BAB II KAJIAN PUSTKA 2.1 Pengertian Manejemen Waktu 2.1.1

advertisement
BAB II
KAJIAN PUSTKA
2.1 Pengertian Manejemen Waktu
2.1.1 Pengertian Manajemen
Menurut Syafaruddin dan Irwan (2005:7) bahwa manajemen adalah proses
memperoleh tindakan melalui usaha orang lain. Dapat dipahami bahwa
manajemen adalah kekuatan utama dalam organisasi yang mengkoordinir
berbagai kegiatan bagian-bagian (sub sistem) serta berhubungan dengan
lingkungan. Maka manajemen adalah suatu proses memadukan sumber daya yang
tidak berhubungan ke dalam keseluruhan sistem untuk pencapaian tujuan.
Manajemen berusaha memfokuskan perhatian atas proses pokok
administrasi mencakup perencanaan, pengorganisasian, dan pengawasan yang
sangat esensial jika organisasi ingin mencapai tujuan dan sasaran utamanya. Lebih
jauh dijelaskan Syafaruddin dan Irwan (2005:16) bahwa aktivitas manajerial
berlangsung pada organisasi bisnis, pemerintahan, pendidikan, sosial dan
organisasi lain di mana unsur manusia dan sumber daya fisik dipadukan untuk
mencapai tujuan yang akan di capai.
Dengan demikian, istilah manajemen mengacu pada suatu proses
mengkoordinasi dan mengintergrasikan kegiatan-kegiatan kerja agar diselesaikan
secara efisien dan efektif dengan melalui orang lain. Proses menggambarkan
fungsi-fungsi yang berjalan terus atau kegiatan-kegiatan utama yang dilakukan
6
7
oleh para manajer. Fungsi-fungsi tersebut biasanya disebut sebagai merencanakan,
mengorganisasi, memimpin, dan mengendalikan.
Pada umumnya manajemen dibagi menjadi beberapa fungsi, yaitu
merencanakan, mengkoordinasikan, mengawasi dan mengendalikan kegiatan
dalam rangka usaha untuk mencapai tujuan yang diinginkan secara efektif dan
efisien. Fayol (dalam Budiyoni 2004-12) menyusulkan bahwa semua menejer
paling tidak melaksanakan fungsi manajemen, yaitu merancang, mengorganisasi,
memerintahkan, mengkoordinasi dan mengendalikan, yaitu sebagai berikut :
a. Perencanaan
Perencanaan dapat diartikan sebagai suatu proses untuk menentukan
tujuan serta sasaran yang ingin dicapai dan mengambil langkah-langkah strategis
guna mencapai tujuan tersebut. Melalui perencanaan seorang akan mendapatkan
mengetahui apa saja yang harus dilakukan dan bagaimana cara melakukannya.
b. Pengorganisasian
Pengorganisasian merupakan proses pemberian perintah, pengalokasian
sumber daya serta pengaturan kegiatan secara terkordinir kepada setiap individu
dan kelompok untuk mengarahkan rencana.
c. Pengarahan
Pengarahan adalah proses untuk menumbuhkan semangat (motivation)
pada setiap individu untuk berkerja keras dan giat serta membimbing dalam
melaksanakan rencana untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai secara efektif
dan efisien.
8
d. Pengendalian
Bagian terakhir dari proses manajemen adalah pengendalian (controllong).
Pengendalian dimaksudkan untuk melihat apakah kegiatan organisasi sudah
selesai dengan rencana sebelumnya.
Dari teori dapat dinyatakan manajemen mempunyai beberapa inti sari
kegiatan yaitu bagaimana perencanaan, pengorganisasian, pengawasan yang
dimana akan dijadikan sebagai acuan untuk melakukan sebuah keinginan yang
dicapai dengan begitu apapun yang kita akan kerjakan pasti akan terstruktur
dengan baik dengan adanya manajemen yang coba diterapkan baik pada
organisasi maupun pada setiap individul.
2.1.2 Pengertian waktu
Menurut Zein (1996:25) memberikan batasan tentang waktu adalah saat,
masa yang akan datang atau saat yang telah berlalu. Ada pribahasa berbunyi “time
is money “, karena itu sebaiknya kita kreatif mengatur waktu, agar waktu yang
luang itu menjadi uang atau produktif. Bila waktu yang dipakai secara boros,
berarti kita boros pada hidup kita, jika seseorang dapat menguasai waktu maka
orang tersebut dapat menguasai hidup, dan mengambil manfaat dari hidup
Ada dua pengertian tentang waktu, yaitu sebagai kronos dan kairos.
Kronos adalah waktu-waktu yang kita jalani, misalnya Senin, Selasa, Sehari,
Sebulan, Setahun. Seringkali kita menggunakannya pada istilah kronologis.
