kajian dan analisis

advertisement
Editorial
Reformasi birokrasi, sepenggal kata
majemuk namun memiliki energi
maha dahsyat untuk memperbaiki
sebuah institusi, memiliki sebuah
dimensi tersendiri, dimensi yang
hanya dapat dimasuki oleh orangorang yang siap dan terpilih, untuk
mentransformasikan
dirinya
menjadi lebih baik,
Reformasi
Birokrasi tidak pernah pandang
bulu. untuk masuk dalam area
reformasi birokrasi adalah orangorang yang memang bersedia
untuk di install ulang mindset
berpikir, tata kerja, sikap dan
profesionalisme dalam bekerja,
Itulah aksioma pada diri seorang
aparat BPS. Tidak bisa ditolak, tidak
dapat dipungkiri, bahkan berdiam
diri pun kita tidak dapat, karena
kita akan melaju bersama kereta
perubahan BPS. Semangat dan
inspirasi dalam bekerja menuntun
seseorang pada profesionalisme
yang handal. Etos kerja sudah
lumrah di jalankan dalam setiap
ruang pekerjaan, siapapun Mereka
dan apapun jabatan Mereka sangat
diperlukan Etos kerja sebagai
sebuah mesin kendali yang luar
biasa, tanpa etos kerja yang
memadai
Salah
satu
indikator
akuntabilitas reformasi birokrasi di
BPS dalam hal peningkatan kualitas
pelayanan publik menuntut adanya
outcome
yaitu
pemangku
kepentingan (stakeholder) semakin
percaya, terlayani dengan berbagi
jenis kebutuhan data statistik
termasuk masalah inflasi, sebagai
contoh
belum
optimalnya
pemanfaatan data hasil survei di
Bidang Statistik Distribusi adalah
belum ada pemanfaatan data hasil
survei Harga Perdagangan Besar
(HPBS)
dan
survei
Harga
Perdagangan Besar Konstruksi
(HPBK) atau kedua survei tersebut
lebih dikenal dengan istilah survei
harga perdagangan besar. Maka
dari itu sangat mungkin untuk
melakukan pengembangan sajian
data statistik pada level harga
perdagangan besar. Harapannya
adalah adanya Indeks Harga
Perdagangan Besar (IHPB) Provinsi
Kepulauan Riau, mampu menjadi
suatu early warning system untuk
mendeteksi lebih awal fenomena
inflasi di Provinsi Kepulauan Riau
(khususnya Kota Batam dan
Tanjungpinang). Data penduduk
merupakan suatu data yang banyak
1
sekali digunakan baik dalam
penentuan jumlah anggota DPRD,
Besaran DAU, penentuan PDRB,
dan penentuan beberapa indikator
sosial lainnya, Oleh karena itu,
penting bagi kita sebagai penyedia
data untuk memberikan informasi
yang lebih akurat terkait data,
khususnya di Provinsi Kepulauan
Riau dan kabupaten/kota di
dalamnya. Dalam lingkup yang
sangat luas, bukan hanya data IHPB
ataupun jumlah penduduk, seluruh
data sangat diperlukan dalam
pembangunan sehingga data yang
disajikan harus terpercaya untuk
semua.
2
Diterbitkan Oleh:
Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi
Kepulauan Riau
Pembina:
Drs Dumangar Hutauruk, M.Si
Pengarah:
Kabid dan Kabag BPS Provinsi
Kepulauan Riau
Pemimpin Redaksi:
Agus Muslim
Penyunting:
Eling Kusnandar
Reformasi
Birokrasi Tak
Sekedar
Remunerasi
R
eformasi
Birokrasi.
Sepenggal kata majemuk
namun memiliki energi
maha dahsyat untuk memperbaiki
sebuah
institusi.
Ia
memiliki
dimensi tersendiri. Sebuah dimensi
yang hanya dapat dimasuki oleh
orang-orang yang siap dan terpilih,
untuk mentransformasikan dirinya
menjadi lebih baik.
Reformasi
Birokrasi tidak pernah pandang
bulu,
tidak
memihak
kepada
golongan dan juga tidak berpaling
pada hubungan famili ataupun
sahabat dekat. Orang yang terpilih
(Nur Ikhlas, SST---BPS Kab. Natuna)
untuk masuk dalam area reformasi
birokrasi adalah orang-orang yang
memang bersedia untuk di install
ulang mindset berpikir, tata kerja,
sikap dan profesionalisme dalam
bekerja. Reformasi Birokrasi adalah
sebuah sistem baru yang sangat
3
cocok untuk iklim bekerja di era
lama untuk sebuah perubahan
globalisasi saat ini.
fundamental.
Saat ini, di tubuh Badan
STATCAP CERDAS adalah
Pusat Statistik RI termasuk BPS
wujud nyata keseriusan Badan
Propinsi Kepulauan Riau sedang
Pusat Statistik RI dalam menjawab
mengambil
tantangan
melakukan
momentum
Birokrasi.
STATCAP CERDAS di bangun atas
Hal ini bukan sekedar lagi wacana,
empat pilar utama, yaitu : Kualitas
namun sudah di implementasikan
Data Statistik, Teknologi Informasi
dalam bentuk program nyata yaitu
dan
STATCAP
Sumber
CERDAS
Building
(Statistical
Change
and
Komunikasi,
Daya
Penataaan
Manajemen
Manusia
dan
Kelembagaan.
Jika
Reform for the Development of
sejenak kita mencermati empat
Statistics).
gejolak
pilar pembentuk STATCAP CERDAS,
Reformasi Birokrasi di BPS telah
maka akan terbayang dimasa yang
dimulai sejak tahun 2009, saat
akan
pertama
organisasi
Bahkan
kalinya
dicetuskan
datang
sebuah
desain
modern,
yang
pembentukan tim untuk STATCAP
mengedepankan produktifitas dan
CERDAS. Sehingga jika kita tarik
kesempurnaan. Bagaimana tidak!
mundur dari tahun 2014 hingga
dengan dirumuskannya empat pilar
2009, maka perjalanan reformasi
tersebut,
birokrasi
di tubuh BPS, telah
mereformasi
berjalan
setengah
dasawarsa.
aspek pada setiap sudut pandang
Bukan waktu yang dapat dibilang
dirinya. Dari segi pekerja, dari segi
instrumen,
4
Reformasi
Birokrasi.
Capacity
Reformasi
untuk
maka
BPS
total
dari
akan
keseluruhan
segi
kekuatan
hukum institusi, yang kesemuanya
Jikalau boleh menilai, maka saya
akan bermuara pada peningkatan
akan menjawab 75 persen efektif.
kualitas data atau output.
Saya berani untuk menilai dengan
Bahasa
sederhananya,
ibarat orang mencari ikan dilaut
maka BPS bukanlah lagi nelayan
yang menggunakan perahu dayung
atau
sampan,
dengan
kail
sederhana dan wilayah pancingan
hanya di bibir pantai, sehingga ikan
yang didapatkan pun sesuai dengan
keterbatasannya. Akan tetapi BPS
kekinian adalah seorang nelayan
modern,
terdidik
yang
menggunakan kapal besi dengan
standar tersebut bukan karena over
estimate, namun saya memiliki
alasan tersendiri akan hal tersebut.
Perlu kita sadari bersama bahwa
dalam usianya yang masih dapat
dikatakan balita, STATCAP CERDAS
telah mampu memberikan dampak
yang
nyata
untuk
reformasi
birokrasi di BPS RI. Hanya dalam
tempo lima tahun, BPS dapat
mentransformasikan
dirinya
menjadi sebuah organisasi modern.
mesin turbo, alat tangkap sistem
Pertama,
dari
segi
automatically machine dan wilayah
manajemen sumber daya manusia.
pancingan berada di lautan lepas,
BPS mulai berbenah dalam tataran
yang tentunya hasil tangkapan jauh
produktifitas
berkali lipat dibandingkan nelayan
Aparatur Sipil Negara (ASN). Mesin
di bibir pantai.
handkey dan CCTV yang terpasang
Pertanyaan berikutnya adalah
sudah seefektif apakah perjalanan
reformasi
birokrasi
dengan
STATCAP CERDAS-nya di BPS ??.
dan
kedisiplinan
di seluruh satker BPS se-Indonesia,
sudah
cukup
pembenahan
untuk menjawab
ini.
Mekanisme
punishment untuk ketidaksiplinan,
5
peningkatan kualitas dan kuantitas
dalam diri aparatnya. Yups..itulah
fungsional BPS RI, Capaian kinerja
dia, nilai inti perilaku insan BPS
pegawai (CKP), Analisis Beban Kerja
atau sering dikenal dengan istilah
(ABK), Sasaran Kinerja Pegawai
Core Value BPS.
(SKP), Standar Kompetensi Jabatan
(SKJ), jenjang karir yang tertata dan
jelas alurnya, beasiswa untuk studi
lanjutan baik S2 bahkan S3, pola
BPS memiliki 14 core value
yang
sering
disebut
Profesional, Integritas dan Amanah.
Adapun
penerimaan
Profesional
pegawai
terdiri
yang
Kompeten,
transparan
Efektif,
dengan
Efisien,
mengutama
Inovatif, dan
kan kualitas
Sistemik.
pendaftar,
Kemudian
dan
Integritas
peningkatan
kesejahteraan ASN BPS dengan
remunerasi,
telah
menjawab
BPS sedang melakukan
reformasi di sisi aparatnya. Belum
berhenti sampai disitu, seyogyanya
BPS juga memiliki jargon utama
6
atas
nilai-nilai
modern,
bahwa
--PIA--
yang diwajibkan tertanam kuat
memiliki
nilai-nilai
Dedikasi,
Disiplin,
Konsisten, Terbuka dan Akuntabel.
Sedangkan Amanah memiliki nilainilai Terpercaya, Jujur, Tulus dan
Adil. Jika setiap insan BPS dapat
menyulingkan ke-14 core value ini
ke dalam karakternya, maka dapat
Meminimalkan penggunaan kertas
dipastikan ia akan menjadi aparat
dan memaksimalkan penggunaan
paripurna, aparat yang terpilih
email juga menadai perubahan
untuk masuk ke dalam gerbong
teknologi pada BPS, dari teknologi
kereta perubahan BPS. Itu pertama
klasik menjadi teknologi modern.
dari sisi manajemen sumber daya
manusia.
Hal
ini
mencerminkan
bahwa secara tersirat, BPS sedang
Kedua dari segi teknologi
berusaha
untuk
mengentaskan
Informasi dan Komunikasi. Boleh
buta teknologi bagi setiap ASN BPS.
dikatakan bahwa dalam 5 tahun
One man one PC sudah mulai
terakhir ini, BPS mulai menerapkan
terealisasi, meskipun belum 100
high-teknologi
persen. Pengadaan laptop untuk
kegiatannya.
ketika
dalam
Contoh
sederhana
Penduduk
pemberian
tablet
untuk
kantor
ataupun Sensus Pertanian 2013,
mencacah,
pembuatan
BPS sudah mulai menggunakan
dengan perangkat Global Position
pelaporan dengan sistem short
System (GPS), serta pengadaan
message service (SMS) agar lebih
jaringan
satelit
cepat
daerah
remote
terupdate
perkembangan
survey/sensus
Penggunaan
2010
KSK,
operasional
hasil
Sensus
setiap
fasilitas
dilapangan.
internet
untuk
dalam
peta
daerah-
area
juga
mengindikasikan bahwa BPS tidak
menginginkan
lagi
excuse
bagi
sebagai media untuk monitoring
satker tertentu hanya di karenakan
kualitas, baik kegiatan Susenas
kendala geografis. Dengan adanya
ataupun kegiatan survey lainnya
satelit, tidak ada lagi alasan untuk
juga
tidak
mulai
kerap
digunakan.
tepat
waktu
dalam
7
pengiriman hasil pengolahan via
untuk melihat perubahan pada BPS
email,
tertinggal
adalah pada sisi gedungnya. Karena
perkembangan terbaru dari BPS RI.
ini yang tampak dari luar secara
Seluruh satker BPS se-Indonesia
kasat mata. Penyediaan kendaraan
juga diwajibkan memiliki website
dinas baik di tingkat KSK maupun
sebagai
tataran
ataupun
salah
satu
jendela
komunikasi
BPS
dengan
para
pengguna
data.
Quick
count
ditingkatkan
pun
mulai
kualitas
dan
kuantitasnya. Ini semua dilakukan
dengan teleconference juga sudah
untuk
menjadi hal yang rutin dilakukan.
data yang baik. Selain infrastruktur,
Ini menunjukan bahwa reformasi
BPS
birokrasi dengan STATCAP CERDAS
perangkat lunak berupa undang-
memberikan efek domino yang
undang dan Perka BPS RI untuk
baik bagi perkembangan teknologi
semakin memperkuat kelembagaan
dan komunikasi di BPS.
institusi BPS. Hal ini terlihat dari
Ketiga,
kelembagaan.
telah
dengan
dari
penataan
STATCAP
CERDAS
melakukan
perubahan
adanya
revitalisasi
menunjang
juga
ketersediaan
mengembangkan
penerimaan pegawai BPS dengan
spesifikasi
hukum
dan
tata
administrasi yang mulai di tambah
kuotanya.
infrastruktur baik di Pusat maupun
8
eselon
Keempat
adalah
didaerah. Gedung kantor yang
peningkatan kualitas data statistik.
memiliki desain modernis, dan
Dari
serupa seluruh Indonesia menjadi
CERDAS, maka peningkatan kualitas
icon perubahan di tubuh BPS. Bagi
data statistik adalah pilar wajah
khalayak umum, hal paling mudah
BPS di mata masyarakat luas. SDM
keempat
pilar
STATCAP
boleh
ok,
teknologi
informasi
modern. Itu semua belum cukup
mantap, kekuatan kelembagaan
untuk mengubah cara pandang
cukup perkasa, namun ketika data
masyarakat kepada BPS
ataupun output yang dihasilkan
disertai bukti konkret. Pola pikir
jauh dari estimasi masyarakat luas,
masyarakat cukup sederhana saja,
maka
bahwa
jika data BPS sudah mendekati
STATCAP CERDAS masih terasa
akurat dengan kondisi sebenarnya,
pincang dan buta. Jika diibaratkan
maka masyarakat akan percaya
sebuah mobil, data statistik adalah
kredibilitas BPS. Mendekati saja
rute atau tujuan dari sebuah
sudah
perjalanan. Tanpa sebuah tujuan,
Pengakuan dari masyarakat, bukan
maka mobil yang dikendarai akan
berarti bahwa kita insan BPS harus
melaju tanpa arah, dan hanya akan
memenuhi seluruh keinginan dan
menghabiskan bahan bakar tanpa
persepsi
masyarakat.
