk mengurangi ketergantungan pada minyak sebagai sum- ber devisa, ekspor non migas harus berhasil ditingkatkan secacepat. Sedangkan di bidang penerimaan negara, ra pengurangan ketergantungan pada minyak bumi berarti peningkatan secara berarti penerimaan pemerintah dari sumber-sumber dalam negeri di luar migas. Ini selanjutnya berarti bahwa penerimaan dari pajak harus dapat ditingkatkan secara maksimal dengan tetap memperhatikan aspek keadilan serta pengaruhnya terhadap gairah kebijaksanaan serta sasaran-sasaran di bidang berusaha. Pokok ini diuraikan lebih lanjut dalam bagian mengenai pembiayaan pembangunan dalam Bab ini. Dalam pada itu, dengan prospek makin ketatnya dana pem-bangunan yang tersedia, terutama dana pembangunan yang ada di tangan pemerintah, maka kebijaksanaan pembangunan dalam Repe- lita V akan diarahkan untuk makin mendorong dan menggairahkan kemandirian, peranan serta partisipasi masyarakat di segala bidang pembangunan. Sektor dunia usaha akan terus didorong seluas-luasnya untuk berperan dalam keekonomi nasional. Sedangkan masyarakat umum meningkatkan peran sertanya dalam upayabaik di bidang ekonomi, sosial budaya mau- dan diberi peluang giatan-kegiatan akan didorong untuk upaya pembangunan, pun di bidang-bidang lain. Dalam pada itu, kegiatan-kegiatan pemerintah makin diarahkan pada peranannya sebagai penunjang dan pendorong bagi pengembangan partisipasi masyarakat terse- but melalui penciptaan iklim yang mendukung, penyediaan sara- na dan prasarana dasar yang memang tidak dapat disediakan pengembangan sumber daya manuSementara itu keterbatasan sendiri oleh masyarakat serta sia. dana pembangunan harus di- upayakan agar tidak menjadi kendala yang mengekang bagi laju pembangunan yang diperlukan untuk mempersiapkan bangsa Indomemasuki nesia tahap tinggal landas. Oleh karena itu dalam 147 Repelita V dana pembangunan yang terbatas akan dimanfaatkan sehemat dan seefisien mungkin melalui peningkatan pengawasan penggunaannya, penajaman prioritas dan penyempurnaan sistem operasi dan pemeliharaan bagi sarana dan prasarana yang ada. Peningkatan pengawasan penggunaan dana, terutama dana negara, merupakan bagian integral dari upaya untuk meningkat- kan efisiensi aparatur pemerintah secara keseluruhan. Pena- jaman prioritas menyangkut penyempurnaan pemilihan dan evalu- asi proyek-proyek pembangunan agar benar-benar sesuai dan me-nunjang langsung tercapainya sasaran-sasaran pokok pembangun- an. Penyempurnaan sistem operasi dan pemeliharaan bagi sarana dan prasarana yang ada mempunyai sasaran untuk memperoleh guna yang setinggi-tingginya dari sarana dan prasarana hasil yang telah dibangun. Selain itu kegiatan operasi dan pemeli- haraan ini mempunyai ciri yang menguntungkan, yaitu biayanya relatif rendah dibanding dengan pembangunan baru dan pada umumnya bersifat padat karya. Ketiga hal ini akan mendapatkan prioritas tinggi dalam pelaksanaan kebijaksanaan efisiensi penggunaan dana pembangunan dalam Repelita V. Di samping itu, dalam Repelita V akan diupayakan peningkatan efisiensi dan produktivitas dalam arti yang lebih luas dan menyeluruh. Peningkatan efisiensi dan produktivitas nasio- nal ini menyangkut setiap kegiatan pembangunan, sebagai salah satu kebijaksanaan dasar dalam Repelita V, peningkatan efi- siensi dan produktivitas secara menyeluruh, dalam setiap ke- giatan pembangunan, pada berbagai tingkat, di semua bidang dan di seluruh sektor. Bersama-sama dengan peningkatan kemandirian dan partisipasi masyarakat, penajaman prioritas dan penyem-purnaan pengawasan penggunaan dana serta penyempurnaan operasi dan pemeliharaan, upaya untuk meningkatkan efisiensi dan pro- 148 duktivitas secara nasional ini diharapkan akan melonggarkan kendala keterbatasan dana terhadap laju pembangunan. Peningkatan efisiensi dan produktivitas tersebut dilak-sanakan melalui, antara lain, upaya untuk menghilangkan ham-batan-hambatan terhadap mobilitas sumber daya antar kegiatan, antar bidang dan antar sektor, sehingga dapat dicapai alokasi sumber daya yang makin efisien serta pemanfaatan secara penuh sumber daya yang ada, termasuk pemanfaatan kapasitas produksi, sumber daya manusia dan sumber alam. Secara lebih mendasar, peningkatan efisiensi dan produktivitas merupakan dampak dari struktur ekonomi yang lebih seimbang melalui adanya pening-katan keterkaitan ekonomis antar sektor dan antar kegiatan. Di samping itu, peningkatan efisiensi dan produktivitas juga dapat dicapai melalui peningkatan keterampilan dan peningkat- an penguasaan teknologi oleh bangsa Indonesia yang didukung oleh adanya iklim yang merangsang timbulnya kreativitas dan swadaya masyarakat. Dalam kaitan pro-duktivitas dengan tersebut upaya peningkatan kebijaksanaan efisiensi deregulasi dan dan debirokrati-sasi, sebagai bagian dari kebijaksanaan yang lebih luas dalam rangka penyegaran dan pengembangan kelembagaan agar dapat me-menuhi tuntutan pembangunan, memegang peranan yang menentukan. Kebijaksanaan ini akan dilanjutkan dan dimantapkan dalam Re-pelita V. Di samping produk-tivitas itu, dalam peranan sumber meningkatkan daya manusia, efisiensi dan terutama segi kualitas-nya, adalah strategis. Oleh karena itu dalam Repelita V pe-ngembangan sumber daya manusia memperoleh perhatian khusus. Seperti yang telah digariskan