Kerangka Rencana dan Pembiayaan Pembangunan

advertisement
BAB 2
KERANGKA RENCANA DAN PEMBIAYAAN
PEMBANGUNAN
BAB 2
KERANGKA RENCANA DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN I.
PENDAHULUAN
Repelita
V
merupakan
kelanjutan
dan
peningkatan
dari
pembangunan yang dilaksanakan selama Repelita IV dan sekaligus
merupakan tahap akhir dari Pembangunan Jangka Panjang 25 tahun
pertama. Dalam Repelita IV telah berhasil diwujudkan kerangka
landasan bagi bangsa Indonesia untuk membangun masyarakat adil dan
makmur berdasarkan Pancasila. Dalam Repelita V kerangka landasan
tersebut akan dimantapkan lagi sehingga pada akhir Repelita V telah
tercipta landasan yang kuat bagi bangsa Indonesia untuk tumbuh dan
berkembang terus.
Repelita V dengan demikian merupakan masa persiapan untuk
memasuki awal dari proses tinggal landas dalam Repelita VI, yaitu
percepatan dan perluasan pembangunan yang berlandaskan atas
kekuatan sendiri menuju terwujudnya masyarakat adil dan makmur
berdasarkan Pancasila.
Dalam
masa
ber-angsur-angsur
tinggal
makin
landas
dapat
bangsa
mengembangkan
Indonesia
dan
secara
memantapkan
ciri-ciri suatu negara dan masyarakat yang maju, adil, makmur dan
lestari.
Ciri-ciri
tersebut
mencakup antara lain struktur
143
ekonomi yang semakin terpadu dan seimbang yang mendasarkan
pada
kekuatan dan kemampuan industri yang maju dengan dukung-
an
pertanian yang tangguh, tingkat dan mutu kehidupan yang
makin
tinggi yang dicerminkan oleh makin terpenuhinya secara merata
kebutuhan pokok masyarakat, tingkat penabungan dan investasi
masyarakat yang semakin berkembang serta pemanfaatan sumber alam yang
semakin efisien dan lestari.
Adapun proses tinggal landas itu sendiri akan diwarnai
oleh
makin meningkatnya partisipasi, swadaya dan kreativitas masyarakat
di segala bidang pembangunan, makin mantapnya ke-seimbangan,
kemajuan dan keterkaitan antara bidang-bidang po-litik, ekonomi,
sosial budaya serta pertahanan dan keamanan, makin mantapnya
keseimbangan dan keterkaitan antar wilayah, antar sektor dan antar
kegiatan serta makin mantapnya kemajuan dalam bidang ideologis,
politik serta pertahanan dan keamanan.
Dalam
pada
itu
Repelita
V,
sebagaimana
halnya
dengan
tahap-tahap pembangunan sebelumnya, mempunyai tujuan ganda
yang
saling terkait, yaitu, pertama, meningkatkan taraf hidup, kecerdasan
dan kesejahteraan seluruh rakyat yang makin merata dan adil, dan
kedua, meletakkan landasan yang kuat untuk tahap pembangunan
berikutnya. Sedangkan pelaksanaan kebijaksanaan pembangunan tetap
bertumpu pada Trilogi Pembangunan dengan menekankan pemerataan
pembangunan dan hasil-hasilnya menuju terciptanya keadilan sosial
bagi seluruh rakyat Indonesia, sejalan dengan pertumbuhan ekonomi
yang cukup tinggi serta stabilitas nasional yang sehat dan dinamis.
Sesuai dengan Pola Umum Pembangunan Jangka Panjang per-tama,
maka dalam Repelita V prioritas diletakkan pada pem-bangunan ekonomi
dengan titik berat pada sektor pertanian
swasembada pangan dan meningkatkan produksi
144
untuk memantapkan
hasil pertanian lainnya,, serta pada sektor industri, khusus-
nya
industri yang menghasilkan untuk ekspor, industri yang banyak
menyerap tenaga kerja, industri pengolahan hasil per-tanian, serta
industri yang dapat menghasilkan mesin-mesin industri. Semua itu
adalah dalam rangka mewujudkan struktur ekonomi yang seimbang antara
industri dan pertanian, baik
dari segi penyerapan tenaga
dari segi nilai tambah maupun
kerja.
Sejalan dengan prioritas pada pembangunan bidang ekonomi, maka
pembangunan dalam bidang politik, sosial budaya, perta-hanan
keamanan dan lain-lain makin ditingkatkan sepadan dan
agar saling
menunjang dengan pembangunan bidang ekonomi se-hingga lebih menjamin
ketahanan nasional.
II.
ARAH UMUM DAN RUANG LINGKUP RENCANA
Repelita V disusun atas dasar arahan umum yang digaris-
oleh GBHN, pengalaman dari pelaksanaan pembangunan nasio-
kan
nal
selama empat Repelita sebelumnya, perhitungan potensi pembangunan
yang ada di dalam negeri, serta perkiraan menge-
nai
perkembangan perekonomian dunia di tahun-tahun mendatang.
Sebagaimana disinggung dalam Bab 1, situasi perekonomian dunia
beberapa tahun terakhir ini tetap mengandung berbagai kerawanan. Hal
ini menggarisbawahi besarnya ketidakpastian
yang dihadapi dalam
memperkirakan perkembangannya di masa mendatang. Khususnya prospek
pasar minyak masih tetap tidak menentu dan peranannya sebagai sumber
pembiayaan pembangunan nasional diperkirakan secara relatif akan
makin menyurut di tahun-tahun mendatang.
145
Di lain pihak, GBHN telah menggariskan bahwa pembangunan
nasional dalam Repelita V akan makin ditingkatkan dengan sasaran utama memantapkan kerangka landasan agar bangsa Indonesia siap untuk memasuki awal dari proses tinggal landas dalam
Repelita VI. Oleh karena itu, lebih dari tahun-tahun sebelum-nya,
masa Repelita V menuntut adanya tekad yang makin bulat
dari seluruh
rakyat Indonesia untuk mengatasi hambatan dan tantangan dalam
meneruskan upaya pembangunannya. Secara umum, upaya pembangunan
nasional dalam Repelita V akan diarahkan
pada pendayagunaan
dan pengembangan secara maksimal seluruh potensi pembangunan yang
ada serta pemanfaatan setiap peluang yang terbuka, baik yang berasal
dari luar negeri maupun dari dalam negeri, dengan tetap memperhatikan
kendala-kendala yang dapat timbul dari lingkungan perekonomian dunia
yang tidak pasti.
Adapun arah pokok dari langkah-langkah kebijaksanaan tersebut
adalah sebagai berikut.
Dengan
prospek
merosotnya
peranan
minyak
bumi
dalam
per-ekonomian Indonesia, maka berbagai langkah kebijaksanaan yang
telah
mulai
mengurangi
dilaksanakan
secara
dalam
bertahap
tahun-tahun
ketergantungan
sebelumnya
untuk
perekonomian
Indo-
nesia pada minyak bumi, baik sebagai sumber devisa maupun sebagai
sumber penerimaan negara akan dilanjutkan dan bahkan dipercepat.
Upaya untuk menuju ke arah diversifikasi struktur ekonomi antara
sektor migas dan sektor non migas ini penting untuk mengamankan
kelangsungan pembangunan, meningkatkan ke-tahanan nasional dan
sekaligus memantapkan kerangka landasan untuk tinggal landas. Oleh
karena itu upaya ini merupakan
pokok dalam Repelita V.
146
salah satu arah kebijaksanaan
Untuk mengurangi ketergantungan pada minyak sebagai sum-
ber
devisa, ekspor non migas harus berhasil ditingkatkan secacepat.
