Editorial Reformasi birokrasi, sepenggal kata majemuk namun memiliki energi maha dahsyat untuk memperbaiki sebuah institusi, memiliki sebuah dimensi tersendiri, dimensi yang hanya dapat dimasuki oleh orangorang yang siap dan terpilih, untuk mentransformasikan dirinya menjadi lebih baik, Reformasi Birokrasi tidak pernah pandang bulu. untuk masuk dalam area reformasi birokrasi adalah orangorang yang memang bersedia untuk di install ulang mindset berpikir, tata kerja, sikap dan profesionalisme dalam bekerja, Itulah aksioma pada diri seorang aparat BPS. Tidak bisa ditolak, tidak dapat dipungkiri, bahkan berdiam diri pun kita tidak dapat, karena kita akan melaju bersama kereta perubahan BPS. Semangat dan inspirasi dalam bekerja menuntun seseorang pada profesionalisme yang handal. Etos kerja sudah lumrah di jalankan dalam setiap ruang pekerjaan, siapapun Mereka dan apapun jabatan Mereka sangat diperlukan Etos kerja sebagai sebuah mesin kendali yang luar biasa, tanpa etos kerja yang memadai Salah satu indikator akuntabilitas reformasi birokrasi di BPS dalam hal peningkatan kualitas pelayanan publik menuntut adanya outcome yaitu pemangku kepentingan (stakeholder) semakin percaya, terlayani dengan berbagi jenis kebutuhan data statistik termasuk masalah inflasi, sebagai contoh belum optimalnya pemanfaatan data hasil survei di Bidang Statistik Distribusi adalah belum ada pemanfaatan data hasil survei Harga Perdagangan Besar (HPBS) dan survei Harga Perdagangan Besar Konstruksi (HPBK) atau kedua survei tersebut lebih dikenal dengan istilah survei harga perdagangan besar. Maka dari itu sangat mungkin untuk melakukan pengembangan sajian data statistik pada level harga perdagangan besar. Harapannya adalah adanya Indeks Harga Perdagangan Besar (IHPB) Provinsi Kepulauan Riau, mampu menjadi suatu early warning system untuk mendeteksi lebih awal fenomena inflasi di Provinsi Kepulauan Riau (khususnya Kota Batam dan Tanjungpinang). Data penduduk merupakan suatu data yang banyak 1 sekali digunakan baik dalam penentuan jumlah anggota DPRD, Besaran DAU, penentuan PDRB, dan penentuan beberapa indikator sosial lainnya, Oleh karena itu, penting bagi kita sebagai penyedia data untuk memberikan informasi yang lebih akurat terkait data, khususnya di Provinsi Kepulauan Riau dan kabupaten/kota di dalamnya. Dalam lingkup yang sangat luas, bukan hanya data IHPB ataupun jumlah penduduk, seluruh data sangat diperlukan dalam pembangunan sehingga data yang disajikan harus terpercaya untuk semua. 2 Diterbitkan Oleh: Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Kepulauan Riau Pembina: Drs Dumangar Hutauruk, M.Si Pengarah: Kabid dan Kabag BPS Provinsi Kepulauan Riau Pemimpin Redaksi: Agus Muslim Penyunting: Eling Kusnandar Reformasi Birokrasi Tak Sekedar Remunerasi R eformasi Birokrasi. Sepenggal kata majemuk namun memiliki energi maha dahsyat untuk memperbaiki sebuah institusi. Ia memiliki dimensi tersendiri. Sebuah dimensi yang hanya dapat dimasuki oleh orang-orang yang siap dan terpilih, untuk mentransformasikan dirinya menjadi lebih baik. Reformasi Birokrasi tidak pernah pandang bulu, tidak memihak kepada golongan dan juga tidak berpaling pada hubungan famili ataupun sahabat dekat. Orang yang terpilih (Nur Ikhlas, SST---BPS Kab. Natuna) untuk masuk dalam area reformasi birokrasi adalah orang-orang yang memang bersedia untuk di install ulang mindset berpikir, tata kerja, sikap dan profesionalisme dalam bekerja. Reformasi Birokrasi adalah sebuah sistem baru yang sangat 3 cocok untuk iklim bekerja di era lama untuk sebuah perubahan globalisasi saat ini. fundamental. Saat ini, di tubuh Badan STATCAP CERDAS adalah Pusat Statistik RI termasuk BPS wujud nyata keseriusan Badan Propinsi Kepulauan Riau sedang Pusat Statistik RI dalam menjawab mengambil tantangan melakukan momentum Birokrasi. STATCAP CERDAS di bangun atas Hal ini bukan sekedar lagi wacana, empat pilar utama, yaitu : Kualitas namun sudah di implementasikan Data Statistik, Teknologi Informasi dalam bentuk program nyata yaitu dan STATCAP Sumber CERDAS Building (Statistical Change and Komunikasi, Daya Penataaan Manajemen Manusia dan Kelembagaan. Jika Reform for the Development of sejenak kita mencermati empat Statistics). gejolak pilar pembentuk STATCAP CERDAS, Reformasi Birokrasi di BPS telah maka akan terbayang dimasa yang dimulai sejak tahun 2009, saat akan pertama organisasi Bahkan kalinya dicetuskan datang sebuah desain modern, yang pembentukan tim untuk STATCAP mengedepankan produktifitas dan CERDAS. Sehingga jika kita tarik kesempurnaan. Bagaimana tidak! mundur dari tahun 2014 hingga dengan dirumuskannya empat pilar 2009, maka perjalanan reformasi tersebut, birokrasi di tubuh BPS, telah mereformasi berjalan setengah dasawarsa. aspek pada setiap sudut pandang Bukan waktu yang dapat dibilang dirinya. Dari segi pekerja, dari segi instrumen, 4 Reformasi Birokrasi. Capacity Reformasi untuk maka BPS total dari akan keseluruhan segi kekuatan hukum institusi, yang kesemuanya Jikalau boleh menilai, maka saya akan bermuara pada peningkatan akan menjawab 75 persen efektif. kualitas data atau output. Saya berani untuk menilai dengan Bahasa sederhananya, ibarat orang mencari ikan dilaut maka BPS bukanlah lagi nelayan yang menggunakan perahu dayung atau sampan, dengan kail sederhana dan wilayah pancingan hanya di bibir pantai, sehingga ikan yang didapatkan pun sesuai dengan keterbatasannya. Akan tetapi BPS kekinian adalah seorang nelayan modern, terdidik yang menggunakan kapal besi dengan standar tersebut bukan karena over estimate, namun saya memiliki alasan tersendiri akan hal tersebut. Perlu kita sadari bersama bahwa dalam usianya yang masih dapat dikatakan balita, STATCAP CERDAS telah mampu memberikan dampak yang nyata untuk reformasi birokrasi di BPS RI. Hanya dalam tempo lima tahun, BPS dapat mentransformasikan dirinya menjadi sebuah organisasi modern. mesin turbo, alat tangkap sistem Pertama, dari segi automatically machine dan wilayah manajemen sumber daya manusia. pancingan berada di lautan lepas, BPS mulai berbenah dalam tataran yang tentunya hasil tangkapan jauh produktifitas berkali lipat dibandingkan nelayan Aparatur Sipil Negara (ASN). Mesin di bibir pantai. handkey dan CCTV yang terpasang Pertanyaan berikutnya adalah sudah seefektif apakah perjalanan reformasi birokrasi dengan STATCAP CERDAS-nya di BPS ??. dan kedisiplinan di seluruh satker BPS se-Indonesia, sudah cukup pembenahan untuk menjawab ini. Mekanisme punishment untuk ketidaksiplinan, 5 peningkatan kualitas dan kuantitas dalam diri aparatnya. Yups..itulah fungsional BPS RI, Capaian kinerja dia, nilai inti perilaku insan BPS pegawai (CKP), Analisis Beban Kerja atau sering dikenal dengan istilah (ABK), Sasaran Kinerja Pegawai Core Value BPS. (SKP), Standar Kompetensi Jabatan (SKJ), jenjang karir yang tertata dan jelas alurnya, beasiswa untuk studi lanjutan baik S2 bahkan S3, pola BPS memiliki 14 core value yang sering disebut Profesional, Integritas dan Amanah. Adapun penerimaan Profesional pegawai terdiri yang Kompeten, transparan Efektif, dengan Efisien, mengutama Inovatif, dan kan kualitas Sistemik. pendaftar, Kemudian dan Integritas peningkatan kesejahteraan ASN BPS dengan remunerasi, telah menjawab BPS sedang melakukan reformasi di sisi aparatnya. Belum berhenti sampai disitu, seyogyanya BPS juga memiliki jargon utama 6 atas nilai-nilai modern, bahwa --PIA-- yang diwajibkan tertanam kuat memiliki nilai-nilai Dedikasi, Disiplin, Konsisten, Terbuka dan Akuntabel. Sedangkan Amanah memiliki nilainilai Terpercaya, Jujur, Tulus dan Adil. Jika setiap insan BPS dapat menyulingkan ke-14 core value ini ke dalam karakternya, maka dapat Meminimalkan penggunaan kertas dipastikan ia akan menjadi aparat dan memaksimalkan penggunaan paripurna, aparat yang terpilih email juga menadai perubahan untuk masuk ke dalam gerbong teknologi pada BPS, dari teknologi kereta perubahan BPS. Itu pertama klasik menjadi teknologi modern. dari sisi manajemen sumber daya manusia. Hal ini mencerminkan bahwa secara tersirat, BPS sedang Kedua dari segi teknologi berusaha untuk mengentaskan Informasi dan Komunikasi. Boleh buta teknologi bagi setiap ASN BPS. dikatakan bahwa dalam 5 tahun One man one PC sudah mulai terakhir ini, BPS mulai menerapkan terealisasi, meskipun belum 100 high-teknologi persen. Pengadaan laptop untuk kegiatannya. ketika dalam Contoh sederhana Penduduk pemberian tablet untuk kantor ataupun Sensus Pertanian 2013, mencacah, pembuatan BPS sudah mulai menggunakan dengan perangkat Global Position pelaporan dengan sistem short System (GPS), serta pengadaan message service (SMS) agar lebih jaringan satelit cepat daerah remote terupdate perkembangan survey/sensus Penggunaan 2010 KSK, operasional hasil Sensus setiap fasilitas dilapangan. internet untuk dalam peta daerah- area juga mengindikasikan bahwa BPS tidak menginginkan lagi excuse bagi sebagai media untuk monitoring satker tertentu hanya di karenakan kualitas, baik kegiatan Susenas kendala geografis. Dengan adanya ataupun kegiatan survey lainnya satelit, tidak ada lagi alasan untuk juga tidak mulai kerap digunakan. tepat waktu dalam 7 pengiriman hasil pengolahan via untuk melihat perubahan pada BPS email, tertinggal adalah pada sisi gedungnya. Karena perkembangan terbaru dari BPS RI. ini yang tampak dari luar secara Seluruh satker BPS se-Indonesia kasat mata. Penyediaan kendaraan juga diwajibkan memiliki website dinas baik di tingkat KSK maupun sebagai tataran ataupun salah satu jendela komunikasi BPS dengan para pengguna data. Quick count ditingkatkan pun mulai kualitas dan kuantitasnya. Ini semua dilakukan dengan teleconference juga sudah untuk menjadi hal yang rutin dilakukan. data yang baik. Selain infrastruktur, Ini menunjukan bahwa reformasi BPS birokrasi dengan STATCAP CERDAS perangkat lunak berupa undang- memberikan efek domino yang undang dan Perka BPS RI untuk baik bagi perkembangan teknologi semakin memperkuat kelembagaan dan komunikasi di BPS. institusi BPS. Hal ini terlihat dari Ketiga, kelembagaan. telah dengan dari penataan STATCAP CERDAS melakukan perubahan adanya revitalisasi menunjang juga ketersediaan mengembangkan penerimaan pegawai BPS dengan spesifikasi hukum dan tata administrasi yang mulai di tambah kuotanya. infrastruktur baik di Pusat maupun 8 eselon Keempat adalah didaerah. Gedung kantor yang peningkatan kualitas data statistik. memiliki desain modernis, dan Dari serupa seluruh Indonesia menjadi CERDAS, maka peningkatan kualitas icon perubahan di tubuh BPS. Bagi data statistik adalah pilar wajah khalayak umum, hal