dalam GBHN, pengembangan sumber daya manusia Indonesia akan diselenggarakan secara menyeluruh, 149 terarah dan terpadu di berbagai bidang yang mencakup terutama kesehatan, perbaikan gizi, pendidikan dan pelatihan serta pe-nyediaan lapangan kerja. Dengan demikian dapat ditingkatkan kualitas manusia Indonesia serta pendayagunaan jumlah pendu- duk yang besar-sebagai salah satu modal dasar pembangunan na-sional. Peningkatan kualitas sumber daya manusia serta pen-dayagunaannya melalui penciptaan lapangan kerja produktif merupakan salah satu kebijaksanaan pokok yang makin merata dalam Repelita V. Setiap kebijaksanaan pembangunan sektoral, regional maupun nasional akan memperhatikan kebijaksanaan po- kok ini, baik dalam perumusannya maupun dalam pelaksanaannya. Sementara itu, agar proses peningkatan pembangunan dapat berlangsung secara berkesinambungan, maka langkah-langkah untuk memacu laju pembangunan tersebut di atas perlu didukung dengan langkah-langkah pengembangan sisi permintaan atau pasarannya. Dengan demikian produksi barang dan jasa aspek yang direncanakan makin meningkat tersebut dapat disalurkan dengan lancar. Pasaran yang masih sangat luas untuk menampung hasil produksi dalam negeri adalah pasar luar negeri. Dalam kaitan ini, upaya untuk memanfaatkan dan mengembangkan pasaran ekspor, khususnya ekspor non migas dan pariwisata, yang telah dilaksanakan sampai saat ini, akan dilanjutkan dan makin di-tingkatkan dalam Repelita V. Pemanfaatan dan pengembangan pasar luar negeri tersebut mutlak perlu dilakukan dengan sungguh-sungguh agar laju pembangunan tidak terkekang oleh kendala keterbatasan permintaan di dalam negeri. Selain itu, ekspor non migas dan pariwisata merupakan sumber dana devisa bagi pembangunan yang mempunyai peranan sangat menentukan dalam Repelita V, terutama dengan adanya ketidakpastian dalam sumber-sumber devisa dari migas. Dalam pada itu, pengalaman berbagai negara juga menunjukkan bahwa melalui kegiatan per- 150 dagangan di pasar dunia akan masuk pula teknologi, cara kerja, sikap yang akan mendorong peningkatan efisiensi dan produktivitas di dalam negeri. Namun demikian, peranan pasar dalam negeri tetap sangat besar dan menentukan. Oleh karena itu pemanfaatan serta pengembangan pasar dalam negeri untuk barang dan jasa yang dihasilkan di dalam negeri tetap perlu diperhatikan dan sama sekali tidak dapat diabaikan. Dalam Repelita V pengembangan yang serasi dan seimbang antara pasar luar negeri dan pasar dalam negeri bagi hasil produksi nasional merupakan sasaran penting dalam rangka menunjang peningkatan pembangunan yang berkesinambungan melalui peningkatan efisiensi dan produktivitas seperti yang disebutkan di atas. Peningkatan daya saing, perluasan daerah pasar, peningkatan mutu serta pengembangan komoditi ekspor baru merupakan langkah-langkah untuk mengembangkan pasar luar negeri. Sedangkan, peningkatan pertumbuhan ekonomi, penciptaan lapangan kerja produktif yang makin banyak dan makin merata, peningkatan mutu dan variasi barang yang dipasarkan di dalam negeri serta upaya penggalakan pemakaian produksi dalam negeri merupakan langkah-langkah pengembangan pasar dalam yang menunjang negeri. pendayagunaan Langkahlangkah ini dan akan ditingkatkan dalam Repelita V. Akhirnya perlu ditekankan bahwa semua langkah kebijaksa-naan pembangunan yang diuraikan di atas akan tetap dilaksana- kan dalam kerangka tercapainya Trilogi Pembangunan secara seimbang dan serasi. Di samping itu, langkah-langkah kebijaksa-naan tersebut juga dilaksanakan dengan tetap memperhatikan keseimbangan lingkungan serta kelestarian fungsi dan kemampuan sumber alam. Dengan demikian peningkatan pembangunan yang direncanakan dalam Repelita V tersebut merupakan proses pembangunan yang berkelanjutan dan mampu mengantarkan bangsa Indo151 nesia untuk memasuki awal dari tahap tinggal landas dalam Repelita VI. Demikianlah gambaran umum mengenai arah dan ruang lingkup Repelita V. Dalam pada itu perlu ditegaskan bahwa, seperti halnya dengan Repelita-repelita sebelumnya, Repelita V meru- pakan rencana pembangunan nasional yang bersifat indikatif yang memberikan arah umum pembangunan, sasaran-sasaran yang hendak dicapai serta skala prioritas yang akan dijadikan pedoman. Sasaran-sasaran yang ditetapkan dalam rencana ini bukan merupakan sasaran mati, tetapi merupakan sasaran umum pelaksanaan pembangunan yang dapat dikembangkan dan disesuaikan dengan perkembangan keadaan. Sebagai rencana indikatif, Repepelaku pembangunan, termasuk lita V dimaksudkan agar semua dunia usaha, mempunyai suatu perspektif dan pedoman bersama untuk menyerasikan rencana serta langkah menuju tercapainya sasaran-sasaran pembangunan nasional. Pelaksanaan rencana ini secara operasional akan dituang- kan dalam bentuk program-program, proyek-proyek dan kegiatan-kegiatan pembangunan yang dibiayai melalui Anggaran Pendapat- an dan Belanja Negara yang disusun setiap tahun serta dalam bentuk langkah-langkah kebijaksanaan konkret di berbagai bidang. Perkiraan mengenai sumber-sumber pembiayaan dalam rencana ini didasarkan atas perkiraan mengenai perkembangan Indonesia dan perekonomian dunia selama lima perekonomian tahun mendatang. Berbagai perkembangan seperti, harga minyak, laju pertumbuhan ekonomi dunia serta perkembangan