Lampir&m B.L5 IURNAL I]VDUSTRT llorember 20tl - Vol. 1 [fo, 2 rssr{ ANALISIS PENURUNAN KUALITAS MINYAK GORENG CURAH SELAMA PENGGORENGAN KE RUPUK JALIN Wuri Marsigit, Budiyanto dan Mukhsin PERSEPSI MASYARAKAT TER.HADAP PENGGUNAAN BRIKET CANGKANG KELAPA SAWIT SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIF PENGGANTI MINYAK TANAH Hasan Basri Daulay, Lukman Hidayat dan Agung Sudrajad 10 APLIKASI STARTER KULTUR MURNI PADA PEMBUATAN DURIAN FERMENTASI Hasanuddin 2L BIOBRIKET SEBAGAI ALf,ERNATIF KAJIAN PEGGUNAAN BERBAGAI 'ENISRUMAH TANGGA PENGGANTI MINYAKTANAH UNTUK Budiyanto, Pandu Imam dan Sari Puspita Ningsih 28 PENDUGAAN UMUR SIMPAN DAN TINGKAT PENER,IMAAN KONSUMEN PADA PEMBUATAN PRODUK BIOFARMAKA BERBASIS TERIPANG PASIR (Holothuria scabra ) SEBAGAI ANTI FUNGI Kurnia Harlina Dewi, Laili Susanti, Devi Silsia, Irawanto 38 PENGARUH EKSTRAKSI DAN JENIS BA}IAN PENGIKATTERHADAP PERMEN TABLET BUAH MENGKUDU ( Morinda citrifolia) Lina Widawati 45 PENGARUH LUMPUR SAWIT FERMENTASI DENGAN SUPLEMENTASI ASAM AMINO LISIN, METIONIN, TRIPTOPAN SELAMA PRODUKSI TERHADAP PERFORMANS DAN KUALITAS INTERNAL SERTA KADAR KOLESTEROL TELUR AYAM RAS Yosi Fenita dan Desia Kaharuddin, 63 IURNAL '+i'i|ii,g}g ru€3zuSrRr - \ir€mber 2011 : \ALISIS }: .* Vol. 1 No. 2 ISSN : 2O88-5369 PE3*EJR.UTAT{ KUELSTAS MTNYAK GOREHG CURAH SELAMA \GGORENGA,N KERUPUK JATTF* - i'iarsigit, Budiyanto dan Mukhsin DERSEPST MASYARAKAT TERHADAP PENGGUNAAN BRIKET CANGKANG t E LAPA S^&WTT SEBAGAT BAHAN BAKAR ALTERNATIF PENGGAFITI MINYAK - + l,t 4 Lt -::an Rasri Daulay, Lukman Hidayat dan Agung Sudrajad 10 APLIKASS STARTER. KUI.TI.,R. MURruE PADA PEMBU,ATAT DUR.IAN FE RM EF4TASX - asanuddin 21 KAJIAT"{ PEGGEJruE&ru B€R.B&GAI JEruTS BE*ER.IKET SEtsAGAI ALTER.NATtrF PEHGG. T*TT F4SHYAK TAruAF{ UNTUK RUMAH TANGGA. ::diyanto, Pandu Imanr dan Sani Puspita Ningsih 2E R SE &S p&r"J *.& F{ TI ru G KAT F E N E RI M AA lS KO IS SU lvt E F{ PA.BFT FeM&[J&TAF.j trR.QsUK ScSFAR&€AK& BEREASIS TER.ItrAr'{G PASIR iH*f*thasria sea&re.) 5ES&G&I AFTTE FUNGf /'rrnia Harlina Dewi, Laili Susanti, Devi Silsia, Irawanto 5t! P E t\t S l-, G AA ru L! FIE IJ l PEF.;GARUFf EKSTffi*qKSE BAT* JHF*TS E&!-iA{{ Pffi&J&3KATTER.!"IADAP PEFi.MEN TA" B L ET E {-rA ffi M H tr* G t/"U Dl,J {&forirada c i t r ifa ! i a } Lina Widawati 45 PER{GARUH LUMPUR SAWIT FERMEFITASI DENGAN SUPLEMENTASI ASAM AMrNO LrSrN, METIONINf TR.TPTOPAtt{ SELAMA PRODUKSI TERHADAP PERFOR.MANS DAIS KUALITAS INTER.NAL SERTA KADAR KOLESTER.OL TELUR AYAM RAS Yosi Fenita dan Desia Kaharuddin 63 r PENGART]H LUMPUR SAWIT FERMENTASI DENGAN SUPLEMENTASI ASAM AMINO LISIN, METIONIN, TRIPTOPAN SELAMA PRODITKSI TERHADAP PERFORMANS DAN KUALITAS INTERNAL SERTA KADAR KOLESTEROL TELUR AYAM RAS Yosi Fenita dan Desia Kaharuddin Juntsan Peternakan, Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu Abstract The aim of thts study was to evaluate the effect oJ'feedingfennented palm oil sluge and critical amino acid (CAA) ; methyonine, lysine, and tryptophan supplententation on diet to pert'bmtance, egg internal quality and egg chole.sterol level. The research design used was complety randoiized tlesign with 4 teatments with 80 layer; each treatment consists of P0 ; the iontrol diet, without addition of critical