1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Peningkatan permintaan ikan nila sebagai salah satu pilihan sumber protein hewani dengan harga yang terjangkau untuk masyarakat di negara berkembang seperti Indonesia, serta di pasar internasional mendorong meningkatnya usaha budidaya ikan nila. Pada tahun 2004 Amerika Utara mengimpor nila sebesar 112.945 ton pada 2004, meningkat 25% dibandingkan pada tahun 2003 dan 68% dibandingkan produksi pada tahun 2002. Setengah dari impor Amerika Utara, dipasok oleh Cina, sedangkan sisanya oleh Taiwan, Thailand dan Indonesia (FAO 2004). Produksi nila nasional pada tahun 2004 sebesar 97.116 ton, dan kemudian meningkat sebesar 23,7% dalam kurun waktu 2004-2008 menjadi sebesar 220.900 ton (DKP 2008). Peningkatan produksi ini memposisikan Indonesia pada peringkat keempat negara produsen nila terbesar di dunia setelah Cina, Mesir dan Philipina. Dengan adanya kasus KHV (Koi Herpes Virus) pada ikan mas, nila menjadi alternatif ikan air tawar yang dibudidayakan masyarakat dan salah satu andalan dalam program revitalisasi perikanan. Perkembangan usaha budidaya ikan nila, sangat bergantung dengan pakan buatan yang dapat mendukung pertumbuhan ikan nila yang optimal, sehingga peningkatan kualitas pakan buatan menjadi suatu yang sangat penting. Ikan nila mempunyai kemampuan untuk memanfaatkan pakan buatan yang mengandung bahan-bahan dari tumbuhan (Fagbenro 1998; Olvera et al. 1997; E1-Sayed 1999; Fontainhas et al. 1999; Main et al. 2002; Ogunji dan Wirth 2000, Chimatiro dan Costa-Pierce 1996), bakteri (Beveridge et al. 1989), fitoplankton hijau (Pantastico et al. 1982). dan Spirulina (Lu dan Takeuchi 2004). Kemampuan dari ikan nila secara morfologi dan fisiologi untuk mencerna bahan pakan dengan kandungan serat tinggi membuka peluang untuk pengembangan pakan buatan ikan nila dengan menggunakan bahan pakan dari tepung daun dari berbagai jenis tanaman legumes seperti daun lamtoro (El Sayed 1999). Tepung daun lamtoro (selanjutnya disingkat TDL) merupakan sumber daya hayati lokal yang potensial untuk digunakan sebagai salah satu sumber protein nabati dalam pakan ikan. Hal ini disebabkan oleh tingginya kandungan protein yaitu sekitar 25 - 30% (NAS 1994); 24,2% (Sutardi 1981); 24% (Scott et al. 2 1982), komposisi asam amino yang relatif cukup baik serta kandungan Β- karoten yang relatif tinggi (Agbede dan Aletor 2004). Menurut NAS (1994) tanaman ini dapat menghasilkan bahan kering dari unsur-unsur yang dapat dimakan sebesar 6 - 8 ton per hektar per tahun atau sekitar 20 - 80 ton bahan segar. Di Indonesia tanaman leguminosa ini mudah ditanam sehingga dapat membantu penyediaan pakan secara kontinyu sepanjang tahun. Pemanfaatan bahan baku pakan ikan nila dari daun khususnya daun lamtoro dibatasi oleh kandungan neutral detergent fiber (NDF) yang tinggi yaitu sebesar 39,5% dan acid detergent fiber (ADF) sebesar 35,10%. (Garcia et al. 1996), defisiensi asam amino esensial (Agr, Thr, He, His, Met) dan kandungan antinutrien seperti mimosin dan asam fitat (Lim dan Dominy 1991; Wee dan Wang 1987; Hertrampf dan Pascual 2000). Defisiensi asam amino dapat diatasi dengan menambahkan asam amino esensial yang menjadi pembatas (Santiago dan Lovell 1988), sedangkan untuk mengatasi mimosin telah dilaporkan beberapa metode yang efektif untuk mereduksi mimosin seperti perendaman dan pemanasan (Wee dan Wang, 1987; Widyastuti 2001). Reduksi anti nutrient asam fitat sangatlah penting sebelum penggunaan TDL dalam pakan, karena asam fitat dapat mengikat protein dan mineral di dalam digesta dan berpotensi untuk menghambat aktivitas enzimenzim pencernaan (Conrad et al. 1996; Ravindran et al. 2000). Beberapa peneliti membuktikan bahwa penambahan enzim fitase mampu menghidrolisis asam fitat menjadi orthofosfat anorganik dan senyawa inositol yang lebih rendah. Ikan seperti hewan monogastrik lainnya tidak dapat mencerna asam fitat karena ketiadaan enzim fitase di saluran pencernaan (Ravindran et al. 2000). Keterbatasan ikan dalam memanfaatkan serat berkaitan dengan ketersediaan enzim selulotik yang terbatas dalam saluran pencernaan ikan. Kadar serat yang berlebih pada pakan ikan pada level tertentu dapat menghambat pertumbuhan. Beberapa penelitian melaporkan bahwa di dalam saluran pencernaan ikan ditemukan aktifitas selulase dalam jumlah yang kecil (Saha dan Ray 1998; Prejs dan Blaszczyk 2006; Donovan et al. 2004; Li et al 2004; Bairagi et al. 2004; Nibedita