moneter internasional akan sangat mempengaruhi taksiran mengenai pembiayaan tersebut. Oleh sebab itu penilaian keadaan secara periodik penting untuk dilakukan agar penyesuaian-penyesuaian yang dilakukan dapat ditampung dan dilaksanakan pada waktunya melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara yang disusun 152 setiap tahun serta melalui langkah-langkah kebijaksanaan pembangunan lainnya. III. PERKEMBANGAN PENDUDUK, PRODUKSI NASIONAL DAN PERUBAHAN STRUKTUR EKONOMI Dengan keberhasilan program keluarga berencana program-program gizi, kesehatan dan kependudukan lainnya, serta maka laju pertumbuhan penduduk Indonesia terus mengalami penurunan. Laju pertumbuhan penduduk menurun dari 2,3% dalam tahun terakhir Repelita II menjadi 2,2% dalam tahun terakhir Repelita III. Kecenderungan penurunan tersebut terus berlang-sung selama 5 tahun berikutnya sehingga dalam tahun terakhir Repelita IV laju tersebut menjadi 2,1%. Dalam Repelita V program-program tersebut di atas akan dilanjutkan dan makin ditingkatkan efisiensi pelaksanaannya dan laju pertumbuhan penduduk Indonesia diharapkan dapat diturunkan lebih lanjut. Pada tahun terakhir Repelita V laju pertumbuhan penduduk diperkirakan menurun menjadi 1,8%, se-hingga laju pertumbuhan penduduk rata-rata selama Repelita V adalah 1,9% per tahun. Sementara itu pertumbuhan penduduk dan jumlahnya di berbagai daerah juga akan mengalami perubahan dalam kurun waktu 5 tahun mendatang. Dalam Repelita V penduduk di Jawa diperkirakan akan meningkat dengan rata-rata 1,52% per tahun sedangkan penduduk di luar Jawa dengan 2,46% per tahun. Jum- lah penduduk Indonesia pada akhir Repelita V diperkirakan 192,9 juta orang dengan penyebaran 114,1 juta orang di Jawa dan 78,8 juta orang di luar Jawa. 153 TABEL 2 - 1 KEPADATAN PENDUDUK JAWA, LUAR JAWA DAN INDONESIA, 1988 DAN 1993 Luas (ribu Kepadatan Penduduk Jumlah Penduduk km2) (orang per km2) (juta orang) 1988 1993 1988 1993 132,2 105,8 ( 60,3%) 114,1 ( 59,1%) 800 864 Luar Jawa 1.787,2 69,8 ( 39,7%) 78,8 ( 40,9%) 39 44 Indonesia 1.919,4 175,6 (100,0%) 192,9 (100,0%) 91 101 Jawa 154 Keberhasilan pembangunan juga telah menimbulkan dampak terhadap aspek-aspek lain dari kependudukan. Dengan meningkatnya mobilitas penduduk, terutama karena prasarana perhubungan yang makin baik serta meningkatnya pendapatan serta tingkat pendidikan, maka arus perpindahan penduduk antar daerah dan antar lokasi juga makin meningkat. Dengan adanya gejala ini, penduduk di daerah perkotaan di seluruh tanah air umumnya meningkat jauh lebih cepat dari pada laju pertumbuhan penduduk di daerah-daerah pedesaan. Dalam Repelita V proses urbanisasi akan berlanjut dan keseimbangan antara laju urbanisasi dan laju pembangunan daerah, khususnya antara daerah pedesaan dan daerah perkotaan, akan memerlukan perhatian khusus. Di samping itu, peningkatan taraf kesehatan dan gizi telah menaikkan secara bertahap angka harapan hidup penduduk Indonesia. Apabila pada akhir Repelita IV rata-rata penduduk Indonesia dapat mengharapkan untuk hidup sampai umur 62,9 Repelita V mereka dapat mengharapkan tahun, maka pada akhir untuk mencapai umur 64,8 tahun. Perpanjangan harapan hidup ini, bersama-sama dengan penurunan pertumbuhan penduduk telah dan akan mengubah struktur umur penduduk Indonesia dari struktur dengan sebagian besar berada pada kelompok usia muda ke arah struktur yang lebih seimbang dengan meningkatnya persentase kelompok usia dewasa. Dampak positif dari perubahan struktur umur tersebut adalah bahwa secara rata-rata jumlah anggota produktif dalam rumah tangga meningkat dan jumlah anggota keluarga yang belum produktif dan menggantungkan pada penghasilan anggota lain dalam keluarga menurun. Di lain pihak, gejala ini makin meningkatkan pula jumlah penduduk usia bekerja. 156 TABEL 2 - 2 PERKIRAAN PENDUDUK INDONESIA MENURUT KELOMPOK UMUR, 1988 DAN 1993 (dalam ribu orang) Kelompok Umur (Tahun) 1988 Orang 0 - 4 23.047,9 5 - 9 1993 Orang (%) 13,1 23.019,3 11,9 21.285,3 12,1 22.418,2 11,6 10 - 14 21.553,9 12,3 21.529,0 11,2 15 - 44 79.982,0 45,6 91.770,4 47,6 45 - 64 23.165,0 13,2 65 ke atas 6.554,8 3,7 Jumlah 175.588,9 (%) 100,0 26,076,4 8.122,0 192.935,3 13,5 4,2 100,0 157 Jumlah angkatan kerja selama Repelita V diperkirakan meningkat lebih cepat daripada pertumbuhan penduduk, yaitu sekitar 3,0% per tahun. Ini berarti bahwa dengan rata-rata selama periode tersebut jumlah angkatan kerja Indonesia akan bertambah lagi dengan sekitar 11,9 juta orang. Dalam pada itu, sesuai dengan kecenderungan di tahun- tahun sebelumnya, dalam Repelita V angkatan kerja wanita diperkirakan meningkat lebih cepat dibandingkan dengan angkatan kerja laki-laki. Dalam periode tersebut, angkatan kerja wani- ta meningkat dengan 3,9% per tahun dan angkatan kerja lakitahun. Perkembangan ini memberikan pe- laki dengan 2,4% per tunjuk bahwa peranan wanita semakin meningkat dalam kegiatan pembangunan. Bersamaan dengan perkembangan kependudukan tersebut, produksi barang dan jasa di dalam negeri juga meningkat. SeIV, produksi nasional riil meningkat dengan lama Repelita rata-rata sekitar 4,0% per tahun. Untuk Repelita V, laju pertumbuhan produksi nasional riil diperkirakan sekitar 5% per penduduk sekitar 1,9% per tahun. Dengan laju pertumbuhan tahun, maka produksi