Sedangkan
di
bidang
penerimaan
negara,
ra
pengurangan
ketergantungan pada minyak bumi berarti peningkatan secara berarti
penerimaan pemerintah dari sumber-sumber dalam negeri
di luar
migas. Ini selanjutnya berarti bahwa penerimaan dari pajak harus
dapat ditingkatkan secara maksimal dengan tetap memperhatikan aspek
keadilan
serta
pengaruhnya
terhadap
gairah
kebijaksanaan serta sasaran-sasaran di bidang
berusaha.
Pokok
ini diuraikan lebih
lanjut dalam bagian mengenai pembiayaan pembangunan dalam Bab ini.
Dalam pada itu, dengan prospek makin ketatnya dana pem-bangunan
yang tersedia, terutama dana pembangunan yang ada di tangan
pemerintah, maka kebijaksanaan pembangunan dalam Repe-
lita V akan
diarahkan untuk makin mendorong dan menggairahkan kemandirian,
peranan serta partisipasi masyarakat di segala bidang pembangunan.
Sektor dunia usaha akan terus didorong
seluas-luasnya untuk berperan dalam keekonomi nasional. Sedangkan masyarakat umum
meningkatkan peran sertanya dalam upayabaik di bidang ekonomi, sosial budaya mau-
dan diberi peluang
giatan-kegiatan
akan didorong untuk
upaya pembangunan,
pun di bidang-bidang
lain. Dalam pada itu, kegiatan-kegiatan pemerintah makin diarahkan
pada peranannya sebagai penunjang
dan pendorong bagi
pengembangan partisipasi masyarakat terse-
but melalui penciptaan
iklim yang mendukung, penyediaan sara-
na dan prasarana dasar
yang memang tidak dapat disediakan
pengembangan sumber daya manuSementara
itu
keterbatasan
sendiri oleh masyarakat serta
sia.
dana
pembangunan
harus
di-
upayakan agar tidak menjadi kendala yang mengekang bagi laju
pembangunan yang diperlukan untuk mempersiapkan bangsa Indomemasuki
nesia
tahap tinggal landas. Oleh karena itu dalam
147
Repelita V dana pembangunan yang terbatas akan dimanfaatkan sehemat
dan seefisien mungkin melalui peningkatan pengawasan penggunaannya,
penajaman
prioritas
dan
penyempurnaan
sistem
operasi
dan
pemeliharaan bagi sarana dan prasarana yang ada.
Peningkatan pengawasan penggunaan dana, terutama dana negara,
merupakan bagian integral dari upaya untuk meningkat-
kan
efisiensi aparatur pemerintah secara keseluruhan. Pena-
jaman
prioritas menyangkut penyempurnaan pemilihan dan evalu-
asi
proyek-proyek pembangunan agar benar-benar sesuai dan me-nunjang
langsung tercapainya sasaran-sasaran pokok pembangun-
an.
Penyempurnaan sistem operasi dan pemeliharaan bagi sarana
dan
prasarana yang ada mempunyai sasaran untuk memperoleh
guna yang setinggi-tingginya dari sarana dan prasarana
hasil
yang telah
dibangun. Selain itu kegiatan operasi dan pemeli-
haraan
ini mempunyai ciri yang menguntungkan, yaitu biayanya relatif rendah
dibanding dengan pembangunan baru dan pada
umumnya bersifat
padat karya. Ketiga hal ini akan mendapatkan prioritas tinggi dalam
pelaksanaan kebijaksanaan efisiensi penggunaan dana pembangunan
dalam Repelita V.
Di samping itu, dalam Repelita V akan diupayakan peningkatan efisiensi dan produktivitas dalam arti yang lebih luas
dan
menyeluruh. Peningkatan efisiensi dan produktivitas nasio-
nal
ini menyangkut setiap kegiatan pembangunan, sebagai salah satu
kebijaksanaan dasar dalam Repelita V, peningkatan efi-
siensi
dan produktivitas secara menyeluruh, dalam setiap ke-
giatan
pembangunan, pada berbagai tingkat, di semua bidang dan
di seluruh
sektor. Bersama-sama dengan peningkatan kemandirian dan partisipasi
masyarakat, penajaman prioritas dan penyem-purnaan pengawasan
penggunaan dana serta penyempurnaan operasi dan pemeliharaan, upaya
untuk meningkatkan efisiensi dan pro-
148
duktivitas secara nasional ini diharapkan akan melonggarkan
kendala keterbatasan dana terhadap laju pembangunan.
Peningkatan
efisiensi
dan
produktivitas
tersebut
dilak-sanakan melalui, antara lain, upaya untuk menghilangkan
ham-batan-hambatan terhadap mobilitas sumber daya antar kegiatan,
antar bidang dan antar sektor, sehingga dapat dicapai alokasi sumber
daya yang makin efisien serta pemanfaatan secara penuh sumber daya
yang ada, termasuk pemanfaatan kapasitas produksi, sumber daya
manusia dan sumber alam. Secara lebih mendasar, peningkatan
efisiensi dan produktivitas merupakan dampak dari struktur ekonomi
yang lebih seimbang melalui adanya pening-katan keterkaitan
ekonomis antar sektor dan antar kegiatan.
Di samping itu,
peningkatan efisiensi dan produktivitas juga dapat dicapai melalui
peningkatan keterampilan dan peningkat-
an penguasaan
teknologi oleh bangsa Indonesia yang didukung oleh adanya iklim
yang merangsang timbulnya kreativitas dan swadaya masyarakat.
Dalam
kaitan
pro-duktivitas
dengan
tersebut
upaya
peningkatan
kebijaksanaan
efisiensi
deregulasi
dan
dan
debirokrati-sasi, sebagai bagian dari kebijaksanaan yang lebih luas
dalam rangka penyegaran dan pengembangan kelembagaan agar dapat
me-menuhi tuntutan pembangunan, memegang peranan yang menentukan.
Kebijaksanaan ini akan dilanjutkan dan dimantapkan dalam Re-pelita
V.
Di
samping
produk-tivitas
itu,
dalam
peranan
sumber
meningkatkan
daya
manusia,
efisiensi
dan
terutama
segi
kualitas-nya, adalah strategis. Oleh karena itu dalam Repelita V
pe-ngembangan sumber daya manusia memperoleh perhatian khusus.
Seperti yang telah digariskan dalam GBHN, pengembangan sumber daya
manusia Indonesia akan diselenggarakan secara menyeluruh,
149
terarah dan terpadu di berbagai bidang yang mencakup terutama
kesehatan,
perbaikan
gizi,
pendidikan
dan
pelatihan
serta
pe-nyediaan lapangan kerja. Dengan demikian dapat ditingkatkan
kualitas manusia Indonesia serta pendayagunaan jumlah pendu-
duk
yang besar-sebagai salah satu modal dasar pembangunan na-sional.
Peningkatan kualitas sumber daya manusia serta pen-dayagunaannya
melalui penciptaan lapangan kerja produktif
merupakan salah satu kebijaksanaan pokok
yang makin merata
dalam Repelita V. Setiap
kebijaksanaan pembangunan sektoral, regional maupun nasional akan
memperhatikan kebijaksanaan po-
kok ini, baik dalam
perumusannya maupun dalam pelaksanaannya.