Sedangkan kairos adalah waktu yang bermakna bagi kita. Dari usia 0 tahun
hingga 17 tahun kita menjalani kronos, tapi dalam kurun waktu itu pasti ada saatsaat penting yang membawa kesan tersendiri bagi kita, misalnya saat pertama
9
masuk sekolah, saat bertengkar dengan sahabat, saat pertama kali jatuh cinta, saat
gagal ujian, saat menjadi juara atas pertandingan olahraga. Bagaimana reaksi kita
pada saat itu dan bagaimana kita menghadapinya? Pelajaran apa yang kita peroleh
dari peristiwa itu? Itulah kairos, saat-saat bermakna dalam perjalanan hidup yang
membentuk karakter individu.
Kairos tidak harus berupa peristiwa besar, mungkin hanya peristiwa kecil
atau sepele, tapi yang penting bisa belajar sesuatu dari peristiwa itu. Intinya,
marilah kita belajar peka untuk melihat makna dibalik peristiwa. Ada perbedaan
besar antara orang yang hanya sekedar menjalani kronos dengan orang yang
mampu melihat kairos-kairos dalam hidupnya.
Orang yang mampu memahami waktu sebagai kairos, melihat hidup
sebagai kesempatan, bukan sekedar hidup yang dijalani begitu saja tanpa makna.
Kesempatan untuk mengalami suka dan duka, sukses dan gagal, yang memproses
diri kita menjadi pribadi yang matang dan tangguh. Kesempatan untuk mengisi
hidup ini dengan banyak hal yang bermakna..
Kita masuk perguruan tinggi selama 4 atau 5 tahun, apakah hanya untuk mendapat
gelar sarjana? Harus lebih dari itu, waktu-waktu itu akan menjadi kesempatan
untuk meraih kairos-kairos. Kesulitan ketika belajar, kegagalan di ujian,
pertemuan dengan orang serta lingkungan yang baru, adalah kesempatan untuk
belajar menjadi pribadi yang lebih ulet, lebih punya kontrol diri, lebih mampu
menyesuaikan diri dan sebagainya. Menurut Herawati (Modul 2008:3) Terdapat
beberapa Jenis-jenis Waktu sebagai berikut:
10
a.
Waktu yang sulit diatur :
Hanya untuk memenuhi kebutuhan Primer : makan, istirahat, menjaga
hubungan sosial dan kekeluargaan. Waktu ini tidak dapat digunakan untuk
kepentingan-kepentingan lain, dan tingkat urgensinya tinggi untuk
menjaga
keseimbangan hidup manusia. Penggunaan waktu ini harus bijaksana, tidak dapat
dilebih-lebihkan ataupun disia-siakan.
b.
Waktu yang dapat diatur :
Waktu yang ditemukan dalam aktivitas kerja manusia dan sebagian dalam
kehidupan pribadi manusia.Waktu jenis ini dibagi dua :
1. waktu-waktu prima ( waktu puncak), dimana semangat dan etos kerja
tinggi
2. waktu - waktu lembah, dimana semangat dan etos kerja rendah,
misalnya saat-saat akhir kerja. Tantangannya adalah bagaimana manusia
dapat memanfaatkan waktu –waktu secara effektif.
C.
Waktu yang dapat diatur
Waktu puncak : etos kerja tinggi, misalnya pada jam 07.00 pagi dan jam
19.00 malam. Waktu lembah : etos kerja rendah, misalnya sebelum jam 07.00
pagi, jam 15.00, dan jam 22.00 malam
11
Tedapat beberapa cara memanfaatkan waktu puncak secara efektif sebagai
berikut:
a. Mengerjakan tugas-tugas yang penting dan berat pada waktu puncak, karena
pada saat ini semangat sedang tinggi dan kemampuan otak sedang baik.
b. Jangan mengerjakan tugas-tugas ringan pada waktu puncak, karena tugastugas berat akan lebih sulit dikerjakan pada waktu lembah. Akibatnya
pekerjaan tidak dapat diselesaikan dengan baik bahkan dapat tertunda hingga
hari berikutnya.
Dari penjelasan dapat disimpulkan bahwa waktu adalah seluruh rangkaian
saat ketika proses, perbuatan, atau keadaan berada atau berlangsung, tidak seorang
pun tahu apa yang akan terjadi pada yang akan datang. Dengan begitu waktu
dibagi menjadi tiga bagian yaitu waktu yang sulit diatur, waktu yang dapat diatur,
waktu yang dapat diatur.
2.1.3 Pengertian Manajemen Waktu
Manajemen waktu adalah suatu jenis keterampilan yang berkaitan dengan
segala bentuk upaya dan tindakan seseorang yang dilakukan secara terencana agar
individu dapat memanfaatkan waktunya dengan sebaik-baiknya
(Atkinson,
1994-13). Orr (dalam Atkinson, 1994-25) mengemukakan bahwa manajemen
waktu sebagai kemampuan menggunakan waktu secara efektif dan efisien untuk
memperoleh manfaat yang maksimal.
Manajemen waktu juga menurut Haynes (1994-24) menyatakan bahwa
manajemen waktu adalah suatu proses pribadi dengan memanfaatkan analisis dan
12
perencanaan dalam menggunakan waktu untuk meningkatkan efektivitas dan
efisiensi.