Tetapi
mendapatkan
minimal,
sebagian
besar
dapat
dikatakan
sesuatu
apapun.
cukup
tanpa
bagi masyarakat.
Semuanya akan menjadi hal yang
masyarakat percaya dengan data
sia-sia.
BPS itu sudah cukup melegakan
Masyarakat belum terlalu
mengerti
tentang
jika
kita
mutakhirnya
sampaikan
teknologi
kita. Pilar keempat ini menjadi icon
utama perubahan
BPS
melalui
STATCAP CERDAS.
yang telah dipakai BPS, ataupun
Pada tahun 2014 ini, BPS RI
kita yakinkan masyarakat bahwa
mulai melakukan fokus khusus
aparat-aparat BPS telah memiliki
untuk
jiwa PIA, ataupun kita tunjukkan
pada pilar keempat. Dibandingkan
bahwa gedung kantor BPS telah
tiga pilar lainnya, pilar keempat ini
melakukan
pembenahan
9
memang dapat dikatakan sedikit
data untuk peningkatan Teknologi
tertinggal. Hal itu wajar dan dapat
dan
dimaklumi, karena pilar keempat
Kesejahteraan dan Pengembangan
ini adalah muara dari ketiga pilar
Pegawai untuk manajemen Sumber
lainnya. Jika ketiga pilar lainnya
Daya Manusia serta Bagian Hukum
berjalan baik dan maksimal, maka
dan Organisasi
hal
kelembagaan. Ini menandakan BPS
tersebut
akan
sangat
Komunikasi,
membantu untuk memaksimalkan
sudah
pilar yang keempat. SDM berjiwa
meningkatkan
PIA,
statistik.
teknologi
modern,
infrastruktur terpenuhi maka logika
linear yang kita pakai, tentunya
akan mengarahkan terwujudnya
data yang berkualitas.
bersiaga
Propinsi
mencoba
Transformasi
baru
ini,
bagaimana
Statistik.
akan
kualitas
data
Kepulauan
Riau.
Dalam tiga tahun terakhir ini, BPS
Bina
bagian
untuk
jajaran insan BPS, tidak terkecuali
Propinsi
yaitu
satu
birokrasi telah menjalar diseluruh
satuan kerja baru dibawah Biro
Program,
untuk penataan
Gelora semangat reformasi
BPS
Tahun ini, BPS menambah
Bagian
Kepulauan
Riau
melakukan
telah
beberapa
Segmen
pembenahan di berbagai sisi, baik
untuk
teknis maupun administrasi. Salah
pilar
satunya dari sisi Ketatausahaan. Ciri
fokus
meningkatkan
yang keempat yaitu peningkatan
perubahan
kualitas data statistik. Sedangkan
mekanisme
tiga pilar lainnya sudah terlebih
pendampingan. Laporan SPI, E-
dahulu
audit
ditangani
oleh
Subdirektorat Pengembangan basis
10
BPK,
adalah
pengontrolan
Progress
adanya
dan
report
kegiatan, rekap absensi dan CKP
selalu dimonitor setiap awal bulan,
Empat pilar yang berdiri
Pendampingan dari BPS Propinsi
tegap
Kepulauan
BPS
birokrasi di BPS, akan kembali
Kabupaten/Kota juga sangat terasa.
memperlihatkan magic nya untuk
Apalagi jika berhubungan dengan
lima tahun ke depan. Tentu, kita
keuangan. Hal ini menjadi sangat
sebagai insan BPS harus ikut ambil
baik dan efektif untuk mencegah
peran
sedini
perubahan di instansi kita. Jika
Riau
kepada
mungkin
terjadinya
kesalahan.
dapat terus di langgengkan oleh
Propinsi
Meskipun
dalam
reformasi
perwujudan
diawal saya mengatakan, hanya
Semoga hal baik seperti ini
BPS
menyangga
Kepulauan
awalnya
Riau.
BPS
Kabupaten/kota merasa terpaksa
dan tertekan untuk memenuhi
tuntutan reformasi birokrasi BPS
Propinsi Kepulauan Riau, namun
semakin lama hal baik seperti itu
orang terpilihlah
masuk
dalam
yang mampu
area
reformasi
birokrasi, maka kita sebagai aparat
BPS bukan lagi menjadi orang yang
terpilih, namun mau tidak mau,
suka tidak suka, kita akan dipaksa
untuk menjadikan diri kita, menjadi
orang yang layak untuk masuk
dalam gerbong perubahan BPS.
justru akan menjadi karakter bagi
Itulah aksioma pada diri
setiap aparat BPS Propinsi Kepri.
seorang aparat BPS. Tidak bisa
Ibarat
tresno
ditolak, tidak dapat dipungkiri,
jalarane seko kulino. Perubahan
bahkan berdiam diri pun kita tidak
memang membutuhkan waktu dan
dapat, karena kita akan melaju
kesabaran.
bersama kereta perubahan BPS.
pepatah
witing
Bukan lagi kereta kelas ekonomi,
11
namun kereta yang kita pakai saat
ini adalah executive class. Apakah
kita mampu ?? good question.
Jawabannya mampu tanpa kita
sadari, sekali lagi mampu tanpa kita
sadari. Apakah kita termasuk yang
mengundurkan diri dari BPS setelah
di
gaungkannya
reformasi
pelaksanaan
birokrasi
di
BPS??
Ternyata hingga detik ini pun, kita
masih berada didalam kereta ini,
padahal
kereta
perubahan
ini
sudah berjalan lebih lima tahun.
Kita tidak menyadarinya bukan?
Ternyata kita mampu.
Sebagai penutup. Selamat
merayakan Hari Statistik Nasional,
lanjutkan perjuangan merevolusi
BPS untuk menjadi lebih baik, dan
melesat secepat mata memandang.
Jadi tidak salahkan, jika saya
katakan Reformasi Birokrasi bukan
sekedar remunerasi ?? ….. Sekian.
12
akuntabilitas reformasi birokrasi di
BPS dalam hal peningkatan kualitas
pelayanan publik menuntut adanya
outcome yaitu pemangku
kepentingan (stakeholder) semakin
percaya, terlayani dengan berbagi
jenis kebutuhan data statistik.
(Rahmad Iswanto)
D
alam era
reformas
i
birokrasi sekarang
ini, tentu saja
tuntutan terhadap
kinerja Badan
Pusat Statistik
(BPS) semakin
meningkat
sehingga produk
yang dihasilkan
BPS sedapat
mungkin bisa
diakses oleh
pengguna data
secara cepat, lebih
baik, lebih mudah
dan lebih murah.
Salah satu
indikator
Dalam rangka otonomi daerah,
dimana potensi daerah benarbenar digali, tentunya kebutuhan
akan data statistik semakin
diperlukan dalam
melakukan
pembangunan.
Dengan adanya
pergeresan
perencanaan
pembangunan ke
pemerintah daerah
maka terjadilah
format permintaan
data dan indikatorindikator. Jika
selama ini data dan
indikator-indikator
yang tersedia
umumnya sampai
dengan tingkat
nasional, maka
terjadilah
peningkatan
permintaan data
dan indikator-
“Berharap
IHPB
Menjadi
Early
Warning
System Angka
Inflasi
Kepulauan
Riau”
13
indikator yang menghendaki
ketersediaan data sampai dengan
tingkat provinsi, kabupaten/kota,
dan bahka sampai tingkat
pemerintahan yang terkecil,
sehingga pembangunan dapat
direncanakan dengan berdaya guna
dan berhasil guna. Disinilah
kembali BPS dituntut untuk dapat
memenuhi kebutuhan data yang
semakin bermutu dan tepat waktu.
BPS
secara
bertahap
telah
melakukan reformasi birokrasi yang
dimulai sejak tahun 2010 BPS telah
mencanangkan
semangat
perubahan
melalui
Statistical
Capacity Building: Change and
Reform for the Development of
Statistical atau yang kita kenal
sebagai Statcap Cerdas.
Empat pilar dasar sebagai landasan
perubahan yakni Sumber Daya
Manusia
(SDM),
tehnologi
informasi
dan
komunikasi,
kelembagaan, dan bermuara pada
pilar paripurna, yakni kualitas data.
SDM sebagai pilar dasar tentunya
memegang peran paling penting
karena tata kelola dan kendali
institusi menjadi tanggung-jawab
para
SDM-nya.
SDM
yang
kompeten
dan
profesional
14
merupakan salah satu kunci
keberhasilan pelaksanaan Statcap
Cerdas
secara
menyeluruh.
Perubahan perilaku, pola pikir, dan
budaya kerja setiap pegawai BPS
haruslah mengikuti pola perubahan
yang telah dicanangkan yang
terangkum dalam nilai-nilai inti
yakni Profesional, Integritas, dan
Amanah (PIA).
Khusus pada Bidang Statistik
Distribusi BPS Provinsi Kepulauan
Riau, beberapa tugas dan fungsi
pokok yang dilakukan adalah
membantu Kepala BPS Provinsi
dalam melaksanakan pembinaan
penyusunan publikasi statistik
distribusi dalam bentuk buku
publikasi; serta melaksanakan,
mengembangkan
dan
meningkatkan layanan statistik
distribusi. Terkait dengan hal
tersebut, Bidang Statistik Distribusi
BPS Provinsi Kepulauan Riau sejauh
ini telah menghasilkan publikasipublikasi data terkait statistik
distribusi dan Berita Resmi Statistik
(BRS) dalam agenda pers rilis setiap
bulan.
Terkait
tugas
pokok
untuk
mengembangkan
statistik
distribusi, tentu saja masih banyak
program-program yang dirasakan
belum optimal dalam memenuhi
tuntutan permintaan data yang
semakin
kompleks.
Sebagai
gambaran
belum
optimalnya
ketersediaan
data
statistik
distribusi adalah pada penyediaan
statistik harga sejauh ini baru
mampu menyajikan statistik harga
konsumen yang lebih dikenal
dengan nama inflasi. Padahal selain
statistik harga konsumen masih ada
level statistik harga yang lain, yaitu
statistik harga perdagangan besar
dan statistik harga produsen.
Tantangan untuk menyajikan data
harga selain statistik harga
konsumen (inflasi) tentu saja
menjadi sangat penting guna
menjawab dan memenuhi tuntutan
stakeholder
internal
(Bidang
Neraca Wilayah dan Analisis)
maupun stakeholder eksternal
(Pemerintah Daerah, kontraktor,
dan lain-lain).
Dengan latar belakang kondisi
sekarang ini, kemudian muncul
pertanyaan
“apakah
Bidang
Statistik Distribusi BPS Provinsi
Kepulauan Riau sudah optimal
dalam menggali dan memanfaat
data hasil survei untuk disajikan
suatu
produk
yang
lebih
bermanfaat?
Apakah
Bidang
Statistik Distribusi BPS Provinsi
Kepulauan Riau sudah mampu
memberikan pelayanan prima
dengan dengan berbagi jenis
kebutuhan data statistik? Apakah
Bidang Statistik Distribusi BPS
Provinsi Kepulauan Riau sudah
memanfaatkan hasil survei harga
untuk menjadi produk berupa
indeks harga selain inflasi?
Maka dari itu sangat mungkin
untuk melakukan pengembangan
sajian data statistik pada level
harga
perdagangan
besar.
Harapannya adalah produk baru
yang nantinya dihasilkan dari
proyek
perubahan
dengan
mewujudkan suatu Indeks Harga
Perdagangan Besar (IHPB), menjadi
suatu Indeks harga dikenal luas
oleh stakeholder sehingga pada
akhirnya dapat meningkatkan
kinerja dan layanan data statistik,
khususnya di Bidang Statistik
Distribusi.
Pertimbangan utama munculnya
ide penyusunan IHPB Provinsi
Kepulauan Riau didasarkan pada
ketersediaan data dasar harga
perdagangan besar yang lebih
15
memadahi dibandingkan dengan
ketersediaan data harga produsen.
Pertimbangan lainnya adalah IHPB
juga merupakan salah satu
indikator yang dapat digunakan
untuk:
a)
Sebagai deflator dalam
penghitungan Produk Domestik
Regional Bruto (PDRB);
b)
Eskalasi harga suatu proyek
konstruksi;
c)
Menganalisa perkembangan
perekonomian secara umum;
d)
Menganalisa tingkah laku
harga lainnya yang ada
hubungannya dengan harga
perdagangan besar;
e)
Menganalisa situasi pasar
dan situasi moneter.