Sementara itu, agar proses peningkatan pembangunan dapat
berlangsung secara berkesinambungan, maka langkah-langkah
untuk
memacu laju pembangunan tersebut di atas perlu didukung dengan
langkah-langkah pengembangan sisi permintaan atau
pasarannya. Dengan demikian produksi barang dan jasa
aspek
yang
direncanakan makin meningkat tersebut dapat disalurkan dengan
lancar. Pasaran yang masih sangat luas untuk menampung hasil
produksi dalam negeri adalah pasar luar negeri. Dalam kaitan ini,
upaya
untuk
memanfaatkan
dan
mengembangkan
pasaran
ekspor,
khususnya ekspor non migas dan pariwisata, yang telah dilaksanakan
sampai saat ini, akan dilanjutkan dan makin di-tingkatkan dalam
Repelita V. Pemanfaatan dan pengembangan
pasar luar negeri
tersebut mutlak perlu dilakukan dengan sungguh-sungguh agar laju
pembangunan tidak terkekang oleh kendala keterbatasan permintaan di
dalam negeri. Selain itu, ekspor non migas dan pariwisata merupakan
sumber dana devisa bagi pembangunan yang mempunyai peranan sangat
menentukan
dalam Repelita V, terutama dengan adanya
ketidakpastian dalam sumber-sumber devisa dari migas. Dalam pada
itu, pengalaman berbagai negara juga menunjukkan bahwa melalui
kegiatan per-
150
dagangan di pasar dunia akan masuk pula teknologi, cara kerja, sikap
yang akan mendorong peningkatan efisiensi dan produktivitas di dalam
negeri.
Namun demikian, peranan pasar dalam negeri tetap sangat besar
dan menentukan. Oleh karena itu pemanfaatan serta pengembangan pasar
dalam negeri untuk barang dan jasa yang dihasilkan di dalam negeri
tetap perlu diperhatikan dan sama sekali tidak dapat diabaikan. Dalam
Repelita V pengembangan
yang serasi dan seimbang antara pasar
luar negeri dan pasar dalam negeri bagi hasil produksi nasional
merupakan sasaran penting dalam rangka menunjang peningkatan
pembangunan yang berkesinambungan melalui peningkatan efisiensi dan
produktivitas seperti yang disebutkan di atas. Peningkatan daya
saing, perluasan daerah pasar, peningkatan mutu serta pengembangan
komoditi ekspor baru merupakan langkah-langkah untuk mengembangkan
pasar luar negeri. Sedangkan, peningkatan pertumbuhan ekonomi,
penciptaan lapangan kerja produktif yang makin banyak dan makin
merata, peningkatan mutu dan variasi barang yang dipasarkan di dalam
negeri serta upaya penggalakan pemakaian produksi dalam negeri
merupakan
langkah-langkah
pengembangan
pasar
dalam
yang
menunjang
negeri.
pendayagunaan
Langkahlangkah
ini
dan
akan
ditingkatkan dalam Repelita V.
Akhirnya perlu ditekankan bahwa semua langkah kebijaksa-naan
pembangunan yang diuraikan di atas akan tetap dilaksana-
kan
dalam kerangka tercapainya Trilogi Pembangunan secara seimbang dan
serasi. Di samping itu, langkah-langkah kebijaksa-naan tersebut juga
dilaksanakan dengan tetap memperhatikan keseimbangan lingkungan
serta kelestarian fungsi dan kemampuan sumber alam. Dengan demikian
peningkatan pembangunan yang direncanakan dalam Repelita V tersebut
merupakan
proses
pembangunan
yang
berkelanjutan
dan
mampu
mengantarkan bangsa Indo151
nesia untuk memasuki awal dari tahap tinggal landas dalam Repelita
VI.
Demikianlah gambaran umum mengenai arah dan ruang lingkup
Repelita V. Dalam pada itu perlu ditegaskan bahwa, seperti halnya
dengan Repelita-repelita sebelumnya, Repelita V meru-
pakan
rencana pembangunan nasional yang bersifat indikatif
yang
memberikan arah umum pembangunan, sasaran-sasaran yang hendak
dicapai
serta
skala
prioritas
yang
akan
dijadikan
pedoman.
Sasaran-sasaran yang ditetapkan dalam rencana ini bukan merupakan
sasaran mati, tetapi merupakan sasaran umum pelaksanaan pembangunan
yang dapat dikembangkan dan disesuaikan dengan perkembangan keadaan.
Sebagai rencana indikatif, Repepelaku pembangunan, termasuk
lita V dimaksudkan agar semua
dunia usaha, mempunyai suatu
perspektif dan pedoman bersama untuk menyerasikan rencana serta
langkah menuju tercapainya sasaran-sasaran pembangunan nasional.
Pelaksanaan rencana ini secara operasional akan dituang-
kan
dalam bentuk program-program, proyek-proyek dan kegiatan-kegiatan
pembangunan yang dibiayai melalui Anggaran Pendapat-
an
dan Belanja Negara yang disusun setiap tahun serta dalam bentuk
langkah-langkah kebijaksanaan konkret di berbagai
bidang.
Perkiraan mengenai sumber-sumber pembiayaan dalam rencana ini
didasarkan
atas
perkiraan
mengenai
perkembangan
Indonesia dan perekonomian dunia selama lima
perekonomian
tahun mendatang.
Berbagai perkembangan seperti, harga minyak, laju pertumbuhan
ekonomi dunia serta perkembangan moneter internasional akan sangat
mempengaruhi taksiran mengenai pembiayaan tersebut. Oleh sebab itu
penilaian keadaan secara periodik penting untuk dilakukan agar
penyesuaian-penyesuaian
yang
dilakukan
dapat
ditampung
dan
dilaksanakan pada waktunya melalui Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara yang disusun
152
setiap tahun serta melalui langkah-langkah kebijaksanaan pembangunan lainnya.
III. PERKEMBANGAN PENDUDUK, PRODUKSI NASIONAL DAN PERUBAHAN
STRUKTUR EKONOMI
Dengan
keberhasilan
program
keluarga
berencana
program-program gizi, kesehatan dan kependudukan lainnya,
serta
maka
laju pertumbuhan penduduk Indonesia terus mengalami penurunan. Laju
pertumbuhan penduduk menurun dari 2,3% dalam
tahun terakhir
Repelita II menjadi 2,2% dalam tahun terakhir Repelita III.
Kecenderungan penurunan tersebut terus berlang-sung selama 5 tahun
berikutnya sehingga dalam tahun terakhir Repelita IV laju tersebut
menjadi 2,1%.
Dalam Repelita V program-program tersebut di atas akan
dilanjutkan dan makin ditingkatkan efisiensi pelaksanaannya
dan
laju pertumbuhan penduduk Indonesia diharapkan dapat diturunkan
lebih lanjut. Pada tahun terakhir Repelita V laju pertumbuhan
penduduk
diperkirakan
menurun
menjadi
1,8%,
se-hingga
laju
pertumbuhan penduduk rata-rata selama Repelita V adalah 1,9% per
tahun.
Sementara itu pertumbuhan penduduk dan jumlahnya di berbagai
daerah juga akan mengalami perubahan dalam kurun
waktu 5 tahun
mendatang. Dalam Repelita V penduduk di Jawa diperkirakan akan
meningkat dengan rata-rata 1,52% per tahun sedangkan penduduk di luar
Jawa dengan 2,46% per tahun. Jum-
lah penduduk Indonesia pada
akhir Repelita V diperkirakan
192,9 juta orang dengan penyebaran
114,1 juta orang di Jawa
dan 78,8 juta orang di luar Jawa.
