BAB I PENDAHULUAN

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Seperti yang telah diketahui bahwa opini yang diberikan oleh Badan
Pemeriksa Keuangan (BPK) selaku auditor eksternal pemerintah atas Laporan
Keuangan Kementerian Luar Negeri (Kemlu) untuk tahun anggaran 2009 adalah
disclaimer (tidak menyatakan pendapat). Hal tersebut merupakan hasil yang tidak
baik bagi Kemlu karena pada Laporan Keuangan tahun anggaran 2008 telah
mendapat opini qualified (wajar dengan pengecualian).
Sebenarnya pada tahun 2001 Kemlu telah mencanangkan “Benah Diri“
untuk mewujudkan prinsip pemerintahan yang baik dan meningkatkan pelayanan
kepada masyarakat. Benah diri dilaksanakan melalui pembentukan budaya kerja
yang berdisiplin tinggi, melalui “3 tertib dan 1 aman” (tertib waktu, tertib
administrasi, tertib fisik, dan aman personel-informasi-lingkungan kerja),
sehingga dapat tercapai sumber daya manusia yang kompeten dan profesional
untuk mendukung tujuan organisasi.
Komitmen benah diri Kemlu makin teguh dilaksanakan dengan adanya
Peraturan Presiden Nomor 05 Tahun 2004 tentang Percepatan Pemberantasan
Korupsi. Peraturan ini memperkokoh usaha Kemlu untuk membenahi dan
menciptakan organisasi dan profesi yang transparan, kapabel dan bersih.
Kebijakan benah diri berfokus pada tiga aspek utama, yaitu: (1) restrukturisasi
organisasi departemen, (2) restrukturisasi Perwakilan RI di luar negeri, dan (3)
pembenahan profesi diplomat.
Sebelum benah diri, komposisi pegawai Kemlu adalah 1 : 2 antara pejabat
diplomatik dan staf administrasi. Setelah benah diri, jumlah pejabat diplomatik
telah melebihi staf administrasi dengan komposisi 2 : 1. Hal ini sejalan dengan
tujuan benah diri, yang merupakan proses berkesinambungan untuk memperbaiki
diri dalam lingkungan global yang dinamis. Dengan demikian diharapkan bahwa
melalui proses benah diri dapat diciptakan organisasi yang ramping, padat,
adaptif, efektif, dan efisien.
Berkaitan dengan proses benah diri Kemlu, kinerja Perwakilan RI di luar
negeri yang saat ini telah semakin berkembang dan kompleks memerlukan adanya
sistem pembukuan keuangan yang cepat, tepat dan akuntabel. Untuk itu
pengenalan Sistem Informasi Manajemen Keuangan (Simkeu) real time berbasis
internet ini diharapkan mampu menjawab tuntutan tersebut. Hal ini dimaksudkan
untuk meningkatkan kinerja Perwakilan RI dalam penanganan sistem pembukuan
keuangan yang efektif dan bertanggungjawab berbasiskan teknologi komputer dan
internet serta sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan opini Laporan
Keuangan Kemlu dari Wajar Dengan Pengecualian (qualified) pada tahun 2008
menjadi Wajar Tanpa Pengecualian (unqualified) pada tahun 2009, disamping
sebagai media peningkatan tertib administratif sesuai dengan semangat
penegakkan tiga tertib (tertib waktu, fisik dan administratif). Namun kenyataanya
pada tahun 2009 opini disclaimerlah yang di terima oleh Kemlu. Hal ini bukan
berarti proses benah diri Kemlu telah gagal sepenuhnya, hanya saja perlu
dilakukan beberapa perbaikan pada pelaksanaannya.
Diterbitkannya opini disclaimer untuk Laporan Keuangan Kemlu tahun
2009 bukanlah tanpa sebab. Berikut adalah beberapa hasil pemeriksaan yang
dilakukan oleh BPK terkait dengan pemberian opini disclaimer :
1. Penyajian angka kas di bendahara pengeluaran tidak didukung dengan
dokumen yang memadai, disajikan berdasarkan hasil perhitungan matematis,
tidak berdasarkan inventarisasi saldo rekening kas di bendahara pengeluaran.
2. Terdapat Surat Permintaan Pembayaran Ganti Uang (SPP-GU) yang belum
Dibuatkan SPM-GU Nihil sampai dengan 31 Desember 2009.
3. Terdapat saldo Beban Pusat Persekot Resmi (BPPR) plus yang tidak sesuai
dengan prosedur yang berlaku. Dana talangan untuk keperluan home staff ini
seharusnya nihil yaitu setelah Perwakilan melakukan penagihan ke biro
keuangan yang kemudian mendapatkan verifikasi terlebih dahulu dari
Inspektorat Jenderal (Itjen) untuk persetujuan pembayarannya. Terdapat pada
4 (empat) Satker Perwakilan.