Higgins (dalam Atkinson, 1994:26) mendefinisikan manajemen waktu
sebagai proses untuk menjadikan waktu lebih produktif, dengan cara mengatur
apa yang dilakukan dalam waktu tersebut. Hal serupa juga dikemukakan oleh
Forsyth (2009:25) mengatakan bahwa manajemen waktu adalah cara bagaimana
membuat waktu menjadi terkendali sehingga menjamin terciptanya sebuah
efektifitas dan efisiensi juga produktivitas.
Adapun Pengertian / definisi manajemen waktu adalah tindakan atau
proses perencanaan dan secara sadar melakukan kontrol atas jumlah waktu yang
dihabiskan untuk kegiatan tertentu, terutama untuk meningkatkan efektivitas,
efisiensi atau produktivitas.
Manajemen waktu dapat dibantu oleh berbagai keterampilan, peralatan,
dan teknik yang digunakan untuk mengelola waktu dalam menyelesaikan tugastugas tertentu, kegiatan dan tujuan sesuai dengan tanggal jatuh tempo. Manajemen
waktu meliputi cakupan yang luas dari kegiatan, dan ini termasuk perencanaan,
mengalokasikan, menetapkan tujuan, delegasi, analisis waktu yang dihabiskan,
pemantauan, pengorganisasian, penjadwalan, dan prioritas
Awalnya, manajemen waktu disebut hanya untuk kegiatan usaha atau
pekerjaan, tapi akhirnya istilah tersebut diperluas untuk mencakup kegiatan
pribadi juga. Biasanya manajemen waktu adalah suatu keharusan dalam setiap
pembangunan proyek karena manajemen waktu menentukan jumlah waktu yang
dibutuhkan dan ruang lingkup penyelesaian suatu kegiatan yang akan dilakukan.
13
Dari teori-teori yang dijelaskan bahwa manajemen waktu adalah sebuah
proses perencanaan, pengorganisasian, tindakan dan Evaluasi. Dengan begitu
maka yang menjadi tujuan yang dijadikan capaian akan terlaksana secara efektif
dan efisien. Oleh sebab itu setiap melakukan manajemen itu harus mengikuti apa
yang menjadi arul dari manajemen waktu itu sendiri untuk tercapainya tujuan
yang diinginkan secara efektif dan efisien.
2.1.4 Aspek-Aspek Manajemen Waktu
Dasar yang dipakai pada system manajemen waktu yaitu perencanaan
operasional dan penjadwalan yang selaras dengan durasi yang sudah ditetapkan.
Dalam hal ini penjadwalan digunakan untuk mengontrol aktivitas setiap harinya.
Adapun aspek-aspek manajemen waktu yaitu menentukan penjadwalan,
mengukur dan membuat laporan dari kemajuan, membandingkan penjadwalan
dengan kemajuan sebenarnya di lapangan, menentukan akibat yang ditimbulkan
oleh perbandingan jadwal dengan kemajuan di lapangan pada akhir penyelesaian,
merencanakan penanganan untuk mengatasi akibat terebut, yang terakhir
memperbaharui kembali penjadwalan (Clogh dan Scars, 1991:25). Sedang aspekaspek manajemen waktu itu sendiri merupakan proses satu dengan yang lainnya.
2.1.5 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Manajemen Waktu
Macan dkk (dalam Taylor, 1990-31) mengemukakan bahwa manajemen
waktu tiap individu berbeda dengan individu lainnya, hal tersebut dikarenakan
adanya faktor-faktor yang dapat mempengaruhi manajemen waktu. Faktor-faktor
tersebut antara lain sebagai berikut :
14
a. Usia
Hasil penelitian Macan dkk. (dalam Taylor, 1990) yang menunjukan
bahwa terdapat hubungan antara usia dengan manajemen waktu. Semakin tinggi
usia seseorang maka semakin baik pula kemampuan manajemen waktunya,
sebaliknya semakin rendahnya usia seseorang maka semakin kurang kemampuan
manajemen waktunya.
b. Jenis Kelamin
Macan, dkk (Taylor, 1990:25) juga berpendapat bahwa apabila wanita
mempunyai waktu luang, maka wanita lebih suka mengisi waktu luang tersebut
dengan melakukan pekerjaan yang ringan daripada bersantai-santai. Oleh karena
itu dapat dikatakan bahwa hampir seluruh waktunya cenderung digunakan untuk
diisi dengan berbagai macam aktivitas.
Lebih lanjut Srijanti (2007:25) mengemukakan faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi manajemen waktu yaitu :
a. Adanya Target Yang Jelas
Dengan adanya target pencapaian maka hidup akan lebih terarah dan
waktupun dapat diatur dengan sebaik-baiknya.
b. Adanya Prioritas Kerja
Individu dapat menjalankan manajemen waktu dengan baik akan
mencurahkan seluruh konsentrasi dan energinya untuk mencapai prioritas yang
telah ditetapkannya. Adanya prioritas dalam bekerja merupakan salah satu faktor
utama yang membuat individu berhasil melakukan pekerjaan dengan baik.
15
c. Penundaan Pekerjaan
Kebiasaan menunda pekerjaan seringkali menyebabkan kehabisan waktu
dan
tenaga
saat
akan
mengerjakannya.