aruino acid. P I ; the diet contains of 50% critical amino acid (Pt:50% (Lys 401.5 tng,kg; Met 250 gkg;Trp 90,5 gr), P2: suplementasi 75% (Lys 606,75 mgkg: Met 375,75 mgikg; Trp 1j7,75 mg/kg), Pj: suplententasi 100% (Lys 809 mgikg; Met 501 mgkg: Trp 90.Sntg'kg) on diet.. Yariable 1bserved were feed comsumption, feid-conversi, egg weight, egg production, yolk colour, yolk index, albwnen index, shell thickness, air ceil and egg cholesterol level that Jbeding lA0% supplementation consisting of (Lys 809 mgkg; Met 501 mg,kg; Trp 90.5 mg'kg) signifi.cantly (P<0.05). In conclutions, P3 (Lys 809 ig,k;, Met 501 mg,kg; Trp 90.5 mg/kg) teatment graup was significant on yolk col<tur, yolk index, albumen index, air cell and cholesteral level. Kelm,orrl : fermentation, of studge of pahn cholesterol PEIYDAHI-ILUAN Sampai saat ini, Indonesia masih mengimpor bahan pakan seperti jagung dan burgkil kedelai untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Jumlah impor ini terus meningkat sesuai dengan peningkatan kebutuhan akan produk peternakan. Di lain pihak Indonesia memiliki bahan pakan lokal yang belum lazim dirnanfaatkan, salah satunya adalah lurnpur sawit yang merupakan limbah hasil pengolahan minyak sawit. Lumpur sawit (LS) merupakan salah satu produk sampingan limbah kelapa sawit yang dihasilkan dari oil, critical amino acid, egg quality and egg proses pemerasan buah sawit untuk menghasilkan minyak sawit kasar Crtiit Palm Oll (CPO). Pada proses produksi CPO dihasilkan lumpur sawit (setara kering) sebanyak 2o/o dari tandan buah segar (TBS), sehingga jumlah lumpur sawit ini akan menimbullian polusi apabila tidak dilakukan pengolahan limbah. Juralah produksi lumpur sawit unhrk menghasilkan rninyak sawit sangat bergantung dengan jumlah sawit yang diolah. Beberapa sawit bahwa lumpur penelitian melaporkan dapat digunakan sebagai bahan pakan untuk ternak urggas. Lumpur sawit mengandung serat kasar yang tinggi dan JurnalAgroindustriVol. 1 No. 2 IISSN 2088-5369 kecernaan gn yang rendah sehingga pengguraannya untuk pakan unggas sangat terbatas. Salah satu usaha yang dapat dilakukan untuk rneningkatkan nilai gqzi lurnpur sawit yaitu rnelalui proses fermentasi. Menurut Sinurat et al (1998) ditarnbalilan oleh Mirwandhono (2004), teknologi untuk rneningkatkan mutu lumpur sawit sebagai bahan pakan adalah dengan fennentasi. Teknik ini sudah dilaporkan dapat meningkatkan ntlai gqzi lurnpur sawit (Sinurat et a\.,1998; Pasaribu el al., 1998)" Secara ulnum semua produk akhir fermentasi biasanya mengandung senyawa yang lebih sederhana dan mudah dicerrra dari pada bahan asalnya sehingga dapat meningkatkan nilai glzinya (Purwadaria et al., 1998; Sinurat et al ., 2000). Kandungan nutrisi lumpur sawit yang difermentasi dengan Neorosspora crussa (LSF) mempunyai kadar pK 23,450 , SK 17,34Yq energi (ME) 1774 kkal/kg, Ca 1,32o/o, P A,56oh, dan iemak 9,450 (Fenita et al 2009). Menurut Sonaiya (1995) produk lumpur sawit ferrnentasi dapat digunakan dalam ransuln urggas sebanyak 20-40%. Pengglnaan produk pakan fementasi yang kaya p karoten dalarn ransufil unggas selain dapat rnenggantikan penggunaan jagung juga dapat menghasilkan telur yang rendah kolesterol. (Fenita et a\,2010) Kapang Neurosspora cra,ssa yang berwama