Kegiatan survei pada Bidang
Statistik Distribusi BPS Provinsi
Kepulauan Riau sekarang ini
semakin kompleks dan beragam
dengan deadline yang ketat. Bidang
Statistik Distribusi dituntut untuk
menghasilkan publikasi-publikasi
data terkait statistik distribusi dan
Berita Resmi Statistik (BRS) dalam
16
agenda pers rilis setiap
seperti: BRS inflasi, statistik
impor, statistik wisatawan
negara, dan Nilai Tukar
(NTP).
bulan,
ekspor
manca
Petani
Dengan
rutinitas
pekerjaan
pencacahan dan pengolahan survei
yang
padat
serta
jadwal
penyelesaian publisitas yang ketat,
telah mengakibatkan berkurangnya
kreatifitas dan inovasi untuk
menghasilkan
produk-produk
statistik baru dari hasil kegiatan
survei. Dengan kata lain bahwa
masih ada data dasar yang
dihasilkan dari kegiatan survei yang
belum
dimanfaatkan
secara
optimal.
Sebagai contoh belum optimalnya
pemanfaatan data hasil survei di
Bidang Statistik Distribusi adalah
belum ada pemanfaatan data hasil
survei Harga Perdagangan Besar
(HPBS)
dan
survei
Harga
Perdagangan Besar Konstruksi
(HPBK) atau kedua survei tersebut
lebih dikenal dengan istilah survei
harga perdagangan besar.
Maka dari itu sangat mungkin
untuk melakukan pengembangan
sajian data statistik pada level
harga
perdagangan
besar.
Harapannya adalah adanya Indeks
Harga Perdagangan Besar (IHPB)
Provinsi Kepulauan Riau, mampu
menjadi suatu early warning
system untuk mendeteksi lebih
awal fenomena inflasi di Provinsi
Kepulauan Riau (khususnya Kota
Batam dan Tanjungpinang). Apabila
fenomena inflasi dapat dideteksi
secara lebih dini maka Pemerintah
Daerah
dapat
menentukan
langkah-langkah
strategis
pengendalian inflasi di Provinsi
Kepulauan Riau, khususnya Kota
Batam dan Tanjungpinang sebagai
dua kota di Kepulauan Riau yang
masuk dalam penghitungan inflasi
nasional.
Semoga dengan ide dan pemikiran
kecil/sederhana, yaitu dengan
menjadikan dan menerbitkan IHPB
Provinsi Kepulauan Riau sebagai
corong awal deteksi nilai inflasi,
dengan
harapan
fenomena
kenaikan harga-harga secara umum
(inflasi) di Provinsi Kepulauan Riau
(khususnya Kota Batam dan
Tanjungpinang) dapat terjelaskan
penyebab-penyebabnya.
Penulis
menyadari
bahwa
pemikiran ini tidaklah sesederhana
seperti membalikan sebuah tangan.
Namun
dengan
semangat
perubahan tentunya akan menjadi
lebih mudah untuk dijalankan
manakala dilakukan dengan fokus,
bersama-sama,
dan
penuh
komitmen. Satu tekad yang harus
diyakini
bahwa
semangat
perubahan harus lakukan secara
bersama-sama,
saling
mengingatkan, sehingga semangat
perubahan selalu melekat kuat
pada setiap insan BPS dimanapun
berada. Semoga visi BPS sebagai
pelopor data statistik terpercaya
untuk semua dapat terwujud, dan
BPS benar-benar menjadi satusatunya
institusi
yang
menghasilkan:
“Data
Mencerdaskan Bangsa”.
17
S
emangat
dan
inspirasi
dalam
bekerja
menuntun
seseorang pada
profesionalisme
yang handal. Dengan adanya semangat
maka akan terinspirasi kajian kajian
dan
analisa
pekerjaan
untuk
Etos
Kerja
Menuju
menjadikan hasil pekerjaan itu sebagai
sesuatu yang patut di banggakan
dihadapan publik.
Etos
kerja
sudah
jalankan
dalam
pekerjaan,
siapapun
apapun
jabatan
lumrah
setiap
ruang
Mereka
Mereka
di
dan
sangat
Data
Terbarukan
diperlukan Etos kerja sebagai sebuah
mesin kendali yang luar biasa, tanpa
etos kerja yang memadai dipastikan
kualitas suatu pekerjaan akan sia – sia
dan prestasi kerja akan menuai ejekan.
Sebagai lembaga pemerintah yang
khusus
menangani
pekerjaan
–
pekerjaan sensus dan survei yang
18
(Sudarmanto KSK Kec Tanjungpinang Timur)
independent untuk kajian pemerintah
utama dibalik aktualnya data menjadi
dalam
rujukan khusus untuk menghasilkan
mengambil
kebijakan
pembangunan, Badan Pusat Statistik
Provinsi Kepulauan Riau kedepan akan
semakin berat tugas dan tanggung
jawabnya dalam menyajikan data –
data yang akurat dan transparan
kepada publik. Pengguna data yang
semakin meningkat dan kesadaran
masyarakat luas akan pentingnya data
data – data yang berkualitas.
BPS menjadi pelopor utama dalam
menyajikan data yang berkualitas
untuk semua dan diharapkan mampu
menyumbangkan karya – karya terbaik
untuk perencanaan pembangunan di
masa depan.
diharapkan akan semakin memacu
Perjuangan akan sangat panjang
kenerja dan Etos kerja di lingkungan
untuk menghasilkan data – data yang
Badan
up to date dan kaitannya dengan
Pusat
Statistik
provinsi
semangat Etos kerja insan – insan
Kepulauan Riau.
Data
akan
semakin
luas
pengaruhnya jika dibarengi dengan
kualitas data itu sendiri yang semakin
statistik
dalam
menjalankan
kewajibannya terhadap bangsa dan
negara.
up to date dan bukan data yang limit.
Prinsip dasarnya sederhana sekali
Kualitas data diatas segalanya yang
untuk menghasilkan ukuran – ukuran
akan mampu mendongkrak pola pikir
pekerjaan yang menghasilkan data
masyarakat untuk percaya dengan
terbarukan sebagai berikut :
data – data yang di publikasikan BPS.
1. Pengabdian
Menuju data yang terbarukan
2. Kualitas
tidak semudah merancang metodologi
3. Prestasi
survei atau sensus, bahkan lebih sulit
dari konsep – konsep dan definisi
dalam suatu teori ilmiah. Peran pelaku
Coba andai saja kita sepelekan ke
3 (tiga) hal diatas dan menjadi
19
rangkuman
–
rangkuman
sebagai
Tidak semua kebijakan – kebijakan
berikut : Pengabdiannya meragukan,
yang
Kualitasnya buruk dan Prestasinya
dilingkungan BPS
memalukan. Siapapun Mereka akan
nilai – nilai keadilan dan kemanusiaan,
sangat tidak punya nilai apa –apa
bahkan beberapa pegawai kita masih
ketika publik berpandangan seperti
resah menunggu mutasi – mutasi yang
diatas.
tidak bisa diprediksi.
Sebagai abdi negara dan Abdi
perilaku
insan
–insan
statistik di wujudkan dengan semangat
dan tanggung jawab penuh terhadap
negara.
Semangat
harus
sesuai
yang dibangun
dengan
sistim
pemerintahan yang ada, dan disiplin
dalam menjalankan kewajiban adalah
nafas yang utama insan – insan BPS.
Sebagai abdi negara juga dituntut
untuk terus mempunyai inofasi –
inofasi dalam berkarir. Pemangku
kebijakan mulai dari pejabat eselon 4
sampai
eselon
mempunyai
pejabat
–
pejabat
sudah memenuhi
Nilai – nilai kesepahaman dan
1. Pengabdian
masyarakat
diambil
1
harus
pola
pikir
kemampuan berkomunikasi yang baik
pegawai BPS umumnya dan pejabat
BPS khususnya mutlak di sinergikan
untuk menghindari konflik – konflik
intern
yang
nota
bene
akan
berpengaruh pada kemampuan dan
kualitas pekerjaan.
Hal – hal yang dirasa kurang pas
dan tidak pada tempatnya sudah
seharusnya di masukan ke keranjang
sampah, kebijakan yang manusiawi
dan mempunyai kualitas dan pengaruh
yang tinggi akan semakin di hormati.
mampu
Menjadi abdi negara bukanlah
yang
suatu hal yang harus di banggakan,
membangun dan bukan berdasarkan
bekerja
asumsi kebijakan emosi.
sesuai dengan tugas pokok dan fungsi
dengan
semangat
penuh
akan semakin berarti jika semua
20
pegawai
BPS
dapat
mencermati
dengan hati.
Semangat pengabdian inilah yang
akan menjadi embrio dalam menyusun
pola –pola pekerjaan untuk kualitas
data yang terpercaya dan terbarukan.
1.
Kualitas
Ukuran – ukuran kualitas data
yang disajikan tentunya harus sesuai
dengan keadaan yang umum terjadi,
semisal saja pada bulan – bulan
perayaan Idul Fitri dimana banyak arus
maksimal,
cobalah
pengawasan
tersebut dilakukan dengan berlapis
lapis dan dilaksanakan dilapangan
ketika survei berlangsung, sehingga
pengawas memahami kendala dan
kesulitan dilapangan bukan di meja
kerja. Beberapa survei ada yang serius
pengawasannya, tetapi di bagian lain
hanya numpang lewat saja. Hal seperti
ini harus diluruskan agar tidak terlalu
jauh dalam melakukan pengawasan –
pengawasan yang dampaknya akan
berpengaruh pada kualitas data.
uang dan barang yang berputar di
Banyak cara – cara lain untuk
masyarakat tentunya sedikit banyak
menjadikan kualitas data semakin
akan mendongkrak nilai inflasi di suatu
baik,
kota.
dokumen
Konsep kualitasnya sudah jelas
kemana trend data tersebut akan
berbunyi, hanya saja akar masalahnya
adalah pelaku – pelaku data tersebut
apakah sudah bekerja sesuai kaidah –
kaidah yang digariskan atau dalam
bahasa birokrasinya SOP (standard
operating procedur).
Pengawasan –pengawasan yang
selama ini dilakukan BPS belum
keterlambatan
memerlukan
pemasukan
dibeberapa
sektor
perhatian
serius.
Solusinya adalah menjadikan tanggal
– tanggal tertentu sebagai hari khusus
untuk menyelesaikan atau membantu
tugas – tugas yang masih mangkrak (
terlambat), misal saja setiap tanggal
10 dijadikan hari Industri yang artinya
semua kegiatan survei di bidang
industri akan dibantu oleh seluruh
pegawai BPS Kab/Kota untuk dapat
21
menyelesaikan pada hari itu, minimal
tingkat
pada hari itu ada respon massal dari
waktunya terlalu lama setahun hanya
pegawai untuk kegiatan industri dan
sekali.
keperdulian
sesama
pegawai
terwujud, begitu juga untuk tanggal –
tanggal lain di jadikan hari distribusi,
neraca dll.
KSK,
walaupun
rentang
Pemberian reward juga tidaklah
menutup
kemungkinan
diberikan
kepada semua lapisan dan tingkatan
pegawai dilingkungan BPS Kepulaun
Sementara untuk kepala BPS
Riau khususnya, taktik semacam ini
(Kab/kota) jadikanlah satu hari dari
akan mampu merubah sikap sebagian
setiap bulannya untuk berkunjung ke
besar pegawai dengan mengikat pada
perusahaan/lembaga
Psikology Mereka atas prestasi yang
lain
yang
menjadi responden dan memastikan
pernah dicapai.
dokumen survei tidak terlambat, hal
ini untuk menyandingkan dengan
kewajiban kepala BPS propinsi setiap
bulannya harus melakukan pers rilis.
Pemberian
reward
dibeberapa
perusahaan besar dengan rentang
waktu hanya 3 (tiga) bulan saja, setiap
tiga bulan itu akan lahir pegawai
Kualitas pekerjaan juga tentunya
dengan prestasi baru pada priode
harus dibarengi dengan nilai – nilai
tersebut. Bukanlah hadiahnya yang
semangat Profesionalisme, Integritas
diharapkan tetapi perhatian istimewa
dan Amanah
dan
memicu
2. Prestasi
data yang terbarukan bisa di rumuskan
memberikan
reward
bagi
setiap pegawai BPS yang berprestasi.
Sudah dilakukan selama ini hanya pada
22
dari
pegawai
pimpinan
untuk
yang
berbuat
maksimal demi nama baik organisasi
Poin terakhir dari ukuran – ukuran
dengan
khusus
dan mewujudkan etos kerja yang
berkepanjangan.
Sepertinya
tidak
cukup untuk
memberikan reward hanya kepada
pegawai saja. BPS punya banyak
terbaru yang akan dirilis BPS setiap
sampel
–
bulannya, hal ini merupakan signal
perusahaan di semua sektor, bagi
kuat bagi BPS bahwa masyarakat
perusahaan yang bijak dan memahami
sudah mulai merasa ketergantungan
permintaan
seta
dengan data – data yang dihimpun
menyampaikannya tepat waktu perlu
BPS. Tinggal lagi insan – insan BPS
kiranya
tempat
harus mencermati dengan seksama
berupa
keadaan seperti ini yang artinya Kita
mampu
harus kerja lebih keras lagi untuk
terhadap
perusahaan
data
dari
BPS
mendapatkan
tersendiri.
Penghargaan
Piagam
saja
mempererat
sudah
hubungan
kerja
dan
menghasilkan produk – produk data
kemitraan antara BPS dan perusahaan.