Sehingga
bila
dipaksakan
melaksanakannya maka hasilnya bukanlah yang terbaik karena dilakukan dengan
sia-sia
d. Pendelegasian Tugas
Sifat kurang percaya pada orang lain dan ingin semua pekerjaan selesai
dengan sempurna seringkali membuat tersitanya waktu yang kita miliki. Perlu
kiranya di ingat bahwa pekerjaan yang dilakukan orang lain mungkin tidak sebaik
jika di lakukan sendiri, akan tetapi jika pekerjaan tersebut tidak yang utama
kenapa tidak didelegasikan saja pada orang lain dengan tetap diawasi. Hal itu
dapat lebih meringankan pekerjaan, waktu yang ada dapat di pergunakan untuk
melakukan pekerjaan lain yang lebih berkualitas disamping dapat meningkatkan
rasa percaya diri, kebahagiaan dan rasa hormat dari orang yang kita kasih tugas.
e. Penataan Ruang Kerja
Ruang kerja yang membosankan dapat membuat pekerja kurang merasa
nyaman dalam melakukan suatu pekerjaannya sehingga dapat mengakibatkan
sulitnya mendapat hasil kerja yang baik.
Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa manajemen waktu dapat
dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain usia, jenis kelamin, adanya target
yang jelas, adanya prioritas kerja, penundaan pekerjaan, pendelegasian tugas,
penataan ruang kerja. Oleh sebab itu manajemen waktu itu dibutuhkan di dalam
kehidupan sehari-hari.
16
2.1.6 Mengapa Perlu Manajemen Waktu
Sering kita mendengar pepatah ”Waktu adalah uang ”. Sadarkah kita bahwa
waktu adalah sangat berharga ? Coba kita merenung berapa banyak yang sudah
kita lakukan selama hidup kita? Dan apa yang sudah kita capai ? Waktu UNIK
karena waktu merupakan sumber pendapatan yang tidak dapat diganti, tidak
dapat disimpan, tidak dapat kembali lagi. Kita hidup di dalamnya tetapi kita tidak
bisa meraba dan melihatnya. Kita tidak mungkin mendapatkan waktu yang kita
butuhkan meskipun kita punya uang untuk membelinya.
Manajemen Waktu yaitu aktivitas untuk memanfaatkan waktu yang tersedia
dan potensi-potensi yang tertanam dalam diri kita untuk mencapai tujuan-tujuan
penting dalam hidup kita. Menurut Franklin (dalam Herawati 2009:3)” apakah
anda mencintai hidup ?kalau begitu jangan menyia-nyiakan waktu ” Tuhan
memberikan waktu tertentu pada setiap manusia untuk hidup di dunia. Dalam
menjalani kehidupan, manusia harus mempunyai tujuan yang jelas yang harus
dicapainya dalam kurun waktu hidup yang terbatas. Tujuan hidup manusia
beragam ada yang berkaitan dengan ibadah, keluarga, pekerjaan, sekolah, sosial
sehingga manusia harus pandai mengelola waktunya. Agar tujuan-tujuan tersebut
dapat terwujud secara seimbang. Maka yang disebut dengan ”manajemen waktu ”
adalah aktivitas memenfaatkan waktu yang tersedia untuk mencapai tujuan,
karena waktu tidak dapat diganti, disimpan dan kembali lagi.
Dari penjelasan tersebut dapat diarti manajemen waktu itu sangat
bermanfaat bagi kehidupan sehari karena waktu yang alami dikehidupan sehari ini
sangat banyak kegiatan yang akan kita kerjakan dan semua itu berkaitan dengan
17
kebutuhan kita untuk kelansung hidup ini. Agar kegiatan yang dilakukan teratur
dengan sebaik-baik untuk tercapainya apa yang menjadi tujuan yang diingikan.
2.1.7 Langkah-Langkah Mengelola Waktu
Kebiasaan mengatur atau mengelola waktu merupakan upaya untuk
memanfaatkan waktu sekarang ini sebaik-baiknya. Anda mempunyai tujuan yang
jelas, rencana dan prioritas utama, tetapi anda tidak mengelola saat-saat sekarang
ini dengan baik. Anda tenggelam dalam hal-hal yang menyebabkan waktu anda
terbuang, sehingga menyebabkan tujuan-tujuan anda hilang dan prioritas
tercampur aduk dan anda harus memulainya dari awal. Oleh karena itu kebiasaan
mengatur waktu merupakan kebiasaan pribadi sukses terpenting. Menurut
Herawati (2009:4) Terdapat Beberapa hal yang penting dalam mengelola waktu
yaitu sebagai berikut :
a. Mempelajari tujuan, rencana dan prioritas anda
b. Membuat rencana kerja periodik, dapat berupa rencana harian
c. Menentukan tingkat urgensinya
d. Menentukan hal-hal yang dapat anda delegasikan pada orang lain
e. Melakukan prioritas ( yang terpenting ) dan yang paling dekat batas
waktunya.
f. Memberi tanda pada hal-hal yang telah selesai
g. Memindahkan hal-hal yang belum tuntas pada rencana hari berikutnya.