kuning orange merupakan kapang penghasil B karoten tertinggi dibandingkan dengan kapang karotegenik yang lainnya yang diisolasi dari tongkol jag,,ng (Nuraini 2008; Fenita et al 2010) . Media fermentasi dengan kandungan nutrien yang seimbang diperlukan untuk menunjang kapang lebih maksimal dalam memproduksi p karoten sehingga dihasilkan suatu produk fermentasi yang kaya p karoten. Bemes et al (1995) menyatakan bahwa kualitas protein tergantung dari keseimbangan dan kelengkapan asarn amino esensialnya. Asam amino lisin, metionin, dan triptopan merupakan asain amino yaxg perlu diperhatikan dalarn pen),usunan ransum karena lisin menrpakan asam amino pembatas utarna unggas disusul rnetionin sebagai asam amino pembatas kedua, Kemudian triptopan merupakan asam amino pembatas ketiga. Lisin, metionin, dan triptopan menrpakan asam amino kritis di dalarn pakan unggas (Lesson dan Surnmers 2001). Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi produk femtentasi kaya p karoten yang berasal dari lunpur sawit fermentasi (LSF) dengan pernberian asam amino lisin, metionin, dan Triptopan terhadap performans, kualitas intemal telur dan kadar kolesterol telur. METODE Penelitian dilal<ukan di laboratorium dan kandang Jumsan Peternakan, Fakultas Pertanian, UNIB. Penelitian dilakukan 2 tahap yaitu tahap pembuatan produk kaya B karoten yang berasal dari fermentasi lumpur sawit dan pelaksanaan penelitian ayarn petelur fase produksi urnur l0 bulaa sebanyak 80 ekor selama 4 bulan produksi, Ayarn petelur dibagi dalarn 4 perlakuan dan rnasing-masing perlahran terdiri dari 10 ulangan, setiap ulangan terdiri dadr Z ekor ayam yang ditempatkan secara acak pada kandang system cage dengan ransum basal mengandung protein 17,2SoA dan ME 2754,201&alkg. Parameter yang diukur adalah produksi telur, berat telur, konsumsi dan konversi ransum diamati setiap minggu. Kualitas interqal telur (kadar kolesterol telur, tebal kerabang, H.U, indeks putih telur, indeks yolk, warna yolk, JurnalAgroindustriVot. 1 No. Z IISSN x, 2088-5369 da1 rgnqqa udara) diamati setiap rninggu pada hari ke tu.yuh. Pernbuatan fermentasi lumpur sawit y'ang sudah kering, ditambahkan aquades (kadar_ air 70%) diaduk secara irrutu, kernudian dikukus selama 30 menit setelah air mendidih untuk mensterilkan baban, setelah itu dibiarkan sarnpai tercapai suhu kamar. Kemudian diaduk ,rr*u merata Tabel' 1 selanjutnya dicarnpur dalarn ,u-rr*, sebanyak 15 Yo dari total ransum yang diberikan (Fenita er at 2010). Kornposisi bahan pakan serta kandungan nutrien ransum perlakuan Gling (%) Kosentrat (%) LSF (70 Dedak Halus (%) Mineral Mix (%) Total (o/o Kandungan Nutrient Protein Kasar (%) ME (kkal/k s) (W Serat Kasar (%) Kalsium (%) Phospor (%) Lemak PO P1 P2 P3 33 JJ 33 JJ 30 30 30 30 15 1s 15 15 20 2A 2A 20 2 2 2 2 r00 100 100 100 17.25 17.25 17.25 17.2s 2754.2 2754.2 7.03 4.5 4.5 27s4.2 7.43 4.s 27s4.2 7.03 1.54 t.s4 1.s4 6.17 6.17 t.s4 6.t7 6.17 2s0.5 375.7s 501 444.s 606.7s 809 Su nt Asam amino Ir4etionin (mglkg) Lisin (mg,&g) ffiJfi?iiti metionin 5"01 . Ransum Perlakuan Bahan Pakan Jagung dan diinkubasi selama 7 haf, (5 hari aerob, ? hari anaerob). Setelah itu produk fennentasi dipanen, dikeringkan d"ngun menggunakan sinar matahari dan digiling 7.43 4.s mg&g, lvsine 80e mg&s, tritopan 181 mg/kg (Belt and wilriam, 2001). P0 ; Ransum Kontrol (RK) Pl : Ransum kontrol + Asam Amino (lisin, metionin, triptopan 50zo rekomendasi) P2 : Ransum kontrol * Asam Amlno meAont";;;;6; P3 : Ransum kontrol + Asam Amino itisin, metion*,;il;; 75% rekomendasi) itisin, 100% rekomendasi) JurnalAgroindustriVot. 