paling mudah BPS di mata masyarakat luas. SDM keempat pilar STATCAP boleh ok, teknologi informasi modern. Itu semua belum cukup mantap, kekuatan kelembagaan untuk mengubah cara pandang cukup perkasa, namun ketika data masyarakat kepada BPS ataupun output yang dihasilkan disertai bukti konkret. Pola pikir jauh dari estimasi masyarakat luas, masyarakat cukup sederhana saja, maka bahwa jika data BPS sudah mendekati STATCAP CERDAS masih terasa akurat dengan kondisi sebenarnya, pincang dan buta. Jika diibaratkan maka masyarakat akan percaya sebuah mobil, data statistik adalah kredibilitas BPS. Mendekati saja rute atau tujuan dari sebuah sudah perjalanan. Tanpa sebuah tujuan, Pengakuan dari masyarakat, bukan maka mobil yang dikendarai akan berarti bahwa kita insan BPS harus melaju tanpa arah, dan hanya akan memenuhi seluruh keinginan dan menghabiskan bahan bakar tanpa persepsi masyarakat. Tetapi mendapatkan minimal, sebagian besar dapat dikatakan sesuatu apapun. cukup tanpa bagi masyarakat. Semuanya akan menjadi hal yang masyarakat percaya dengan data sia-sia. BPS itu sudah cukup melegakan Masyarakat belum terlalu mengerti tentang jika kita mutakhirnya sampaikan teknologi kita. Pilar keempat ini menjadi icon utama perubahan BPS melalui STATCAP CERDAS. yang telah dipakai BPS, ataupun Pada tahun 2014 ini, BPS RI kita yakinkan masyarakat bahwa mulai melakukan fokus khusus aparat-aparat BPS telah memiliki untuk jiwa PIA, ataupun kita tunjukkan pada pilar keempat. Dibandingkan bahwa gedung kantor BPS telah tiga pilar lainnya, pilar keempat ini melakukan pembenahan 9 memang dapat dikatakan sedikit data untuk peningkatan Teknologi tertinggal. Hal itu wajar dan dapat dan dimaklumi, karena pilar keempat Kesejahteraan dan Pengembangan ini adalah muara dari ketiga pilar Pegawai untuk manajemen Sumber lainnya. Jika ketiga pilar lainnya Daya Manusia serta Bagian Hukum berjalan baik dan maksimal, maka dan Organisasi hal kelembagaan. Ini menandakan BPS tersebut akan sangat Komunikasi, membantu untuk memaksimalkan sudah pilar yang keempat. SDM berjiwa meningkatkan PIA, statistik. teknologi modern, infrastruktur terpenuhi maka logika linear yang kita pakai, tentunya akan mengarahkan terwujudnya data yang berkualitas. bersiaga Propinsi mencoba Transformasi baru ini, bagaimana Statistik. akan kualitas data Kepulauan Riau. Dalam tiga tahun terakhir ini, BPS Bina bagian untuk jajaran insan BPS, tidak terkecuali Propinsi yaitu satu birokrasi telah menjalar diseluruh satuan kerja baru dibawah Biro Program, untuk penataan Gelora semangat reformasi BPS Tahun ini, BPS menambah Bagian Kepulauan Riau melakukan telah beberapa Segmen pembenahan di berbagai sisi, baik untuk teknis maupun administrasi. Salah pilar satunya dari sisi Ketatausahaan. Ciri fokus meningkatkan yang keempat yaitu peningkatan perubahan kualitas data statistik. Sedangkan mekanisme tiga pilar lainnya sudah terlebih pendampingan. Laporan SPI, E- dahulu audit ditangani oleh Subdirektorat Pengembangan basis 10 BPK, adalah pengontrolan Progress adanya dan report kegiatan, rekap absensi dan CKP selalu dimonitor setiap awal bulan, Empat pilar yang berdiri Pendampingan dari BPS Propinsi tegap Kepulauan BPS birokrasi di BPS, akan kembali Kabupaten/Kota juga sangat terasa. memperlihatkan magic nya untuk Apalagi jika berhubungan dengan lima tahun ke depan. Tentu, kita keuangan. Hal ini menjadi sangat sebagai insan BPS harus ikut ambil baik dan efektif untuk mencegah peran sedini perubahan di instansi kita. Jika Riau kepada mungkin terjadinya kesalahan. dapat terus di langgengkan oleh Propinsi Meskipun dalam reformasi perwujudan diawal saya mengatakan, hanya Semoga hal baik seperti ini BPS menyangga Kepulauan awalnya Riau. BPS Kabupaten/kota merasa terpaksa dan tertekan untuk memenuhi tuntutan reformasi birokrasi BPS Propinsi Kepulauan Riau, namun semakin lama hal baik seperti itu orang terpilihlah masuk dalam yang mampu area reformasi birokrasi, maka kita sebagai aparat BPS bukan lagi menjadi orang yang terpilih, namun mau tidak mau, suka tidak suka, kita akan dipaksa untuk menjadikan diri kita, menjadi orang yang layak untuk masuk dalam gerbong perubahan BPS. justru akan menjadi karakter bagi Itulah aksioma pada diri setiap aparat BPS Propinsi Kepri. seorang aparat BPS. Tidak bisa Ibarat tresno ditolak, tidak dapat dipungkiri, jalarane seko kulino. Perubahan bahkan berdiam diri pun kita tidak memang membutuhkan waktu dan dapat, karena kita akan melaju kesabaran. bersama kereta perubahan BPS. pepatah witing Bukan lagi kereta kelas ekonomi, 11 namun kereta yang kita pakai saat ini adalah executive class. Apakah kita mampu ?? good question. Jawabannya mampu tanpa kita sadari, sekali lagi mampu tanpa kita sadari. Apakah kita termasuk yang mengundurkan diri dari BPS setelah di gaungkannya reformasi pelaksanaan birokrasi di BPS?? Ternyata hingga detik ini pun, kita masih berada didalam kereta ini, padahal kereta perubahan ini sudah berjalan lebih lima tahun. Kita tidak menyadarinya bukan? Ternyata kita mampu. Sebagai penutup. Selamat merayakan Hari Statistik Nasional, lanjutkan perjuangan merevolusi BPS untuk menjadi lebih baik, dan melesat secepat mata memandang. Jadi tidak salahkan, jika saya katakan Reformasi Birokrasi bukan sekedar remunerasi ?? ….. Sekian. 12 akuntabilitas reformasi birokrasi di BPS dalam hal peningkatan kualitas pelayanan publik menuntut adanya outcome yaitu pemangku kepentingan (stakeholder) semakin percaya, terlayani dengan berbagi jenis kebutuhan data statistik. (Rahmad Iswanto) D alam era reformas i birokrasi sekarang ini, tentu saja tuntutan terhadap kinerja Badan Pusat Statistik (BPS) semakin meningkat sehingga produk yang dihasilkan BPS sedapat mungkin bisa diakses oleh pengguna data secara cepat, lebih baik, lebih mudah dan lebih murah. Salah satu indikator Dalam rangka otonomi daerah, dimana potensi daerah benarbenar digali, tentunya kebutuhan akan data statistik semakin diperlukan dalam melakukan pembangunan. Dengan adanya pergeresan perencanaan pembangunan ke pemerintah daerah maka terjadilah format permintaan data dan indikatorindikator. Jika selama ini data dan indikator-indikator yang tersedia umumnya sampai dengan tingkat nasional, maka terjadilah peningkatan permintaan data dan indikator- “Berharap IHPB Menjadi Early Warning System Angka Inflasi Kepulauan Riau” 13 indikator yang menghendaki ketersediaan data sampai dengan tingkat provinsi, kabupaten/kota, dan bahka sampai tingkat pemerintahan yang terkecil, sehingga pembangunan dapat direncanakan dengan berdaya guna dan berhasil guna. Disinilah kembali BPS dituntut untuk dapat memenuhi kebutuhan data yang semakin bermutu dan tepat waktu. BPS secara bertahap telah melakukan reformasi birokrasi yang dimulai sejak tahun 2010 BPS telah mencanangkan semangat perubahan melalui Statistical Capacity Building: Change and Reform for the Development of Statistical atau yang kita kenal sebagai Statcap Cerdas. Empat pilar dasar sebagai landasan perubahan yakni Sumber Daya Manusia (SDM), tehnologi informasi dan komunikasi, kelembagaan, dan bermuara pada pilar paripurna, yakni kualitas data. SDM sebagai pilar dasar tentunya memegang peran paling penting karena tata kelola dan kendali institusi menjadi tanggung-jawab para SDM-nya. SDM yang kompeten dan profesional 14 merupakan salah satu kunci keberhasilan pelaksanaan Statcap Cerdas secara menyeluruh. Perubahan perilaku, pola pikir, dan budaya kerja setiap pegawai BPS haruslah mengikuti pola perubahan yang telah dicanangkan yang terangkum dalam nilai-nilai inti yakni Profesional, Integritas, dan Amanah (PIA). Khusus pada Bidang Statistik Distribusi BPS Provinsi Kepulauan Riau, beberapa tugas dan fungsi pokok yang dilakukan adalah membantu Kepala BPS Provinsi dalam melaksanakan pembinaan penyusunan publikasi statistik distribusi dalam bentuk buku publikasi; serta melaksanakan, mengembangkan dan meningkatkan layanan statistik distribusi. Terkait dengan hal tersebut, Bidang Statistik Distribusi BPS Provinsi Kepulauan Riau sejauh ini telah menghasilkan publikasipublikasi data terkait statistik distribusi dan Berita Resmi Statistik (BRS) dalam agenda pers rilis setiap bulan. Terkait tugas pokok untuk mengembangkan statistik distribusi, tentu saja masih banyak program-program yang dirasakan belum optimal dalam memenuhi tuntutan permintaan data yang semakin kompleks. Sebagai gambaran belum optimalnya ketersediaan data statistik distribusi adalah pada penyediaan statistik harga sejauh ini baru mampu menyajikan statistik harga konsumen yang lebih dikenal dengan nama inflasi. Padahal selain statistik harga konsumen masih ada level statistik harga yang lain, yaitu statistik harga perdagangan besar dan statistik harga produsen. Tantangan untuk menyajikan data harga selain statistik harga konsumen (inflasi) tentu saja menjadi sangat penting guna menjawab dan memenuhi tuntutan stakeholder internal (Bidang Neraca Wilayah dan Analisis) maupun stakeholder eksternal (Pemerintah Daerah, kontraktor, dan lain-lain). Dengan latar belakang kondisi sekarang ini, kemudian muncul pertanyaan “apakah Bidang Statistik Distribusi BPS Provinsi Kepulauan Riau sudah optimal dalam menggali dan memanfaat data hasil survei untuk disajikan suatu produk yang lebih bermanfaat? Apakah Bidang Statistik Distribusi BPS Provinsi Kepulauan Riau sudah mampu memberikan pelayanan prima dengan dengan berbagi jenis kebutuhan data statistik? Apakah Bidang Statistik Distribusi BPS Provinsi Kepulauan Riau sudah memanfaatkan hasil survei harga untuk menjadi produk berupa indeks harga selain inflasi? Maka dari itu sangat mungkin untuk melakukan pengembangan sajian data statistik pada level harga perdagangan besar. Harapannya adalah produk baru yang nantinya dihasilkan dari proyek perubahan dengan mewujudkan suatu Indeks Harga Perdagangan Besar (IHPB), menjadi suatu Indeks harga dikenal luas oleh stakeholder sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan kinerja dan layanan data statistik, khususnya di Bidang Statistik Distribusi. Pertimbangan utama munculnya ide penyusunan IHPB Provinsi Kepulauan Riau didasarkan pada ketersediaan data dasar harga perdagangan besar yang lebih 15 memadahi dibandingkan dengan ketersediaan data harga produsen. Pertimbangan lainnya adalah IHPB juga merupakan salah satu indikator yang dapat digunakan untuk: a) Sebagai deflator dalam penghitungan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB); b) Eskalasi harga suatu proyek konstruksi; c) Menganalisa perkembangan perekonomian secara umum; d) Menganalisa tingkah laku harga lainnya