nasional riil per kapita akan meningkat sekitar 3,1% per tahun. Produksi nasional nominal, yaitu pro- duksi nasional yang dinyatakan pada harga yang berlaku, diperkirakan meningkat dari Rp. 132,4 trilyun pada tahun tertahun ter- akhir Repelita IV menjadi Rp. 220,4 trilyun pada akhir Repelita V. Sasaran laju pertumbuhan untuk Repelita V sebesar 5% tersebut di atas merupakan perpaduan antara di satu pihak perkiraan potensi pertumbuhan ekonomi nasional dengan mempertimbangkan kendala situasi dan prospek ekonomi dunia, dan di dicapainya pertumbuhan ekonomi yang cukup 158 lain pihak keharusan tinggi untuk menampung sasaran-sasaran pokok pembangunan yaitu, antara lain, meningkatkan kesejahteraan penduduk, penciptaan lapangan kerja serta perubahan struktur ekonomi ke arah yang lebih seimbang. Karena sektor migas diperkirakan akan tumbuh relatif maka di dalam sasaran 5% tersebut tersirat sasaran lambat, laju pertumbuhan produksi sektor-sektor non migas yang lebih tinggi, yaitu secara keseluruhan diharapkan akan dapat tumbuh setidak-tidaknya dengan rata-rata sekitar 6% per tahun. Laju pertumbuhan sektor non migas yang cukup tinggi tersebut mempudan diperlukan dalam rangka men- nyai peranan sangat penting capai sasaran-sasaran pokok pembangunan, antara lain, untuk menunjang terciptanya struktur ekonomi yang lebih seimbang serta untuk memberikan lapangan kerja baru bagi angkatan kerja yang terus bertambah. Dalam kaitan ini, dalam Repelita V sum- bangan sektor non migas dalam produksi nasional diperkirakan meningkat dari 80,2% pada akhir Repelita IV, menjadi 83,7% pada akhir Repelita V, sedangkan sumbangan sektor migas dalam periode yang sama menurun dari 19,8% menjadi 16,3%. Sesuai dengan penggarisan GBHN, struktur ekonomi antara sektor pertanian dan sektor industri diupayakan agar makin seimbang, di mana kemampuan dan kekuatan industri yang maju didukung oleh kekuatan dan kemampuan pertanian yang tangguh. Sasaran ini menghendaki sektor industri untuk tumbuh lebih cepat daripada sektor pertanian, sedangkan sektor pertanian sendiri juga tumbuh secara mantap dan memadai sehingga swaini makin mampu me- sembada pangan makin mantap dan sektor nyediakan bahan baku bagi sektor industri dan ekspor. Dalam Repelita V sektor industri diperkirakan akan tumbuh dengan rata-rata 8,5% per tahun, sedangkan sektor pertanian dengan 3,6% per tahun. Meskipun produksi sektor pertanian akan terus 159 meningkat, namun peranan sektor ini akan menurun dari 23,2% dari produksi nasional pada akhir Repelita IV menjadi sekitar 21,6% pada akhir Repelita V. Sebaliknya dalam periode yang sama peranan sektor industri akan meningkat dari 14,4% menja- di 16,9%. Perkiraan laju pertumbuhan sektor industri dalam RepeliV sebesar 8,5% per tahun adalah lebih rendah dibandingkan ta laju pertumbuhannya dalam Repelita IV sebesar 10,2% per tahun. Namun yang perlu digarisbawahi adalah bahwa dalam Repelita V sektor industri itu sendiri terjadi perubahan ke di dalam arah struktur yang lebih seimbang antara sub sektor industri migas dan sub sektor industri non migas. Dalam Repelita V sekdiperkirakan meningkat dengan laju tor industri non migas rata-rata sekitar 10% per tahun, dibandingkan dengan laju rata-rata sebesar 6,1% per tahun selama Repelita IV. Sebalik- nya karena situasi pasar minyak dunia yang kurang menentu laju pertumbuhan sektor industri migas diperkirakan menurun secara tajam dari sekitar 22,1% per tahun selama Repelita IV menjadi sekitar 4,2% per tahun selama Repelita V. Perkembangan ini industri dan akan membawa pengaruh kepada perubahan struktur nasional menuju ke arah struktur yang makin seimbang berdaya tahan tinggi. Usaha peningkatan ekspor non migas, terutama hasil-hasil industri, juga mendukung upaya untuk menyeimbangkan struktur ekonomi nasional. Dalam Repelita V peranan ekspor non migas diperkirakan akan sangat meningkat, yaitu dari 14,4% dari produksi nasional pada akhir Repelita IV menjadi 22,8% dari produksi nasional pada akhir Repelita V. Sementara itu, peran- an hasil-hasil industri dalam kelompok komoditi ekspor non migas juga makin meningkat. Perkembangan ini merupakan hasil diperkirakan 160 dapat dicapai dari kemajuan yang dalam memanfaat- TABEL 2 - 3 PERKIRAAN LAJU PERTUMBUHAN PRODUKSI NASIONAL MENURUT SEKTOR SELAMA REPELITA V (dalam % per tahun) Laju Pertumbuhan Rata-rata per Tahun dalam Repelita V 1. Pertanian 3,6 2. Pertambangan 0,4 3. Industri 8,5 4. Bangunan 6,0 5. Perdagangan 6,0 6. Pengangkutan dan Komunikasi 6,4 7. Lain-lain 6,1 Produksi Nasional 1) 5,0 1) Dinyatakan dengan Produk Domestik Bruto 161 TABEL 2 - 4 PERKIRAAN PERKEMBANGAN PERANAN MASING-MASING SEKTOR DALAM PRODUKSI NASIONAL, 1988 DAN 1993 (dalam %) 1988 1993 1. Pertanian 23,2 21,6 2. Pertambangan 15,9 12,6 3. Industri 14,4 16,9 4. Bangunan 5,6 5,8 15,9 16,7 5,7 6,0 19,3 20,4 100,0 100,0 5. Perdagangan 6. Pengangkutan dan Komunikasi 7. Lain-lain Produksi Nasional 1) 1) Dinyatakan dengan Produk Domestik Bruto 162 GRAFIK 2 - 2 PERKEMBANGAN PERANAN PRODUKSI NASIONAL MENURUT SEKTOR, 1988 DAN 1993 Persen Lain-lain Pengangkutan & Komunikasi Perdagangan Bangunan Industri Pertambangan Pertanian Tahun 163 kan pasar luar negeri dan sekaligus mencerminkan kemampuan bangsa Indonesia dalam meningkatkan nilai tambah dari komo- diti