et al. 2008). Jalilvand et al. (2008) melaporkan enzim fibrilotik eksogen sangat efektif untuk menurunkan kadar serat bahan baku pakan seperti jerami padi, dan silase jagung. Enzim eksogen dengan kandungan multienzim diharapkan dapat 3 menghidrolisis tepung daun lamtoro sehingga dapat ditingkatkan kualitas nutriennya. Penggunaan enzim eksogen ini terkendala dengan harga enzim komersil yang mahal di pasaran dan biasanya enzim komersil dijual dengan spesifik aktifitas enzim tertentu. Terkait dengan hal tersebut sangatlah penting dicari sumber enzim yang mengandung multi enzim, murah dan efektif untuk meningkatkan kualitas nutrien dari tepung daun lamtoro. Cairan rumen domba merupakan salah satu sumber bahan suplemen alternatif yang murah dan dapat dimanfaatkan dengan mudah sebagai sumber enzim hidrolase (Moharrery dan Das, 2002). Cairan rumen domba (Ovies aries) yang didapat dengan memeras isi rumen, merupakan limbah rumah pemotongan hewan (selanjutnya disingkat RPH) ketersediaan cukup melimpah dan berpotensi sebagai sumber enzim. Kung et al. (2000) melaporkan bahwa cairan rumen sapi mengandung enzim protease/ deaminase yang menghidrolisis protein atau peptida, amilase yang menghidrolisis pati, selulase yang menghidrolisis selulosa, hemiselulase (xylanase) yang menghidrolisis hemiselulosa (xylan), lipase yang menghidrolisis emak, fitase yang menghidrolisis fitat dan lain-lain. Potensi multienzim yang terkandung dalam cairan rumen diharapkan dapat menghidrolisis nutrien dalam TDL sehingga kualitas nutrien TDL dapat ditingkatkan. Selain mengandung enzim, cairan rumen domba juga mengandung asamasam amino, vitamin dan mineral. Peningkatan kulitas nutrient TDL akan meningkatkan pula kinerja pertumbuhan dan pemanfaatan pakan ikan yang mengandung TDL. Produk yang diekstraksi dari cairan rumen ini diharapkan dapat secara langsung digunakan oleh pembudidaya ikan nila sehingga jauh lebih efisien dibanding bila harus mendirikan sebuah industri enzim yang memerlukan investasi biaya yang sangat besar. 1.2. Perumusan Masalah Usaha untuk meningkatkan nilai guna TDL sebagai alternatif sumber protein nabati pakan ikan nila mengalami kendala karena kandungan serat kasar dan asam fitat yang tinggi, sedangkan di lain pihak ikan memiliki kemampuan terbatas untuk mencerna pakan berserat dan dan kandungan asam fitat yang tinggi. Pendekatan penggunaan enzim untuk menghidrolisis tepung daun lamtoro diharapkan dapat menurunkan kadar serat, kandungan antinutrien asam fitat sehingga kualitas nutrien 4 dari TDL meningkat. Peningkatan kualitan nutrien ini diharapkan dapat meningkatkan efisiensi pakan sehingga kinerja pertumbuhan ikan nila dapat lebih baik. Potensi yang dimiliki oleh cairan rumen domba sebagai sumber enzimenzim hidrolisis seperti amilase, protease, lipase dan selulase menjadikannya sebagai salah satu sumber bahan suplemen alternatif yang murah dan dapat dimanfaatkan dengan mudah untuk meningkatkan kualitas nutrien dari tepung daun lamtoro, sehingga kecernaan dapat meningkat dan pertumbuhan ikan nila dapat lebih optimal. 1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan umum : Meningkatkan kualitas nutrien TDL sebagai sumber protein nabati alternatif pakan ikan nila dengan memanfaatkan dan mendayagunakan cairan rumen domba sebagai sumber enzim hidrolisis (predigestion) 1.3.2. Tujuan khusus : 1. Menguji aktifitas enzim selulase, amilase, protease, lipase dan fitase dalam ekstrak enzim cairan rumen domba yang dipelihara dengan pakan hijauan. 2. Mengkaji pengaruh hidrolisis (predigestion) TDL dengan ekstrak enzim cairan rumen domba terhadap kualitas nutrien TDL. 3. Menguji efektifitas pemanfaatan TDL terhidrolisis (predigestion) dalam pakan untuk ikan nila serta pengaruhnya pada perubahan aktifitas enzim pencernaan dan metabolisme nutrient dalam tubuh ikan. 1.4. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk pengembangan ilmu nutrisi ikan khususnya untuk meningkatkan kualitas nutrien dari TDL dengan menggunakan ekstrak enzim cairan rumen domba, yang selanjutnya dalam jangka panjang teknologi ini dapat diaplikasikan dan dikembangkan dalam budidaya ikan nila. 1.5. Perumusan hipotesis Jika hidrolisis TDL dengan enzim cairan rumen domba dapat meningkatkan kualitas nutrien TDL maka penggunaan TDL dapat menghasilkan pertumbuhan dan pemanfaatan pakan ikan nila yang lebih baik dibandingkan dengan pemakaian tepung daun lamtoro tanpa perlakuan enzimatis.