Dari uraian tersebut
dapat diartikan bahwa manajemen waktu itu
mampunyai tahapan-tahapan yang harus dilakukan untuk menjadi panduan dalam
melakukan manajemen waktu itu sendiri. Dengan begitu dalam melakukan
18
manajemen waktu harus sesuai tahap-tahan yang telah ditentukan agar prosesnya
berjalan dengan baik dan sesuai yang diinginkan.
2.1.8 Hambatan-Hambatan Dalam Manajemen
Menurut Herawati (dalam modulnya 2009:29) terdapat hambatan-hambatan
dalam melakukan manajemen waktu yaitu sebagai berikut :
a. Mendahulukan pekerjaan yang dicintai, baru kemudian mengerjakan
pekerjaan yang kurang diminati.
b. Mendahulukan pekerjaan yang mudah sebelum menyelesaikan pekerjaan
yang sulit.
c. Mendahulukan
pekerjaan
yang
cepat
penyelesaiannya,
sebelum
menyelesaikan pekerjaan yang membutuhkan waktu yang lama.
d. Mendahulukan pekerjaan darurat / mendesak, sebelum meyelesaikan
pekerjaan-pekerjaan yang penting.
e. Melakukan aktivitas yang dapat mendekatkan mereka pada tujuan atau
mendatangkan kemaslahatan bagi diri mereka.
f. Menunggu batas waktu ( mepet ) untuk menyelesaikan pekerjaan yang
menjadi tanggungjawabnya.
g. Skala prioritas disusun tidak berdasarkan kepentingannya, tetapi berdasarkan
urutannya.
h. Terperangkap pada tuntutan yang mendesak dan memaksa.
Pendidik menemukan adanya hubungan antara manajemen waktu dan
prestasi akademik. Siswa dengan keterampilan manajemen waktu yang baik
cenderung memiliki rata-rata nilai yang lebih tinggi dari pada siswa yang
19
memiliki keterampilan manajemen waktu yang rendah (Dembo, 2004: 14). Tujuan
dari manajemen waktu ialah untuk mempertegas kita dalam melangkapi semua
tugas-tugas kita setiap hari. Ada beberapa strategi yang dapat dilaksanakan oleh
siswa untuk manajemen waktu, diantaranya:
a. Pengaturan jadwal belajar harian Pengaturan jadwal harian untuk belajar
setiap hari melindungi siswa dari masalahmasalahvsecara konsisten pada
tugas-tugas yang harus ia lengkapi.
b. Belajar di lingkungan yang terbebas dari keributan dan gangguan orang-orang
menganalisis lingkungan belajarnya dan menentukan apakah itu tempat
terbaik untuk belajar.
c. Jadwalkan untuk dapat menguasai suatu materi dalam waktu 30-60 menit.
Ada dua alasan utama untuk melakukan perencanaan waktu yaitu: (a). agar
dapat melanjutkan tujuan dan tugas-tugas khusus selanjutnya dengan baik;
dan (b). mengurangi masalah siswa yang kurang memiliki kesempatan belajar
dikarenakan kelalaian waktu.
d. Sediakan Waktu Istirahat Pendek yakni Berapa lama individu belajar
ditentukan oleh motivasi dan konsentrasi. Secara umum kebanyakan siswa
membutuhkan waktu istirahat selama 5-10 menit pada setiap jam. ( Dembo,
2004:145).
20
Ada beberapa hal yang perlu diidentifikasi dalam perencanaan manajemen
waktu, diantaranya:
a. Sebutkan pelajaran-pelajaran yang perlu dipelajari dalam jangka waktu yang
lama
b. Perkirakan waktu yang diperlukan untuk masing-masing tugas
c. Sebutkan tugas-tugas yang diprioritaskan
Dari uraian tersebut dapat dikemukakan bahwa siswa yang berprestasi
tinggi telah melakukan manajemen waktu dalam mengatur lingkungan dan
mencari bantuan dari orang lain sedangkan siswa yang berprestasi rendah
Pengaturan lingkungan fisik ditujukan pada keadaan lokasi tempat belajar yang
tenang dan tidak ada gangguan. Pengaturan lingkungan sosial dimaksudkan pada
kecakapan individu dalam menentukan kapan waktu ia perlu belajar sendiri dan
waktu untuk belajar bersama dengan yang lain atau kapan waktu ia memerlukan
bantuan-bantuan dari pengajar, tutor, teman, atau sumber non sosial lainnya
(buku, Koran dan sebagainya).
2.2 Pengertian Belajar
2.2.1 Pengertian Belajar
Menurut pendapat Hamalik (2001:27) “Belajar adalah modifikasi atau
memperteguh kelakuan melalui pengalaman”. Sedangkan menurut Slameto
(2003:2) menyemukakan bahwa Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan
untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan
sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan
lingkungannya.
21
Definisi belajar menurut Sudjana (2005:28) menyatakan bahwa Belajar
bukan menghafal dan bukan pula mengingat. Belajar adalah suatu proses yang
ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan sebagai hasil
proses belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti berubah
pengetahuannya, pemahamannya, sikap dan tingkah lakunya. Keterampilannya,
kecakapan dean kemampuannya, daya reaksinya, daya pemahamannya, dan lainlain aspek yang ada pada individu.