4. Pencatatan dan pelaporan aset tetap pada Kemlu tahun 2009 belum memadai,
terdapat koreksi nilai tim penertiban aset pada Sistem Informasi Manajemen
dan Akuntansi Barang Milik Negara (SIMAK BMN) yang tidak sesuai dengan
koreksi nilai pada laporan hasil penilaian BMN, belum reklas barang rusak
dari aset tetap ke aset lancar (lima Perwakilan), satu satker Perwakilan
kelebihan pencatatan BMN, barang dicatat namun tidak ditemukan.
5. Ketidaktertiban satker Perwakilan dalam pertanggungjawaban keuangan dan
hal tersebut ditunjukkan dengan tidak disampaikannya 32 Laporan Keuangan
Perwakilan ke pusat sampai dengan batas waktu yang ditentukan.
Dari beberapa hasil pemeriksaan BPK diatas penulis merasa dengan tidak
disampaikannya Laporan Keuangan 32 Perwakilan ke pusat tepat waktu
merupakan masalah yang cukup penting. Hal tersebut merupakan salah satu
pembatasan ruang lingkup auditor dengan nilai yang sangat material dan tidak
mengherankan jika BPK memberi opini disclaimer terhadap Laporan Keuangan
Kemlu. Secara logika adalah ‘apa yang bisa diperiksa oleh auditor apabila
Laporan Keuangannya saja tidak ada’ maka auditor tidak dapat memberikan
opini.
Terkait dengan permasalahan yang ada sebenarnya sudah ada dasar hukum
yang mengatur, diantaranya :
1. UU RI No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara
2. UU RI No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara
3. PMK No. 171/PMK.05/2007 tentang Sistem Akuntansi dan Pelaporan
Keuangan Pemerintah Pusat
4. Perdirjen No. 51/PB/2008 tentang Pedoman Penyusunan Laporan Keuangan
Kementerian Negara/Lembaga
Secara lebih rinci dalam Pasal 55 UU No. 1 Tahun 2004 ayat 2 dijelaskan
bahwa Menteri/pimpinan lembaga selaku Pengguna Anggaran/Pengguna Barang
menyusun dan menyampaikan Laporan Keuangan yang meliputi Laporan
Realisasi Anggaran, Neraca, dan Catatan atas Laporan Keuangan dilampiri
Laporan Keuangan Badan Layanan Umum pada kementerian negara/lembaga
masing-masing dan disampaikan kepada Menteri Keuangan selambat-lambatnya
dua bulan setelah tahun anggaran berakhir. Sedangkan yang terjadi pada Laporan
Keuangan Perwakilan adalah sampai dengan akhir februari masih ada 32
Perwakilan yang belum menyampaikannya ke pusat.
Berdasarkan pemaparan di atas penulis tertarik untuk menjabarkan
penyebab yang mengakibatkan lambatnya Perwakilan dalam menyusun Laporan
Keuangan
dengan
mengangkat
topik
“PENYAMPAIAN
LAPORAN
KEUANGAN OLEH SATKER PERWAKILAN RI DI LUAR NEGERI”.
Penulis merasa dengan ditemukannya penyebab-penyebab tersebut maka bisa
dicari pemecahan dan pencegahannya. Sehingga pada tahun-tahun mendatang
tidak ada satupun satuan kerja (satker) Perwakilan yang terlambat menyampaikan
Laporan Keuangan ke pusat dan semoga opini unqualified (wajar tanpa
pengecualian) bisa diterbitkan.
B. Perumusan Masalah
Adapun yang menjadi masalah utama yang akan dibahas dalam penulisan
skripsi ini adalah :
1. Bagaimanakah sistem penyampaian Laporan Keuangan satker Perwakilan RI
di luar negeri ke pusat?
2. Apa saja hal-hal yang menyebabkan beberapa satker Perwakilan RI terlambat
menyampaikan Laporan Keuangan ke pusat?
3. Bagaimana cara mengatasi hal tersebut agar tidak terulang di masa yang akan
datang?
C. Ruang Lingkup
Ruang lingkup penulisan ini dibatasi hanya pada permasalahan mengenai
keterlambatan 32 satker Perwakilan RI di luar negeri dalam menyampaikan
Laporan Keuangan ke pusat sampai batas waktu yang ditentukan untuk tahun
anggaran 2009. Satker-satker Perwakilan tersebut tersebar di banyak negara di
dunia.
D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
Adapun tujuan dan kegunaan dari penyusunan skripsi ini adalah :
1. Untuk mengetahui bagaimana sistem penyampaian Laporan Keuangan satker
Perwakilan RI di luar negeri ke pusat.
2. Untuk mengetahui hal-hal yang menyebabkan beberapa satker Perwakilan RI
terlambat menyampaikan Laporan Keuangan ke pusat.
3. Untuk memberikan solusi untuk mengatasi hal tersebut agar tidak terulang di
masa yang akan datang.
Download