153
TABEL 2 - 1
KEPADATAN PENDUDUK JAWA, LUAR JAWA DAN INDONESIA,
1988 DAN 1993
Luas
(ribu
Kepadatan Penduduk
Jumlah Penduduk
km2)
(orang per km2)
(juta orang)
1988
1993
1988
1993
132,2
105,8
( 60,3%)
114,1
( 59,1%)
800
864
Luar Jawa
1.787,2
69,8
( 39,7%)
78,8
( 40,9%)
39
44
Indonesia
1.919,4
175,6
(100,0%)
192,9
(100,0%)
91
101
Jawa
154
Keberhasilan
pembangunan
juga
telah
menimbulkan
dampak
terhadap aspek-aspek lain dari kependudukan. Dengan meningkatnya mobilitas penduduk, terutama karena prasarana perhubungan yang
makin baik serta meningkatnya pendapatan serta tingkat pendidikan,
maka arus perpindahan penduduk antar daerah dan
antar lokasi
juga makin meningkat. Dengan adanya gejala ini, penduduk di daerah
perkotaan di seluruh tanah air umumnya meningkat jauh lebih cepat
dari pada laju pertumbuhan penduduk
di daerah-daerah pedesaan.
Dalam Repelita V proses urbanisasi akan berlanjut dan keseimbangan
antara laju urbanisasi dan
laju pembangunan daerah, khususnya
antara daerah pedesaan dan daerah perkotaan, akan memerlukan
perhatian khusus.
Di samping itu, peningkatan taraf kesehatan dan gizi
telah
menaikkan secara bertahap angka harapan hidup penduduk Indonesia.
Apabila pada akhir Repelita IV rata-rata penduduk Indonesia dapat
mengharapkan untuk hidup sampai umur 62,9
Repelita V mereka dapat mengharapkan
tahun, maka pada akhir
untuk mencapai umur 64,8
tahun.
Perpanjangan harapan hidup ini, bersama-sama dengan penurunan
pertumbuhan penduduk telah dan akan mengubah struktur umur penduduk
Indonesia dari struktur dengan sebagian besar berada pada kelompok
usia muda ke arah struktur yang lebih seimbang dengan meningkatnya
persentase kelompok usia dewasa.
Dampak positif dari perubahan struktur umur tersebut
adalah
bahwa secara rata-rata jumlah anggota produktif dalam rumah tangga
meningkat dan jumlah anggota keluarga yang belum produktif dan
menggantungkan pada penghasilan anggota lain
dalam keluarga
menurun. Di lain pihak, gejala ini makin meningkatkan pula jumlah
penduduk usia bekerja.
156
TABEL 2 - 2
PERKIRAAN PENDUDUK INDONESIA MENURUT KELOMPOK UMUR,
1988 DAN 1993
(dalam ribu orang)
Kelompok
Umur
(Tahun)
1988
Orang
0 - 4
23.047,9
5 - 9
1993
Orang
(%)
13,1
23.019,3
11,9
21.285,3
12,1
22.418,2
11,6
10 - 14
21.553,9
12,3
21.529,0
11,2
15 - 44
79.982,0
45,6
91.770,4
47,6
45 - 64
23.165,0
13,2
65 ke atas
6.554,8
3,7
Jumlah
175.588,9
(%)
100,0
26,076,4
8.122,0
192.935,3
13,5
4,2
100,0
157
Jumlah angkatan kerja selama Repelita V diperkirakan meningkat
lebih cepat daripada pertumbuhan penduduk, yaitu
sekitar 3,0% per tahun. Ini berarti bahwa
dengan rata-rata
selama periode tersebut
jumlah angkatan kerja Indonesia akan bertambah lagi dengan sekitar
11,9 juta orang.
Dalam pada itu, sesuai dengan kecenderungan di tahun-
tahun
sebelumnya, dalam Repelita V angkatan kerja wanita diperkirakan
meningkat lebih cepat dibandingkan dengan angkatan kerja laki-laki.
Dalam periode tersebut, angkatan kerja wani-
ta meningkat dengan
3,9% per tahun dan angkatan kerja lakitahun. Perkembangan ini memberikan pe-
laki dengan 2,4% per
tunjuk bahwa peranan wanita
semakin meningkat dalam kegiatan pembangunan.
Bersamaan dengan perkembangan kependudukan tersebut, produksi
barang dan jasa di dalam negeri juga meningkat. SeIV, produksi nasional riil meningkat dengan
lama Repelita
rata-rata sekitar
4,0% per tahun. Untuk Repelita V, laju pertumbuhan produksi nasional
riil diperkirakan sekitar 5% per
penduduk sekitar 1,9% per
tahun. Dengan laju pertumbuhan
tahun, maka produksi nasional riil
per kapita akan meningkat sekitar 3,1% per tahun. Produksi nasional
nominal, yaitu pro-
duksi nasional yang dinyatakan pada harga
yang berlaku, diperkirakan meningkat dari Rp. 132,4 trilyun pada
tahun tertahun ter-
akhir Repelita IV menjadi Rp. 220,4 trilyun pada
akhir Repelita V.
Sasaran laju pertumbuhan untuk Repelita V sebesar 5% tersebut
di atas merupakan perpaduan antara di satu pihak perkiraan potensi
pertumbuhan ekonomi nasional dengan mempertimbangkan kendala situasi
dan prospek ekonomi dunia, dan di
dicapainya pertumbuhan ekonomi yang cukup
158
lain pihak keharusan
tinggi untuk menampung sasaran-sasaran pokok pembangunan
yaitu,
antara lain, meningkatkan kesejahteraan penduduk, penciptaan lapangan
kerja serta perubahan struktur ekonomi ke
arah yang lebih
seimbang.
Karena sektor migas diperkirakan akan tumbuh relatif
maka di dalam sasaran 5% tersebut tersirat sasaran
lambat,
laju
pertumbuhan produksi sektor-sektor non migas yang lebih tinggi, yaitu
secara keseluruhan diharapkan akan dapat tumbuh setidak-tidaknya
dengan rata-rata sekitar 6% per tahun. Laju pertumbuhan sektor non
migas yang cukup tinggi tersebut mempudan diperlukan dalam rangka men-
nyai peranan sangat penting
capai sasaran-sasaran pokok
pembangunan, antara lain, untuk menunjang terciptanya struktur
ekonomi yang lebih seimbang
serta untuk memberikan lapangan kerja
baru bagi angkatan kerja yang terus bertambah. Dalam kaitan ini, dalam
Repelita V sum-
bangan sektor non migas dalam produksi nasional
diperkirakan meningkat dari 80,2% pada akhir Repelita IV, menjadi
83,7%
pada akhir Repelita V, sedangkan sumbangan sektor migas
dalam periode yang sama menurun dari 19,8% menjadi 16,3%.
Sesuai dengan penggarisan GBHN, struktur ekonomi antara sektor
pertanian dan sektor industri diupayakan agar makin seimbang, di mana
kemampuan dan kekuatan industri yang maju didukung oleh kekuatan dan
kemampuan pertanian yang tangguh. Sasaran ini menghendaki sektor
industri untuk tumbuh lebih
cepat daripada sektor pertanian,
sedangkan sektor pertanian sendiri juga tumbuh secara mantap dan
memadai sehingga swaini makin mampu me-
sembada pangan makin mantap dan sektor
nyediakan bahan baku bagi sektor industri
dan ekspor. Dalam Repelita V sektor industri diperkirakan akan tumbuh
dengan
rata-rata 8,5% per tahun, sedangkan sektor pertanian
dengan
3,6% per tahun. Meskipun produksi sektor pertanian
akan terus
159
meningkat, namun peranan sektor ini akan menurun dari 23,2%
dari
produksi nasional pada akhir Repelita IV menjadi sekitar 21,6% pada
akhir Repelita V. Sebaliknya dalam periode yang
sama peranan
sektor industri akan meningkat dari 14,4% menja-
di 16,9%.