ekspornya. Sasaran laju pertumbuhan rata-rata per tahun untuk sektor-sektor di luar sektor pertanian dan industri dalam Repelita V adalah sebagai berikut: sektor pertambangan 0,4%, sektor bangunan 6,0%, sektor perdagangan 6,0%, sektor pengangkutan dan komunikasi 6,4%, serta sektor-sektor lainnya 6,1%. Sejalan dengan sasaran-sasaran tersebut, dalam Repelita V peranan sektor-sektor yang bersangkutan dalam produksi na-sional masing-masing akan berubah sebagai berikut: sektor pertambangan akan menurun dari 15,9% pada akhir Repelita IV menjadi 12,6% pada akhir Repelita V, sektor bangunan sedikit meningkat dari 5,6% menjadi 5,8%, sedangkan sektor perdagang- an, sektor pengangkutan dan komunikasi, serta sektor lain-lain akan meningkat masing-masing dari 15,9%, 5,7% dan 19,3% men- jadi 16,7%, 6,0% dan 20,4%. Dengan laju dan pola pertumbuhan ekonomi tersebut di atas, diharapkan pembangunan nasional dalam Repelita V mampu memantapkan kerangka landasan dan berhasil menyiapkan bangsa Indonesia untuk memasuki awal tahap tinggal landas dalam Re-pelita VI nanti. IV. KEBUTUHAN INVESTASI Dalam Repelita V sasaran-sasaran pembangunan dijabarkan dalam langkah-langkah kebijaksanaan dan ke kegiatan-kegiatan pembangunan lain yang pelaksanaannya diperkirakan dapat menghasilkan pencapaian Selanjutnya ke 164 dalam sasaran-sasaran langkah-langkah langkah-langkah tersebut kebijaksanaan secara tersebut optimal. dijabarkan operasional, sedangkan kegiatan- kegiatan pembangunan lain dituangkan ke dalam kegiatan-kegiat- an investasi yang memerlukan pembiayaan dalam pelaksanaannya. Dalam Repelita V langkah-langkah kebijaksanaan, termasuk langkah-langkah penyempurnaan dan pemantapan kelembagaan serta langkah-langkah kebijaksanaan deregulasi dan debirokratisasi, akan memegang peranan sasaran-sasaran yang makin pembangunan. penting dalam upaya Langkah-langkah mencapai kebijaksanaan tersebut mempunyai dampak yang luas dan mendasar dalam meningkatkan efisiensi serta gairah berpartisipasi masyarakat dalam pembangunan tanpa memerlukan dana yang terlalu besar. Kebijaksanaan semacam ini sangat mendukung upaya untuk meningkatkan laju pembangunan dalam suasana ketidakpastian dan keterbatasan dana. Sesuai dengan prospek keuangan negara, kegiatan-kegiatan investasi yang dibiayai dengan dana negara akan dilaksanakan dengan pertimbangan yang cermat mengenai prioritasnya serta dampaknya dalam mendorong kegiatan-kegiatan investasi yang dilakukan oleh masyarakat sendiri, termasuk oleh dunia usaha. Melalui langkah-langkah kebijaksanaan yang tepat iklim bagi kegiatan investasi oleh masyarakat akan terus dikembangkan agar tercapai tingkat investasi yang memadai dengan pola investasi yang sesuai dengan sasaran-sasaran pembangunan. Di samping itu, dalam Repelita V diupayakan pula untuk ditingkatkan efisiensi investasi sehingga pemanfaatan investasi yang tersedia dapat menghasilkan dampak positif dana yang maksimal bagi tercapainya sasaran-sasaran pembangunan. Salah satu perwujudan dari upaya ini adalah mengupayakan penurunan penggunaan dana investasi bagi setiap satuan pening- 165 katan produksi yang ditargetkan. Dalam hubungan ini pengeluaran untuk operasi dan pemeliharaan bagi sarana dan prasarana yang ada akan mendapatkan perhatian khusus. Atas dasar arah kebijaksanaan tersebut di atas dan dengan sasaran-sasaran pembangunan yang telah ditetapkan, yang seba- - gai keseluruhan akan menghasilkan laju pertumbuhan ekonomi sebesar rata-rata 5% per tahun, maka kebutuhan investasi se- lama Repelita V diperkirakan seluruhnya berjumlah Rp 239,1 trilyun. Selama masa itu laju pertumbuhan investasi pemerindiperkirakan mencapai sebesar 15,2% per tah dan masyarakat tahun selama Repelita V. Dalam periode yang sama persentase investasi terhadap produksi nasional diperkirakan meningkat dari 22,7% pada akhir Repelita IV menjadi 27,7% pada akhir Repelita V. Seperti belumnya, halnya investasi dengan pelaksanaan yang dilaksanakan, Repelita-repelita khususnya se- investasi pemerintah, mempunyai cakupan yang luas, yaitu seluruh pengeluaran untuk tujuan pembangunan nasional. Pengertian ter- sebut mencakup tidak hanya pengeluaran-pengeluaran pembentuk- an modal fisik saja, tetapi juga pengeluaran-pengeluaran investasi non fisik seperti investasi di bidang kesehatan, pendidikan, dan sebagainya. Sesuai dengan penggarisan dalam GBHN, pengerahan investasi tersebut tidak hanya untuk pembangunan bidang ekonomi, tetapi juga untuk pembangunan dalam bidang politik, sosial budaya, pertahanan keamanan dan lain-lain, yang semuanya akan ditingkatkan pula sepadan dan agar saling menunjang dengan pembangunan bidang ekonomi sehingga 166 akan lebih menjamin ketahanan nasional. V. PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN 1. Pokok-Pokok Kebijaksanaan Pembiayaan Seperti disebutkan di atas, kebutuhan investasi untuk menunjang tercapainya sasaran-sasaran pembangunan, antara lain pertumbuhan ekonomi sebesar rata-rata 5% setahun selama Repelita V, cukup besar. Dana investasi tersebut harus disediakan dari berbagai sumber, baik sumber dalam negeri maupun sumber luar negeri. Namun, seperti yang telah ditetapkan danegeri secara keseluruhan harus lam GBHN, sumber dana luar tetap merupakan pelengkap bagi sumber dana pembangunan yang berasal dari