1 No. 2 IISSN 2088_5369 HASIL DAN PEMBAHASAN ditunjukkan oleh P3 dengan pemberian asam amino lisin, metionin, triptopan sebanyak (100%) lZ3,g0 glekorfrtan. Konsumsi ransum pada penelitian ini lebih tinggi bila dibandingkan dengan konsumsi ayam ras petelur yang berkisar antara 110 sarnpai I20 glbarilekor dengan energi metabolis dalarn ransum sebesar 275A Kkallkg (Kashavardz, 2003). pada penelitian ini pernberian pakan dengan suplernentasi asam amino lisin, metionin Rataan konsumsi, konversi, berat telur, produksi telur, Indeks kuning dan pLrtih telur, warna yolk, tebal kerabang dan rongga udara pada masing - masing pada setiap perlakuan selama ditunjukkan pada Tabel. 2. penelitan Rataan konsumsi ayarn perlakuan berkisar antara 123,07 121,04 glekor/hari, dan berdasarkan analisis sidik ragam perlakuan berpengaruh nyata (p<0.05) rerhadap rataan konsumsi ransum. Rataan konsumsi ransum terendah ditunjukkan oleh dan triptopan dengan taraf pemberian asam amino kritis 50%, 75oh, dan fiA%o diikuti juga dengan peningkatan konsumsi pada ayarfl. Suplementasi LSF dengan perlakuan pernberian asam arnino (lisin, metionin, dan triptopan) dengan taraf pemberian yang berbeda memberikan pengaruh yang nyata (P<0.05) terhadap jurnlah konsumsi pada ayam ras petelur. perlakuan P2 dengan pemberian asatn amino lisin, rnetionin, triptopan sebanyak (75y'o) yaitv 721,04 g/ekorlharj kemudian diikuti dengan Pl dengan pemberian asam amino lisin, metionin, triptopan sebanyak (50%) dan P0 (kontrol) masing-masing yaitu 121,44 dan 123,07 g/ekor[hai, sementara itu rataan konsumsi paling tiftggt Tabel 2 Rataankonsumsi konversi, berat telur, produksi telur, Indeks kuning dan putih telur, lvarna yolk, tebal kerabang dan rongga udara perlakuan selama p.nJtit* Kriteria Konsumsi ransum (g/ ehari) Konversi ransum Berat Telur (g/butir) Produksi telur {%) Indek kuning putih Indeks putih putih Waraa yolk Tebal kerabang (mm) Rongga Udara (cm) p0 123, Perlakuan --. (g/eko"/hari). probabilitas ^l]- 122,44 121,04' 2,02" 2,00' 1,95b 2,O20 * 60,96 61,89 77,50 0.35 61,51 ns 76,78 0,37 ns 0,10h 61,39 77,85 0,36 0,11" z oob 0,09b {. l aAc 0.,11u 6,1 5d 9,65" * o7) NS 75,00 0,36 0,68 O,:gb Rataan konversi ransum ayam petelur tertinggi selama penelitian yaitu pada p0 (kontrol) dan P3 dengan pemberian asam amino lisin, metionin, triptopan sebanlsft (100%) masing<nasing dengan nilai konversi ransum yang sama yaitu 2,02 dan rataan konversi ransufil terendah yaittpada perlakuan P2 dengan pemberian asam amino lisin, metionin, triptopan sebanyak 0,63 0,a6" 0,64 0,+6" 123,80' oJd {< (75%) 1,95, dan dengan perlakuan pl dengan pemberian asilm amino lisin, metionin, triptopan sebanyak (50%) dengan nilai konversi pakan 2,A0. Berdasarkan sidik ragam (p<0,05), nilai konversi ransum pada perlakuan p0 (kontrol) Iebih tinggi yaitu 2,02 jika dibandingkan dengan nilai konversi ranium perlakuan p2 dengan pemberian