yang ada hubungannya dengan harga perdagangan besar; e) Menganalisa situasi pasar dan situasi moneter. Kegiatan survei pada Bidang Statistik Distribusi BPS Provinsi Kepulauan Riau sekarang ini semakin kompleks dan beragam dengan deadline yang ketat. Bidang Statistik Distribusi dituntut untuk menghasilkan publikasi-publikasi data terkait statistik distribusi dan Berita Resmi Statistik (BRS) dalam 16 agenda pers rilis setiap seperti: BRS inflasi, statistik impor, statistik wisatawan negara, dan Nilai Tukar (NTP). bulan, ekspor manca Petani Dengan rutinitas pekerjaan pencacahan dan pengolahan survei yang padat serta jadwal penyelesaian publisitas yang ketat, telah mengakibatkan berkurangnya kreatifitas dan inovasi untuk menghasilkan produk-produk statistik baru dari hasil kegiatan survei. Dengan kata lain bahwa masih ada data dasar yang dihasilkan dari kegiatan survei yang belum dimanfaatkan secara optimal. Sebagai contoh belum optimalnya pemanfaatan data hasil survei di Bidang Statistik Distribusi adalah belum ada pemanfaatan data hasil survei Harga Perdagangan Besar (HPBS) dan survei Harga Perdagangan Besar Konstruksi (HPBK) atau kedua survei tersebut lebih dikenal dengan istilah survei harga perdagangan besar. Maka dari itu sangat mungkin untuk melakukan pengembangan sajian data statistik pada level harga perdagangan besar. Harapannya adalah adanya Indeks Harga Perdagangan Besar (IHPB) Provinsi Kepulauan Riau, mampu menjadi suatu early warning system untuk mendeteksi lebih awal fenomena inflasi di Provinsi Kepulauan Riau (khususnya Kota Batam dan Tanjungpinang). Apabila fenomena inflasi dapat dideteksi secara lebih dini maka Pemerintah Daerah dapat menentukan langkah-langkah strategis pengendalian inflasi di Provinsi Kepulauan Riau, khususnya Kota Batam dan Tanjungpinang sebagai dua kota di Kepulauan Riau yang masuk dalam penghitungan inflasi nasional. Semoga dengan ide dan pemikiran kecil/sederhana, yaitu dengan menjadikan dan menerbitkan IHPB Provinsi Kepulauan Riau sebagai corong awal deteksi nilai inflasi, dengan harapan fenomena kenaikan harga-harga secara umum (inflasi) di Provinsi Kepulauan Riau (khususnya Kota Batam dan Tanjungpinang) dapat terjelaskan penyebab-penyebabnya. Penulis menyadari bahwa pemikiran ini tidaklah sesederhana seperti membalikan sebuah tangan. Namun dengan semangat perubahan tentunya akan menjadi lebih mudah untuk dijalankan manakala dilakukan dengan fokus, bersama-sama, dan penuh komitmen. Satu tekad yang harus diyakini bahwa semangat perubahan harus lakukan secara bersama-sama, saling mengingatkan, sehingga semangat perubahan selalu melekat kuat pada setiap insan BPS dimanapun berada. Semoga visi BPS sebagai pelopor data statistik terpercaya untuk semua dapat terwujud, dan BPS benar-benar menjadi satusatunya institusi yang menghasilkan: “Data Mencerdaskan Bangsa”. 17 S emangat dan inspirasi dalam bekerja menuntun seseorang pada profesionalisme yang handal. Dengan adanya semangat maka akan terinspirasi kajian kajian dan analisa pekerjaan untuk Etos Kerja Menuju menjadikan hasil pekerjaan itu sebagai sesuatu yang patut di banggakan dihadapan publik. Etos kerja sudah jalankan dalam pekerjaan, siapapun apapun jabatan lumrah setiap ruang Mereka Mereka di dan sangat Data Terbarukan diperlukan Etos kerja sebagai sebuah mesin kendali yang luar biasa, tanpa etos kerja yang memadai dipastikan kualitas suatu pekerjaan akan sia – sia dan prestasi kerja akan menuai ejekan. Sebagai lembaga pemerintah yang khusus menangani pekerjaan – pekerjaan sensus dan survei yang 18 (Sudarmanto KSK Kec Tanjungpinang Timur) independent untuk kajian pemerintah utama dibalik aktualnya data menjadi dalam rujukan khusus untuk menghasilkan mengambil kebijakan pembangunan, Badan Pusat Statistik Provinsi Kepulauan Riau kedepan akan semakin berat tugas dan tanggung jawabnya dalam menyajikan data – data yang akurat dan transparan kepada publik. Pengguna data yang semakin meningkat dan kesadaran masyarakat luas akan pentingnya data data – data yang berkualitas. BPS menjadi pelopor utama dalam menyajikan data yang berkualitas untuk semua dan diharapkan mampu menyumbangkan karya – karya terbaik untuk perencanaan pembangunan di masa depan. diharapkan akan semakin memacu Perjuangan akan sangat panjang kenerja dan Etos kerja di lingkungan untuk menghasilkan data – data yang Badan up to date dan kaitannya dengan Pusat Statistik provinsi semangat Etos kerja insan – insan Kepulauan Riau. Data akan semakin luas pengaruhnya jika dibarengi dengan kualitas data itu sendiri yang semakin statistik dalam menjalankan kewajibannya terhadap bangsa dan negara. up to date dan bukan data yang limit. Prinsip dasarnya sederhana sekali Kualitas data diatas segalanya yang untuk menghasilkan ukuran – ukuran akan mampu mendongkrak pola pikir pekerjaan yang menghasilkan data masyarakat untuk percaya dengan terbarukan sebagai berikut : data – data yang di publikasikan BPS. 1. Pengabdian Menuju data yang terbarukan 2. Kualitas tidak semudah merancang metodologi 3. Prestasi survei atau sensus, bahkan lebih sulit dari konsep – konsep dan definisi dalam suatu teori ilmiah. Peran pelaku Coba andai saja kita sepelekan ke 3 (tiga) hal diatas dan menjadi 19 rangkuman – rangkuman sebagai Tidak semua kebijakan – kebijakan berikut : Pengabdiannya meragukan, yang Kualitasnya buruk dan Prestasinya dilingkungan BPS memalukan. Siapapun Mereka akan nilai – nilai keadilan dan kemanusiaan, sangat tidak punya nilai apa –apa bahkan beberapa pegawai kita masih ketika publik berpandangan seperti resah menunggu mutasi – mutasi yang diatas. tidak bisa diprediksi. Sebagai abdi negara dan Abdi perilaku insan –insan statistik di wujudkan dengan semangat dan tanggung jawab penuh terhadap negara. Semangat harus sesuai yang dibangun dengan sistim pemerintahan yang ada, dan disiplin dalam menjalankan kewajiban adalah nafas yang utama insan – insan BPS. Sebagai abdi negara juga dituntut untuk terus mempunyai inofasi – inofasi dalam berkarir. Pemangku kebijakan mulai dari pejabat eselon 4 sampai eselon mempunyai pejabat – pejabat sudah memenuhi Nilai – nilai kesepahaman dan 1. Pengabdian masyarakat diambil 1 harus pola pikir kemampuan berkomunikasi yang baik pegawai BPS umumnya dan pejabat BPS khususnya mutlak di sinergikan untuk menghindari konflik – konflik intern yang nota bene akan berpengaruh pada kemampuan dan kualitas pekerjaan. Hal – hal yang dirasa kurang pas dan tidak pada tempatnya sudah seharusnya di masukan ke keranjang sampah, kebijakan yang manusiawi dan mempunyai kualitas dan pengaruh yang tinggi akan semakin di hormati. mampu Menjadi abdi negara bukanlah yang suatu hal yang harus di banggakan, membangun dan bukan berdasarkan bekerja asumsi kebijakan emosi. sesuai dengan tugas pokok dan fungsi dengan semangat penuh akan semakin berarti jika semua 20 pegawai BPS dapat mencermati dengan hati. Semangat pengabdian inilah yang akan menjadi embrio dalam menyusun pola –pola pekerjaan untuk kualitas data yang terpercaya dan terbarukan. 1. Kualitas Ukuran – ukuran kualitas data yang disajikan tentunya harus sesuai dengan keadaan yang umum terjadi, semisal saja pada bulan – bulan perayaan Idul Fitri dimana banyak arus maksimal, cobalah pengawasan tersebut dilakukan dengan berlapis lapis dan dilaksanakan dilapangan ketika survei berlangsung, sehingga pengawas memahami kendala dan kesulitan dilapangan bukan di meja kerja. Beberapa survei ada yang serius pengawasannya, tetapi di bagian lain hanya numpang lewat saja. Hal seperti ini harus diluruskan agar tidak terlalu jauh dalam melakukan pengawasan – pengawasan yang dampaknya akan berpengaruh pada kualitas data. uang dan barang yang berputar di Banyak cara – cara lain untuk masyarakat tentunya sedikit banyak menjadikan kualitas data semakin akan mendongkrak nilai inflasi di suatu baik, kota. dokumen Konsep kualitasnya sudah jelas kemana trend data tersebut akan berbunyi, hanya saja akar masalahnya adalah pelaku – pelaku data tersebut apakah sudah bekerja sesuai kaidah – kaidah yang digariskan atau dalam bahasa birokrasinya SOP (standard operating procedur). Pengawasan –pengawasan yang selama ini dilakukan BPS belum keterlambatan memerlukan pemasukan dibeberapa sektor perhatian serius. Solusinya adalah menjadikan tanggal – tanggal tertentu sebagai hari khusus untuk menyelesaikan atau membantu tugas – tugas yang masih mangkrak ( terlambat), misal saja setiap tanggal 10 dijadikan hari Industri yang artinya semua kegiatan survei di bidang industri akan dibantu oleh seluruh pegawai BPS Kab/Kota untuk dapat 21 menyelesaikan pada hari itu, minimal tingkat pada hari itu ada respon massal dari waktunya terlalu lama setahun hanya pegawai untuk kegiatan industri dan sekali. keperdulian sesama pegawai terwujud, begitu juga untuk tanggal – tanggal lain di jadikan hari distribusi, neraca dll. KSK, walaupun rentang Pemberian reward juga tidaklah menutup kemungkinan diberikan kepada semua lapisan dan tingkatan pegawai dilingkungan BPS Kepulaun Sementara untuk kepala BPS Riau khususnya, taktik semacam ini (Kab/kota) jadikanlah satu hari dari akan mampu merubah sikap sebagian setiap bulannya untuk berkunjung ke besar pegawai dengan mengikat pada perusahaan/lembaga Psikology Mereka atas prestasi yang lain yang menjadi responden dan memastikan pernah dicapai. dokumen survei tidak terlambat, hal ini untuk menyandingkan dengan kewajiban kepala BPS propinsi setiap bulannya harus melakukan pers rilis. Pemberian reward dibeberapa perusahaan besar dengan rentang waktu hanya 3 (tiga) bulan saja, setiap tiga bulan itu akan lahir pegawai Kualitas pekerjaan juga tentunya dengan prestasi baru pada priode harus dibarengi dengan nilai – nilai tersebut. Bukanlah hadiahnya yang semangat Profesionalisme, Integritas diharapkan tetapi perhatian istimewa dan Amanah dan memicu 2. Prestasi data yang terbarukan bisa di rumuskan memberikan reward bagi setiap pegawai BPS yang berprestasi. Sudah dilakukan selama ini hanya pada 22 dari pegawai pimpinan untuk yang berbuat maksimal demi nama baik organisasi Poin terakhir dari ukuran – ukuran dengan khusus dan mewujudkan etos kerja yang berkepanjangan. Sepertinya tidak cukup untuk memberikan reward hanya kepada pegawai saja. BPS punya banyak terbaru yang akan dirilis BPS setiap sampel – bulannya, hal ini merupakan signal perusahaan di semua sektor, bagi kuat bagi BPS bahwa masyarakat perusahaan yang bijak dan memahami sudah mulai merasa ketergantungan permintaan seta dengan data – data yang dihimpun menyampaikannya tepat waktu perlu BPS. Tinggal lagi insan – insan BPS kiranya