BPS yang berkualitas dan up to date
Dari uraian ke tiga ukuran –
ukuran
untuk
menghasilkan
data
terbarukan di atas dapat dipahami
bahwa penyajian data yang aktual
tidaklah
mudah
adanya
semangat
pengabdian
dilakukan
yang
tanpa
–
semangat
tinggi
terhadap
negara, pengabdian tersebut akan
memicu etos kerja yang tinggi, dengan
etos kerja yang tinggi akan terwujud
capaian
–
capaian
data
yang
data
yang
dengan cara – cara dan ukuran ukuran
yang telah disampaiakn diatas tadi
sebagai
pedoman
menghasilkan
data
sederhana
–
data
yang
TERBARUKAN.
Semoga opini yang sangat sederhana
ini dapat menjadi inspirasi seluruh
pegawai BPS Propinsi Kepulauan Riau
untuk bekerja lebih maksimal lagi
sebagai wujud pengabdian dan
kewajiban terhadap Nusa dan Bangsa.
berkualitas.
Permintaan
akan
disajikan BPS semakin meningkat,
bahkan beberepa pengambil kebijakan
sudah menanti nantikan data - data
23
Menyikapi Perubahan Data Penduduk
P
enduduk, atau yang biasa
disebut masyarakat oleh
sosiolog,
atau
biasa
disebut rakyat oleh orang politik,
Umum),
atau disebut massa oleh para
salah satu pertimbangannya.
aktivis, atau disebut umat oleh
tokoh
agama,
namanya
atau
menurut
bidangnya,
apapun
versi
merupakan
di
sesuatu
penduduk
merupakan
Tidak berhenti sampai di situ,
perencanaan
pada
berbagai
kepentingan
dalam
suatu
pembangunan juga tidak terlepas
yang penting bagi suatu daerah.
dari
Suatu negara yang mau berdiri
dengan komposisinya. Di bidang
ataupun wilayah yang mau mekar
pendidikan,
selalu
adanya
gedung sekolah di suatu daerah,
penduduk, bahkan pada jumlah
pertimbangan jumlah penduduk
tertentu. Jumlah anggota DPRD di
usia sekolah akan menjadi sebuah
suatu
acuan.
mensyaratkan
daerah
pun
sangat
jumlah
Di
penduduk
untuk
sesuai
membangun
bidang
kesehatan,
tergantung pada berapa jumlah
fasilitas kesehatan akan didirikan
penduduknya.
juga
untuk
bernama
24
membagi
DAU
Sampai-sampai
"kue"
(Dana
yang
Alokasi
menimbang
penduduknya.
transportasi
Di
pun
kepadatan
bidang
demikian,
kebutuhan
sarana
transportasi
Oleh karena itu, penting bagi
akan disesuaikan dengan muatan
kita sebagai penyedia data untuk
penduduk di suatu daerah. Masih
memberikan informasi yang lebih
banyak
akurat
lagi
memerlukan
hal-hal
yang
penduduk
sebagai
bahan pertimbangannya.
penduduk
jumlah
Riau
dan
kabupaten/kota di dalamnya. Hal
akan
ini bukan berarti bahwa selama ini
mengevaluasi
kita tidak pernah akurat dalam
suatu capaian. Sebagai contoh
menyampaikan jumlah penduduk
yaitu
dalam berbagai kesempatan. Yang
digunakan
juga
dengan
penduduk, khususnya di Provinsi
Kepulauan
Selain untuk perencanaan,
jumlah
terkait
untuk
segala
indikator
pembangunan yang di belakangnya
terjadi
dalam
menggunakan kata "per kapita",
terakhir
ini
seperti
ubahnya
PDRB
per
kapita,
beberapa
adalah
jumlah
tahun
berubahpenduduk
pendapatan per kapita, konsumsi
kabupaten/kota,
per kapita, luas lantai per kapita,
perubahan
dan sebagainya. Suatu capaian
maupun berubahnya hasil akhir
pembangunan
dari
yang
melibatkan
karena
metode
proyeksi
yang
proyeksi
dilakukan.
indikator sosial biasanya juga tidak
Kondisi
terpisahkan
dengan
jumlah
ketiadaannya sikap resmi dari induk
penduduk,
yaitu
untuk
mendapatkan
persentase
dari
BPS
ini
baik
diperparah
Kabupaten/Kota
dengan
terkait
perbedaan ini serta belum adanya
capaian tersebut, yang dalam hal
petunjuk
ini
perubahan jumlah penduduk ini.
akan
dibandingkan
dengan
jumlah penduduk terpapar.
dalam
menyikapi
Untuk memperjelas riwayat
dari
perkembangan
jumlah
25
penduduk yang pernah muncul ke
permukaan
pasca
hasil Sensus
Penduduk 2010 (SP2010), tabel
berikut perlu untuk dipelajari.
Tabel 1. Jumlah Penduduk Hasil SP2010 dan Jumlah Penduduk Peruntukan DAU 2011-2013
Penduduk DAU
SP2010
(Mei 2010)
Kabupaten/Kota
(1)
2011
(2)
2012
(3)
2013
(4)
(5)
Karimun
212.561
223.397
225.861
229.574
Bintan
142.300
149.554
151.510
154.616
Natuna
69.003
72.521
74.615
76.393
Lingga
86.244
90.641
91.054
91.378
Kep. Anambas
37.411
39.318
39.784
40.504
Batam
944.285
992.425
1.065.036
1.137.350
Tanjungpinang
187.359
196.910
199.618
203.981
1.679.163
1.764.766
1.847.478
1.933.796
KEPRI
Tabel 2. Perbandingan Dua Hasil Rilis Jumlah Penduduk, 2010-2013
Kabupaten/
Kota
(1)
Rilis Proyeksi (kelompok umur)
2011
2012
(3)
(4)
2013
(5)
Juni 2010
(6)
2011
(7)
2012
(8)
2013
(9)
Karimun
213.486
216.055
218.524
220.884
213.479
216.146
218.475
220.882
Bintan
142.991
145.125
147.187
149.176
143.020
145.057
147.212
149.120
Natuna
69.348
70.440
71.498
72.519
69.416
70.423
71.454
72.527
Lingga
86.518
87.009
87.465
87.887
86.513
87.026
87.482
87.867
Kep. Anambas
37.600
38.199
38.781
39.342
37.629
38.210
38.833
39.374
Batam
954.565
1.000.691
1.047.445
1.094.579
954.450
1.000.661
1.047.534
1.094.623
Tanjungpinang
188.308
191.291
194.189
196.986
188.309
191.287
194.099
196.980
1.692.816
1.748.810
1.805.089
1.861.373
1.692.816
1.748.810
1.805.089
1.861.373
KEPRI
26
Rilis Proyeksi
Juni
2010
(2)
Data Statistik Terpercaya Untuk Semua
K
dari
etika disinggung akan
maupun
pentingnya
data
untuk memberikan data. Belum lagi
statistik, semua orang
ditemukannya beberapa series data
berbagai
institusi
akan
swasta
berkeberatan
dari
suatu
mengangguk tanda setuju. Ketika
instansi/lembaga/perusahaan yang
dipaparkan bahwa pembangunan
tidak konsisten antar waktu. Ada
yang benar harus berpijak pada
pula
data yang benar, rasanya tak akan
bahwa soal data itu urusan BPS
ada yang membantahnya. Namun
tanpa menyadari bahwa data yang
fenomena
pihak
yang
yang
menganggap
dihasilkan oleh BPS
terjadi ketika Badan
bersumber
dari
Pusat
Statistik
pihak
sebagai
instansi
bersangkutan.
dengan tugas dan
Mungkin apa yang
tanggung
jawab
disampaikan
besar
untuk
atas bukan sesuatu
yang
di
mengkuantitatifkan hal-hal yang
yang terjadi secara “masif dan
kualitatif pada berbagai bidang
terstruktur” di seluruh wilayah
dirasakan
kendala
Indonesia namun setidaknya itu
eksternal terjadi terutama pada
ditemui dan menjadi permasalahan
tahapan pengumpulan data. Sudah
dalam
menjadi hal klasik ketika sebuah
pelopor data statistik terpercaya
perusahaan
untuk
berbagai
terutama
yang
mewujudkan
semua.
visi
Kesadaran
BPS
akan
berskala besar atau rumahtangga
pentingnya data belum merata di
elit atau instansi baik pemerintah
semua komponen bangsa namun
27
disisi
lain
BPS
harus
mampu
bagi
pegawai
BPS.
Berbagai
menyediakan data untuk semua.
perlombaan dan kegiatan dari skala
Harus ada upaya untuk menjadikan
serius sampai skala gembira ria
data statistik sebagai kebutuhan
pelepas penat di sela-sela tugas
dan bukan sekedar
diselenggarakan di BPS seluruh
kewajiban
apalagi beban.
Sebagai
proses
pelaku
dalam
menghasilkan
data
Indonesia.
Hari
Statistik
bertujuan
untuk
yang
mewujudkan
masyarakat sadar statistik yang
berkualitas harus diakui tantangan
mestinya
internal yang dihadapi BPS jauh
menjadi menyempit hanya menjadi
lebih
berat.
permasalahan
jangkauannya
Mulai
dari
milik satu instansi. Tengoklah pada
sumber
daya
bulan September ini ada beberapa
manusia baik jumlah, persebaran,
hari nasional diantaranya
maupun
Olahraga
kualitas.
permasalahan
luas
Belum
lagi
teknis
dalam
pada
tanggal
Hari
9
September. Kita bisa merasakan
penyelenggaraan kegiatan statistik
bahwa geliat
hari nasional ini
yang masih menyisakan kendala.
terekam di beberapa berita televisi
dan terkabarkan di beberapa surat
Hari Statistik untuk semua....
Tanggal
September
berita besar. Hari Statistik bisa
ditetapkan sebagai hari statistik
dijadikan momentum memberikan
dan
pencerahan bagi masyarakat luas,
selalu
26
kabar, meskipun bukan sebuah
diperingati
secara
meriah oleh setiap insan BPS.
maupun
Namun ada yang terasa kurang dari
instansi/lembaga/perusahaan
setiap tahun perayaannya. Hari
untuk mampu sebagi penyedia
Statistik seolah hanya menjadi hari
data/reponden dan pengguna data
28
yang baik.
(MOU)
Nota Kesepahaman
bisa
dibangun
berbagai
dengan
Berharap
data
memudahkan
agar
dalam
pengumpulan
pengorganisasian
data.
lebih
proses
STATCAP
CERDAS....
instansi/lembaga
penyedia
pada
STATCAP
(Statistical
CERDAS
Capacity
Change
and
Building
Reform
for
dan
Development of Statistics) menjadi
Menjadi
pintu masuk bagi perubahan secara
sebuah sejarah emas jika suatu saat
menyeluruh
nanti
Statistik
internal BPS. Kehadiran Bagian
dihadiri bapak presiden beserta
Transformasi Statistik yang lebih
jajarannya di tingkat pusat dan
berkonsentrasi pada penanganan
para kepala daerah di tingkat
pilar ketiga STATCAP CERDAS yaitu
provinsi
kabupaten/kota.
peningkatan kualitas data statistik
Nasionalisasi Hari Statistik akan
sangat diharapkan mempercepat
membentuk kesadaran global dan
upaya
bukan kesadaran komunal terbatas
Sayangnya, implementasi STATCAP
pada
tertentu.
CERDAS dan Bagian Transformasi
Pengelolaan dan pengorganisasian
Statistik di daerah kurang terasa
data tidak hanya kewajiban BPS
gaungnya.
tapi
peringatan
dan
Hari
kalangan
perlu
menjadi
sebuah
terhadap
reformasi
Harapan
kinerja
birokrasi.
akan
suksesnya
CERDAS
begitu
kesadaran bersama. Hal ini akan
STATCAP
membawa dampak pada efiesien
membumbung tinggi apalagi jika
dan
dikaitkan
dengan
melaksanakan tugas pokok dan
berupa
kenaikan
fungsinya.
remunerasi. Namun harus kita akui
efektivitas
BPS
dalam
imbal
balik
tunjangan
sebagai insan BPS, masih banyak
29
perubahan pola pikir,perilaku dan
di dunia nyata namun di dunia
budaya
maya.
kerja
yang
penyesuaian.
perlu
Pendeknya
Pendek
kata,
berbagai
gebrakan dilakukan untuk mampu
profesional, integritas dan amanah
menyediakan
kita perlu senantiasa diperbarui.
untuk semua.
data
berkualitas
Sebagaimana batere HP yang harus
Dibalik berbagai terobosan
dicharger secara berkala, batere
yang dilakukan dalam Pelayanan
PIA kita pun demikian. Program
Statistik Terpadu ternyata masih
STATCAP
terasa adanya disparitas antara
program
CERDAS
yang
bukanlah
berbatas
waktu
layanan di level BPS pusat dan
namun suatu proses yang akan
provinsi dengan kabupaten/kota.
terus dilakukan sepanjang BPS
Masih ditemui adanya tampilan
masih ada demi tujuan mulia
ruang perpustakaan yang kurang
menghasilkan
representatif, penataan buku yang
data
statistik
terpercaya untuk semua.
tidak sesuai standar kepustakaan,
website yang belum terupdate dan
Pelayanan Statistik Terpadu ......
sebagainya.
Beberapa tahun belakangan
untuk
Agaknya kesadaran
melayani
dengan
hati
BPS mencoba mengembangkan diri
memberikan layanan data untuk
dalam hal pelayanan prima dengan
semua kalangan perlu ditekankan
motto yang cukup memikat
“
di semua level. Paradigma untuk
hati”.
pelayanan prima bagi pengguna
garda
data merupakan hal yang relatif
melayani
Perpustakaan
dengan
sebagai
terdepan dalam Pelayanan Statistik
baru
Terpadu (PST) mulai mempercantik
pekerjaan BPS yang demikian padat
diri. Layanan tidak hanya diberikan
dengan
30
bagi BPS. Apalagi ritme
tumpuan
tahapan
pengumpulan data dan pengolahan
sekedar naik- turun dan kurang
beberapa
di
mengeksplor makna di balik angka-
menyebabkan
angka tersebut, penyebab, akibat
survei/sensus
kabupaten/kota
perhatian
terhadap
kualitas
serta
keterkaitan
antar
data..