Dari beberapa definisi belajar dapat disimpulkan bahwa belajar adalah
aktivitas mental yang merupakan tahapan perubahan-perubahan pemahaman,
keterampilan dan nilai sikap yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan
interaksi dengan lingkungannya yang melibatkan proses kognitif, perubahan itu
bersifat konstan dan berbekas.
2.2.2 Tujuan Belajar
Belajar merupakan peristiwa sehari-hari di sekolah. Menurut Mudjiono
(2010:17) Belajar merupakan hal yang kompleks. Kompleksitas tersebut dapat
dipandang dari segi subjek, yaitu dari siswa dan dari guru. Dari segi siswa, balajar
dialami sebagai proses. Siswa mengalami proses mental dalam menghadapi bahan
belajar.
Belajar juga merupakan proses internal yang kompleks. Yang terlibat
dalam proses internal tersebut adalah seluruh mental yang meliputi ranah-ranah
kognitif, afekti dan spikomotorik. Proses belajar yang mengaktualisasikan ranahranah tersebut tertujuh pada bahan belajar tertentu.
22
Sasaran belajar tersebut diketahui oleh siswa sebagai akibat adanya
informasi dari guru. Panduan belajar tersebut harus diikuti, sebab mengisyaratkan
kriteria keberhasilan belajar. Keberhasilan belajar siswa merupakan persyaratan
bagi program balajar selanjutnya. Dengan keberhasilan belajar, maka siswa akan
menyusun program balajar sendiri. Bagi siswa, hal itu berarti melakukan
emansipasi diri dalam rangka mewujudkan kemandirian.
Dari penjelasan tersebut dapat diartikan bahwa di saat belajar akan terjadi
sebuah proses perubahan tingka laku yang dari tidak tahu menjadi tahu dari yang
tidak bisa menbaca bisa dapat menbaca, karena dengan adanya proses belajar.
2.2.3 Prinsip-Prinsip Belajar
Banyak teori dan pirnsip-prinsip yang dikemukakan oleh para ahli yang
satu dengan lain memiliki persamaan dan juga perbadaan. Dari berbagai prinsip
balajar tersebut terdapat beberapa prinsip yang relatif berlaku umum yang dapat
kita pakai sebagai dasar dalam upaya pembalajaran, baik bagi siswa yang perlu
meningkatkan upaya belajarnya. Menurut Mudjiono (2010:42) prinsip-prinsip itu
berkaitan
dengan
perhatian
dan
motivasi,
keaktifan,
keterlibatan
langsung/pengalaman, pergaulan, tantanga, balikan dan penguatan, serta
perbedaan individual. Untuk lebih jelasnya maka dari itu akan diuraikan sebagai
berikut :
1. Perhatian Dan Motivasi
Perhatian menpunyai peranan penting dalam kegiatan belajar. Dari kajian
teori belajar pengelolaan informasi terungkap bahwa tanpa adanya perhatian tak
23
mungkin terjadi belajar (Gage dan Berliner 1984:335). Perhatian terhadap
pelajaran akan timbul pada siswa apabila bahan pelajaran sesuai dengan
kebutuhan. Disamping perhatian, motivasi mempunyai peranan penting dalam
kegiatan belajar. Motivasi bealajar adalah tenaga yang menggerakan dan
mengerahkan aktivitas seseorang. Motivasi dapat dibandingkan dengan mesin dan
kemudi pada mobil (Gage dan Berliner 1984:372).
2 Keaktifan
Menurut Dewey (dalam davies 1937: 31)Kecemduruman psikologi dewasa
ini menganggap bahwa anak adalah mahkluk yang aktif. Akan mempunyai
dorongan untuk berbuat sesuatu, mempunyai kemauan dan aspirasinya sendiri.
Belajar tidak bisa dipaksakan oleh orang lain dan juga tidak bisa dilimpahkan
kepada orang lain. Belajar hanya mungkin terjadi apabila anak aktif mengalami
sendiri, guru hanyalah sekedar pembimbing dan mengarahkan.
3. Keterlibatan Langsung/Pengalaman
Sebelumnya telah dibahas bahwa belajar haruslah dilakukan oleh siswa
sendiri, belajar adalah mengalami belajar tidak bisa dilimpahkan kepada orang
lain. (Dale dalam Mudjiono, Dimyati 2010:45) dalam penggolongan pengalaman
belajar yang dituangkan dalam kerucut pengalamannya mengemukakan bahwa
belajar yang paling baik adalah belajar melalui pengalaman langsung. Dalam
belajar melalui pengalaman langsung siswa tidak sekedar mengamati secara
langsung tetapi ia harus menghayati, terlibat langsung dalam perbuatan, dan
bertanggung jawab pada hasilnya.