tempat harus mencermati dengan seksama berupa keadaan seperti ini yang artinya Kita mampu harus kerja lebih keras lagi untuk terhadap perusahaan data dari BPS mendapatkan tersendiri. Penghargaan Piagam saja mempererat sudah hubungan kerja dan menghasilkan produk – produk data kemitraan antara BPS dan perusahaan. BPS yang berkualitas dan up to date Dari uraian ke tiga ukuran – ukuran untuk menghasilkan data terbarukan di atas dapat dipahami bahwa penyajian data yang aktual tidaklah mudah adanya semangat pengabdian dilakukan yang tanpa – semangat tinggi terhadap negara, pengabdian tersebut akan memicu etos kerja yang tinggi, dengan etos kerja yang tinggi akan terwujud capaian – capaian data yang data yang dengan cara – cara dan ukuran ukuran yang telah disampaiakn diatas tadi sebagai pedoman menghasilkan data sederhana – data yang TERBARUKAN. Semoga opini yang sangat sederhana ini dapat menjadi inspirasi seluruh pegawai BPS Propinsi Kepulauan Riau untuk bekerja lebih maksimal lagi sebagai wujud pengabdian dan kewajiban terhadap Nusa dan Bangsa. berkualitas. Permintaan akan disajikan BPS semakin meningkat, bahkan beberepa pengambil kebijakan sudah menanti nantikan data - data 23 Menyikapi Perubahan Data Penduduk P enduduk, atau yang biasa disebut masyarakat oleh sosiolog, atau biasa disebut rakyat oleh orang politik, Umum), atau disebut massa oleh para salah satu pertimbangannya. aktivis, atau disebut umat oleh tokoh agama, namanya atau menurut bidangnya, apapun versi merupakan di sesuatu penduduk merupakan Tidak berhenti sampai di situ, perencanaan pada berbagai kepentingan dalam suatu pembangunan juga tidak terlepas yang penting bagi suatu daerah. dari Suatu negara yang mau berdiri dengan komposisinya. Di bidang ataupun wilayah yang mau mekar pendidikan, selalu adanya gedung sekolah di suatu daerah, penduduk, bahkan pada jumlah pertimbangan jumlah penduduk tertentu. Jumlah anggota DPRD di usia sekolah akan menjadi sebuah suatu acuan. mensyaratkan daerah pun sangat jumlah Di penduduk untuk sesuai membangun bidang kesehatan, tergantung pada berapa jumlah fasilitas kesehatan akan didirikan penduduknya. juga untuk bernama 24 membagi DAU Sampai-sampai "kue" (Dana yang Alokasi menimbang penduduknya. transportasi Di pun kepadatan bidang demikian, kebutuhan sarana transportasi Oleh karena itu, penting bagi akan disesuaikan dengan muatan kita sebagai penyedia data untuk penduduk di suatu daerah. Masih memberikan informasi yang lebih banyak akurat lagi memerlukan hal-hal yang penduduk sebagai bahan pertimbangannya. penduduk jumlah Riau dan kabupaten/kota di dalamnya. Hal akan ini bukan berarti bahwa selama ini mengevaluasi kita tidak pernah akurat dalam suatu capaian. Sebagai contoh menyampaikan jumlah penduduk yaitu dalam berbagai kesempatan. Yang digunakan juga dengan penduduk, khususnya di Provinsi Kepulauan Selain untuk perencanaan, jumlah terkait untuk segala indikator pembangunan yang di belakangnya terjadi dalam menggunakan kata "per kapita", terakhir ini seperti ubahnya PDRB per kapita, beberapa adalah jumlah tahun berubahpenduduk pendapatan per kapita, konsumsi kabupaten/kota, per kapita, luas lantai per kapita, perubahan dan sebagainya. Suatu capaian maupun berubahnya hasil akhir pembangunan dari yang melibatkan karena metode proyeksi yang proyeksi dilakukan. indikator sosial biasanya juga tidak Kondisi terpisahkan dengan jumlah ketiadaannya sikap resmi dari induk penduduk, yaitu untuk mendapatkan persentase dari BPS ini baik diperparah Kabupaten/Kota dengan terkait perbedaan ini serta belum adanya capaian tersebut, yang dalam hal petunjuk ini perubahan jumlah penduduk ini. akan dibandingkan dengan jumlah penduduk terpapar. dalam menyikapi Untuk memperjelas riwayat dari perkembangan jumlah 25 penduduk yang pernah muncul ke permukaan pasca hasil Sensus Penduduk 2010 (SP2010), tabel berikut perlu untuk dipelajari. Tabel 1. Jumlah Penduduk Hasil SP2010 dan Jumlah Penduduk Peruntukan DAU 2011-2013 Penduduk DAU SP2010 (Mei 2010) Kabupaten/Kota (1) 2011 (2) 2012 (3) 2013 (4) (5) Karimun 212.561 223.397 225.861 229.574 Bintan 142.300 149.554 151.510 154.616 Natuna 69.003 72.521 74.615 76.393 Lingga 86.244 90.641 91.054 91.378 Kep. Anambas 37.411 39.318 39.784 40.504 Batam 944.285 992.425 1.065.036 1.137.350 Tanjungpinang 187.359 196.910 199.618 203.981 1.679.163 1.764.766 1.847.478 1.933.796 KEPRI Tabel 2. Perbandingan Dua Hasil Rilis Jumlah Penduduk, 2010-2013 Kabupaten/ Kota (1) Rilis Proyeksi (kelompok umur) 2011 2012 (3) (4) 2013 (5) Juni 2010 (6) 2011 (7) 2012 (8) 2013 (9) Karimun 213.486 216.055 218.524 220.884 213.479 216.146 218.475 220.882 Bintan 142.991 145.125 147.187 149.176 143.020 145.057 147.212 149.120 Natuna 69.348 70.440 71.498 72.519 69.416 70.423 71.454 72.527 Lingga 86.518 87.009 87.465 87.887 86.513 87.026 87.482 87.867 Kep. Anambas 37.600 38.199 38.781 39.342 37.629 38.210 38.833 39.374 Batam 954.565 1.000.691 1.047.445 1.094.579 954.450 1.000.661 1.047.534 1.094.623 Tanjungpinang 188.308 191.291 194.189 196.986 188.309 191.287 194.099 196.980 1.692.816 1.748.810 1.805.089 1.861.373 1.692.816 1.748.810 1.805.089 1.861.373 KEPRI 26 Rilis Proyeksi Juni 2010 (2) Data Statistik Terpercaya Untuk Semua K dari etika disinggung akan maupun pentingnya data untuk memberikan data. Belum lagi statistik, semua orang ditemukannya beberapa series data berbagai institusi akan swasta berkeberatan dari suatu mengangguk tanda setuju. Ketika instansi/lembaga/perusahaan yang dipaparkan bahwa pembangunan tidak konsisten antar waktu. Ada yang benar harus berpijak pada pula data yang benar, rasanya tak akan bahwa soal data itu urusan BPS ada yang membantahnya. Namun tanpa menyadari bahwa data yang fenomena pihak yang yang menganggap dihasilkan oleh BPS terjadi ketika Badan bersumber dari Pusat Statistik pihak sebagai instansi bersangkutan. dengan tugas dan Mungkin apa yang tanggung jawab disampaikan besar untuk atas bukan sesuatu yang di mengkuantitatifkan hal-hal yang yang terjadi secara “masif dan kualitatif pada berbagai bidang terstruktur” di seluruh wilayah dirasakan kendala Indonesia namun setidaknya itu eksternal terjadi terutama pada ditemui dan menjadi permasalahan tahapan pengumpulan data. Sudah dalam menjadi hal klasik ketika sebuah pelopor data statistik terpercaya perusahaan untuk berbagai terutama yang mewujudkan semua. visi Kesadaran BPS akan berskala besar atau rumahtangga pentingnya data belum merata di elit atau instansi baik pemerintah semua komponen bangsa namun 27 disisi lain BPS harus mampu bagi pegawai BPS. Berbagai menyediakan data untuk semua. perlombaan dan kegiatan dari skala Harus ada upaya untuk menjadikan serius sampai skala gembira ria data statistik sebagai kebutuhan pelepas penat di sela-sela tugas dan bukan sekedar diselenggarakan di BPS seluruh kewajiban apalagi beban. Sebagai proses pelaku dalam menghasilkan data Indonesia. Hari Statistik bertujuan untuk yang mewujudkan masyarakat sadar statistik yang berkualitas harus diakui tantangan mestinya internal yang dihadapi BPS jauh menjadi menyempit hanya menjadi lebih berat. permasalahan jangkauannya Mulai dari milik satu instansi. Tengoklah pada sumber daya bulan September ini ada beberapa manusia baik jumlah, persebaran, hari nasional diantaranya maupun Olahraga kualitas. permasalahan luas Belum lagi teknis dalam pada tanggal Hari 9 September. Kita bisa merasakan penyelenggaraan kegiatan statistik bahwa geliat hari nasional ini yang masih menyisakan kendala. terekam di beberapa berita televisi dan terkabarkan di beberapa surat Hari Statistik untuk semua.... Tanggal September berita besar. Hari Statistik bisa ditetapkan sebagai hari statistik dijadikan momentum memberikan dan pencerahan bagi masyarakat luas, selalu 26 kabar, meskipun bukan sebuah diperingati secara meriah oleh setiap insan BPS. maupun Namun ada yang terasa kurang dari instansi/lembaga/perusahaan setiap tahun perayaannya. Hari untuk mampu sebagi penyedia Statistik seolah hanya menjadi hari data/reponden dan pengguna data 28 yang baik. (MOU) Nota Kesepahaman bisa dibangun berbagai dengan Berharap data memudahkan agar dalam pengumpulan pengorganisasian data. lebih proses STATCAP CERDAS.... instansi/lembaga penyedia pada STATCAP (Statistical CERDAS Capacity Change and Building Reform for dan Development of Statistics) menjadi Menjadi pintu masuk bagi perubahan secara sebuah sejarah emas jika suatu saat menyeluruh nanti Statistik internal BPS. Kehadiran Bagian dihadiri bapak presiden beserta Transformasi Statistik yang lebih jajarannya di tingkat pusat dan berkonsentrasi pada penanganan para kepala daerah di tingkat pilar ketiga STATCAP CERDAS yaitu provinsi kabupaten/kota. peningkatan kualitas data statistik Nasionalisasi Hari Statistik akan sangat diharapkan mempercepat membentuk kesadaran global dan upaya bukan kesadaran komunal terbatas Sayangnya, implementasi STATCAP pada tertentu. CERDAS dan Bagian Transformasi Pengelolaan dan pengorganisasian Statistik di daerah kurang terasa data tidak hanya kewajiban BPS gaungnya. tapi peringatan dan Hari kalangan perlu menjadi sebuah terhadap reformasi Harapan kinerja birokrasi. akan suksesnya CERDAS begitu kesadaran bersama. Hal ini akan STATCAP membawa dampak pada efiesien membumbung tinggi apalagi jika dan dikaitkan dengan melaksanakan tugas pokok dan berupa kenaikan fungsinya. remunerasi. Namun harus kita akui efektivitas BPS dalam imbal balik tunjangan sebagai insan BPS, masih banyak 29 perubahan pola pikir,perilaku dan di dunia nyata namun di dunia budaya maya. kerja yang penyesuaian. perlu Pendeknya Pendek kata, berbagai gebrakan dilakukan untuk mampu profesional, integritas dan amanah menyediakan kita perlu senantiasa diperbarui. untuk semua. data berkualitas Sebagaimana batere HP yang harus Dibalik berbagai terobosan dicharger secara berkala, batere yang dilakukan dalam Pelayanan PIA kita pun demikian. Program Statistik Terpadu ternyata masih STATCAP terasa adanya disparitas antara program CERDAS yang bukanlah berbatas waktu layanan di level BPS pusat dan namun suatu proses yang akan provinsi dengan kabupaten/kota. terus dilakukan sepanjang BPS Masih ditemui adanya tampilan masih ada demi tujuan mulia ruang perpustakaan yang kurang menghasilkan representatif, penataan buku yang data statistik terpercaya untuk semua. tidak sesuai standar kepustakaan, website yang belum terupdate dan Pelayanan Statistik Terpadu ...... sebagainya. Beberapa tahun belakangan untuk Agaknya kesadaran melayani dengan hati BPS mencoba mengembangkan diri memberikan layanan data untuk dalam hal pelayanan