Pelayanan Statistik Terpadu sedikit
Akibatnya kita kesulitan untuk
terabaikan. Sekali lagi hal ini tidak
menjawab pertanyaan pengguna
terjadi
dan
data yang semakin ke kini semakin
tetapi tetap perlu
kritis. Seringkali rutinitas dalam
secara
terstruktur”
“masif
mendapatkan perhatian.
menghasilkan data melupakan kita
untuk
Kemampuan
Membunyikan
Data.....
belajar
nada-nada
data
secara mendalam. Mengacu pada
semangat
Sebagaimana
memaknai
menghasilkan
data
terpercaya untuk semua diperlukan
yang terdiri dari nada do sampai
terobosan
dengan si dengan tinggi rendah
pencerahan atau bahkan sedikit
nada yang beragam, tidak akan
“pemaksaan” untuk meningkatkan
bermakna
kapasitas diri dalam membaca dan
ketika
sendiri-sendiri.
dibunyikan
Namun
akan
untuk
memberikan
memaknai data.
terdengar indah ketika seorang
komposer
mampu
meramunya
secara apik. Data yang dihasilkan
Manajemen Input, Proses, Output
dan Outcome....
BPS begitu lengkap dan beragam
Keberhasilan
BPS
namun harus kita akui masih ada
menghasilkan
kelemahan
terpercaya untuk semua melalui
dalam
hal
tahapan
data
dalam
input,
statistik
membunyikankannya. Kita masih
empat
proses,
terjebak dengan analisa angkot
ouput dan outcome yang satu sama
31
lain saling bersinergi. Kemampuan
masyarakat, pemerintah, maupun
dalam manajemen keempat hal
swasta.
tersebut mutlak diperlukan. Input
yang
menunjang
adalah
Sumber
(SDM),
kegiatan
Daya
responden,
BPS
Manusia
perangkat
Sinergi
tahapan
di
antara
atas
keempat
memerlukan
dukungan dari setiap insan BPS.
Pemahaman
sampai
dimana
pendataan, sarana dan prasarana
tahapan yang sedang berlangsung
perkantoran
dan
Sedangkan
mulai
dari
dan
sebagainya.
aktivitas
pendataan
pengumpulan
data
sebagai
tahapan
apa
tersebut
membantu
kita
dalam
akan
sangat
kesuksesan kegiatan
hingga pengolahan dan analisa
BPS. Misalnya, ketika tahapan input
termasuk
kita
tahapan
proses.
berusaha
menjadi
Sementara data yang dihasilkan
administrator dan manajer handal
baik berupa data yang sifatnya
dalam mengelola sumber daya BPS.
nominal,
indeks,
Kejelian
adalah
menjadi apa akan menentukan
tahapan output. Tahapan outcome
kesuksesan tahapan berikutnya.
dapat
Ketika
indikator,
termasuk
publikasi
dilihat
dari
pengunjung
jumlah
perpustakaan,
untuk
melihat
tahapan
berusaha
siapa
proses
menjadi
kita
pencacah,
pengunjung website, penerimaan
pengentry, validator, analis yang
negara bukan pajak (PNPB) dari
terbaik. Kepatuhan
hasil penjualan publikasi atau hal-
dalam
hal lain yang bisa menunjukkan
proses sesuai konsep dan definisi
seberapa besar penerimaan dan
yang
kemanfaatan
menentukan kualitas data yang
32
data
BPS
bagi
kita semua
melaksanakan
disepakati
akan
tahapan
sangat
dihasilkan. Ibarat dalam sebuah
cerita dongeng, ketika seorang raja
mampu membunyikan data BPS
memerintahkan untuk membawa
dengan irama yang indah untuk
sesendok madu ke atas bukit di
dapat
tengah
yang
malam
menuangkannya
dan
kepahaman
menyeluruh.
Fenomena
sebuah
“gagal paham” terhadap data BPS
tempayan. Salah satu penduduk
seringkali menimbulkan persepsi
berpikiran untuk melanggar konsep
yang salah. Misalnya, kegagalan
dan
memahami
definisi
pada
memberikan
yang
ditentukan
data
pendapatan
dengan
mengatakan
dengan membawa sesendok air,
perkapita
toh tidak akan terlihat karena
bahwa jika pendapatan perkapita
malam, dan tak akan terdeteksi
sekian
karena akan bercampur dalam satu
miskin berkurang. Anggapan ini
tempayan. Sesendok air dalam
tidak salah tapi tidak sepenuhnya
tempayan besar berisi madu tidak
benar. Pendapatan perkapita hanya
akan
mencerminkan rata-rata dan tidak
“signifikan”.
Keesokan
seharusnya
penduduk
harinya tempayan penuh berisi air
menggambarkam
karena semua penduduk berpikiran
apalagi jika besarnya pendapatan
sama.
perkapita ditopang oleh sektor
Di
saat
tahapan
pemerataan,
ouput
yang padat modal bukan padat
jadilah insan BPS yang mampu
karya tentunya tidak serta merta
menampilkan
dirasakan
data
BPS
secara
masyarakat
banyak.
berkulitas yang memenuhi seluruh
Masih banyak data BPS yang perlu
dimensi yaitu accuracy, timeliness,
dieksplorasi
relevance,
menambah kemanfaatannya.
accessibility.
coherence,
Ketika
dan
lebih
jauh
guna
tahapan
Pada akhirnya mewujudkan
outcome jadilah insan BPS yang
data statistik terpercaya untuk
33
semua
sebagaimana
memerlukan
visi
BPS
sumbangsih
kita
bersama tak peduli posisi yang kita
emban saat ini. Sudah saatnya
untuk tidak memikirkan apa yang
kita dapat tapi mencoba memberi
yang terbaik sesuai amanah yang
diemban. Selamat Hari Statistik....
Jayalah BPS !!!
34
Aldizah Dajustia Hutami
Plt. Kepala Seksi Neraca Konsumsi BPS Provinsi
Kepulauan Riau
[email protected]
Tim Neraca Wilayah dan Analisis Statistik BPS
Provinsi Kepulauan Riau
Abstrak. IPM Provinsi Kepulauan Riau menempati
peringkat keenam secara nasional. Namun tingginya
IPM yang diraih Provinsi Kepulauan Riau menyisakan
beberapa permasalahan. Diantaranya adalah
kesenjangan IPM antar kabupaten/kota masih tinggi
dan AHH (sebagai salah satu komponen pembentuk
IPM) masih rendah yakni menempati posisi kelima
terbawah dan berada di bawah level nasional.
KAJIAN DAN
ANALISIS
SUMBER DAYA MANUSIA
(TINJAUAN IPM)
PROVINSI
KEPULAUAN RIAU
TAHUN 2005-2013
Kata Kunci: IPM, Kepulauaan Riau
1
Pendahuluan
1.1
Latar Belakang
Tujuan utama pemerintah Provinsi
Kepulauan
Riau
adalah
mencapai
pembangunan manusia Kepulauan Riau seutuhnya dan pembangunan masyarakat
Kepulauan Riau seluruhnya. Hal ini diwujudkan dengan memfokuskan perhatian
pembangunan daerah Kepulauan Riau pada manusia sebagai titik sentral yang
bercorak dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Dengan kata lain, rakyat harus
diikutsertakan dalam seluruh proses pembangunan. Artinya, rakyat bukan hanya
35
sebagai alat untuk mencapai
hasil akhir pembangunan, tetapi
sebagai
tujuan
akhir
dari
pembangunan itu sendiri.
Sebelum
tahun
1970-an,
keberhasilan
pembangunan
semata-mata hanya diukur dari tingkat
pertumbuhan GDP/GNP, baik secara
keseluruhan
maupun
perkapita.
Namun, fakta menunjukkan banyak
negara-negara Dunia Ketiga berhasil
mencapai
tingkat
pertumbuhan
ekonomi yang tinggi tetapi gagal
memperbaiki
taraf
hidup
penduduknya. Oleh karena itu, para
pakar merumuskan konsep baru dalam
mengukur pembangunan suatu negara
yang berorientasi pada manusia.
Konsep ini mengukur keberhasilan
pembangunan suatu negara tidak
hanya ditandai oleh tingginya tingkat
pertumbuhan
ekonomi
tetapi
mencakup pula kualitas manusianya.
lnilah tantangan yang harus dihadapi,
yaitu
bagaimana
pertumbuhan
ekonomi mampu dirasakan seluruh
lapisan masyarakat dan mampu
meningkatkan kualitas mereka sebagai
manusia.
Keberhasilan pembangunan
khususnya pembangunan manusia
dapat dinilai secara parsial dengan
melihat seberapa besar permasalahan
yang paling mendasar di masyarakat
tersebut dapat teratasi. Permasalahan-
36
permasalahan tersebut diantaranya
adalah kemiskinan, pengangguran,
buta huruf, ketahanan pangan, dan
penegakan
demokrasi.
Namun
persoalannya
adalah
capaian
pembangunan manusia secara parsial
sangat bervariasi dimana beberapa
aspek pembangunan tertentu berhasil
dan beberapa aspek pembangunan
lainnya gagal.
Dewasa
ini
persoalan
mengenai capaian pembangunan
manusia telah menjadi perhatian para
penyelenggara
pemerintahan.
Berbagai
ukuran
pembangunan
manusia
dibuat
namun
tidak
semuanya dapat digunakan sebagai
ukuran
standar
yang
dapat
dibandingkan antar wilayah atau
daerah. Badan Perserikatan BangsaBangsa (PBB) menetapkan suatu
ukuran standar
pembangunan
manusia yaitu Indeks Pembangunan
Manusia atau Human Development
Index (HDI). Indeks ini dibentuk
berdasarkan empat indikator yaitu
angka harapan hidup, angka melek
huruf, rata-rata lama sekolah dan
kemampuan daya beli.
Saat
ini
tampaknya
pemerintah daerah sangat perhatian
dengan issue pembangunan manusia.
Hal ini ditandai dengan diikutkannya
IPM sebagai salah satu alokator dana
alokasi umum regional bruto dan
indeks
kemahalan
konstruksi.
Seyogianya, wilayah dengan IPM
rendah secara perlahan dapat
mengejar ketertinggalannya karena
memperoleh alokasi dana yang
berlebih. Meskipun demikian, hal itu
masih sangat tergantung dengan
strategi
pembangunan
yang
dijalankan
oleh
wilayah
tersebut. Dengan demikian, cukup
menarik untuk melihat pencapaian
pembangunan manusia yang telah
dilakukan selama ini khususnya selama
tahun 2005-2013. Selain itu, menarik
pula untuk dilihat perkembangan
masing-masing komponen IPM dalam
memberikan kontribusi terhadap
peningkatan IPM.
1.2
Tujuan
1. Menyediakan data IPM dan
komponennya untuk level
provinsi dan kabupaten/kota
untuk periode 2005-2013.
2. Mengidentifikasi capaian dan
tantangan
pembangunan
sumber daya manusia dari
aspek pendidikan.
3. Mengidentifikasi capaian dan
tantangan
pembangunan
sumber daya manusia dari
aspek kesehatan.
4. Mengidentifikasi capaian dan
tantangan
pembangunan
sumber daya manusia dari
aspek pembangunan ekonomi.
5. Menyediakan
rekomendasi
sebagai bahan kebijakan dan
perencanaan pembangunan
sumber daya manusia yang
berkualitas dalam rangka
meningkatkan
pemerataan
pertumbuhan ekonomi
Kepulauan Riau.
2
Metodologi
2.1
Konsep dan definisi
di
Beberapa konsep dan definisi yang
digunakan dalam penelitian ini yaitu:



Angka Harapan Hidup (AHH)
adalah perkiraan lama hidup
rata-rata penduduk dengan
asumsi tidak ada perubahan
pola mortalitas menurut umur.
Angka Melek Huruf (AMH)
adalah Proporsi penduduk
berusia 15 tahun ke atas yang
dapat membaca dan menulis
huruf latin atau lainnya.
Rata-rata lama sekolah (MYS)
adalah rata-rata jumlah tahun
yang
dihabiskan
oleh
penduduk berusia 15 tahun ke
37


2.2
38
atas untuk menempuh semua
jenis pendidikan formal yang
pernah dijalani.
Purchasing Power Parity (PPP)
dalam
bahasa
Indonesia
diterjemahkan sebagai paritas
daya beli yang memungkinkan
dilakukannya
perbandingan
harga-harga riil antar propvinsi
dan antar kabupaten/kota,
mengingat nilai tukar yang
biasa
digunakan
dapat
menurunkan atau menaikkan
nilai daya beli yang terukur
dari konsumsi per kapita yang
telah disesuiakan. Dalam
konteks PPP untuk Indonesia,
satu rupiah di provinsi
memiliki daya beli yang sama
dengan satu rupiah di Jakarta
Selatan.
PPP
dihitung
berdasarkan pengeluaran riil
perkapita setelah disesuaikan
dengan
indeks
harga
konsumen dan penurunan
kegunaan
dengan
rumus
Atkinson.
Reduksi Shortfall menunjukkan
perbandingan antara capaian
yang telah ditempuh dengan
capaian yang harus ditempuh
untuk mencapai titik IPM ideal
reduksi shortfall, semakin
cepat peningkatan IPM.