Jurnal AgroindustriVot. .t No. 2 IISSN 2088_5369 & NS asam amino lisin, metionin, triptopan sebanyak (75%) yaitu dengan nilai konversi rallsum sebesar 1,95. Rataan berat telur yang dihasilkan pada setiap perlakuan berkisar antara 60,96 g sampai dengan 61,89 g, berdasarkan sidik ragam, perlakuan dengan suplementasi asa:n amino esensial (lisin, metionin, dan triptopan) tidak berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap rataan berat telur. Rataan berat teltr tertinggi dihasilkan p2 (75%) 61,89 g dan diikuti oleh p3 (100%) 61,51 g dan seterusnya P1(50%) dan p0 masing masing dengan berat telur 61,39 g, 60,96 g. Jika dibandingkan dengan pO (kontrol) perlakuan pada P1(50Yo), p2 (75%) dan P3 QA}%) menunjukkan bahwa adanya peningkatan rataat berat telur yang dihasilkan meskipun hasil sidik ragam yang ditampilkan pada Tabel 2. di atas tidak berbeda nyata. Hal ini diduga metionin rnerupakan asam amino esensial yang sargat berpengaruh terhadap berat telur (Safaa et al., 20Aq. dan pernyataan yang sirma juga menurut Lesson dan Summer (2001) asarn amino metionin lebilr superior dibandingkan dengan sumber asam arnino yang lain dalam peningkatan berat telur, karena asam amino sintetik dalarn bentuk campuran dalarn methionin berperan sebagai pindonor metil, sehingga berperan ddlarn membantu metabolisrne yang lain dalarn hrbuh seperti metabolisme kolin, protein dan karbohidrat (Safaa et al., 2008). Rataan produksi telur tertinggi selama penelitian dihasilkan perlakuan pl dengan perlakuan pemberian asam arnino (lisin, metionin, dan triptopan) dengan taraf pernberian 50olo, persentase produksi 77,85 % kemudian diik-uti dengan p2 dan p3 masing-masing dengan persentase produksi 77,5A o/o dan 76,78 % sedangkan untuk persentase produksi harian telur terendah pada perlakuan P0 (kontrol) sebanyak 75,04 a/o. Berdasarkan sidik ragam tidak berpengaruh nyata terhadap produksi telur. menunjukkan pada perlakuan Menunrt North dan Bell (1990), rataut produksi ayam petelur tipe medium pada minggu produksi 32 - 40 adalah g},ssyo. Faktor yang mempengaruhi produksi adalah jenis dan bangsa, umur ayam, suhu lingkungan, dan juga nutrisi ransurn yang digunakan. Pada penelitian ini suplementasi asam amino esensial (lisin, metionin, dan triptopan) diharapkan dapat meningkatkan produksi telur. Rataur indeks kuning telur yang dihasilkan pada setiap perlakuan berkisar antara 0,36 mm sampai dengan 0,37 mrn, berdasarkan sidik ragam perlakran dengan suplementasi asarn amino esensial (lisin, metionin, dan triptopan) tidak berbeda nyata (P> 0,05) terhadap indeks kuning telur per minggunya, Pada variabel indeks kuning telur rataan dengan berat telur tertinggi yaitu pada P3 (100o/o) dengan jumlah rataan indeks kuning telur yang dihasilkan 0,37 mm dan diikuti dengan p2 (75%), P1(50%) dan P0 dengan nilai raraan yang sama yaitu 0,36 mm. Berdasarkan hasil pengamatan indeks kuning telur dalam setiap perlakuan dengan rataan berkisar antara 0,36 sampai Aj7 termasuk dalarn rataan dengan indeks kuning telur dalam kisaran nonnal. Menurut Wirarno (2000)dan Koswara (1994)) bahwa relur segar mempunyai indeks kuning telur antara 0,33 - 0,50 dengan rataan A,42. Rataan warna kuning telur selama penelitian tertinggi diperoleh oleh p3 (100%) yaitu 9,65 kemudian diilarti oleh P2 (75%) dan Pl (50%) yaitu masingmasing 7,99 dan 7,24, sedangkan warna kuning telur terendah pada p0 yaitu 6,15. Berdasarkan sidik ragam supleraentasi asam amino essensial dalan ran$un berbasis LSF berpengaruh nyata (p<0,05). JurnalAgroindustriVot. 