prima dengan semua kalangan perlu ditekankan motto yang cukup memikat “ di semua level. Paradigma untuk hati”. pelayanan prima bagi pengguna garda data merupakan hal yang relatif melayani Perpustakaan dengan sebagai terdepan dalam Pelayanan Statistik baru Terpadu (PST) mulai mempercantik pekerjaan BPS yang demikian padat diri. Layanan tidak hanya diberikan dengan 30 bagi BPS. Apalagi ritme tumpuan tahapan pengumpulan data dan pengolahan sekedar naik- turun dan kurang beberapa di mengeksplor makna di balik angka- menyebabkan angka tersebut, penyebab, akibat survei/sensus kabupaten/kota perhatian terhadap kualitas serta keterkaitan antar data.. Pelayanan Statistik Terpadu sedikit Akibatnya kita kesulitan untuk terabaikan. Sekali lagi hal ini tidak menjawab pertanyaan pengguna terjadi dan data yang semakin ke kini semakin tetapi tetap perlu kritis. Seringkali rutinitas dalam secara terstruktur” “masif mendapatkan perhatian. menghasilkan data melupakan kita untuk Kemampuan Membunyikan Data..... belajar nada-nada data secara mendalam. Mengacu pada semangat Sebagaimana memaknai menghasilkan data terpercaya untuk semua diperlukan yang terdiri dari nada do sampai terobosan dengan si dengan tinggi rendah pencerahan atau bahkan sedikit nada yang beragam, tidak akan “pemaksaan” untuk meningkatkan bermakna kapasitas diri dalam membaca dan ketika sendiri-sendiri. dibunyikan Namun akan untuk memberikan memaknai data. terdengar indah ketika seorang komposer mampu meramunya secara apik. Data yang dihasilkan Manajemen Input, Proses, Output dan Outcome.... BPS begitu lengkap dan beragam Keberhasilan BPS namun harus kita akui masih ada menghasilkan kelemahan terpercaya untuk semua melalui dalam hal tahapan data dalam input, statistik membunyikankannya. Kita masih empat proses, terjebak dengan analisa angkot ouput dan outcome yang satu sama 31 lain saling bersinergi. Kemampuan masyarakat, pemerintah, maupun dalam manajemen keempat hal swasta. tersebut mutlak diperlukan. Input yang menunjang adalah Sumber (SDM), kegiatan Daya responden, BPS Manusia perangkat Sinergi tahapan di antara atas keempat memerlukan dukungan dari setiap insan BPS. Pemahaman sampai dimana pendataan, sarana dan prasarana tahapan yang sedang berlangsung perkantoran dan Sedangkan mulai dari dan sebagainya. aktivitas pendataan pengumpulan data sebagai tahapan apa tersebut membantu kita dalam akan sangat kesuksesan kegiatan hingga pengolahan dan analisa BPS. Misalnya, ketika tahapan input termasuk kita tahapan proses. berusaha menjadi Sementara data yang dihasilkan administrator dan manajer handal baik berupa data yang sifatnya dalam mengelola sumber daya BPS. nominal, indeks, Kejelian adalah menjadi apa akan menentukan tahapan output. Tahapan outcome kesuksesan tahapan berikutnya. dapat Ketika indikator, termasuk publikasi dilihat dari pengunjung jumlah perpustakaan, untuk melihat tahapan berusaha siapa proses menjadi kita pencacah, pengunjung website, penerimaan pengentry, validator, analis yang negara bukan pajak (PNPB) dari terbaik. Kepatuhan hasil penjualan publikasi atau hal- dalam hal lain yang bisa menunjukkan proses sesuai konsep dan definisi seberapa besar penerimaan dan yang kemanfaatan menentukan kualitas data yang 32 data BPS bagi kita semua melaksanakan disepakati akan tahapan sangat dihasilkan. Ibarat dalam sebuah cerita dongeng, ketika seorang raja mampu membunyikan data BPS memerintahkan untuk membawa dengan irama yang indah untuk sesendok madu ke atas bukit di dapat tengah yang malam menuangkannya dan kepahaman menyeluruh. Fenomena sebuah “gagal paham” terhadap data BPS tempayan. Salah satu penduduk seringkali menimbulkan persepsi berpikiran untuk melanggar konsep yang salah. Misalnya, kegagalan dan memahami definisi pada memberikan yang ditentukan data pendapatan dengan mengatakan dengan membawa sesendok air, perkapita toh tidak akan terlihat karena bahwa jika pendapatan perkapita malam, dan tak akan terdeteksi sekian karena akan bercampur dalam satu miskin berkurang. Anggapan ini tempayan. Sesendok air dalam tidak salah tapi tidak sepenuhnya tempayan besar berisi madu tidak benar. Pendapatan perkapita hanya akan mencerminkan rata-rata dan tidak “signifikan”. Keesokan seharusnya penduduk harinya tempayan penuh berisi air menggambarkam karena semua penduduk berpikiran apalagi jika besarnya pendapatan sama. perkapita ditopang oleh sektor Di saat tahapan pemerataan, ouput yang padat modal bukan padat jadilah insan BPS yang mampu karya tentunya tidak serta merta menampilkan dirasakan data BPS secara masyarakat banyak. berkulitas yang memenuhi seluruh Masih banyak data BPS yang perlu dimensi yaitu accuracy, timeliness, dieksplorasi relevance, menambah kemanfaatannya. accessibility. coherence, Ketika dan lebih jauh guna tahapan Pada akhirnya mewujudkan outcome jadilah insan BPS yang data statistik terpercaya untuk 33 semua sebagaimana memerlukan visi BPS sumbangsih kita bersama tak peduli posisi yang kita emban saat ini. Sudah saatnya untuk tidak memikirkan apa yang kita dapat tapi mencoba memberi yang terbaik sesuai amanah yang diemban. Selamat Hari Statistik.... Jayalah BPS !!! 34 Aldizah Dajustia Hutami Plt. Kepala Seksi Neraca Konsumsi BPS Provinsi Kepulauan Riau [email protected] Tim Neraca Wilayah dan Analisis Statistik BPS Provinsi Kepulauan Riau Abstrak. IPM Provinsi Kepulauan Riau menempati peringkat keenam secara nasional. Namun tingginya IPM yang diraih Provinsi Kepulauan Riau menyisakan beberapa permasalahan. Diantaranya adalah kesenjangan IPM antar kabupaten/kota masih tinggi dan AHH (sebagai salah satu komponen pembentuk IPM) masih rendah yakni menempati posisi kelima terbawah dan berada di bawah level nasional. KAJIAN DAN ANALISIS SUMBER DAYA MANUSIA (TINJAUAN IPM) PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN 2005-2013 Kata Kunci: IPM, Kepulauaan Riau 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Tujuan utama pemerintah Provinsi Kepulauan Riau adalah mencapai pembangunan manusia Kepulauan Riau seutuhnya dan pembangunan masyarakat Kepulauan Riau seluruhnya. Hal ini diwujudkan dengan memfokuskan perhatian pembangunan daerah Kepulauan Riau pada manusia sebagai titik sentral yang bercorak dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Dengan kata lain, rakyat harus diikutsertakan dalam seluruh proses pembangunan. Artinya, rakyat bukan hanya 35 sebagai alat untuk mencapai hasil akhir pembangunan, tetapi sebagai tujuan akhir dari pembangunan itu sendiri. Sebelum tahun 1970-an, keberhasilan pembangunan semata-mata hanya diukur dari tingkat pertumbuhan GDP/GNP, baik secara keseluruhan maupun perkapita. Namun, fakta menunjukkan banyak negara-negara Dunia Ketiga berhasil mencapai tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi tetapi gagal memperbaiki taraf hidup penduduknya. Oleh karena itu, para pakar merumuskan konsep baru dalam mengukur pembangunan suatu negara yang berorientasi pada manusia. Konsep ini mengukur keberhasilan pembangunan suatu negara tidak hanya ditandai oleh tingginya tingkat pertumbuhan ekonomi tetapi mencakup pula kualitas manusianya. lnilah tantangan yang harus dihadapi, yaitu bagaimana pertumbuhan ekonomi mampu dirasakan seluruh lapisan masyarakat dan mampu meningkatkan kualitas mereka sebagai manusia. Keberhasilan pembangunan khususnya pembangunan manusia dapat dinilai secara parsial dengan melihat seberapa besar permasalahan yang paling mendasar di masyarakat tersebut dapat teratasi. Permasalahan- 36 permasalahan tersebut diantaranya adalah kemiskinan, pengangguran, buta huruf, ketahanan pangan, dan penegakan demokrasi. Namun persoalannya adalah capaian pembangunan manusia secara parsial sangat bervariasi dimana beberapa aspek pembangunan tertentu berhasil dan beberapa aspek pembangunan lainnya gagal. Dewasa ini persoalan mengenai capaian pembangunan manusia telah menjadi perhatian para penyelenggara pemerintahan. Berbagai ukuran pembangunan manusia dibuat namun tidak semuanya dapat digunakan sebagai ukuran standar yang dapat dibandingkan antar wilayah atau daerah. Badan Perserikatan BangsaBangsa (PBB) menetapkan suatu ukuran standar pembangunan manusia yaitu Indeks Pembangunan Manusia atau Human Development Index (HDI). Indeks ini dibentuk berdasarkan empat indikator yaitu angka harapan hidup, angka melek huruf, rata-rata lama sekolah dan kemampuan daya beli. Saat ini tampaknya pemerintah daerah sangat perhatian dengan issue pembangunan manusia. Hal ini ditandai dengan diikutkannya IPM sebagai salah satu alokator dana alokasi umum regional bruto dan indeks kemahalan konstruksi. Seyogianya, wilayah dengan IPM rendah secara perlahan dapat mengejar ketertinggalannya karena memperoleh alokasi dana yang berlebih. Meskipun demikian, hal itu masih sangat tergantung dengan strategi pembangunan yang dijalankan oleh wilayah tersebut. Dengan demikian, cukup menarik untuk melihat pencapaian pembangunan manusia yang telah dilakukan selama ini khususnya selama tahun 2005-2013. Selain itu, menarik pula untuk dilihat perkembangan masing-masing komponen IPM dalam memberikan kontribusi terhadap peningkatan IPM. 1.2 Tujuan 1. Menyediakan data IPM dan komponennya untuk level provinsi dan kabupaten/kota untuk periode 2005-2013. 2. Mengidentifikasi capaian dan tantangan pembangunan sumber daya manusia dari aspek pendidikan. 3. Mengidentifikasi capaian dan tantangan pembangunan sumber daya manusia dari aspek kesehatan. 4. Mengidentifikasi capaian dan tantangan pembangunan sumber daya manusia dari aspek pembangunan ekonomi. 5. Menyediakan rekomendasi sebagai bahan kebijakan dan perencanaan pembangunan sumber daya manusia yang berkualitas dalam rangka meningkatkan pemerataan pertumbuhan ekonomi Kepulauan Riau. 2 Metodologi 2.1 Konsep dan definisi di Beberapa konsep dan definisi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu: Angka Harapan Hidup (AHH) adalah perkiraan lama hidup rata-rata penduduk dengan asumsi tidak ada perubahan pola mortalitas menurut umur. Angka Melek Huruf (AMH) adalah Proporsi penduduk berusia 15 tahun ke atas yang dapat membaca dan menulis huruf latin atau lainnya. Rata-rata lama sekolah (MYS) adalah rata-rata jumlah tahun yang dihabiskan oleh penduduk berusia 15 tahun ke 37 2.2 38 atas untuk menempuh semua jenis pendidikan formal yang pernah dijalani. Purchasing Power Parity (PPP) dalam bahasa Indonesia diterjemahkan sebagai paritas daya beli yang memungkinkan dilakukannya perbandingan harga-harga riil antar propvinsi dan antar kabupaten/kota, mengingat nilai tukar yang biasa digunakan dapat menurunkan atau menaikkan nilai daya beli yang terukur dari konsumsi per kapita yang telah disesuiakan. Dalam konteks PPP untuk Indonesia, satu rupiah di provinsi memiliki daya beli yang sama dengan satu rupiah di Jakarta Selatan. PPP dihitung berdasarkan pengeluaran riil perkapita setelah disesuaikan dengan indeks harga konsumen dan penurunan kegunaan dengan rumus Atkinson. Reduksi Shortfall menunjukkan perbandingan antara capaian yang telah ditempuh dengan capaian yang harus ditempuh untuk mencapai titik IPM ideal reduksi shortfall, semakin cepat peningkatan IPM. Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini diantaranya bersumber dari hasil Survei Sosial dan Ekonomi Nasional (Susenas) yang dilaksanakan oleh Badan Pusat Statistik serta data sekunder lainnya yang dikeluarkan oleh BPS. 2.3 Konsep Manusia Pembangunan “Manusia adalah kekayaan bangsa yang sesungguhnya. Tujuan utama dari pembangunan adalah menciptakan lingkungan yang memungkinkan bagi rakyatnya untuk menikmati umur panjang, sehat, dan menjalankan kehidupan yang produktif. Hal ini tampaknya merupakan suatu kenyataan yang sederhana. Tetapi hal ini seringkali terlupakan oleh berbagai kesibukan jangka pendek untu mengumpulkan harta dan uang.” Kalimat pembuka pada Human Development Report (HDR) pertama dipublikasikan oleh UNDP tahun 1990 secara jelas menekankan arti pentingnya pembangunan yang berpusat pada manusia yang menempatkan manusia sebagai tujuan akhir, dan bukan sebagai alat pembangunan. Konsep ini terdengan berbeda dibanding konsep klasik pembangunan yang memberikan perhatian utama pada pertumbuhan ekonomi. Pembangunan manusia memperluas pembahasan tentang konsep pembanginan dari diskusi tentang cara-cara (pertumbuhan PDB) ke diskusi tentang tujuan akhir dari pembangunan. Pembangunan manusia juga merupakan perwujudan jangka panjang, yang meletakkan pembangunan di sekeliling manusia, dan bukan manusia di sekeliling pembangunan. Mengutip isi HDR pertama tahun 1190, pembangunan manusia adalah suatu proses untuk memperbanyak pilihan-pilihan yang dimiliki oleh manusia. Diantara banyak pilihan tersebut, pilihan yang terpenting adalah untu berumur panjang dan sehat. Untuk berilmu pengetahuan, dan untuk mempunyai akses terhadap sumber daya yang dibutuhkan agar dapat hidup secara layak. Untuk menghindari kekeliruan dalam memaknai konsep ini, perbedaan antara cara pandang pembangunan manusia terhadap pembangunan dengan pendekatan konvensional yang menekankan pertumbuhan ekonomi, pembentukan modal manusia, pembangunan sumber daya manusia, kesejahteraan rakyat, dan pemenuhan kebutuhan dasar, perlu diperjelas. Konsep pembangunan manusia mempunyai cakupan yang lebih luas dari teori konvensional pembanguna ekonomi. Model pertumbuhan ekonomi lebih menekankan pada peningkatan PNB daripada memperbaiki kualitas hidup manusia. Pembangunan sumber daya manusia cenderung untuk memperlakukan manusia sebagai input dari proses produksi sebagai alat, bukan sebagai tujuan akhir. Pendekatan ‘kesejahteraan’ melihat manusia sebagai penerima dan bukan sebagai agen dari perubahan dalam proses pembangunan. Adapu pendekatan ‘kebutuhan dasar’ terfokus pada penyediaan barangbarang dan jasa-jasa untuk kelompok masyarakat tertinggal, bukannya memperluas pilihan yang dimiliki manusia di segala bidang. Pendekatan pembangunan manusia menggabungkan aspek produksi dan distribusi komoditas, serta peningkatan dan pemanfaatan kemampuan manusia. Pembangunan manusia melihat secara bersamaan semua isu dalam masyarakat pertumbuhan ekonomi, perdagangan, ketenagakerjaan, kebebasan politik ataupun nilai-nilai kultural dari sudut pandang manusia. Pembangunan manusia juga mencakup isu penting lainnya, yaitu gender. Dengan demikian, pembangunan manusia tidak hanya memperhatikan sektor 39 sosial, tetapi merupakan pendekatan yang komprehensif dari semua sektor. 2.4 Indeks Manusia Pembangunan Menurut UNDP, Indeks Pembangunan Manusia (IPM) mengukur capaian pembangunan manusia berbasis sejumlah komponen dasar kualitas hidup. Sebagai ukuran kualitas hidup, IPM dibangun melalui pendekatan tiga dimensi dasar. Dimensi tersebut mencakup umur panjang dan sehat; pengetahuan, dan kehidupan yang layak. Ketiga dimensi tersebut meimiliki pengertian sangat luas karena terkait banyak faktor. Untuk mengukur dimensi kesehatan, digunakan angka harapan hidup waktu lahir. Selanjutnya untuk mengukur dimensi pengetahuan digunakan gabungan indikator angka melek huruf dan rata-rata lama sekolah. Adapun untuk mengukur dimensi hidup layak digunakan indikator kemampuan daya beli. Kemampuan daya beli masyarakat terhadap sejumlah kebutuhan pokok yang dilihat dari rata-rata besarnya pengeluaran per kapita sebagai pendekatan pendapatan yang mewakili capaian pembangunan untuk hidup layak. Sumber data utama yang digunakan dalam penghitungan IPM adalah data Survei Sosial Ekonomi 40 Nasional (Susenas) Kor dan Susenas Modul Konsumsi, data Survei Penduduk Antar Sensus (Supas), Proyeksi Penduduk (Sensus Penduduk/SP 2000)n dan Indeks Harga Konsumen (IHK). Data Susenas Kor digunakan untuk menghitung dua indikator pembentuk IPM yaitu Angka Melek Huruf (AMH) dan Rata-rata Lama Sekolah (MYS). Sementara Angka Harapan Hidup (e0) dihitung menggunakan data Supas dan Proyeksi Penduduk. Sedangkan indikator daya beli dihitung menggunakan data Susenas modul konsumsi yang didasarkan pada 27 komoditi. Untuk mendapatkan pengeluaran pe kapita riil digunakan IHK sebagai deflator. Komponen Manusia: 1. Indeks Pembangunan Angka Harapan Hidup (AHH) AHH merupakan rata-rata perkiraan banyak tahun yang dapat ditempuh oleh seseorang selama hidup. Penghitungan angka harapan hidup melalui pendekatan tak langsung. Jenis data yang digunakan adalah Anak Lahir Hidup (ALH) dan Anak Masih Hidup (AMH). Paket program Mortpack digunakan untuk menghitung angka harapan hidup berdasarkan input data ALH dan AMH. Selanjutnya, dipilih metode Trussel dengan model West, yang disesuaikan dengan histori kependudukan dan kondisi Indonesia dan neraga-negara Asia Tenggara umumnya (Preston, 2004). rata lama sekolah memiliki batas maksimumnya 15 tahun dan batas minimumnya sebesar 0 tahun. Indeks harapan hidup dihitung dengan menghitung nilai maksumum dan nilai minimum harapan hidup sesuai standar UNDP, yaitu angka tertinggi sebagai batas atas untuk penghitungan indeks dipakai 85 tahun dan terendah adalah 25 tahun. Angka melek huruf adalah persentase penduduk usia 15 tahun ke atas yang dapat membaca dan menulis huruf latin atau huruf lainnya. Seperti halnya rata-rata lama sekolah, AMH juga menggunakan batasan yang dipakai sesuai kesepakatan beberapa negara. Batas maksimum untuk AMH adalah 100, sedangkan batas minimumnya 0 (nol). Nilai 100 mnggambarkan kondisi 100 persen atau semua masyarakat mampu membaca dan menulis, sedangkan nilai 0 mencerminkan kondisi sebaliknya. 2. Tingkat Pendidikan Salah satu komponen pembentuk IPM adalah dari dimensi pengetahuan yang diukur melalui tingkat pendidikan. Dalam hal ini, indikator yang digunakan adalah ratarata lama sekoah dan angka melek huruf. Pada proses pembentukan IPM, rata-rata sekolah memiliki bobot sepertiga dan angka melek huruf diberi bobot dua pertiga, kemudian penggabungan kedua indikator ini digunakan sebagai indeks pendidikan sebagai salah satu komponen pembentuk IPM. Rata-rata lama sekolah menggambarkan jumlah tahun yang digunakan oleh penduduk usia 15 tahun ke atas dalam menjalani pendidikan formal. Penghitungan ratarata lama sekolah menggunakan dua batasan yang dipakai sesuai kesepakatan beberapa negara. RataC(I) = C(i) 3. Standar Hidup Layak Dimensi lain dari ukuran kualitas hidup manusia adalah standar hidup layak. Dalam cakupan lebih luas, standar hidup layak menggambarkan tingkat kesejahteraan yang dinikmati oleh penduduk sebagai dampak semakin membaiknya ekonomi. UNDP mengukur standar hidup layak menggunakan Produk Domestik Bruto (PDB) riil yang disesuaikan, sedangkan BPS dalam menghitung standar hidup layak menggunakan rata-rata pengeluaran per kapita riil yang disesuaikan dengan formula Atkinson. Jika C(i) < Z 41 = Z + 2(C(i)-Z)1/2 Jika Z<C(i)<2Z = Z+ 2(Z)1/2 + 3(C(i) – 2Z)1/3 Jika 2Z< C(i) < 3Z Dan seterusnya. Keterangan: C(i) = PPP dari nilai riil pengeluaran per kapita Z = batas tingkat pengeluaran yang ditetapkan secara arbiter sebesar Rp549.500 per kapita per tahun atau Rp1.500 per kapita per hari. Penghitungan indeks daya beli dilakukan berdasarkan 27 komoditas kebutuhan pokok seperti terlihat dalam Tabel A. batas maksimum dan minimum penghitungan daya beli digunakan seperti terlihat dalam tabel 2. Batas maksimum daya beli adalah sebesar Rp732.720 sementara sampai dengan tahun 1996 batas minimumnya adalah Rp300.000. pada tahun 1996 dengan mengikuti kondisi pascakrisis ekonomi batas minimum penghitungan PPP diubah dan disepakati menjadi Rp360.000. Tabel A. komoditi Kebutuhan Pokok sebagai Dasar Penghitungan Daya Beli (PPP) Komoditi Beras lokal Tepung terigu Singkong Tuna/cakalang Teri Daging sapi Ayam Telur Susu kental manis Bayam Kacang panjang Kacang tanah Tempe Jeruk 42 Unit Kg Kg Kg Kg Ons Kg Kg Butir 397 gram Kg Kg Kg Kg Kg Komoditi Lanjutan Pepaya Kelapa Gula Kopi Garam Merica Mie Instan Rokok kretek Listrik Air minum Bensin Minyak tanah Sewa rumah Unit Kg Butir Ons Ons Ons Ons 80 gram 10 batang Kwh M3 Liter Liter Unit Penyusunan Indeks Sebelum penghitungann IPM, setiap komponen IPM harus dihitung indeksnya. Formula yang digunakan dalam penghitungan indeks komponen IPM adalah sebagai berikut: Keterangan: X(i) = komponen IPM ke-i X(min) = nilai minimum dari komponen IPM ke-i X(maks)= nilai maksimum dari komponen IPM Untuk menghitung indeks masing-masing komponen IPM digunakan batas maksimum dan minimum seperti terlihat dalam Tabel B. Tabel B. Nilai Maksimum dan Minimum dari Setiap Komponen IPM Komponen IPM Angka Harapan Hidup (Tahun) Angka Melek Huruf (Persen) Rata-rata Lama Sekolah (Tahun) Daya Beli (Rupiah) Maksimum 85 100 15 732.720a Minimum 25 0 0 300.000 (1996) 360.000b (1999, dst) Keterangan Standar UNDP Standar UNDP Pengeluaran kapita disesuaikan per riil Keterangan: a) Perkiraan maksimum pada akhir PJP II Tahun 2018 b) Penyesuaian garis kemiskinan lama dengan garis kemiskinan baru Selanjutnya nilai IPM dihitung sebagai: 43 Keterangan: 3 3.1. indeks X(I,j) = indeks komponen IPM ke-i untuk wilayah ke-j i = 1,2,3 (urutan komponen IPM) i = 1,2,… k (wilayah) Hasil Pencapaian Pembangunan Manusia Provinsi Kepulauan Riau Selama kurun waktu delapan tahun, dari tahun 2005-2013, IPM Provinsi Kepulauan Riau meningkat 4,33 persen. Posisi IPM terakhir tahun 2013 berada pada level 76,56; sedangkan level pada