24
4. Pergulangan
Prinsip belajar yang menekankan perlunya pergulangan barangkali yang
paling tua adalah yang dikemukakan oleh teori psikologi daya, menurut teori ini
belajar adalah melatih daya-daya yang ada pada manusia yang terdiri atas daya
mengamat, menanggap, mengingat, menghayal, merasakan, berpikir dan
sebagainya. Dengan mengadakan pengulangan maka daya-daya tersebut akan
berkembang. Seperti halnya pisau yang selalu diasa akan menjadi tajam, maka
daya-daya yang dilatih dengan pengadaan pengulangan-pengulangan akan
menjadi sempurna.
5. Tantangan
Teori medan (Theory dalam Mudjiono, Dimyati 2010:47) dari Kurt Lewin
mengemukakan bahwa siswa dalam situasi belajar berada dalam suatu medan atau
lapangan psikologi. Dalam situasi balajar siswa menghadapi suatu tujuan yang
ingin dicapai, tetapi selalu terdapat hambatan yaitu mempelajari bahan belajar,
maka timbul motif mengatasi hambatan itu yaitu dengan menpelajari bahan
belajar tersebut.
6. Balikan Dan Pengautan
Prinsip belajar yang berkaitan dengan balikan dan pengautan terutama
ditekankan oleh teori belajar Operant Conditioning dari F.B. Skinner. Sedangkang
pada teori conditioning yang menberi kondisi adalah stimulusnya, maka pada
operant conditioning yang diperkuat adalah resfonnya. Siswa akan belajar lebih
semangat apabila mengetahui dan mendapatkan hasil yang baik. Hasil yang baik
25
akan merupakan balikan yang menyenangkan dan berpengaruh baik bagi usaha
belajar selanjutnya.
7. Perbedaan Individual
Siswa merupakan individual yang unik, artinya tidak ada dua orang siswa
yang sama persis, tiap siswa memiliki perbedaan satu dengan yang lain.
Perbedaan itu terdapat pada karakteristrik psikis, kepribadian dan sifat-sifatnya.
Perbedaan individual ini berpengaruh pada cara dan hasil belajar siswa. Karena,
perbedaan itu perlu diperhatikan oleh guru dalam upaya pembelajaran.
Dari beberapa teori belajar mempunyai pirnsip-prinsip yang satu dengan
lain memiliki persamaan dan juga perbadaan. Prinsip-prinsip itu berkaitan dengan
perhatian dan motivasi, keaktifan, keterlibatan langsung/pengalaman, pergaulan,
tantanga, balikan dan penguatan, serta perbedaan individual. Dari berbagai prinsip
balajar tersebut terdapat beberapa prinsip yang relatif berlaku umum yang dapat
kita pakai sebagai dasar dalam upaya pembalajaran, baik bagi siswa yang perlu
meningkatkan upaya belajarnya.
2.2.4 Cara Memanfaatakan Waktu Belajar Secara Efektif.
Menurut Slameto (2003:82), salah satu belajar yang efektif adalah
membuat jadwal dan melaksanakannya. Adapun cara untuk membuat jadwal yang
baik adalah sebagai berikut Setiap hari ada 24 jam , 24 jam digunakan untuk:
Tidur : 7 jam, makan, mandi, olahraga : 3 jam, urusan pribadi dan lain-lain: 2 jam,
sisanya untuk belajar : 12 jam
26
Waktu 12 jam ini digunakan untuk belajar di sekolah selama kurang lebih
7 jam, sedangkan sisanya yang 5 jam digunakan untuk belajar di luar jam
pelajaran sekolah seperti di rumah atau di perpustakaan. Agar dapat berhasil
dalam belajar, jadwal yang sudah dibuat haruslah dilaksanakan secara teratur,
disiplin dan efisien. Waktu belajar yang banyak bukanlah suatu jaminan untuk
meraih prestasi maksimal, jika tidak digunakan secara optimal. Menurut
Djamarah (2002:10), mengemukakan pedoman umum belajar
yang meliputi:
Belajar dengan teratur, Disiplin dan bersemangat, Konsentrasi, Istirahat dan tidur.
Dari penjelasan tersebut bisa disimpulkan bahwa harus ada pengelolaan
waktu belajar agar takkan akan ada kegiatan yang terlewati. Dengan demikian ada
kesamaan antara mengerjakan waktu belajar dengan waktu yang lain yang tidak
kalah pentingnya dengan belajar.
2.2.5 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Belajar
Menurut Slameto (2010:54) faktor-faktor yang mempengaruhi belajar
banyak jenisnya, tetapi dapat digolongkkan menjadi dua golongan saja, yaitu
faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor yang ada dalam
diri individu yang sedang belajar, sedangkan faktor eksternal adalah faktor yang
ada diluar diri individu.
A. Faktor-Faktor Internal
Membicarakan faktor internal ini, akan dibahas menjadi tiga faktor, yaitu:
faktor jasmani, psikologis dan kelelahan.