1 No. 2 IISSN L, 2088-5369 Menurut Wah5,u (1997), bahwa ketersediaan triptopzur yang berlebih dalarn ransum akan memberi dampak pada peningkatan warna kuning telur. Pada penelitian ini penggunaan produk lumpur sarvit yang difennentasi dengan kapang Neorosspora crassa yang digunakan dalarn ransuln ayam petelur masing-masing sebanyak 15 % mempengamhi wama dari kuning telur. Menurut Sonaiya (1995) produk fermentasi lumpur sawit dapat digunakan dalam ransum unggas sebanyak 2040%. Warna kuning telur yang dihasilkan pada penelitian ini menunjukkan adanya peningkatan warna yaitu ber-kisar 6,15 sarnpai 9,65, narnur nilai ini tidak berada dalam kisaran wafl1a kuning telur yang disukai konsumen menurut Udedibie and Opara (1998) yaitu 9 - 12, kecuali untuk perlakuan P4 mencapai nilai skor 9.6s.. Rataan indeks putih telur pada masing-masing perlakuan selama lnasa penelitian untuk indeks putih telur dengan nilai tertinggi diperoleh oleh Pl gA%) dan P2 (7 5%) dengan angka yang sama yaihr 0,11 mrn kemudian diikuti oleh P0 (kontrol) 0,10 rnm, sedangkan indeks putih telur terendah pada P3 (100%) yaitu 0,09 mm. Berdasarkan sidik ragarn pengaruh suplementasi asam amino essensial dalam ransulrl berbasis LSF berpenganrh nyata terhadap indeks putih telur (P<0,05). Rataan indeks putih telur dalarn penelitian ini rnasih dalam kisaran nonnal yaitu 0,09 - 0,11. Menurut Winamo dan Koswara (ZAAD bahwa telur segar rnerniliki indeks putih telur antara 0,050 - 0,174 mm. Rataan tebal kerabang telu selama masa penelitian tertinggi diperoleh oleh P3 (100%) yaitu A,72 mm kemudian diikuti oleh P0 dan P2 (75%) yaitu rnasingmasing 0,68 mm dan 0,64 mm, sedangkan tebal kerabang telur terendah pada Pl(50%) yaitu 0,63. Pakan dengan suplementasi asam amino (lisin, metionin, triptopan) dengan taraf pemberian 100% (P3) merupakan perlakual dengan tebal kerabang yang tertinggi jika dibandingkan dengan perlakuan lain, meskipun hasil sidik ragam tidak berpengamh nyata (P>0,05). Tebal kerabang yang dihasilkan pada penelitian ini berkisar antara 0,63 0,72 lntn yaflg sudah melebihi standar ukuran normal tebal kerabang. Sudaa-yani (1966) menyatakan bahwa standar tebal kerabang ayam ras petelur adalah 0,04 - 0,51 mm. Rongga udara pada telur selama masa penelitian terendah diperoleh oleh P3 (J04%) yaitu 0,36 cm kemudian diikuri oleh P0 dengan 0,39 cm dan PL$AYo), p2 (75%) masing-masing dengan nilai yang sarna yaitu 0,46cm. Berdasarkan analisis ragam perlakuan berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap rongga udara. Rongga udaru yang dihasilkan dalarn penelitian berkisar antara 0,36 - 0,46 cm, pemberian asam amino pada perlakuan P3 (100%) menunjukkan hasil yang berpengaruh terhadap penurunan rongga udara. Tebai kerabang berpengaruh terhadap rongga udara, karena dapat rnenutupi sebagian pori-pori pada kulit telur yang mempakan jala:r masuknya udara, Rongga udara yang dihasilkan pada pernberian asam amino esensial ini sudah berada pada