Perkiraan laju pertumbuhan sektor industri dalam RepeliV sebesar 8,5% per tahun adalah lebih rendah dibandingkan
ta
laju
pertumbuhannya dalam Repelita IV sebesar 10,2% per tahun. Namun yang
perlu digarisbawahi adalah bahwa dalam Repelita V
sektor industri itu sendiri terjadi perubahan ke
di dalam
arah struktur
yang lebih seimbang antara sub sektor industri migas dan sub sektor
industri non migas. Dalam Repelita V sekdiperkirakan meningkat dengan laju
tor industri non migas
rata-rata sekitar 10% per
tahun, dibandingkan dengan laju
rata-rata sebesar 6,1% per
tahun selama Repelita IV. Sebalik-
nya karena situasi pasar
minyak dunia yang kurang menentu laju pertumbuhan sektor industri
migas diperkirakan menurun secara tajam dari sekitar 22,1% per tahun
selama Repelita IV menjadi sekitar 4,2% per tahun selama Repelita V.
Perkembangan ini
industri
dan
akan membawa pengaruh kepada perubahan struktur
nasional menuju ke arah struktur yang makin seimbang
berdaya tahan tinggi.
Usaha peningkatan ekspor non migas, terutama hasil-hasil
industri, juga mendukung upaya untuk menyeimbangkan struktur ekonomi
nasional. Dalam Repelita V peranan ekspor non migas diperkirakan akan
sangat meningkat, yaitu dari 14,4% dari produksi nasional pada akhir
Repelita IV menjadi 22,8% dari produksi nasional pada akhir Repelita
V. Sementara itu, peran-
an hasil-hasil industri dalam
kelompok komoditi ekspor non
migas juga makin meningkat.
Perkembangan ini merupakan hasil
diperkirakan
160
dapat
dicapai
dari kemajuan yang
dalam
memanfaat-
TABEL 2 - 3
PERKIRAAN LAJU PERTUMBUHAN PRODUKSI NASIONAL
MENURUT SEKTOR SELAMA REPELITA V
(dalam % per tahun)
Laju Pertumbuhan Rata-rata
per Tahun
dalam Repelita V
1. Pertanian
3,6
2. Pertambangan
0,4
3. Industri
8,5
4. Bangunan
6,0
5. Perdagangan
6,0
6. Pengangkutan dan Komunikasi
6,4
7. Lain-lain
6,1
Produksi Nasional
1)
5,0
1) Dinyatakan dengan Produk Domestik Bruto
161
TABEL 2 - 4
PERKIRAAN PERKEMBANGAN PERANAN MASING-MASING SEKTOR
DALAM PRODUKSI NASIONAL,
1988 DAN 1993
(dalam %)
1988
1993
1. Pertanian
23,2
21,6
2. Pertambangan
15,9
12,6
3. Industri
14,4
16,9
4. Bangunan
5,6
5,8
15,9
16,7
5,7
6,0
19,3
20,4
100,0
100,0
5. Perdagangan
6. Pengangkutan dan Komunikasi
7. Lain-lain
Produksi Nasional
1)
1) Dinyatakan dengan Produk Domestik Bruto
162
GRAFIK 2 - 2
PERKEMBANGAN PERANAN PRODUKSI NASIONAL MENURUT SEKTOR,
1988 DAN 1993
Persen
Lain-lain
Pengangkutan & Komunikasi
Perdagangan
Bangunan
Industri
Pertambangan
Pertanian
Tahun
163
kan pasar luar negeri dan sekaligus mencerminkan kemampuan
bangsa
Indonesia dalam meningkatkan nilai tambah dari komo-
diti
ekspornya.
Sasaran
laju
pertumbuhan
rata-rata
per
tahun
untuk
sektor-sektor di luar sektor pertanian dan industri dalam Repelita
V adalah sebagai berikut: sektor pertambangan 0,4%,
sektor
bangunan 6,0%, sektor perdagangan 6,0%, sektor pengangkutan dan
komunikasi 6,4%, serta sektor-sektor lainnya 6,1%.
Sejalan dengan sasaran-sasaran tersebut, dalam Repelita
V
peranan sektor-sektor yang bersangkutan dalam produksi na-sional
masing-masing akan berubah sebagai berikut: sektor pertambangan akan
menurun dari 15,9% pada akhir Repelita IV menjadi 12,6% pada akhir
Repelita V, sektor bangunan sedikit meningkat dari 5,6% menjadi 5,8%,
sedangkan sektor perdagang-
an, sektor pengangkutan dan
komunikasi, serta sektor lain-lain akan meningkat masing-masing dari
15,9%, 5,7% dan 19,3% men-
jadi 16,7%, 6,0% dan 20,4%.
Dengan laju dan pola pertumbuhan ekonomi tersebut di
atas,
diharapkan pembangunan nasional dalam Repelita V mampu memantapkan
kerangka landasan dan berhasil menyiapkan bangsa Indonesia untuk
memasuki awal tahap tinggal landas dalam Re-pelita VI nanti.
IV.
KEBUTUHAN INVESTASI
Dalam Repelita V sasaran-sasaran pembangunan dijabarkan
dalam
langkah-langkah
kebijaksanaan
dan
ke
kegiatan-kegiatan
pembangunan lain yang pelaksanaannya diperkirakan dapat menghasilkan
pencapaian
Selanjutnya
ke
164
dalam
sasaran-sasaran
langkah-langkah
langkah-langkah
tersebut
kebijaksanaan
secara
tersebut
optimal.
dijabarkan
operasional, sedangkan kegiatan-
kegiatan pembangunan lain dituangkan ke dalam kegiatan-kegiat-
an
investasi yang memerlukan pembiayaan dalam pelaksanaannya.
Dalam Repelita V langkah-langkah kebijaksanaan, termasuk
langkah-langkah penyempurnaan dan pemantapan kelembagaan serta
langkah-langkah kebijaksanaan deregulasi dan debirokratisasi, akan
memegang
peranan
sasaran-sasaran
yang
makin
pembangunan.
penting
dalam
upaya
Langkah-langkah
mencapai
kebijaksanaan
tersebut mempunyai dampak yang luas dan mendasar dalam meningkatkan
efisiensi serta gairah berpartisipasi masyarakat dalam pembangunan
tanpa memerlukan dana yang terlalu besar. Kebijaksanaan semacam ini
sangat mendukung upaya untuk meningkatkan laju pembangunan dalam
suasana ketidakpastian dan keterbatasan dana.
Sesuai dengan prospek keuangan negara, kegiatan-kegiatan
investasi yang dibiayai dengan dana negara akan dilaksanakan dengan
pertimbangan yang cermat mengenai prioritasnya serta dampaknya
dalam mendorong kegiatan-kegiatan investasi yang dilakukan oleh
masyarakat
sendiri,
termasuk
oleh
dunia
usaha.
Melalui
langkah-langkah kebijaksanaan yang tepat iklim bagi kegiatan
investasi oleh masyarakat akan terus dikembangkan
agar tercapai
tingkat investasi yang memadai dengan pola investasi yang sesuai
dengan sasaran-sasaran pembangunan.
Di samping itu, dalam Repelita V diupayakan pula untuk
ditingkatkan
efisiensi
investasi
sehingga
pemanfaatan
investasi yang tersedia dapat menghasilkan dampak positif
dana
yang
maksimal bagi tercapainya sasaran-sasaran pembangunan. Salah satu
perwujudan dari upaya ini adalah mengupayakan penurunan penggunaan
dana investasi bagi setiap satuan pening-
165
katan produksi yang ditargetkan. Dalam hubungan ini pengeluaran untuk operasi dan pemeliharaan bagi sarana dan prasarana
yang
ada akan mendapatkan perhatian khusus.