Sumber Data
Data yang digunakan dalam
penelitian ini diantaranya
bersumber dari hasil Survei
Sosial dan Ekonomi Nasional
(Susenas) yang dilaksanakan
oleh Badan Pusat Statistik
serta data sekunder lainnya
yang dikeluarkan oleh BPS.
2.3
Konsep
Manusia
Pembangunan
“Manusia adalah kekayaan
bangsa yang sesungguhnya. Tujuan
utama dari pembangunan adalah
menciptakan
lingkungan
yang
memungkinkan bagi rakyatnya untuk
menikmati umur panjang, sehat, dan
menjalankan
kehidupan
yang
produktif.
Hal
ini
tampaknya
merupakan suatu kenyataan yang
sederhana. Tetapi hal ini seringkali
terlupakan oleh berbagai kesibukan
jangka pendek untu mengumpulkan
harta dan uang.”
Kalimat pembuka pada Human
Development Report (HDR) pertama
dipublikasikan oleh UNDP tahun 1990
secara
jelas
menekankan
arti
pentingnya
pembangunan
yang
berpusat
pada
manusia
yang
menempatkan manusia sebagai tujuan
akhir, dan bukan sebagai alat
pembangunan.
Konsep ini terdengan berbeda
dibanding konsep klasik pembangunan
yang memberikan perhatian utama
pada
pertumbuhan
ekonomi.
Pembangunan manusia memperluas
pembahasan
tentang
konsep
pembanginan dari diskusi tentang
cara-cara (pertumbuhan PDB) ke
diskusi tentang tujuan akhir dari
pembangunan. Pembangunan manusia
juga merupakan perwujudan jangka
panjang,
yang
meletakkan
pembangunan di sekeliling manusia,
dan bukan manusia di sekeliling
pembangunan.
Mengutip isi HDR pertama
tahun 1190, pembangunan manusia
adalah
suatu
proses
untuk
memperbanyak pilihan-pilihan yang
dimiliki oleh manusia. Diantara banyak
pilihan
tersebut,
pilihan
yang
terpenting adalah untu berumur
panjang dan sehat. Untuk berilmu
pengetahuan, dan untuk mempunyai
akses terhadap sumber daya yang
dibutuhkan agar dapat hidup secara
layak.
Untuk menghindari kekeliruan
dalam
memaknai
konsep
ini,
perbedaan antara cara pandang
pembangunan manusia terhadap
pembangunan dengan pendekatan
konvensional
yang
menekankan
pertumbuhan ekonomi, pembentukan
modal manusia, pembangunan sumber
daya manusia, kesejahteraan rakyat,
dan pemenuhan kebutuhan dasar,
perlu diperjelas. Konsep pembangunan
manusia mempunyai cakupan yang
lebih luas dari teori konvensional
pembanguna ekonomi.
Model pertumbuhan ekonomi
lebih menekankan pada peningkatan
PNB daripada memperbaiki kualitas
hidup manusia. Pembangunan sumber
daya manusia cenderung untuk
memperlakukan manusia sebagai
input dari proses produksi sebagai
alat, bukan sebagai tujuan akhir.
Pendekatan ‘kesejahteraan’ melihat
manusia sebagai penerima dan bukan
sebagai agen dari perubahan dalam
proses
pembangunan.
Adapu
pendekatan
‘kebutuhan
dasar’
terfokus pada penyediaan barangbarang dan jasa-jasa untuk kelompok
masyarakat
tertinggal,
bukannya
memperluas pilihan yang dimiliki
manusia di segala bidang.
Pendekatan
pembangunan
manusia
menggabungkan
aspek
produksi dan distribusi komoditas,
serta peningkatan dan pemanfaatan
kemampuan manusia. Pembangunan
manusia melihat secara bersamaan
semua
isu
dalam
masyarakat
pertumbuhan ekonomi, perdagangan,
ketenagakerjaan, kebebasan politik
ataupun nilai-nilai kultural dari sudut
pandang manusia. Pembangunan
manusia juga mencakup isu penting
lainnya, yaitu gender. Dengan
demikian, pembangunan manusia
tidak hanya memperhatikan sektor
39
sosial, tetapi merupakan pendekatan
yang komprehensif dari semua sektor.
2.4
Indeks
Manusia
Pembangunan
Menurut
UNDP,
Indeks
Pembangunan
Manusia
(IPM)
mengukur capaian pembangunan
manusia berbasis sejumlah komponen
dasar kualitas hidup. Sebagai ukuran
kualitas hidup, IPM dibangun melalui
pendekatan tiga dimensi dasar.
Dimensi tersebut mencakup umur
panjang dan sehat; pengetahuan, dan
kehidupan yang layak. Ketiga dimensi
tersebut meimiliki pengertian sangat
luas karena terkait banyak faktor.
Untuk mengukur dimensi kesehatan,
digunakan angka harapan hidup waktu
lahir. Selanjutnya untuk mengukur
dimensi
pengetahuan
digunakan
gabungan indikator angka melek huruf
dan rata-rata lama sekolah. Adapun
untuk mengukur dimensi hidup layak
digunakan indikator kemampuan daya
beli.
Kemampuan
daya
beli
masyarakat
terhadap
sejumlah
kebutuhan pokok yang dilihat dari
rata-rata besarnya pengeluaran per
kapita
sebagai
pendekatan
pendapatan yang mewakili capaian
pembangunan untuk hidup layak.
Sumber data utama yang
digunakan dalam penghitungan IPM
adalah data Survei Sosial Ekonomi
40
Nasional (Susenas) Kor dan Susenas
Modul
Konsumsi,
data
Survei
Penduduk Antar Sensus (Supas),
Proyeksi
Penduduk
(Sensus
Penduduk/SP 2000)n dan Indeks Harga
Konsumen (IHK). Data Susenas Kor
digunakan untuk menghitung dua
indikator pembentuk IPM yaitu Angka
Melek Huruf (AMH) dan Rata-rata
Lama Sekolah (MYS). Sementara Angka
Harapan
Hidup
(e0)
dihitung
menggunakan data Supas dan Proyeksi
Penduduk. Sedangkan indikator daya
beli dihitung menggunakan data
Susenas modul konsumsi yang
didasarkan pada 27 komoditi. Untuk
mendapatkan pengeluaran pe kapita
riil digunakan IHK sebagai deflator.
Komponen
Manusia:
1.
Indeks
Pembangunan
Angka Harapan Hidup (AHH)
AHH merupakan rata-rata
perkiraan banyak tahun yang dapat
ditempuh oleh seseorang selama
hidup. Penghitungan angka harapan
hidup melalui pendekatan tak
langsung. Jenis data yang digunakan
adalah Anak Lahir Hidup (ALH) dan
Anak Masih Hidup (AMH). Paket
program Mortpack digunakan untuk
menghitung angka harapan hidup
berdasarkan input data ALH dan AMH.
Selanjutnya, dipilih metode Trussel
dengan model West, yang disesuaikan
dengan histori kependudukan dan
kondisi Indonesia dan neraga-negara
Asia Tenggara umumnya (Preston,
2004).
rata lama sekolah memiliki batas
maksimumnya 15 tahun dan batas
minimumnya sebesar 0 tahun.
Indeks harapan hidup dihitung
dengan menghitung nilai maksumum
dan nilai minimum harapan hidup
sesuai standar UNDP, yaitu angka
tertinggi sebagai batas atas untuk
penghitungan indeks dipakai 85 tahun
dan terendah adalah 25 tahun.
Angka melek huruf adalah
persentase penduduk usia 15 tahun ke
atas yang dapat membaca dan menulis
huruf latin atau huruf lainnya. Seperti
halnya rata-rata lama sekolah, AMH
juga menggunakan batasan yang
dipakai sesuai kesepakatan beberapa
negara. Batas maksimum untuk AMH
adalah
100,
sedangkan
batas
minimumnya 0 (nol). Nilai 100
mnggambarkan kondisi 100 persen
atau semua masyarakat mampu
membaca dan menulis, sedangkan
nilai
0
mencerminkan
kondisi
sebaliknya.
2.
Tingkat Pendidikan
Salah
satu
komponen
pembentuk IPM adalah dari dimensi
pengetahuan yang diukur melalui
tingkat pendidikan. Dalam hal ini,
indikator yang digunakan adalah ratarata lama sekoah dan angka melek
huruf. Pada proses pembentukan IPM,
rata-rata sekolah memiliki bobot
sepertiga dan angka melek huruf
diberi bobot dua pertiga, kemudian
penggabungan kedua indikator ini
digunakan sebagai indeks pendidikan
sebagai
salah
satu
komponen
pembentuk IPM.
Rata-rata
lama
sekolah
menggambarkan jumlah tahun yang
digunakan oleh penduduk usia 15
tahun ke atas dalam menjalani
pendidikan formal. Penghitungan ratarata lama sekolah menggunakan dua
batasan
yang
dipakai
sesuai
kesepakatan beberapa negara. RataC(I)
= C(i)
3.
Standar Hidup Layak
Dimensi lain dari ukuran
kualitas hidup manusia adalah standar
hidup layak. Dalam cakupan lebih luas,
standar hidup layak menggambarkan
tingkat kesejahteraan yang dinikmati
oleh penduduk sebagai dampak
semakin membaiknya ekonomi. UNDP
mengukur standar hidup layak
menggunakan Produk Domestik Bruto
(PDB) riil yang disesuaikan, sedangkan
BPS dalam menghitung standar hidup
layak
menggunakan
rata-rata
pengeluaran per kapita riil yang
disesuaikan dengan formula Atkinson.
Jika C(i) < Z
41
= Z + 2(C(i)-Z)1/2
Jika Z<C(i)<2Z
= Z+ 2(Z)1/2 + 3(C(i) – 2Z)1/3
Jika 2Z< C(i) < 3Z
Dan seterusnya.
Keterangan:
C(i)
= PPP dari nilai riil pengeluaran per kapita
Z
= batas tingkat pengeluaran yang ditetapkan secara arbiter
sebesar Rp549.500 per kapita per tahun atau Rp1.500 per kapita per
hari.
Penghitungan indeks daya beli
dilakukan berdasarkan 27 komoditas
kebutuhan pokok seperti terlihat
dalam Tabel A. batas maksimum dan
minimum penghitungan daya beli
digunakan seperti terlihat dalam tabel
2. Batas maksimum daya beli adalah
sebesar Rp732.720 sementara sampai
dengan
tahun
1996
batas
minimumnya adalah Rp300.000. pada
tahun 1996 dengan mengikuti kondisi
pascakrisis ekonomi batas minimum
penghitungan PPP diubah dan
disepakati menjadi Rp360.000.
Tabel A. komoditi Kebutuhan Pokok sebagai Dasar Penghitungan Daya Beli (PPP)
Komoditi
Beras lokal
Tepung terigu
Singkong
Tuna/cakalang
Teri
Daging sapi
Ayam
Telur
Susu kental manis
Bayam
Kacang panjang
Kacang tanah
Tempe
Jeruk
42
Unit
Kg
Kg
Kg
Kg
Ons
Kg
Kg
Butir
397 gram
Kg
Kg
Kg
Kg
Kg
Komoditi
Lanjutan
Pepaya
Kelapa
Gula
Kopi
Garam
Merica
Mie Instan
Rokok kretek
Listrik
Air minum
Bensin
Minyak tanah
Sewa rumah
Unit
Kg
Butir
Ons
Ons
Ons
Ons
80 gram
10 batang
Kwh
M3
Liter
Liter
Unit
Penyusunan Indeks
Sebelum penghitungann IPM, setiap komponen IPM harus dihitung indeksnya.
Formula yang digunakan dalam penghitungan indeks komponen IPM adalah sebagai
berikut:
Keterangan:
X(i)
= komponen IPM ke-i
X(min) = nilai minimum dari komponen IPM ke-i
X(maks)= nilai maksimum dari komponen IPM
Untuk menghitung indeks masing-masing komponen IPM digunakan batas maksimum
dan minimum seperti terlihat dalam Tabel B.
Tabel B. Nilai Maksimum dan Minimum dari Setiap Komponen IPM
Komponen IPM
Angka Harapan Hidup (Tahun)
Angka Melek Huruf (Persen)
Rata-rata Lama Sekolah (Tahun)
Daya Beli (Rupiah)
Maksimum
85
100
15
732.720a
Minimum
25
0
0
300.000 (1996)
360.000b (1999, dst)
Keterangan
Standar UNDP
Standar UNDP
Pengeluaran
kapita
disesuaikan
per
riil
Keterangan:
a) Perkiraan maksimum pada akhir PJP II Tahun 2018
b) Penyesuaian garis kemiskinan lama dengan garis kemiskinan baru
Selanjutnya nilai IPM dihitung sebagai:
43
Keterangan:
3
3.1.
indeks X(I,j)
= indeks komponen IPM ke-i untuk wilayah ke-j
i
= 1,2,3 (urutan komponen IPM)
i
= 1,2,… k (wilayah)
Hasil
Pencapaian Pembangunan
Manusia
Provinsi
Kepulauan Riau
Selama kurun waktu delapan
tahun, dari tahun 2005-2013, IPM
Provinsi Kepulauan Riau meningkat
4,33 persen. Posisi IPM terakhir tahun
2013 berada pada level 76,56;
sedangkan level pada tahun 2005
adalah pada level 72,23. Peningkatan
nilai IPM tersebut menandakan bahwa
pembangunan manusia di Provinsi
Kepulauan Riau dari segi kesehatan
(umur harapan hidup), pendidikan dan
ekonomi (pendapatan per kapita)
semakin membaik dari waktu ke
waktu.