kisaran yang normal yaitu antara 0,36 0,46 crr, Dimana rongga udara yang nornal berkisar antara 0,33 - 0,50 cm, Berdasarkan kriteria kua.litas telur, telur yang dihasilkan tennasuk dalam kualitas AA, Sesuai dengan pendapat Sudaryani (1996) bahrn-a lcualitas telur yang memiliki kedalarnan rongga udara 0,3 cm adalah kualitas AA, kualitas telur dengan kedalaman rongga udara 0,5 cm adalah kualitas A, dan kualitas telur yang memiliki kedalaman rongga udara lebih dari 0,5 cm adalah kualitas B. JurnatAgroindustrivot. 1 No. 2 I ISS@ k, Rataan kadar kolesterol pada kuning telur yang dilakukan uji analisis kadar kolesterol selama dua kali dalarn penelitian, yaitu pada bulan ke-l dan ke-2 Tabel 3. kemudian hasilnya dirata-ratakan pada setiap perlakuan ditampilkan pada Tabel 3 Rataan kadar kolesterol pada telur pada masing-masing perlakuan selama penelitian, Perlakuan mgoAlbutir PO P1 P2 P3 Bulan 2 Bulan 4 199.0" 185,4b 182,0b l?6,0b 194,2u 185,0b 165,8b L58,2u Rataan 196,T" 185,2u L73,9b 167,Io sd 2,69 0,28 1,r,46 Probabilitas * {r * 12,59 Tabel. 3 di atas memperlihatkan bahwa perlakuan dengan rataan jumlah KESIMPULAN kolesterol tertinggi pada P0 (kontrol) 196,1 mgolo kemudian diikuti dengan Pl (50%) dengan 185 mg% , P2 (75%) 173,9 mgo/o, sedangkan rataan kadar kolesterol terendah yaitu pada P3 (100%) L67,1 tngo6, Pemberian lumpur sawit fermentasi dan Hasil penelitian menunjukkan bahwa performans produksi (konversi, berat telur) terbaik pada perlakuan P2 pakan berbasis Iumpur sawit dengan pemberian asara amino (lisin, metionin, dan triptopat) 75%a dari yang direkomendasikan. Sedangkan pada P3 dapat meningkatkan kualitas telur yang meliputi: warna yolk, indeks putih telur, rongga udara dan dapat menurunkan asam amino kitis (lisin, metionin, dan triptopan) menunjukkan pengaruh nyata (P<0,05) terhadap kolesterol telur. Penurunan kadar kolesterol pada kuning telur ini terjadi dengan adanya perlakuan pernberian asam amino yaittt dengan taraf pernberian asam amino kritis (Pl 5Ao/o, P2 75oh, dan P3 100 %). Besarnya penurunan kolesterol jika dibandingkan penurulan kolesterol > 25 Yo. kolesterol pada telur dengan pemberian pakan berbasis hunpur sawit dengan asam amino (lisin, metionin, dan yang triptopan) l0Ao/o dari direkornendasikan. dengan kontrol adalah sebagai bsrikut Pl sebanyak 5, 58o/'o, P2 sebanyak 11, 32oA, dan P3 sebanyak 14, 78 %. Penurunan kadar kolesterol pada telur hingga 14,78 Yo ini masih jauh dari peryataan menurut USDA bahwa penllrunan kolesterol yang secara komersial signifikan apabila kadar terdapat DAFTAR PUSTAKA Bernes, D.M.C.C Calvert and K.C. Klasing.1995. Methionin protein and sistim but defeciences not RNA acylation in muscles of chick, J. Anim. Sci. 5 : 1198. Bell, D.D and William D.W. JR. 2001. Commercial Chicken Meat and Egg Productivity. K1uwer Academi Publisher. Mashachusethis. USA. JurnalAgroindustriVol.l No. 2 iISSN 2088-5369 @ Direktorat Jendral Gizi Departemen Kesehatan RI. 1989. Daftar Kornposisi Baharr Makanan. North, M. O. and D. D. Bell. 1990. Commercial Chicken Production Bharata, Jakarta. Fenita, Y., U. Santoso, H. Prakoso dan Iryun. 2A09. Pemanfaatan Lumpur Sawit Thricoderma viridae dalam ftrnsum ayam pedaging. USU Press, Medan. Fennentasi manual. 