dalam negeri. Dengan demikian, satu arah kebijaksanaan utama di bidang pembiayaan dalam Repelita V adalah menggali dan mengembangkan secara maksimal sumber-sumber dana pembangunan dari dalam negeri. Prospek dari penerimaan minyak bumi dalam Repelita V, seperti yang diuraikan di atas, kurang cerah. Padahal dana yang berasal dari sumber ini memiliki sifat yang strategis, yaitu sebagai sumber dana devisa negara dan sekaligus sebagai sumber penerimaan rupiah bagi anggaran belanja negara. Oleh karena itu sumber dana pembangunan ini perlu tetap diupayakan peningkatannya, antara lain melalui penggalakan eksplorasi, peningkatan pengolahan serta kerja sama antar negara untuk memantapkan harga. Sementara itu, penerimaan yang berasal lebih dari gas diperkirakan mempunyai prospek yang sedikit baik karena cadangan yang sangat besar serta kemungkinan pemasarannya yang masih dapat digarap lebih lanjut. Dengan segala keberhasilan yang mungkin tercapai dalam upaya meningkatkan sumber dana pembangunan dari minyak bumi dan gas, beban peningkatan dana pembangunan yang berasal dari 167 sumber-sumber dalam negeri terutama terletak pada keberhasil- an dalam menggali dan mengembangkan sumber-sumber dana di luar sektor migas. Sumber-sumber dana ini dapat dimobilisasikan melalui peningkatan efisiensi perpajakan dan melalui pengga- lakan tabungan masyarakat. Dalam Repelita V kebijaksanaan penyempurnaan perpajakan memegang peranan yang sentral karena sangat menentukan kemampuan pembiayaan pembangunan oleh negara. Seperti - diketahui, pembiayaan oleh negara sangat diperlukan dalam melaksanakan pembangunan, khususnya dalam menyediakan sarana dan prasarana dasar bagi pembangunan, baik yang bersifat fisik maupun non fisik, serta bagi program-program pemerataan. Oleh karena itu, upaya ke arah ini akan memperoleh perhatian khusus, me- lalui perbaikan administrasi perpajakan, peningkatan keterampilan, disiplin, sikap mental dan produktivitas petugas pa- jak, peningkatan pengawasan dan peningkatan kesadaran masya-rakat untuk membayar pajak. Penggalakan tabungan oleh masyarakat, termasuk dana yang dipupuk oleh dunia usaha, merupakan upaya lain dari kebijaksanaan pembiayaan pembangunan untuk menggali dan mengembang- kan sumber dana pembangunan dari dalam negeri. Salah satu prasyarat penting untuk meningkatkan gairah menabung oleh masyarakat adalah terciptanya kestabilan moneter yang mantap. Dalam hubungan ini terpeliharanya stabilitas ekonomi yang upaya untuk menggalakkan gairah tabung- mantap sejalan dengan an masyarakat. Selanjutnya tabungan masyarakat akan meningkat dengan adanya imbalan yang memadai bagi penabung, tersedianya instrumen-instrumen keuangan untuk menyalurkan hasrat menabung masyarakat dan makin meluasnya jaringan dan makin beragamnya macam lembaga-lembaga keuangan yang ada. Dalam Repelita V pemupukan dana masyarakat akan memperoleh perhatian khusus. 168 Dalam Repelita V kebutuhan akan dana devisa juga akan semakin meningkat sejalan dengan peningkatan pembangunan. Langkah yang paling mendasar di bidang ini adalah upaya untuk meningkatkan ekspor non migas termasuk pariwisata. Seperti disebutkan di atas, selain sebagai sumber pembiayaan, peningkat- an ekspor non migas mempunyai fungsi penting lain dalam Repe-lita V, yaitu sebagai upaya meningkatkan pasaran bagi produk- si dalam negeri, sebagai wahana untuk mendorong peningkatan efisiensi dan produktivitas di dalam negeri dan sebagai upaya penciptaan lapangan kerja baru. Di samping ekspor non migas, upaya untuk menarik penanaman modal dari luar negeri di sektor dunia usaha merupakan langkah mendasar lainnya untuk memobilisasi dana pembangunan dari sumber luar negeri. Kebijaksanaan deregulasi dan debirokratisasi di bidang ini akan dilan- - jutkan dalam Repelita V. Dalam pada itu bantuan luar negeri masih akan merupakan sumber pembiayaan pembangunan yang penting. Kebijaksanaan di bidang ini tetap didasarkan pada ketentuan GBHN bahwa pinjam- an luar negeri akan diterima sepanjang tidak ada ikatan poli- tik, syarat-syaratnya tidak memberatkan dan dalam batas kemampuan negara untuk membayar kembali, sedangkan penggunaan- nya ditujukan untuk proyek yang diberi prioritas, produktif dan bermanfaat bagi masyarakat dan negara. 2. Perkiraan Sumber-sumber Pembiayaan Pada tahun terakhir Repelita IV besarnya investasi men- - capai 22,7% dari produksi nasional. Pada tahun terakhir Repe- lita V persentase tersebut diperkirakan akan mencapai 27,7%. Selama Repelita V persentase rata-rata investasi terhadap produksi nasional - diperkirakan sebesar 26,4%. Sekitar 169 93,9% diantaranya, atau 24,8% dari produksi nasional, akan dibiayai dari tabungan dalam negeri. Sisanya yaitu sekitar 6,1% dari seluruh investasi atau sekitar 1,6% dari produksi nasional akan dibiayai dari dana-dana luar negeri. Dana-dana luar negeri di sini meliputi baik sektor swasta maupun pemerintah dan mempunyai pengertian netto, yaitu setelah diperhitungkan pembayaran kembali hutang-hutang luar negeri. Dalam Repelita V peranan tabungan dalam negeri sebagai sumber pembiayaan untuk investasi diperkirakan akan meningkat. Apabila dalam tahun 1988/89 89,0% dari seluruh investasi dibiayai dengan tabungan dalam negeri, maka dalam tahun 1993/94 sebesar 98,1% pembiayaan investasi berasal