Gambar 1. Indeks Pembangunan Manusia Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2005-2013
77.00
75.78
76.00
76.56
75.07
75.00
74.18
74.54
73.68
74.00
73.00
76.20
72.79
72.23
72.00
71.00
70.00
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
Sumber: BPS, diolah.
Berdasarkan
internasional,
capaian
44
skala
IPM
dikategorikan menjadi kategori tinggi
(IPM ≥ 80), kategori menengah atas
(66 ≤ IPM ≤ 80), kategori menengah
bawah (50 ≤ IPM ≤ 66), dan kategori
rendah (IPM < 50). Angka IPM Provinsi
Kepulauan Riau dari tahun 2005
sampai dengan tahun 2013 termasuk
dalam kategori menengah atas.
juga dihitung kecepatan pencapaian
IPM atau biasa disebut reduksi
shortfall.
Reduksi
shortfall
menunjukkan perbandingan antara
capaian yang telah ditempuh dengan
capaian yang harus ditempuh untuk
mencapai titik IPM ideal.
Pencapaian
pembangunan
manusia yang tercermin melalui IPM
Selama periode tahun 2005-2013,
bukan semata-mata hanya diukur dari
seluruh komponen pembentuk IPM
tingginya capaian IPM saja. Namun
tumbuh positif (gambar 2). Komponen
juga perlu dikaji lebih dalam lagi
rata-rata lama sekolah (MYS) adalah
sejauh mana kecepatan pembangunan
komponen pembentuk IPM yang
manusia pada suatu periode tertentu.
pertumbuhannya paling tinggi diantara
Proses pencapaian pembangunan
komponen lainnya. Walaupun trend
manusia inilah yang menjadi poin
reduksi shortfall tumbuh positif,
penting karena secara filosofi untuk
namun perlu ditingkatkan lagi
mencapai suatu rangking atau posisi
terutama untuk komponen angka
yang baik diperlukan effort lebih. Oleh
harapan hidup (AHH) dan angka melek
karena itu berkaitan dengan IPM, tidak
huruf (AMH).
hanya dihitung posisinya saja tetapi
Gambar 2. Reduksi Shortfall per Komponen Pembentuk IPM Provinsi Kepulauan Riau
7.00
6.00
5.00
4.00
3.00
2.00
1.00
2005-2009
AHH
0.42
AMH
0.08
MYS
5.73
PPP
5.23
2009-2013
0.37
1.99
6.33
2.58
45
Sumber: BPS, diolah.
shortfall sebesar 15,60. Hal tersebut
dapat diartikan bahwa pembangunan
manusia yang meliputi bidang
kesehatan,
pendidikan
dan
kesejahteraan penduduk semakin
meningkat dari tahun 2005. Kecepatan
peningkatan
tersebut
di
atas
kecepatan nasional dan paling tinggi di
regional Sumatera.
Gambar
3.
menunjukkan
perbandingan kecepatan IPM selama
kurun waktu tahun 2005-2013
provinsi-provinsi di Regional Sumatera.
Provinsi Kepulauan Riau menempati
posisi teratas untuk kecepatan
pembangunan manusia di regional
Sumatera dengan nilai reduksi
Gambar 3. Reduksi Shorfall IPM Provinsi di Regional Sumatera
Selama Kurun Waktu 2005-2013
15.60
13.72
12.93 12.58 13.24
13.88
11.71
11.49
12.91 12.32
13.95
Sumber: BPS, diolah.
Dalam menganalisis IPM tidak
dapat dipisahkan dari tiga komponen
pembentuknya yaitu aspek kesehatan,
aspek pendidikan dan aspek ekonomi.
46
Selama kurun waktu tahun 2005-2013,
ketiga aspek pembentuk IPM Provinsi
Kepulauan Riau tersebut terus
meningkat dan akan terus meningkat
sampai kondisi idealnya tercapai.
Capaian
pembangunan
manusia
Provinsi Kepulauan Riau tahun 2013
dapat dilihat melalui indeks komposit
pada gambar 4.
Gambar 4. Indeks Komposit Pembentuk Angka IPM
Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2013
(Persen)
Daya Beli (PPP)
Angka Harapan
Hidup (AHH)
100.00
80.00
60.00
40.00
20.00
-
Angka Melek
Huruf (AMH)
Rata-rata Lama
Sekolah (MYS)
Sumber: BPS, diolah.
Dari gambar 4. dapat diketahui
bahwa pembangunan manusia di
bidang
pendidikan
yang
direpresentasikan oleh komponen
angka melek huruf (AMH) di Provinsi
Kepulauan Riau sudah mendekati
keadaan idealnya (indeks mendekati
100 persen). Namun di sisi lain,
pembangunan di bidang pendidikan
yang
direpresentasikan
oleh
komponen rata-rata lama sekolah
masih cukup jauh dari keadaan
idealnya. Untuk ke depannya,
pemerintah daerah perlu lebih
memperhatikan
program-program
yang berkaitan dengan bidang
pendidikan terutama menyangkut
lama sekolah peserta didik. Program
tersebut dapat dilaksanakan dengan
mengoptimalkan anggaran pendidikan
47
sebesar
20
persen
seperti
yang
Pembangunan
di
bidang
ekonomi (daya beli) dan kesehatan
(angka harapan hidup) cukup baik,
terlihat dari capaian indeks komposit
yang mendekati 80 persen. Namun
masih bisa ditingkatkan lagi untuk
periode
selanjutnya
dengan
memusatkan perhatian pembangunan
manusia pada bidang ekonomi dan
kesehatan.
Sehingga
diharapkan
pembangunan
manusia
Provinsi
Kepulauan Riau dapat tercapai di
segala bidang.
3.2.
Gambaran Capaian
Pembangunan Manusia
Level Kabupaten/Kota
Pembangunan manusia di level
kabupaten/kota di Provinsi Kepulauan
Riau bervariasi. Variasi tersebut
tentunya disebabkan oleh faktor
sumber daya (alam dan manusia) dan
kebijakan pemerintah daerah yang
diarahkan oleh pemerintah pusat.
berbeda. Capaian pembangunan
manusia yang tercermin dari angka
IPM perlu terus ditingkatkan dan
diawasi agar pembangunan manusia
dapat terlaksana dengan baik dan
merata.
IPM
pada
level
kabupaten/kota di Provinsi Kepulauan
Riau ditunjukkan pada tabel1. Secara
kasat mata, IPM kabupaten/kota terus
meningkat dalam kurum waktu tahun
2005-2013, namun peringkat IPM
tetap sama dari tahun ke tahun. Kota
Batam menempati peringkat pertama
se-Provinsi Kepulauan Riau, sedangkan
Kabupaten
Kepulauan
Anambas
menempati
peringkat
terbawah.
Sedangkan untuk peringkat kedua
sampai peringkat keenam berturutturut
diduduki
oleh
Kota
Tanjungpinang, Kabupaten Bintan,
Kabupaten Karimun, Kabupaten Lingga
dan Kabupaten Natuna.
Tabel 1. Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten/Kota
se-Provinsi Kepulauan Riau
Angka IPM
Peringkat IPM
Kabupaten
(1)
Karimun
48
2005
2009
2013
2005
2009
2013
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
71,71
73,15
74,95
3
4
4
Bintan
70,90
73,66
76,10
4
3
3
Natuna
68,40
70,11
72,25
6
6
6
Lingga
69,39
70,15
72,41
5
5
5
-
67,94
70,48
-
7
7
Kota Batam
76,55
77,51
78,73
1
1
1
Kota Tanjungpinang
72,69
74,31
76,19
2
2
2
KEPULAUAN RIAU
72,23
74,54
76,56
Kepulauan Anambas
Sumber: BPS, diolah.
Kota Batam merupakan kota
terbesar di Provinsi Kepulauan Riau
sekaligus sebagai motor penggerak
utama roda perekonomian Provinsi
Kepulauan Riau. Sedangkan Kabupaten
Anambas adalah kabupaten termuda
di Provinsi Kepulauan Riau yang
merupakan pecahan dari induk
Kabupaten
Natuna.
Tidak
mengherankan jika Kota Batam
menduduki peringkat teratas dan
Kabupaten
Kepulauan
Anambas
menempati posisi terbawah. Namun
demikian, semua kabupaten/kota di
Provinsi Kepulauan Riau terus
berupaya
meningkatkan
pembangunan manusianya dari tahun
ke tahun.
Gambar 5. Reduksi Shortfall IPM Kabupaten/Kota Selama Kurun Waktu 20052013
49
17.89
18.00
16.00
14.00
12.00
10.00
8.00
6.00
4.00
2.00
-
15.60
11.45
12.83
12.19
9.85
9.33
9.30
Keterangan: *) Reduksi shortfall selama kurun waktu 2008-2013
Sumber: BPS, diolah.
Selain
capaian
IPM,
keberhasilan pembangunan manusia
di suatu wilayah juga dilihat
berdasarkan kecepatan pergerakan
IPM menuju nilai ideal yang
direpresentasikan melalui reduksi
shortfall. Reduksi shortfall IPM
Provinsi Kepulauan Riau selama kurun
waktu 2005-2013 secara rata-rata
sebesar 15,60 persen atau 1,95 persen
per tahunnya. Kecepatan pergerakan
IPM selama kurun waktu 2005-2013
yang paling tinggi adalah Kabupaten
Bintan yaitu sebesar 17,89 persen,
diikuti oleh Kota Tanjungpinang,
Kabupaten
Natuna,
Kabupaten
Karimun,
Kabupaten
Lingga,
50
Kabupaten Kepulauan Anambas dan
yang terakhir adalah Kota Batam
(gambar 5).
Reduksi shortfall Kota Batam
ternyata yang paling rendah jika
dibandingkan dengan kabupaten/kota
lain di Provinsi Kepulauan Riau
walaupun capaian angka IPM-nya yang
paling tinggi. Capaian angka IPM yang
sudah tinggi atau mendekati angka
ideal membuat reduksi shortfall-nya
semakin menurun. Namun demikian,
reduksi shortfall yang bernilai positif
perlu diapresiasi karena setidaknya
ada upaya pemerintah untuk selalu
meningkatkan pembangunan manusia
di wilayahnya.
3.3.
Capaian dan Tantangan
Pembangunan
Sumber
Daya Manusia dari Aspek
Pendidikan
Indikator pendidikan yang
menggambarkan
dimensi
pengetahuan dalam IPM adalah angka
melek huruf dan rata-rata lama
sekolah. Kedua indikator ini dapat
dimaknai sebagai ukuran kualitas
sumber daya manusia dari aspek
pendidikan. Angka melek huruf
menggambarkan
persentase
penduduk umur 15 tahun keatas yang
mampu baca tulis. Sedangkan
indikator rata-rata lama sekolah
menggambarkan rata-rata jumlah
tahun yang dijalani oleh penduduk
usia 15 tahun ke atas untuk
menempuh semua jenis pendidikan
formal.
Selama kurun waktu 20052013 AMH Provinsi Kepulauan Riau
terus meningkat dari angka 96,00 pada
tahun 2005 menjadi 98,07 pada tahun
2013. Hal tersebut patut dibanggakan
karena Provinsi Kepulauan Riau
menempati posisi di atas rata-rata
nasional. Selain itu, dilihat dari reduksi
shortfall nya, AMH Provinsi Kepulauan
Riau dan kabupaten/kota di Provinsi
Kepulauan
Riau
mengalami
percepatan yang cukup bagus.
Kemudian untuk indikator
rata-rata lama sekolah (MYS) Provinsi
Kepulauan Riau juga terus mengalami
peningkatan dimana rata-rata lama
sekolah pada tahun 2005 adalah 8,10
tahun meningkat menjadi 9,91 tahun
pada tahun 2013. Secara spasial, Kota
Batam menduduki peringkat pertama
di Provinsi Kepulauan Riau untuk ratarata lama sekolah.
Di sisi lain, Provinsi Kepulauan
Riau menghadapi sejumlah tantangan
di bidang pendidikan yakni masih
terdapat murid yang putus sekolah.
Statistik menunjukkan bahwa pada
tahun 2013 terdapat 543 murid yang
putus sekolah dimana yang terbanyak
terjadi di tingkat sekolah dasardan
paling banyak kasus putus sekolah di
Kota Batam.
51
Gambar 6.
Persentase Angka Putus Sekolah
Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2013 (Persen)
28.36
7.37
0.92
5.34
19.89
38.12
SD
SMP
MTs
SMA
SMK
MA
Sumber : Dinas Pendidikan Prov. Kepri, 2013
Selain angka putus sekolah,
tantangan lain di bidang pendidikan
adalah minimnya jumlah perguruan
tinggi dan masih banyaknya fasilitas
gedung sekolah yang rusak. Jumlah
perguruan tinggi negeri hanya satu
dan 36 perguruan tinggi swasta
dengan akreditasi C.
Jumlah bangunan sekolah
yang rusak ringan di Provinsi
Kepulauan Riau sebanyak 517 gedung,
dimana kerusakan terbanyak terdapat
di Kota Batam (137 gedung), dan 197
gedung yang mengalami rusak berat
dimana kerusakan terbanyak di Kota
Batam juga (63 gedung).
52
3.4.
Capaian dan Tantangan
Pembangunan
Sumber
Daya Manusia dari Aspek
Kesehatan
Pembangunan
kesehatan
merupakan fokus utama pemerintah
Provinsi Kepulauan Riau dalam rangka
peningkatan
kesejahteraan
masyarakat disamping pengembangan
ekonomi
kerakyatan
dan
pembangunan pendidikan. Tujuan
pembangunan di bidang kesehatan
adalah tercapainya masyarakat yang
sehat, sejahtera, memiliki aksesbilitas
dan
memanfaatkan
pelayanan
kesehatan yang berkualitas, merata,
berkeadilan, dan secara bertahap
masyarakat diharapkan dapat mandiri
serta memiliki derajat kesehatan yang
optimal. Selama periode tahun 2005
sampai dengan 2013 berbagai capaian
yang
menggambarkan
derajat
kesehatan masyarakat
Provinsi
Kepulauan Riau dapat digambarkan
melalui dua indikator yaitu indikator
sehat dan indikator perilaku sehat.