Atas dasar arah kebijaksanaan tersebut di atas dan dengan
sasaran-sasaran pembangunan yang telah ditetapkan, yang seba-
-
gai keseluruhan akan menghasilkan laju pertumbuhan ekonomi sebesar
rata-rata 5% per tahun, maka kebutuhan investasi se-
lama Repelita
V diperkirakan seluruhnya berjumlah Rp 239,1 trilyun. Selama masa
itu laju pertumbuhan investasi pemerindiperkirakan mencapai sebesar 15,2% per
tah dan masyarakat
tahun selama Repelita
V. Dalam periode yang sama persentase investasi terhadap produksi
nasional diperkirakan meningkat
dari 22,7% pada akhir Repelita
IV menjadi 27,7% pada akhir Repelita V.
Seperti
belumnya,
halnya
investasi
dengan
pelaksanaan
yang
dilaksanakan,
Repelita-repelita
khususnya
se-
investasi
pemerintah, mempunyai cakupan yang luas, yaitu seluruh pengeluaran
untuk tujuan pembangunan nasional. Pengertian ter-
sebut
mencakup tidak hanya pengeluaran-pengeluaran pembentuk-
an
modal fisik saja, tetapi juga pengeluaran-pengeluaran investasi non
fisik seperti investasi di bidang kesehatan, pendidikan, dan
sebagainya. Sesuai dengan penggarisan dalam GBHN, pengerahan
investasi tersebut tidak hanya untuk pembangunan bidang ekonomi,
tetapi juga untuk pembangunan dalam bidang politik, sosial budaya,
pertahanan keamanan dan lain-lain, yang semuanya akan ditingkatkan
pula sepadan dan agar saling menunjang dengan pembangunan bidang
ekonomi sehingga
166
akan lebih menjamin ketahanan nasional.
V.
PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN
1.
Pokok-Pokok Kebijaksanaan Pembiayaan
Seperti disebutkan di atas, kebutuhan investasi untuk menunjang
tercapainya sasaran-sasaran pembangunan, antara
lain
pertumbuhan ekonomi sebesar rata-rata 5% setahun selama Repelita V,
cukup besar. Dana investasi tersebut harus disediakan dari berbagai
sumber, baik sumber dalam negeri maupun sumber luar negeri. Namun,
seperti yang telah ditetapkan danegeri secara keseluruhan harus
lam GBHN, sumber dana luar
tetap merupakan pelengkap bagi
sumber dana pembangunan yang berasal dari dalam negeri. Dengan
demikian, satu arah kebijaksanaan utama di bidang pembiayaan dalam
Repelita V adalah menggali dan mengembangkan secara maksimal
sumber-sumber dana pembangunan dari dalam negeri.
Prospek dari penerimaan minyak bumi dalam Repelita V, seperti
yang diuraikan di atas, kurang cerah. Padahal dana
yang berasal
dari sumber ini memiliki sifat yang strategis, yaitu sebagai sumber
dana devisa negara dan sekaligus sebagai sumber penerimaan rupiah
bagi anggaran belanja negara. Oleh karena itu sumber dana pembangunan
ini perlu tetap diupayakan peningkatannya, antara lain melalui
penggalakan eksplorasi, peningkatan pengolahan serta kerja sama
antar negara untuk memantapkan harga. Sementara itu, penerimaan yang
berasal
lebih
dari gas diperkirakan mempunyai prospek yang sedikit
baik karena cadangan yang sangat besar serta kemungkinan
pemasarannya yang masih dapat digarap lebih lanjut.
Dengan segala keberhasilan yang mungkin tercapai dalam upaya
meningkatkan sumber dana pembangunan dari minyak bumi
dan
gas, beban peningkatan dana pembangunan yang berasal dari
167
sumber-sumber dalam negeri terutama terletak pada keberhasil-
an
dalam menggali dan mengembangkan sumber-sumber dana di luar sektor
migas. Sumber-sumber
dana ini dapat dimobilisasikan
melalui
peningkatan efisiensi perpajakan dan melalui pengga-
lakan
tabungan masyarakat.
Dalam Repelita V kebijaksanaan penyempurnaan perpajakan
memegang peranan yang sentral karena sangat menentukan kemampuan pembiayaan pembangunan
oleh negara. Seperti
-
diketahui,
pembiayaan oleh negara sangat diperlukan dalam melaksanakan
pembangunan, khususnya dalam menyediakan sarana dan prasarana dasar
bagi pembangunan, baik yang bersifat fisik maupun non fisik, serta
bagi program-program pemerataan. Oleh karena
itu, upaya ke
arah ini akan memperoleh perhatian khusus, me-
lalui perbaikan
administrasi perpajakan, peningkatan keterampilan, disiplin, sikap
mental dan produktivitas petugas pa-
jak, peningkatan
pengawasan dan peningkatan kesadaran masya-rakat untuk membayar
pajak.
Penggalakan tabungan oleh masyarakat, termasuk dana yang
dipupuk oleh dunia usaha, merupakan upaya lain dari kebijaksanaan
pembiayaan pembangunan untuk menggali dan mengembang-
kan
sumber dana pembangunan dari dalam negeri. Salah satu prasyarat
penting untuk meningkatkan gairah menabung oleh masyarakat adalah
terciptanya kestabilan moneter yang mantap. Dalam hubungan ini
terpeliharanya stabilitas ekonomi yang
upaya untuk menggalakkan gairah tabung-
mantap sejalan dengan
an masyarakat.
Selanjutnya tabungan masyarakat akan meningkat dengan adanya
imbalan yang memadai bagi penabung, tersedianya instrumen-instrumen
keuangan untuk menyalurkan hasrat menabung masyarakat dan makin
meluasnya jaringan dan makin beragamnya macam lembaga-lembaga
keuangan yang ada. Dalam Repelita V pemupukan dana masyarakat akan
memperoleh perhatian khusus.
168
Dalam Repelita V kebutuhan akan dana devisa juga akan semakin
meningkat sejalan dengan peningkatan pembangunan. Langkah yang
paling mendasar di bidang ini adalah upaya untuk meningkatkan ekspor
non migas termasuk pariwisata. Seperti disebutkan di atas, selain
sebagai sumber pembiayaan, peningkat-
an ekspor non migas
mempunyai fungsi penting lain dalam Repe-lita V, yaitu sebagai upaya
meningkatkan pasaran bagi produk-
si dalam negeri, sebagai wahana
untuk mendorong peningkatan efisiensi dan produktivitas di dalam
negeri dan sebagai upaya penciptaan lapangan kerja baru. Di samping
ekspor non migas, upaya untuk menarik penanaman modal dari luar negeri
di sektor dunia usaha merupakan langkah mendasar lainnya untuk
memobilisasi dana pembangunan dari sumber luar negeri. Kebijaksanaan deregulasi dan debirokratisasi di bidang ini akan dilan-
-
jutkan dalam Repelita V.
Dalam pada itu bantuan luar negeri masih akan merupakan sumber
pembiayaan pembangunan yang penting. Kebijaksanaan di bidang ini
tetap didasarkan pada ketentuan GBHN bahwa pinjam-
an luar
negeri akan diterima sepanjang tidak ada ikatan poli-
tik,
syarat-syaratnya tidak memberatkan dan dalam batas kemampuan negara
untuk membayar kembali, sedangkan penggunaan-
nya ditujukan
untuk proyek yang diberi prioritas, produktif
dan bermanfaat
bagi masyarakat dan negara.
2. Perkiraan Sumber-sumber Pembiayaan
Pada tahun terakhir Repelita IV besarnya investasi men-
-
capai 22,7% dari produksi nasional. Pada tahun terakhir Repe-
lita
V persentase tersebut diperkirakan akan mencapai 27,7%.