dari tabungan da- lam negeri. a. Tabungan Pemerintah Tabungan pemerintah di sini mempunyai arti bruto dan merupakan selisih antara penerimaan dalam negeri dan pengeluaran rutin sebelum diperhitungkan pembayaran kembali pokok-pokok pinjaman luar negeri pemerintah tetapi sudah dimasukkan pembayaran bunga hutang. Dalam pengertian ini cicilan pokok hutang bukan merupakan bagian dari pengeluaran rutin, melainpengeluaran modal. Tabungan pemeakan meningkat sekitar 27,2% per V peranannya dalam tabungan kan merupakan bagian dari rintah bruto diperkirakan tahun sehingga selama Repelita dalam negeri rata-rata mencapai 39,4% atau 9,8% dari produksi nasional. Peningkatan tersebut terutama berasal dari peneri- maan dalam negeri, termasuk yang bersumber dari migas, yang selama Repelita V diperkirakan meningkat dengan rata-rata sekitar 17,5% per tahun, sedangkan pengeluaran rutin di luar pembayaran pokok pinjaman luar negeri pemerintah setiap tahun- 170 TABEL 2 - 5 PERKIRAAN KEBUTUHAN INVESTASI SELAMA REPELITA V I. II. 239,1 (100%) a. Anggaran Pembangunan Negara 107,5 ( 45%) b. Lain-lain 131,6 ( 55%) Investasi (Rp. trilyun) Investasi sebagai persentase dari Produksi Nasional pada Tahun : 1989/90 24,8% 1993/94 27,7% Rata-rata Repelita V 26,4% 171 TABEL 2 - 6 PERKIRAAN SUMBER-SUMBER PEMBIAYAAN SELAMA REPELITA V Jumlah (Rp. Trilyun) I. Tabungan Dalam Negeri 1. Tabungan Pemerintah 1) (Bruto) 2. Tabungan Masyarakat II. Dana Luar Negeri (Netto) III. Seluruh Pembiayaan Pembangunan Sebagai Persentase dari Produksi Nasional (%) 224,5 24,8 88,6 9,8 135,9 15,0 14,6 1,6 239,1 26,4 1) Tabungan Pemerintah di sini adalah Tabungan Pemerintah dalam APBN ditambah pelunasan pokok pinjaman Pemerintah. 172 nya akan meningkat sekitar 9,2%. Sebagai salah satu bagian dari penerimaan dalam negeri, penerimaan minyak bumi dan gas alam cair setiap tahunnya akan meningkat sekitar 5,9%. Se- dangkan dengan semakin disempurnakannya sistem perpajakan, diperkirakan penerimaan di luar minyak dan gas bumi akan meningkat rata-rata sekitar 23,5% per tahun. b. Tabungan Masyarakat Tabungan masyarakat merupakan bagian dari tabungan dalam negeri yang tidak termasuk tabungan pemerintah. Tabungan ini mencakup tabungan oleh swasta, baik oleh perusahaan, per- orangan ataupun oleh rumah tangga, serta tabungan perusahaan negara dan tabungan pemerintah daerah. Tabungan tersebut dikerahkan untuk investasi baik melalui lembaga-lembaga keuangan maupun secara langsung diinvestasikan sendiri oleh pemiliknya. Dalam rangka mewujudkan partisipasi masyarakat yang makin meningkat dalam pembangunan, dalam Repelita V peranan tabungan masyarakat dalam pembiayaan pembangunan akan benardiupayakan agar makin meningkat, terutama benar mengingat keterbatasan-keterbatasan yang diperkirakan akan ada di bidang keuangan negara. Oleh karena itu upaya untuk mendorong dan menggairahkan tabungan masyarakat akan mendapatkan perhatian khusus dalam Repelita V. Dalam Repelita V, rata-rata peranan tabungan masyarakat dalam tabungan dalam negeri diperkirakan lebih besar daripada peranan tabungan pemerintah, yaitu mencapai sekitar 60,6%, sehingga sebagai persentase dari produksi nasional tabungan masyarakat diperkirakan rata-rata mencapai 15,0%. 173 c. Neraca Pembayaran dan Sumber Dana Luar Negeri Dalam Repelita V, sejalan dengan upaya peningkatan ekspor luar minyak dan gas bumi, ekspor keseluruhan di luar jasajasa diperkirakan meningkat sekitar 11,2% per tahun, termasuk di di dalamnya ekspor minyak dan gas bumi yang meningkat setiap tahunnya dengan sekitar 3,0%, dan ekspor di luar minyak dan gas bumi yang meningkat sekitar 15,6% per tahun. Dengan laju pertumbuhan sebagaimana digambarkan untuk kedua kelompok ekspor tersebut, maka peranan ekspor non migas yang telah melebihi peranan ekspor migas sejak tahun 1987/88 akan lebih meningkat lagi dari 60,0% dari seluruh penerimaan ekspor pada akhir Repelita IV menjadi 72,8% pada akhir Repelita V. Impor secara keseluruhan di luar jasa-jasa diperkirakan akan meningkat sekitar 12,0% per tahun selama lima tahun mendatang. Sebagai perbandingan, selama Repelita IV impor telah menurun rata-rata 3,3% per tahun. Peningkatan impor dalam Repelita V sejalan dengan peningkatan kebutuhan investasi yang diperkirakan diperlukan untuk mendukung tercapainya sasaransasaran pembangunan. Secara keseluruhan defisit dalam tran- saksi berjalan mengalami penurunan yang cukup berarti, yakni dari US$ 1,9 milyar pada akhir Repelita IV menjadi US$ 0,5 milyar pada akhir Repelita V. 3. Program Pembiayaan Sektor Pemerintah Seperti disebutkan di atas, prospek penerimaan dalam ne- - geri dari migas tidak terlalu cerah. Sementara itu kegiatankegiatan pembangunan yang harus dilakukan oleh negara, seper- ti pembangunan sarana dan prasarana dasar, baik yang bersifat fisik maupun non fisik, baik di bidang ekonomi maupun bidang sosial dan budaya, serta kegiatan-kegiatan dalam rangka pe- 174 laksanaan program-program pemerataan pembangunan, diperkira- kan terns meningkat dalam Repelita V sejalan dengan peningkatan laju pembangunan. Oleh karena itu penerimaan negara dari dalam negeri yang berasal dari sumber-sumber non migas mutlak harus ditingkatkan untuk menampung kebutuhan pembiaya- an yang makin meningkat tersebut. Dalam Repelita V penerimaan