tahun 2005 adalah pada level 72,23. Peningkatan nilai IPM tersebut menandakan bahwa pembangunan manusia di Provinsi Kepulauan Riau dari segi kesehatan (umur harapan hidup), pendidikan dan ekonomi (pendapatan per kapita) semakin membaik dari waktu ke waktu. Gambar 1. Indeks Pembangunan Manusia Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2005-2013 77.00 75.78 76.00 76.56 75.07 75.00 74.18 74.54 73.68 74.00 73.00 76.20 72.79 72.23 72.00 71.00 70.00 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 Sumber: BPS, diolah. Berdasarkan internasional, capaian 44 skala IPM dikategorikan menjadi kategori tinggi (IPM ≥ 80), kategori menengah atas (66 ≤ IPM ≤ 80), kategori menengah bawah (50 ≤ IPM ≤ 66), dan kategori rendah (IPM < 50). Angka IPM Provinsi Kepulauan Riau dari tahun 2005 sampai dengan tahun 2013 termasuk dalam kategori menengah atas. juga dihitung kecepatan pencapaian IPM atau biasa disebut reduksi shortfall. Reduksi shortfall menunjukkan perbandingan antara capaian yang telah ditempuh dengan capaian yang harus ditempuh untuk mencapai titik IPM ideal. Pencapaian pembangunan manusia yang tercermin melalui IPM Selama periode tahun 2005-2013, bukan semata-mata hanya diukur dari seluruh komponen pembentuk IPM tingginya capaian IPM saja. Namun tumbuh positif (gambar 2). Komponen juga perlu dikaji lebih dalam lagi rata-rata lama sekolah (MYS) adalah sejauh mana kecepatan pembangunan komponen pembentuk IPM yang manusia pada suatu periode tertentu. pertumbuhannya paling tinggi diantara Proses pencapaian pembangunan komponen lainnya. Walaupun trend manusia inilah yang menjadi poin reduksi shortfall tumbuh positif, penting karena secara filosofi untuk namun perlu ditingkatkan lagi mencapai suatu rangking atau posisi terutama untuk komponen angka yang baik diperlukan effort lebih. Oleh harapan hidup (AHH) dan angka melek karena itu berkaitan dengan IPM, tidak huruf (AMH). hanya dihitung posisinya saja tetapi Gambar 2. Reduksi Shortfall per Komponen Pembentuk IPM Provinsi Kepulauan Riau 7.00 6.00 5.00 4.00 3.00 2.00 1.00 2005-2009 AHH 0.42 AMH 0.08 MYS 5.73 PPP 5.23 2009-2013 0.37 1.99 6.33 2.58 45 Sumber: BPS, diolah. shortfall sebesar 15,60. Hal tersebut dapat diartikan bahwa pembangunan manusia yang meliputi bidang kesehatan, pendidikan dan kesejahteraan penduduk semakin meningkat dari tahun 2005. Kecepatan peningkatan tersebut di atas kecepatan nasional dan paling tinggi di regional Sumatera. Gambar 3. menunjukkan perbandingan kecepatan IPM selama kurun waktu tahun 2005-2013 provinsi-provinsi di Regional Sumatera. Provinsi Kepulauan Riau menempati posisi teratas untuk kecepatan pembangunan manusia di regional Sumatera dengan nilai reduksi Gambar 3. Reduksi Shorfall IPM Provinsi di Regional Sumatera Selama Kurun Waktu 2005-2013 15.60 13.72 12.93 12.58 13.24 13.88 11.71 11.49 12.91 12.32 13.95 Sumber: BPS, diolah. Dalam menganalisis IPM tidak dapat dipisahkan dari tiga komponen pembentuknya yaitu aspek kesehatan, aspek pendidikan dan aspek ekonomi. 46 Selama kurun waktu tahun 2005-2013, ketiga aspek pembentuk IPM Provinsi Kepulauan Riau tersebut terus meningkat dan akan terus meningkat sampai kondisi idealnya tercapai. Capaian pembangunan manusia Provinsi Kepulauan Riau tahun 2013 dapat dilihat melalui indeks komposit pada gambar 4. Gambar 4. Indeks Komposit Pembentuk Angka IPM Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2013 (Persen) Daya Beli (PPP) Angka Harapan Hidup (AHH) 100.00 80.00 60.00 40.00 20.00 - Angka Melek Huruf (AMH) Rata-rata Lama Sekolah (MYS) Sumber: BPS, diolah. Dari gambar 4. dapat diketahui bahwa pembangunan manusia di bidang pendidikan yang direpresentasikan oleh komponen angka melek huruf (AMH) di Provinsi Kepulauan Riau sudah mendekati keadaan idealnya (indeks mendekati 100 persen). Namun di sisi lain, pembangunan di bidang pendidikan yang direpresentasikan oleh komponen rata-rata lama sekolah masih cukup jauh dari keadaan idealnya. Untuk ke depannya, pemerintah daerah perlu lebih memperhatikan program-program yang berkaitan dengan bidang pendidikan terutama menyangkut lama sekolah peserta didik. Program tersebut dapat dilaksanakan dengan mengoptimalkan anggaran pendidikan 47 sebesar 20 persen seperti yang Pembangunan di bidang ekonomi (daya beli) dan kesehatan (angka harapan hidup) cukup baik, terlihat dari capaian indeks komposit yang mendekati 80 persen. Namun masih bisa ditingkatkan lagi untuk periode selanjutnya dengan memusatkan perhatian pembangunan manusia pada bidang ekonomi dan kesehatan. Sehingga diharapkan pembangunan manusia Provinsi Kepulauan Riau dapat tercapai di segala bidang. 3.2. Gambaran Capaian Pembangunan Manusia Level Kabupaten/Kota Pembangunan manusia di level kabupaten/kota di Provinsi Kepulauan Riau bervariasi. Variasi tersebut tentunya disebabkan oleh faktor sumber daya (alam dan manusia) dan kebijakan pemerintah daerah yang diarahkan oleh pemerintah pusat. berbeda. Capaian pembangunan manusia yang tercermin dari angka IPM perlu terus ditingkatkan dan diawasi agar pembangunan manusia dapat terlaksana dengan baik dan merata. IPM pada level kabupaten/kota di Provinsi Kepulauan Riau ditunjukkan pada tabel1. Secara kasat mata, IPM kabupaten/kota terus meningkat dalam kurum waktu tahun 2005-2013, namun peringkat IPM tetap sama dari tahun ke tahun. Kota Batam menempati peringkat pertama se-Provinsi Kepulauan Riau, sedangkan Kabupaten Kepulauan Anambas menempati peringkat terbawah. Sedangkan untuk peringkat kedua sampai peringkat keenam berturutturut diduduki oleh Kota Tanjungpinang, Kabupaten Bintan, Kabupaten Karimun, Kabupaten Lingga dan Kabupaten Natuna. Tabel 1. Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten/Kota se-Provinsi Kepulauan Riau Angka IPM Peringkat IPM Kabupaten (1) Karimun 48 2005 2009 2013 2005 2009 2013 (2) (3) (4) (5) (6) (7) 71,71 73,15 74,95 3 4 4 Bintan 70,90 73,66 76,10 4 3 3 Natuna 68,40 70,11 72,25 6 6 6 Lingga 69,39 70,15 72,41 5 5 5 - 67,94 70,48 - 7 7 Kota Batam 76,55 77,51 78,73 1 1 1 Kota Tanjungpinang 72,69 74,31 76,19 2 2 2 KEPULAUAN RIAU 72,23 74,54 76,56 Kepulauan Anambas Sumber: BPS, diolah. Kota Batam merupakan kota terbesar di Provinsi Kepulauan Riau sekaligus sebagai motor penggerak utama roda perekonomian Provinsi Kepulauan Riau. Sedangkan Kabupaten Anambas adalah kabupaten termuda di Provinsi Kepulauan Riau yang merupakan pecahan dari induk Kabupaten Natuna. Tidak mengherankan jika Kota Batam menduduki peringkat teratas dan Kabupaten Kepulauan Anambas menempati posisi terbawah. Namun demikian, semua kabupaten/kota di Provinsi Kepulauan Riau terus berupaya meningkatkan pembangunan manusianya dari tahun ke tahun. Gambar 5. Reduksi Shortfall IPM Kabupaten/Kota Selama Kurun Waktu 20052013 49 17.89 18.00 16.00 14.00 12.00 10.00 8.00 6.00 4.00 2.00 - 15.60 11.45 12.83 12.19 9.85 9.33 9.30 Keterangan: *) Reduksi shortfall selama kurun waktu 2008-2013 Sumber: BPS, diolah. Selain capaian IPM, keberhasilan pembangunan manusia di suatu wilayah juga dilihat berdasarkan kecepatan pergerakan IPM menuju nilai ideal yang direpresentasikan melalui reduksi shortfall. Reduksi shortfall IPM Provinsi Kepulauan Riau selama kurun waktu 2005-2013 secara rata-rata sebesar 15,60 persen atau 1,95 persen per tahunnya. Kecepatan pergerakan IPM selama kurun waktu 2005-2013 yang paling tinggi adalah Kabupaten Bintan yaitu sebesar 17,89 persen, diikuti oleh Kota Tanjungpinang, Kabupaten Natuna, Kabupaten Karimun, Kabupaten Lingga, 50 Kabupaten Kepulauan Anambas dan yang terakhir adalah Kota Batam (gambar 5). Reduksi shortfall Kota Batam ternyata yang paling rendah jika dibandingkan dengan kabupaten/kota lain di Provinsi Kepulauan Riau walaupun capaian angka IPM-nya yang paling tinggi. Capaian angka IPM yang sudah tinggi atau mendekati angka ideal membuat reduksi shortfall-nya semakin menurun. Namun demikian, reduksi shortfall yang bernilai positif perlu diapresiasi karena setidaknya ada upaya pemerintah untuk selalu meningkatkan pembangunan manusia di wilayahnya. 3.3. Capaian dan Tantangan Pembangunan Sumber Daya Manusia dari Aspek Pendidikan Indikator pendidikan yang menggambarkan dimensi pengetahuan dalam IPM adalah angka melek huruf dan rata-rata lama sekolah. Kedua indikator ini dapat dimaknai sebagai ukuran kualitas sumber daya manusia dari aspek pendidikan. Angka melek huruf menggambarkan persentase penduduk umur 15 tahun keatas yang mampu baca tulis. Sedangkan indikator rata-rata lama sekolah menggambarkan rata-rata jumlah tahun yang dijalani oleh penduduk usia 15 tahun ke atas untuk menempuh semua jenis pendidikan formal. Selama kurun waktu 20052013 AMH Provinsi Kepulauan Riau terus meningkat dari angka 96,00 pada tahun 2005 menjadi 98,07 pada tahun 2013. Hal tersebut patut dibanggakan karena Provinsi Kepulauan Riau menempati posisi di atas rata-rata nasional. Selain itu, dilihat dari reduksi shortfall nya, AMH Provinsi Kepulauan Riau dan kabupaten/kota di Provinsi Kepulauan Riau mengalami percepatan yang cukup bagus. Kemudian untuk indikator rata-rata lama sekolah (MYS) Provinsi Kepulauan Riau juga terus mengalami peningkatan dimana rata-rata lama sekolah pada tahun 2005 adalah 8,10 tahun meningkat menjadi 9,91 tahun pada tahun 2013. Secara spasial, Kota Batam menduduki peringkat pertama di Provinsi Kepulauan Riau untuk ratarata lama sekolah. Di sisi lain, Provinsi Kepulauan Riau menghadapi sejumlah tantangan di bidang pendidikan yakni masih terdapat murid yang putus sekolah. Statistik menunjukkan bahwa pada tahun 2013 terdapat 543 murid yang putus sekolah dimana yang terbanyak terjadi di tingkat sekolah dasardan paling banyak kasus putus sekolah di Kota Batam. 51 Gambar 6. Persentase Angka Putus Sekolah Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2013 (Persen) 28.36 7.37 0.92 5.34 19.89 38.12 SD SMP MTs SMA SMK MA Sumber : Dinas Pendidikan Prov. Kepri, 2013 Selain angka putus sekolah, tantangan lain di bidang pendidikan adalah minimnya jumlah perguruan tinggi dan masih banyaknya fasilitas gedung sekolah yang rusak. Jumlah perguruan tinggi negeri hanya satu dan 36 perguruan tinggi swasta dengan akreditasi C. Jumlah bangunan sekolah yang rusak ringan di Provinsi Kepulauan Riau sebanyak 517 gedung, dimana kerusakan terbanyak terdapat di Kota Batam (137 gedung), dan 197 gedung yang mengalami rusak berat dimana kerusakan terbanyak di Kota Batam juga (63 gedung). 