4th ed. An Avi Book, New York. dengan Suplementasi Asam Amino Kritis dan Enkapsulasi Minyak Ikan Lemunr terhadap Performans Nuraini, H. Abbas, Sabrina, Y. fuzal dan E. Martinelly. 2006. Campuran ampas sagu dan enceng gondok Produksi dan Kualitas Teltu. Laporan yang difennentasi Kompetitif Penelitian Sesuai Prioritas Nasional Norospora crasso. Phytophatologi 84 ;398405. Penelitian, Hibah Batch II Tahun 2A09. Fakultas Pefianian, Universitas Bengkulu. Bengkulu. Nuraini, Sabrina dan S.A. Latif 2008'. Peforma ayam dan kualitas telur yang menggunakan ransum Y., U. Santoso, H. Prakoso dan Iryun. 2010. Pemanfaatan Lumpur Fenita, Sawit Fermentasi dengan Neurospora sp terbadap Perfonnans Produksi dan Kualitas Telur. Jumal Ilmu Temak dan Veteriner. Pusat Penelitian dan Pen gembangan Peternakan. Bogor Keshavarz, K. 2003. Effects of reducing dietary protein, metionine, choline, folic acid, and vitamin 812 during the late stages of the egg production cycle on performance and eggshell quality. Poultry Science 82:1447-1414. Lesson, S. and J.D. Surnmers.2001. Nutrition of The Chicken. 4 th ed. United Books. Guelp, Ontario. Canada. Mirwandhono. 20A4. dengan mengandung onggok fermentasi dengan Neurospora crossz. Media Peternakan. Volume : 195-201. Nuraini, Sabrina dan S.A. Latif. Potensi Neuraspora crosso dalam meningkatkan kualitas onggok rnenjadi pakan kaya B-karoten. Laporan Hibah Bersaing Tahap I. Lernbaga Penelitian Univ. Andalas, Padang. Purwadaria, T., AP. Sinurat, Supriyati, H. Harnid, dan I.A.K. Bintang. 1998. Evaluasi n,lai g1zr lumpur saliit fermentasi dengan Aspergillus n i ge r setelah proses pengeringan dengan pemanasan. J. Ilmu Ternak Yet. 4 $):2s7-263). Safaa, H.M a/ Pemanfaatan hidrolisat tepung kepala udang dan limbah kelapa sawit yang difennentasi dengan Aspergillus niger, Rhizhopus oligosporus dan 2008b, al., 2008. Effects Levels Of of The Metionine, Linoleic In The Productive Performance and Egg Quality Of Brown Layrng Hens In The Acid, and Added Fat Diet On Jurnal Agroindustri Vol. 1 No. 2 IISSN 2088-5369 @ Late Phase Of Production. I' oultry Science 87(8): 1 595-602. Winamo, F. G.2AA2. Penanganan Telur. M-Brio Press, Bogor. Sarwono, B. 1994. Pengawetan dan Pemanfaatan Telur. Penebar Swadaya, Jakarta. Sinurat, A. Purwadaria, P. Y-ataretr, D. Zainuddin dan i.P. KomPiang. 2000. Pemamfaatan lumpur sawit : 1. LumPur sawit kering dan Produk untuk ranslrm unggas fermentasinya sebagai bahan pakan ayam broiler. JITV. 5(2);107'112. Sinurat, A.P 1998. Pemanfaatan lumpur sawit untuk bahan pakan unggas. Buletin ihnu Peternakan Indonesia. Vol 13(2)39-47. Sonaiya, E.B 1995. Feed resources for smallholder poultry in Nigeria. Word Anim. Rev. 82: 25-33. Stadelman, W.J. and O.J. Cotteriil. 1977. Egg Science and TechnologY' The 2nd Edition. The AVI Publ. Co. Inc. West Port. Connecticut, New York. Sudaryani, T. 1996. Kualitas Telur. Penebar Swadaya. Jakafla. Udedibie, A.B.I. dan C.C. Opara. 1998. Responses of gowing of broiler and layrng hens to the dietary inclusion of leaf meal from Alchornia Cordifilia. Animal Feed sci. and Tech, Walryu, J. 7l : 157 -164. 1997. Ilmu Nutrisi Unggas. Cetakan ke-4. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. JurnalAgroindustriVol. 1 No. 2 IISSN 2088-s369 @U