dalam negeri di luar migas diperkirakan meningkat dengan rata-rata 23,5% per tahun. Di samping itu, dalam Repelita V pene-rimaan pembangunan berupa bantuan luar negeri masih akan dimanfaatkan untuk membiayai kegiatan-kegiatan pembangunan yang harus dilaksanakan oleh negara. Dalam kaitan ini, bantuan luar negeri akan dimanfaatkan apabila memenuhi berbagai kri- teria, antara lain mempunyai syarat-syarat lunak, tidak ada ikatan politik dan jumlahnya masih dalam batas-batas untuk membayar kembali. Selama Repelita V Anggaran Pembangunan Negara secara keseluruhan diperkirakan berjumlah Rp 107,5 trilyun rupiah. tersebut merupakan peningkatan sebesar 126,3% Jumlah dari realisasi Anggaran Pembangunan Negara selama Repe- perkiraan lita IV yang berjumlah Rp 47,5 trilyun. Untuk tahun pertama Repelita V Anggaran Pembangunan Negara diperkirakan berjumlah Rp 13,1 trilyun atau 47,2% lebih tinggi dari jumlah yang dianggarkan sebesar Rp 8,9 trilyun dalam tahun terakhir RepeJumlah Anggaran Pembangunan lita IV. Negara tersebut selanjutnya dialokasikan untuk membiayai proyek-proyek pembangunan yang tercakup dalam program-program pembangunan yang direncanakan dilaksanakan di masing-masing subsektor dan sektor, urutan prioritas yang ditentukan dalam GBHN. untuk sesuai dengan Proyek-proyek pembangunan tersebut diartikan secara luas dan 175 mencakup kegiatan yang bersifat pembangunan sarana dan prasa-rana fisik dan kegiatan-kegiatan non fisik, baik di bidang ekonomi maupun di bidang-bidang sosial budaya, politik dan hukum. Tabel 2-7 memuat perincian alokasi dana anggaran ter-sebut menurut sektor dan subsektor untuk tahun pertama Repe- lita V dan untuk seluruh periode Repelita V. Perinciannya lebih lanjut ke dalam program-program dicantumkan dalam masing-masing bab mengenai sektor yang bersangkutan. Perincian ke dalam proyek-proyek pembangunan dicantumkan dalam daftar proyek-proyek pembangunan yang merupakan bagian dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara yang disusun setiap tahun. 176 TABEL 2 - 7 ANGGARAN PEMBANGUNAN NEGARA MENURUT SEKTOR/SUB SEKTOR 1989/90 DAN REPELITA V (dalam milyar rupiah) Nomor Kode 1989/90 Sektor/Sub Sektor (2) (1) 01 01.1 01.2 02 02.1 03 (3) REPELITA V (4) SEKTOR PERTANIAN DAN PENGAIRAN 1.994,2 17.343,0 Sub Sektor Pertanian 1.416,1 11.003,7 Sub Sektor Pengairan 578,1 6.339,3 SEKTOR INDUSTRI 341.8 2.119,2 Sub Sektor Industri 341,8 2.119,2 1.614,7 11.193,9 SEKTOR PERTAMBANGAN DAN ENERGI 181,3 1.160,0 Sub Sektor Energi 1.433,4 10.033,9 SEKTOR PERHUBUNGAN DAN PARIWISATA 2.522,1 20.512,0 04.1 Sub Sektor Prasarana Jalan 1.380,3 11.894,1 04.2 Sub Sektor Perhubungan Darat 295,7 2.338,6 Sub Sektor Perhubungan Laut 285,5 2.169,8 04.4 Sub Sektor Perhubungan Udara 378,2 2.563,8 04.5 Sub Sektor Pos dan Telekomunikasi 144,9 1.177,9 Sub Sektor Pariwisata 37,5 367,8 SEKTOR PERDAGANGAN DAN KOPERASI 1999 1.428,9 03.1 03.2 04 04.3 04.6 05 05.1 05.2 Sub Sektor Pertambangan Sub Sektor Perdagangan Sub Sektor Koperasi 54,9 400,6 145,0 1.028,3 177 (dalam milyar rupiah) Nomor Kode Sektor/Sub Sektor 1989/90 (1) (2) (3) 06 SEKTOR TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI 06.1 Sub Sektor Tenaga Kerja 73,8 457,6 06.2 Sub Sektor Transmigrasi 261,5 2.628,6 07 SEKTOR PEMBANGUNAN DAERAH, DESA DAN KOTA 1.552,3 10.710,9 07.1 Sub Sektor Pembangunan Daerah, Desa dan Kota 1.552,3 10.710,9 335,3 REPELITA V (4) 3.086,2 08 SEKTOR AGAMA 26,4 279,6 08.1 Sub Sektor Agama 26,4 279,6 09 SEKTOR PENDIDIKAN GENERASI MUDA 1.683,1 16.981,0 1.509,8 15.711,8 161,0 1.175,4 12,3 434,1 93,8 4.088,3 249,8 2.672,5 25,0 284,8 159,3 1.131,0 KEBUDAYAAN NASIONAL DAN KEPERCAYAAN TERHADAP TUHAN YANG MAHA ESA 09.1 Sub Sektor Pendidikan Umum dan Generasi Muda 09.2 Sub Sektor Pendidikan Kedinasan 09.3 Sub Sektor Kebudayaan Nasional dan Keper- 10 cayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa SEKTOR KESEHATAN, KESEJAHTERAAN SOSIAL PERANAN WANITA, KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA 10.1 Sub Sektor Kesehatan 10.2 Sub Sektor Kesejahteraan Sosial dan 10.3 Peranan Wanita Sub Sektor Kependudukan dan Keluarga Berencana 178 (dalam milyar rupiah) Nomor Kode (1) Sektor/Sub Sektor (2) 1989/90 (3) REPELITA V (4) 11 SEKTOR PERUMAHAN RAKYAT DAN PEMUKIMAN 620,1 6.573,2 11.1 Sub Sektor Perumahan Rakyat dan Pemukiman 620,1 6.573,2 12 SEKTOR HUKUM 28,9 280,4 12.1 Sub Sektor Hukum 28,9 280,4 13 SEKTOR PERTAHANAN DAN KEAMANAN NASIONAL 812,6 5.788,5 13.1 Sub Sektor Pertahanan dan Keamanan 812,6 5.788,5 46,2 378,9 Sub Sektor Penerangan, Pers dan Komunikasi Sosial 46,2 378,9 SEKTOR ILMU PENGETAHUAN, TEKNOLOGI 278,9 2.634,2 Sub Sektor Pengembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi 161,1 1.503,0 15.2 Sub Sektor Penelitian 117,8 1.131,2 16. SEKTOR APARATUR PEMERINTAH 99,2 644,6 16.1 Sub Sektor Aparatur Pemerintah 99,2 644,6 Nasional 14 SEKTOR PENERANGAN, PERS DAN KOMUNIKASI SOSIAL 14.1 15 DAN PENELITIAN 15.1 179 (dalam milyar rupiah) No mor Sektor/Sub Sektor Kode (1) (2) (3) REPELITA V (4) 17 SEKTOR PENGEMBANGAN DUNIA USAHA 291,3 1.747,8 17.1 Sub Sektor Pengembangan Dunia Usaha 291,3 1.747,8 18 SEKTOR SUMBER ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP 248,8 1.741,5 18.1 Sub Sektor Sumber Alam dan Lingkungan 248,8 1.741,5 13.129,9 107.532,1 Hidup Jumlah 180 1989/90