52 3.4. Capaian dan Tantangan Pembangunan Sumber Daya Manusia dari Aspek Kesehatan Pembangunan kesehatan merupakan fokus utama pemerintah Provinsi Kepulauan Riau dalam rangka peningkatan kesejahteraan masyarakat disamping pengembangan ekonomi kerakyatan dan pembangunan pendidikan. Tujuan pembangunan di bidang kesehatan adalah tercapainya masyarakat yang sehat, sejahtera, memiliki aksesbilitas dan memanfaatkan pelayanan kesehatan yang berkualitas, merata, berkeadilan, dan secara bertahap masyarakat diharapkan dapat mandiri serta memiliki derajat kesehatan yang optimal. Selama periode tahun 2005 sampai dengan 2013 berbagai capaian yang menggambarkan derajat kesehatan masyarakat Provinsi Kepulauan Riau dapat digambarkan melalui dua indikator yaitu indikator sehat dan indikator perilaku sehat. Indikator sehat diartikan sebagai variabel yang dapat digunakan untuk mengukur perubahan kualitas kesehatan masyarakat. Salah satu variabel yang dapat menggambarkan indikator sehat adalah Angka Harapan Hidup (AHH). Pada tahun 2005 angka harapan hidup Provinsi Kepulauan Riau sebesar 69,50 tahun dan secara gradual meningkat hingga mencapai 69,97 tahun pada tahun 2013. Angka 69,97 mengindikasikan bahwa secara rata-rata perkiraan umur penduduk Provinsi Kepulauan Riau sekitar 70 tahun. Tingkat harapan hidup Provinsi Kepulauan Riau berada di bawah ratarata nasional yang senilai 70,07 tahun. Capaian Angka Harapan Hidup Provinsi Kepulauan Riau pada tahun 2005 dan 2009 berada di posisi ke dua dibandingkan wilayah lain di Sumatera. Provinsi Riau menempati posisi angka harapan hidup tertinggi di seluruh Sumatera.Namun pada kurun waktu 2010-2013 terjadi percepatan perubahan angka harapan hidup di Provinsi Bengkulu, Provinsi Sumatera Selatan, Provinsi Lampung, dan Provinsi Kepulauan Riau berada di posisi ke empat. Perubahan posisi angka harapan hidup ini menunjukkan akselerasi provinsi lain dalam mempercepat perbaikan kualitas kesehatan penduduknya lebih tinggi dibanding Provinsi Kepulauan Riau. Berdasarkan penghitungan reduksi shortfall angka harapan hidup, kecepatan Provinsi Kepulauan Riau dalam mencapai target ideal yaitu 85 tahun cenderung mengalami penurunan. Dalam jangka waktu tiga tahunan yaitu 2004-2007 reduksi shortfall mencapai 4,46 persen. Namun dalam periode tiga tahunan berikutnya yaitu 2007-2010 dan 20102013 besaran reduksi shortfall dibawah 1,50 persen. Kondisi ini menunjukkan telah terjadi perlambatan kecepatan dalam pencapaian angka harapan hidup ideal yang berimbas pada menurunnya peringkat angka harapan hidup Provinsi Kepulauan Riau. Indikator perilaku sehat diartikan sebagai variabel yang dapat digunakan untuk mengukur perilaku proaktif untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah resiko terjadinya penyakit, melindungi diri dari ancaman penyakit, serta 53 berperan aktif dalam kesehatan masyarakat. gerakan Berdasarkan data SUSENAS terlihat bahwa kondisi lingkungan masyarakat Kepulauan Riau semakin mengarah pada kondisi sehat. Persentase rumahtangga di Provinsi Kepulauan Riau yang mengkonsumsi air minum tidak layak sebesar 40,2 persen pada tahun 2005, kemudian menurun di tahun 2009 menjadi 15,3 persen namun sedikit meningkat pada tahun 2013 di level 18,0. Kondisi 2013 mengindikasikan bahwa dari 100 rumahtangga di Provinsi Kepulauan Riau 18 diantaranya masih mengkonsumsi air tidak layak. Tantangan di bidang kesehatan yang dihadapi oleh Provinsi Kepulauan Riau diantaranya adalah terjadinya disparitas status kesehatan. Meskipun secara umum kualitas kesehatan masyarakat telah meningkat, akan tetapi disparitas status kesehatan antar tingkat sosial ekonomi dan antar perkotaanperdesaan masih cukup tinggi. Kemiskinan adalah akar persoalan kesehatan. Masyarakat miskin identik dengan lingkungan tempat tinggal yang tidak sehat, perilaku dan kesadaran hidup sehat yang rendah, serta terbatasnya akses ke layanan kesehatan. 54 3.5. Capaian dan Tantangan Pembangunan Sumber Daya Manusia dari Aspek Ekonomi Berbagai usaha pembangunan yang dilakukan pemerintah Provinsi Kepulauan Riau berdampak pada perbaikan bidang ekonomi yang tercermin pada meningkatnya indikator moneter yaitu variabel yang menggambarkan uang atau tingkat pendapatan yang diterima masyarakat.Indikator moneter meliputi Purchasing Power Parity (PPP, paritas daya beli), PDRB perkapita dan pertumbuhan ekonomi. Pada tahun 2004 paritas daya beli di Provinsi Kepulauan Riau sebesar Rp. 621,87 ribu dan mengalami peningkatan secara bertahap hingga tahun 2013 mencapai Rp. 651,37 ribu, yang berarti meningkat sebesar Rp. 29,50 ribu. Sepanjang waktu tersebut peningkatan PPP tertinggi terjadi pada tahun 2007 (Rp. 6,4 ribu) dan terendah pada tahun 2010 (Rp. 1,4 ribu). Pada periode 2010 sampai dengan 2013 PDRB perkapita juga mengalami lonjakan cukup signifikan. Diawali pada tahun 2010 PDRB perkapita mencapai Rp. 42,30 juta dan pada tahun 2013 meningkat hingga 27,39 persen menjadi Rp. 53,89 juta. Peningkatan di kedua indikator di atas mengindikasikan adanya perbaikan taraf kehidupan masyarakat Provinsi Kepulauan Riau. Tantangan di bidang ekonomi yang dihadapi oleh Provinsi Kepulauan Riau diantaranya adalah tantangan geografis. Provinsi Kepulauan Riau merupakan daerah kepulauan dengan total jumlah pulau sebanyak 2.408 pulau besar dan kecil yang tersebar serta 96 persen wilayahnya adalah lautan tentu membutuhkan startegi pembangunan yang berbeda. Tantangan terbesar adalah memberikan perhatian yang sama terhadap seluruh wilayah dan sekaligus membangun keterkaitan antar wilayah pulau dalam satu kesatuan tata ruang wilayah pulau dan laut. Posisi kepulauan yang tersebar seringkali menyebabkan program pembangunan yang dibuat hanya difokuskan pada satu pulau tertentu dengan alokasi program sektoral tertentu tanpa memperhatikan keterpaduan progam. Kondisi ketimpangan dalam perekonomian terlihat jelas dari disparitas yang cukup tinggi dalam penciptaan Produk Domestik Regional Bruto yang sangat didominasi oleh Kota Batam lebih dari 60 persen dengan pergerakan PDRB yang lamban di kabupaten kota lainnya. Selain itu Provinsi Kepulauan Riau menghadapi tantangan demografis. Dengan jumlah penduduk mencapai 1,7 juta jiwa pada tahun 2010 kemudian meningkat hingga 1,8 juta jiwa pada tahun 2013 dengan persebaran yang tidak merata menjadi tantangan tersendiri dalam pembangunan Provinsi Kepulauan Riau. Penduduk yang terkonsentrasi di Kota Batam hingga di atas 50 persen dari total penduduk menyebabkan ketimpangan pembangunan yang cukup terasa. Tantangan geografis dan demografis tersebut diperparah dengan penyediaan infrastruktur dasar yang belim memadai antara lain transportasi, air bersih, listrik dan telekomunikasi. 4 Kesimpulan Berdasarkan pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa: a. IPM di Provinsi Kepulauan Riau selama periode pengamatan terus mengalami peningkatan dan pada tahun 2013 mencapai 76,56. Secara nasional IPM Provinsi Kepulauan Riau menempati urutan ke 6, sedangkan di kawasan Pulau Sumatera menempati urutan kedua setelah Provinsi Riau. Jika ditinjau dari peningkatan pencapaian IPM selama kurun 55 waktu 2005-2013, Provinsi Kepulauan Riau adalah provinsi tercepat dalam peningkatan IPM ditandai dengan reduction shortfall IPM Provinsi Kepulauan Riau menempati urutan tertinggi di kawasan Pulau Sumatera yaitu mencapai 15,60 selama kurun waktu tersebut. Jika dilihat dari komponen penyusun IPM, pencapaian tertinggi terjadi pada angka melek huruf (AMH) dan terendah pada rata-rata lama sekolah (MYS). b. Ditinjau secara spasial, pada tahun 2013 IPM tertinggi dicapai oleh Kota Batam yaitu mencapai 78,73 dan yang terendah ditempati oleh Kabupaten Kepulauan Anambas yaitu sebesar 70,48. Keadaan ini menunjukkan adanya ketidakmerataan keberhasilan pembangunan manusia antar kabupaten/kota di Provinsi Kepulauan Riau. Namun demikian, selama enam tahun terakhir disparitas pencapaian angka IPM antar kabupaten/kota ini semakin menyempit menandakan pemerataan pembangunan manusia di Provinsi Kepulauan Riau semakin baik. Dari sisi kecepatan peningkatan IPM, 56 Kabupaten Bintan; Kota Tanjungpinang; dan Kabupaten Natuna merupakan tiga kabupaten/kota tercepat dalam meningkatkan IPM. Sebaliknya, Kota Batam; Kabupaten Kepulauan Anambas, dan Kabupaten Lingga merupakan kabupaten/kota yang relatif lebih lambat dalam meningkatkan IPM. c. Capaian indikator pendidikan angka melek huruf untuk level provinsi mencapai 98,07 atau urutan kedua setelah Provinsi Riau. Sedangkan tantangan di bidang pendidikan yang dapat diidentifikasi antara lain belum meratanya sarana dan prasarana pendidikan, kesadaran penduduk akan pendidikan yang lebih tinggi belum memadai yang ditandai dengan APS yang semakin menurun dengan semakin tingginya kelompok umur, dan belum meratanya jumlah tenaga pendidik yang ditandai dengan variasi yang sangat besar rasio murid dan guru antar kabupaten/kota. d. Capaian indikator kesehatan angka harapan hidup (AHH) untuk level provinsi mencapai 69,97 tahun menempati urutan lima terbawah dan sedikit berada di bawah angka nasional. Jika ditinjau secara spasial, terjadi ketidakmerataan pencapaian angka harapan hidup antar kabupaten/kota. e. Capaian indikator ekonomi yang berupa daya beli/purchasing power parity (PPP) untuk level provinsi mencapai 651,37 ribu atau urutan kedua setelah Provinsi Riau. Tantangan dibidang ekonomi yang dapat diidentifikasi antara lain belum meratanya sarana dan prasarana penunjang pembangunan ekonomi, investasi yang bias ke wilayah perkotaan, akses yang terbatas untuk kabupaten tertentu seperti Lingga, Kepulauan Anambas, dan Natuna. Daftar Pustaka BPS. 2008. Indeks Pembangunan manusia 2006-2007. Jakarta BPS. 2013. Indeks Pembangunan manusia 2012. Jakarta BPS Provinsi Kepulauan Riau. 2008. Kepulauan Riau Dalam Angka. Tanjungpinang. BPS Provinsi Kepulauan Riau. 2013. Indikator Kesejahteraan Rakyat Kepulauan Riau 2012. Tanjungpinang. BPS Provinsi Kepulauan Riau. 2013. Profil Ketenagakerjaan Kepulauan Riau 2012. Tanjungpinang. BPS Provinsi Kepulauan Riau. 2013. Data dan Informasi Kemiskinan Kepulauan Riau Tahun 2012. Tanjungpinang. BPS Provinsi Kepulauan Riau. 2013. PDRB Kepulauan Riau Menurut Lapangan Usaha 20082012. Tanjungpinang. BPS Provinsi Kepulauan Riau. 2013. Statistik Daerah Provinsi Kepulauan Riau 2013. Tanjungpinang. BPS Provinsi Kepulauan Riau. 2013. Indikator Ekonomi Kepulauan Riau tahun 2013. Tanjungpinang. BPS Provinsi Kepulauan Riau. 2014. Analisis Sektor Unggulan Kepulauan Riau 2013. Tanjungpinang. Glassburner B dan Chandra A, 1979: Teori dan Kebijaksanaan Ekonomi Makro, LP3ES, Jakarta Effendi DP, 1992. ICOR, Stok Kapital, dan ILOR, BPS, Jakarta. Tjokroamidjojo B, 1976, Perencanaan Pembangunan, Gunung Agung, Jakarta Widodo, Hg. Suseno Triyanto, 1990. Indikator Ekonomi Dasar Perhitungan Perekonomian Indonesia. Kanisius. Yogyakarta 57