Selama Repelita V persentase rata-rata investasi terhadap
produksi
nasional
-
diperkirakan sebesar 26,4%. Sekitar
169
93,9% diantaranya, atau 24,8% dari produksi nasional, akan dibiayai
dari tabungan dalam negeri. Sisanya yaitu sekitar
6,1% dari
seluruh investasi atau sekitar 1,6% dari produksi nasional akan
dibiayai dari dana-dana luar negeri. Dana-dana luar negeri di sini
meliputi baik sektor swasta maupun pemerintah dan mempunyai
pengertian netto, yaitu setelah diperhitungkan pembayaran kembali
hutang-hutang luar negeri.
Dalam Repelita V peranan tabungan dalam negeri sebagai sumber
pembiayaan untuk investasi diperkirakan akan meningkat. Apabila
dalam tahun 1988/89 89,0% dari seluruh investasi dibiayai dengan
tabungan dalam negeri, maka dalam tahun 1993/94 sebesar 98,1%
pembiayaan investasi berasal dari tabungan da-
lam negeri.
a. Tabungan Pemerintah
Tabungan pemerintah di sini mempunyai arti bruto dan merupakan
selisih antara penerimaan dalam negeri dan pengeluaran rutin sebelum
diperhitungkan pembayaran kembali pokok-pokok pinjaman luar negeri
pemerintah tetapi sudah dimasukkan pembayaran bunga hutang. Dalam
pengertian ini cicilan pokok
hutang bukan merupakan bagian
dari pengeluaran rutin, melainpengeluaran modal. Tabungan pemeakan meningkat sekitar 27,2% per
V peranannya dalam tabungan
kan merupakan bagian dari
rintah bruto diperkirakan
tahun sehingga selama Repelita
dalam negeri rata-rata mencapai 39,4%
atau 9,8% dari produksi nasional. Peningkatan tersebut terutama
berasal dari peneri-
maan dalam negeri, termasuk yang bersumber
dari migas, yang selama Repelita V diperkirakan meningkat dengan
rata-rata sekitar 17,5% per tahun, sedangkan pengeluaran rutin di
luar pembayaran pokok pinjaman luar negeri pemerintah setiap
tahun-
170
TABEL 2 - 5
PERKIRAAN KEBUTUHAN INVESTASI SELAMA REPELITA V
I.
II.
239,1
(100%)
a. Anggaran Pembangunan
Negara
107,5
( 45%)
b. Lain-lain
131,6
( 55%)
Investasi
(Rp. trilyun)
Investasi sebagai persentase
dari Produksi Nasional
pada Tahun :
1989/90
24,8%
1993/94
27,7%
Rata-rata
Repelita V
26,4%
171
TABEL 2 - 6
PERKIRAAN SUMBER-SUMBER PEMBIAYAAN
SELAMA REPELITA V
Jumlah
(Rp. Trilyun)
I.
Tabungan Dalam Negeri
1. Tabungan Pemerintah 1)
(Bruto)
2. Tabungan Masyarakat
II.
Dana Luar Negeri
(Netto)
III. Seluruh Pembiayaan
Pembangunan
Sebagai Persentase
dari Produksi
Nasional
(%)
224,5
24,8
88,6
9,8
135,9
15,0
14,6
1,6
239,1
26,4
1) Tabungan Pemerintah di sini adalah Tabungan Pemerintah dalam APBN
ditambah pelunasan pokok pinjaman Pemerintah.
172
nya akan meningkat sekitar 9,2%. Sebagai salah satu bagian
dari
penerimaan dalam negeri, penerimaan minyak bumi dan gas alam cair
setiap tahunnya akan meningkat sekitar 5,9%. Se-
dangkan
dengan semakin disempurnakannya sistem perpajakan, diperkirakan
penerimaan di luar minyak dan gas bumi akan meningkat rata-rata
sekitar 23,5% per tahun.
b. Tabungan Masyarakat
Tabungan masyarakat merupakan bagian dari tabungan dalam negeri
yang tidak termasuk tabungan pemerintah. Tabungan ini mencakup
tabungan oleh swasta, baik oleh perusahaan, per-
orangan
ataupun oleh rumah tangga, serta tabungan perusahaan negara dan
tabungan pemerintah daerah. Tabungan tersebut dikerahkan untuk
investasi baik melalui lembaga-lembaga keuangan maupun secara
langsung diinvestasikan sendiri oleh pemiliknya.
Dalam rangka mewujudkan partisipasi masyarakat yang
makin
meningkat dalam pembangunan, dalam Repelita V peranan tabungan
masyarakat dalam pembiayaan pembangunan akan benardiupayakan
agar
makin
meningkat,
terutama
benar
mengingat
keterbatasan-keterbatasan yang diperkirakan akan ada di bidang
keuangan negara. Oleh karena itu upaya untuk mendorong dan
menggairahkan tabungan masyarakat akan mendapatkan perhatian khusus
dalam Repelita V.
Dalam Repelita V, rata-rata peranan tabungan masyarakat dalam
tabungan dalam negeri diperkirakan lebih besar daripada peranan
tabungan pemerintah, yaitu mencapai sekitar 60,6%, sehingga sebagai
persentase dari produksi nasional tabungan masyarakat diperkirakan
rata-rata mencapai 15,0%.
173
c. Neraca Pembayaran dan Sumber Dana Luar Negeri
Dalam Repelita V, sejalan dengan upaya peningkatan ekspor
luar minyak dan gas bumi, ekspor keseluruhan di luar jasajasa diperkirakan meningkat sekitar 11,2% per tahun, termasuk
di
di
dalamnya ekspor minyak dan gas bumi yang meningkat setiap tahunnya
dengan sekitar 3,0%, dan ekspor di luar minyak dan
gas bumi
yang meningkat sekitar 15,6% per tahun. Dengan laju pertumbuhan
sebagaimana digambarkan untuk kedua kelompok
ekspor tersebut,
maka peranan ekspor non migas yang telah melebihi peranan ekspor
migas sejak tahun 1987/88 akan lebih meningkat lagi dari 60,0% dari
seluruh penerimaan ekspor pada akhir Repelita IV menjadi 72,8% pada
akhir Repelita V.
Impor secara keseluruhan di luar jasa-jasa diperkirakan
akan
meningkat sekitar 12,0% per tahun selama lima tahun mendatang.
Sebagai perbandingan, selama Repelita IV impor telah menurun
rata-rata 3,3% per tahun. Peningkatan impor dalam Repelita V sejalan
dengan peningkatan kebutuhan investasi yang diperkirakan diperlukan
untuk mendukung tercapainya sasaransasaran pembangunan. Secara
keseluruhan defisit dalam tran-
saksi berjalan mengalami
penurunan yang cukup berarti, yakni dari US$ 1,9 milyar pada akhir
Repelita IV menjadi US$ 0,5 milyar pada akhir Repelita V.
3.
Program Pembiayaan Sektor Pemerintah
Seperti disebutkan di atas, prospek penerimaan dalam ne-
-
geri dari migas tidak terlalu cerah. Sementara itu kegiatankegiatan
pembangunan yang harus dilakukan oleh negara, seper-
ti
pembangunan sarana dan prasarana dasar, baik yang bersifat fisik
maupun non fisik, baik di bidang ekonomi maupun bidang sosial dan
budaya, serta kegiatan-kegiatan dalam rangka pe-
174
laksanaan
program-program
pemerataan
pembangunan,
diperkira-
kan terns meningkat dalam Repelita V sejalan dengan peningkatan laju pembangunan. Oleh karena itu penerimaan negara
dari
dalam negeri yang berasal dari sumber-sumber non migas mutlak harus
ditingkatkan untuk menampung kebutuhan pembiaya-
an yang makin
meningkat tersebut. Dalam Repelita V penerimaan dalam negeri di luar
migas diperkirakan meningkat dengan rata-rata 23,5% per tahun. Di
samping itu, dalam Repelita V pene-rimaan pembangunan berupa bantuan
luar
negeri
masih
akan
dimanfaatkan
untuk
membiayai
kegiatan-kegiatan pembangunan yang harus dilaksanakan oleh negara.