Indikator
sehat
diartikan
sebagai variabel yang dapat digunakan
untuk mengukur perubahan kualitas
kesehatan masyarakat. Salah satu
variabel yang dapat menggambarkan
indikator sehat adalah Angka Harapan
Hidup (AHH).
Pada tahun 2005 angka
harapan hidup Provinsi Kepulauan
Riau sebesar 69,50 tahun dan secara
gradual meningkat hingga mencapai
69,97 tahun pada tahun 2013. Angka
69,97 mengindikasikan bahwa secara
rata-rata perkiraan umur penduduk
Provinsi Kepulauan Riau sekitar 70
tahun. Tingkat harapan hidup Provinsi
Kepulauan Riau berada di bawah ratarata nasional yang senilai 70,07 tahun.
Capaian Angka Harapan Hidup
Provinsi Kepulauan Riau pada tahun
2005 dan 2009 berada di posisi ke dua
dibandingkan
wilayah
lain
di
Sumatera. Provinsi Riau menempati
posisi angka harapan hidup tertinggi di
seluruh Sumatera.Namun pada kurun
waktu 2010-2013 terjadi percepatan
perubahan angka harapan hidup di
Provinsi Bengkulu, Provinsi Sumatera
Selatan, Provinsi Lampung, dan
Provinsi Kepulauan Riau berada di
posisi ke empat. Perubahan posisi
angka harapan hidup ini menunjukkan
akselerasi
provinsi
lain
dalam
mempercepat perbaikan kualitas
kesehatan penduduknya lebih tinggi
dibanding Provinsi Kepulauan Riau.
Berdasarkan
penghitungan
reduksi shortfall angka harapan hidup,
kecepatan Provinsi Kepulauan Riau
dalam mencapai target ideal yaitu 85
tahun
cenderung
mengalami
penurunan. Dalam jangka waktu tiga
tahunan yaitu 2004-2007 reduksi
shortfall mencapai 4,46 persen.
Namun dalam periode tiga tahunan
berikutnya yaitu 2007-2010 dan 20102013 besaran reduksi shortfall
dibawah 1,50 persen. Kondisi ini
menunjukkan
telah
terjadi
perlambatan
kecepatan
dalam
pencapaian angka harapan hidup ideal
yang berimbas pada menurunnya
peringkat angka harapan hidup
Provinsi Kepulauan Riau.
Indikator
perilaku
sehat
diartikan sebagai variabel yang dapat
digunakan untuk mengukur perilaku
proaktif untuk memelihara dan
meningkatkan kesehatan, mencegah
resiko terjadinya penyakit, melindungi
diri dari ancaman penyakit, serta
53
berperan
aktif
dalam
kesehatan masyarakat.
gerakan
Berdasarkan data SUSENAS
terlihat bahwa kondisi lingkungan
masyarakat Kepulauan Riau semakin
mengarah pada kondisi sehat.
Persentase rumahtangga di Provinsi
Kepulauan Riau yang mengkonsumsi
air minum tidak layak sebesar 40,2
persen pada tahun 2005, kemudian
menurun di tahun 2009 menjadi 15,3
persen namun sedikit meningkat pada
tahun 2013 di level 18,0. Kondisi 2013
mengindikasikan bahwa dari 100
rumahtangga di Provinsi Kepulauan
Riau 18 diantaranya masih
mengkonsumsi air tidak layak.
Tantangan di bidang
kesehatan yang dihadapi oleh Provinsi
Kepulauan Riau diantaranya adalah
terjadinya disparitas status kesehatan.
Meskipun secara umum kualitas
kesehatan masyarakat telah
meningkat, akan tetapi disparitas
status kesehatan antar tingkat sosial
ekonomi dan antar perkotaanperdesaan masih cukup tinggi.
Kemiskinan adalah akar persoalan
kesehatan. Masyarakat miskin identik
dengan lingkungan tempat tinggal
yang tidak sehat, perilaku dan
kesadaran hidup sehat yang rendah,
serta terbatasnya akses ke layanan
kesehatan.
54
3.5.
Capaian dan Tantangan
Pembangunan
Sumber
Daya Manusia dari Aspek
Ekonomi
Berbagai usaha pembangunan
yang dilakukan pemerintah Provinsi
Kepulauan Riau berdampak pada
perbaikan bidang ekonomi yang
tercermin
pada
meningkatnya
indikator moneter yaitu variabel yang
menggambarkan uang atau tingkat
pendapatan
yang
diterima
masyarakat.Indikator
moneter
meliputi Purchasing Power Parity (PPP,
paritas daya beli), PDRB perkapita dan
pertumbuhan ekonomi.
Pada tahun 2004 paritas daya
beli di Provinsi Kepulauan Riau sebesar
Rp. 621,87 ribu dan mengalami
peningkatan secara bertahap hingga
tahun 2013 mencapai Rp. 651,37 ribu,
yang berarti meningkat sebesar Rp.
29,50 ribu. Sepanjang waktu tersebut
peningkatan PPP tertinggi terjadi pada
tahun 2007 (Rp. 6,4 ribu) dan terendah
pada tahun 2010 (Rp. 1,4 ribu).
Pada periode 2010 sampai
dengan 2013 PDRB perkapita juga
mengalami lonjakan cukup signifikan.
Diawali pada tahun 2010 PDRB
perkapita mencapai Rp. 42,30 juta dan
pada tahun 2013 meningkat hingga
27,39 persen menjadi Rp. 53,89 juta.
Peningkatan di kedua indikator di atas
mengindikasikan adanya perbaikan
taraf kehidupan masyarakat Provinsi
Kepulauan Riau.
Tantangan di bidang ekonomi
yang dihadapi oleh Provinsi Kepulauan
Riau diantaranya adalah tantangan
geografis. Provinsi Kepulauan Riau
merupakan daerah kepulauan dengan
total jumlah pulau sebanyak 2.408
pulau besar dan kecil yang tersebar
serta 96 persen wilayahnya adalah
lautan tentu membutuhkan startegi
pembangunan
yang
berbeda.
Tantangan
terbesar
adalah
memberikan perhatian yang sama
terhadap seluruh wilayah dan
sekaligus membangun keterkaitan
antar wilayah pulau dalam satu
kesatuan tata ruang wilayah pulau dan
laut. Posisi kepulauan yang tersebar
seringkali menyebabkan program
pembangunan yang dibuat hanya
difokuskan pada satu pulau tertentu
dengan alokasi program sektoral
tertentu
tanpa
memperhatikan
keterpaduan
progam.
Kondisi
ketimpangan dalam perekonomian
terlihat jelas dari disparitas yang cukup
tinggi dalam penciptaan Produk
Domestik Regional Bruto yang sangat
didominasi oleh Kota Batam lebih dari
60 persen dengan pergerakan PDRB
yang lamban di kabupaten kota
lainnya.
Selain itu Provinsi Kepulauan
Riau
menghadapi
tantangan
demografis. Dengan jumlah penduduk
mencapai 1,7 juta jiwa pada tahun
2010 kemudian meningkat hingga 1,8
juta jiwa pada tahun 2013 dengan
persebaran yang tidak merata menjadi
tantangan
tersendiri
dalam
pembangunan Provinsi Kepulauan
Riau. Penduduk yang terkonsentrasi di
Kota Batam hingga di atas 50 persen
dari total penduduk menyebabkan
ketimpangan pembangunan yang
cukup terasa. Tantangan geografis dan
demografis
tersebut
diperparah
dengan penyediaan infrastruktur dasar
yang belim memadai antara lain
transportasi, air bersih, listrik dan
telekomunikasi.
4
Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan di atas,
dapat disimpulkan bahwa:
a. IPM di Provinsi Kepulauan Riau
selama periode pengamatan
terus mengalami peningkatan
dan
pada
tahun
2013
mencapai
76,56.
Secara
nasional
IPM
Provinsi
Kepulauan Riau menempati
urutan ke 6, sedangkan di
kawasan Pulau Sumatera
menempati urutan kedua
setelah Provinsi Riau. Jika
ditinjau dari peningkatan
pencapaian IPM selama kurun
55
waktu 2005-2013, Provinsi
Kepulauan
Riau
adalah
provinsi
tercepat
dalam
peningkatan IPM ditandai
dengan reduction shortfall
IPM Provinsi Kepulauan Riau
menempati urutan tertinggi di
kawasan Pulau Sumatera yaitu
mencapai 15,60 selama kurun
waktu tersebut. Jika dilihat
dari komponen penyusun IPM,
pencapaian tertinggi terjadi
pada angka melek huruf
(AMH) dan terendah pada
rata-rata lama sekolah (MYS).
b. Ditinjau secara spasial, pada
tahun 2013 IPM tertinggi
dicapai oleh Kota Batam yaitu
mencapai 78,73 dan yang
terendah
ditempati
oleh
Kabupaten
Kepulauan
Anambas yaitu sebesar 70,48.
Keadaan ini menunjukkan
adanya
ketidakmerataan
keberhasilan
pembangunan
manusia antar kabupaten/kota
di Provinsi Kepulauan Riau.
Namun demikian, selama
enam tahun terakhir disparitas
pencapaian angka IPM antar
kabupaten/kota ini semakin
menyempit
menandakan
pemerataan
pembangunan
manusia di Provinsi Kepulauan
Riau semakin baik. Dari sisi
kecepatan peningkatan IPM,
56
Kabupaten
Bintan;
Kota
Tanjungpinang;
dan
Kabupaten Natuna merupakan
tiga kabupaten/kota tercepat
dalam meningkatkan IPM.
Sebaliknya,
Kota
Batam;
Kabupaten
Kepulauan
Anambas, dan Kabupaten
Lingga
merupakan
kabupaten/kota yang relatif
lebih
lambat
dalam
meningkatkan IPM.
c. Capaian indikator pendidikan
angka melek huruf untuk level
provinsi mencapai 98,07 atau
urutan kedua setelah Provinsi
Riau. Sedangkan tantangan di
bidang pendidikan yang dapat
diidentifikasi antara lain belum
meratanya
sarana
dan
prasarana
pendidikan,
kesadaran penduduk akan
pendidikan yang lebih tinggi
belum memadai yang ditandai
dengan APS yang semakin
menurun dengan semakin
tingginya kelompok umur, dan
belum meratanya jumlah
tenaga pendidik yang ditandai
dengan variasi yang sangat
besar rasio murid dan guru
antar kabupaten/kota.
d. Capaian indikator kesehatan
angka harapan hidup (AHH)
untuk level provinsi mencapai
69,97
tahun
menempati
urutan lima terbawah dan
sedikit berada di bawah angka
nasional. Jika ditinjau secara
spasial,
terjadi
ketidakmerataan pencapaian
angka harapan hidup antar
kabupaten/kota.
e. Capaian indikator ekonomi
yang
berupa
daya
beli/purchasing power parity
(PPP) untuk level provinsi
mencapai 651,37 ribu atau
urutan kedua setelah Provinsi
Riau. Tantangan dibidang
ekonomi
yang
dapat
diidentifikasi antara lain belum
meratanya
sarana
dan
prasarana
penunjang
pembangunan
ekonomi,
investasi yang bias ke wilayah
perkotaan,
akses
yang
terbatas untuk kabupaten
tertentu
seperti
Lingga,
Kepulauan Anambas, dan
Natuna.
Daftar Pustaka
BPS. 2008. Indeks Pembangunan manusia 2006-2007. Jakarta
BPS. 2013. Indeks Pembangunan manusia 2012. Jakarta
BPS Provinsi Kepulauan Riau. 2008. Kepulauan Riau Dalam Angka. Tanjungpinang.
BPS Provinsi Kepulauan Riau. 2013. Indikator Kesejahteraan Rakyat Kepulauan Riau 2012.
Tanjungpinang.
BPS Provinsi Kepulauan Riau. 2013. Profil Ketenagakerjaan Kepulauan Riau 2012.
Tanjungpinang.
BPS Provinsi Kepulauan Riau. 2013. Data dan Informasi Kemiskinan Kepulauan Riau Tahun
2012. Tanjungpinang.
BPS Provinsi Kepulauan Riau. 2013. PDRB Kepulauan Riau Menurut Lapangan Usaha 20082012. Tanjungpinang.
BPS Provinsi Kepulauan Riau. 2013. Statistik Daerah Provinsi Kepulauan Riau 2013.
Tanjungpinang.
BPS Provinsi Kepulauan Riau. 2013. Indikator Ekonomi Kepulauan Riau tahun 2013.
Tanjungpinang.
BPS Provinsi Kepulauan Riau. 2014. Analisis Sektor Unggulan Kepulauan Riau 2013.
Tanjungpinang.
Glassburner B dan Chandra A, 1979: Teori dan Kebijaksanaan Ekonomi Makro, LP3ES, Jakarta
Effendi DP, 1992. ICOR, Stok Kapital, dan ILOR, BPS, Jakarta.
Tjokroamidjojo B, 1976, Perencanaan Pembangunan, Gunung Agung, Jakarta
Widodo, Hg. Suseno Triyanto, 1990. Indikator Ekonomi Dasar Perhitungan Perekonomian
Indonesia. Kanisius. Yogyakarta
57
Download