27
1. Faktor Jasmani
a. Faktor Kesehatan
Sehat berarti dalam keadaan baik segenap badan beserta bagianbagiannya/bebas dari penyakit. Kesehatan seseorang berpengaruh terhadap
belajarnya. Proese belajar seseorang akan terganggu jika kesehatan seseorang
terganggu, selain itu juga akan cepat lelah, kurang bersemangat, mudah pusing,
ngatuk jika badannya lemah
b. Cacat Tubuh
Cacat tubuh adalah sesuatu yang menyebabkan kurang baik atau kurang
sempurna mengenai tubuh dan badan. Keadaan cacat tubuh juga mempengaruhi
belajar. Siswa yang cacat belajarnya juga akan terganggu. Jika hal initerjadi
hendaknya ia belajar pada lembaga pendidikan yang khusus atau diusahaka alat
bantu agar dapat menghindari atau mengurangi pengaruh kecacatannya itu.
2. Faktor Psikologis
Sekurang-kurangnya ada tujuh faktor yang tergolong kedalam faktor
psikologis yang mempengaruhi belajar yaitu sebagai berikut:
a. Intelegensi
Intelegensi adalah kecakapan yang terdiri dari tiga jenis yaitu kecakapan
untuk menhadapi dan menyesuaikan kedalam situasi yang baru dengan cepat
dengan efektif, mengetahui/menggunakan konsep-konsep yang secara abstrak
secara efektif, menyetahui relasi dan menpelajarinya dengan cepat.
28
Intelegensi besar pengaruhnya terhadapat kemajuan belajar. Dalam situasi
yang sama, siswa yang menpunyai tingkat intelegensi yang tinggih akan lebih
berhasil dari dapa yang menpunyai tingkat intelegensi yang rendah. Walaupun
begitu siswa yang menpunyai tingkat intelegensi yag tinggih belum pasti berhasil
dalam belajarnya. Hal ini disebabkan karena belajar adalah suatu proses yang
kompleks dengan banyak faktor yang mempengaruhinya, sedangkan intelegensi
adalah salah satu faktor diantara faktor yang lain. Jika faktor lain bersifat
menghambat/berpengaruh negatif terhadap belajar, akhirnya siswa gagal dalam
belajarnya.
b. Perhatian
Perhatian menurut Gazali bahwa keaktifan jiwa yang yang dipertinggi,
jiwa itupun semata-mata tertuju kepada suatu objek (benda/hal) atau sekalipun
objek. Untuk dapat menjamin hasil belajar yang baik, maka siswa harus
mempunyai perhatian terhadap bahan yang dipelajarinya. Jika bahan pelajaran
tidak menjadi perhatian siswa maka akan timbul kebosanan, sehingga ia tidak lagi
saku belajar.
c. Minat
Minat adalah kecendurungan yang tepat untuk memperhatikan dan
mengenang beberapa kegiatan. Kegiatan yang diminati seseorang, dipehatikan
terus-menerus yang di sertai dengan rasa senang. Jadi berbeda dengan perhatian,
karena perhatian sifatnya hanya sementara dan belum tentu diikuti dengan
perasaan senang, sedangkan minat selalu diikuti dengan perasaan senang dan dari
situ diperoleh kepuasan.
29
d. Bakat
Bakat adalah kemampuan untuk belajar. Kemampuan itu baru akan
terealisai menjadi kecakapan yang nyata sesudah belajar atau berlatih. Dengan
begitu dapar diartikan bahwa bakat itu berpengaruh pada proses belajar.
e. Motif
Motif erat sekali berhubungannya dengan tujuan yang akan dicapai. Di
dalam menentukan tujuan itu dapat disadari atau tidak, akan tetapi untuk
mencapai tujuan itu perlu berbuat, sedangkan yang menjadi penyebab berbuat
adalah motif itu sendiri sebagai daya penggerak/pendorongnya.
f. Kemantangan
Kematangan adalah suatu tingkat dalam pertumbahan seseorang, dimana
alat-alat tubuhnya sudah siap untuk melaksanakan kecakapan baru. Jadi kemajuan
baru untuk memiliki kecakapan itu tergantung dari kematangan dan belajar.
B. Faktor-Faktor Eksternal
Faktor
eksternal
yang
berpengaruh
terhadap
belajar,
dapalah
dikelompokkan menjadi tiga bagian yaitu sebagai berikut :
1. Faktor Orang Tua
Siswa yang belajar akan menerima pengaruh dari keluarga berupa: cara
orang tua mendidik, relasi antara anggota keluarga, suasana rumah tangga dan
keadaan ekonomi.
2. Faktor Sekolah
Faktor sekolah yang mempengaruhi belajar ini mencakup metode
mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin
30
sekolah, pelajaran dan waktu sekolah, stndar pelajaran, keadaan gedung, metode
belajar dan tugas rumah.
3. Faktor Masyarakat
Masyaratakat merupakan faktor eksternal yang juga berpengaruh terhadap
belajar siswa. Pengaruh itu terjadi karena kebradaannya siswa dalam masyarakat.
Karena kegiatan siswa dalam masyarakat, temen bergaul dan bentuk kehidupan
masyarakat, yang semua mempengaruhibelajar.
Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat banyak Faktorfaktor yang mempengaruhi belajar, tetapi dapat digolongkan menjadi dua
golongan, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor
yang ada dalam diri individu yang sedang belajar, sedangkan faktor eksternal
adalah faktor yang ada diluar diri individu.
Download