Dalam kaitan ini, bantuan
luar negeri akan dimanfaatkan apabila
memenuhi berbagai kri-
teria, antara lain mempunyai
syarat-syarat lunak, tidak ada ikatan politik dan jumlahnya masih
dalam batas-batas untuk membayar kembali.
Selama Repelita V Anggaran Pembangunan Negara secara keseluruhan diperkirakan berjumlah Rp 107,5 trilyun rupiah.
tersebut
merupakan
peningkatan
sebesar
126,3%
Jumlah
dari
realisasi Anggaran Pembangunan Negara selama Repe-
perkiraan
lita IV yang
berjumlah Rp 47,5 trilyun. Untuk tahun pertama Repelita V Anggaran
Pembangunan Negara diperkirakan berjumlah
Rp 13,1 trilyun atau
47,2% lebih tinggi dari jumlah yang dianggarkan sebesar Rp 8,9 trilyun
dalam tahun terakhir RepeJumlah
Anggaran
Pembangunan
lita IV.
Negara
tersebut
selanjutnya
dialokasikan untuk membiayai proyek-proyek pembangunan yang tercakup
dalam
program-program
pembangunan
yang
direncanakan
dilaksanakan di masing-masing subsektor dan sektor,
urutan
prioritas
yang
ditentukan
dalam
GBHN.
untuk
sesuai dengan
Proyek-proyek
pembangunan tersebut diartikan secara luas dan
175
mencakup kegiatan yang bersifat pembangunan sarana dan prasa-rana
fisik dan kegiatan-kegiatan non fisik, baik di bidang ekonomi maupun
di bidang-bidang sosial budaya, politik dan hukum. Tabel 2-7 memuat
perincian alokasi dana anggaran ter-sebut menurut sektor dan
subsektor untuk tahun pertama Repe-
lita V dan untuk seluruh
periode Repelita V. Perinciannya
lebih lanjut ke dalam
program-program dicantumkan dalam
masing-masing bab mengenai
sektor
yang
bersangkutan.
Perincian
ke
dalam
proyek-proyek
pembangunan dicantumkan dalam daftar proyek-proyek pembangunan yang
merupakan bagian dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara yang
disusun setiap tahun.
176
TABEL 2 - 7
ANGGARAN PEMBANGUNAN NEGARA
MENURUT SEKTOR/SUB SEKTOR
1989/90 DAN REPELITA V
(dalam milyar rupiah)
Nomor
Kode
1989/90
Sektor/Sub Sektor
(2)
(1)
01
01.1
01.2
02
02.1
03
(3)
REPELITA V
(4)
SEKTOR PERTANIAN DAN PENGAIRAN
1.994,2
17.343,0
Sub Sektor Pertanian
1.416,1
11.003,7
Sub Sektor Pengairan
578,1
6.339,3
SEKTOR INDUSTRI
341.8
2.119,2
Sub Sektor Industri
341,8
2.119,2
1.614,7
11.193,9
SEKTOR PERTAMBANGAN DAN ENERGI
181,3
1.160,0
Sub Sektor Energi
1.433,4
10.033,9
SEKTOR PERHUBUNGAN DAN PARIWISATA
2.522,1
20.512,0
04.1
Sub Sektor Prasarana Jalan
1.380,3
11.894,1
04.2
Sub Sektor Perhubungan Darat
295,7
2.338,6
Sub Sektor Perhubungan Laut
285,5
2.169,8
04.4
Sub Sektor Perhubungan Udara
378,2
2.563,8
04.5
Sub Sektor Pos dan Telekomunikasi
144,9
1.177,9
Sub Sektor Pariwisata
37,5
367,8
SEKTOR PERDAGANGAN DAN KOPERASI
1999
1.428,9
03.1
03.2
04
04.3
04.6
05
05.1
05.2
Sub Sektor Pertambangan
Sub Sektor Perdagangan
Sub Sektor Koperasi
54,9
400,6
145,0
1.028,3
177
(dalam milyar rupiah)
Nomor
Kode
Sektor/Sub Sektor
1989/90
(1)
(2)
(3)
06
SEKTOR TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI
06.1
Sub Sektor Tenaga Kerja
73,8
457,6
06.2
Sub Sektor Transmigrasi
261,5
2.628,6
07
SEKTOR PEMBANGUNAN DAERAH, DESA DAN KOTA
1.552,3
10.710,9
07.1
Sub Sektor Pembangunan Daerah,
Desa dan Kota
1.552,3
10.710,9
335,3
REPELITA V
(4)
3.086,2
08
SEKTOR AGAMA
26,4
279,6
08.1
Sub Sektor Agama
26,4
279,6
09
SEKTOR PENDIDIKAN
GENERASI MUDA
1.683,1
16.981,0
1.509,8
15.711,8
161,0
1.175,4
12,3
434,1
93,8
4.088,3
249,8
2.672,5
25,0
284,8
159,3
1.131,0
KEBUDAYAAN NASIONAL DAN KEPERCAYAAN
TERHADAP TUHAN YANG MAHA ESA
09.1
Sub Sektor Pendidikan Umum dan Generasi
Muda
09.2
Sub Sektor Pendidikan Kedinasan
09.3
Sub Sektor Kebudayaan Nasional dan Keper-
10
cayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa
SEKTOR KESEHATAN, KESEJAHTERAAN SOSIAL
PERANAN WANITA, KEPENDUDUKAN DAN
KELUARGA BERENCANA
10.1
Sub Sektor Kesehatan
10.2
Sub Sektor Kesejahteraan Sosial dan
10.3
Peranan Wanita
Sub Sektor Kependudukan dan Keluarga
Berencana
178
(dalam milyar rupiah)
Nomor
Kode
(1)
Sektor/Sub Sektor
(2)
1989/90
(3)
REPELITA V
(4)
11
SEKTOR PERUMAHAN RAKYAT DAN PEMUKIMAN
620,1
6.573,2
11.1
Sub Sektor Perumahan Rakyat dan Pemukiman
620,1
6.573,2
12
SEKTOR HUKUM
28,9
280,4
12.1
Sub Sektor Hukum
28,9
280,4
13
SEKTOR PERTAHANAN DAN KEAMANAN NASIONAL
812,6
5.788,5
13.1
Sub Sektor Pertahanan dan Keamanan
812,6
5.788,5
46,2
378,9
Sub Sektor Penerangan, Pers dan
Komunikasi Sosial
46,2
378,9
SEKTOR ILMU PENGETAHUAN, TEKNOLOGI
278,9
2.634,2
Sub Sektor Pengembangan Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi
161,1
1.503,0
15.2
Sub Sektor Penelitian
117,8
1.131,2
16.
SEKTOR APARATUR PEMERINTAH
99,2
644,6
16.1
Sub Sektor Aparatur Pemerintah
99,2
644,6
Nasional
14
SEKTOR PENERANGAN, PERS DAN KOMUNIKASI
SOSIAL
14.1
15
DAN PENELITIAN
15.1
179
(dalam milyar rupiah)
No
mor
Sektor/Sub Sektor
Kode
(1)
(2)
(3)
REPELITA V
(4)
17
SEKTOR PENGEMBANGAN DUNIA USAHA
291,3
1.747,8
17.1
Sub Sektor Pengembangan Dunia Usaha
291,3
1.747,8
18
SEKTOR SUMBER ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP
248,8
1.741,5
18.1
Sub Sektor Sumber Alam dan Lingkungan
248,8
1.741,5
13.129,9
107.532,1
Hidup
Jumlah
180
1989/90
Download