Bagaimana Cara Mengidentifikasi Talent?

advertisement
HumanCapital
n
No. 27 n Tahun III n 15 September - 15 Oktober 2013
Achieving Human Capital Excellence
n
Rp. 30.000,-
Journal
w.huma
apitalj
HC
Journal
Digital
na
our l.c
nc
ww
om
COVER STORY
Irman Gusman:
Kontribusi
Perusahaan
Masih Belum
Cukup
Pemetaan
Potensi
Bagaimana Cara
Mengidentifikasi
Talent?
Pendekatan GROW dalam
A Simple Reason
Proses Coaching
Why CEO's are Changed
Foreword
HumanCapital
Achieving Human Capital Excellence
Journal
Diterbitkan oleh
PT. Menara Kadin Indonesia
(Mki Corporate University)
Patrons
Anindya N. Bakrie,Teddy Kharsadi
Tedy Djuhar, Putri Kus Wisnu Wardhani
Chief Editor (Penanggung Jawab)
Syahmuharnis
Executive Editor
Yurnas Rachman
Manager, Marketing & Promotion
Ridwan Effendi
Editorial & Business Dev. Executive
Ratri Suyani
Editorial Board
Bagas Wiharto, Dasmito Syah
Andedes Cipta, Kristiadi
Circulation & Advertisment
Dedeh P, Gama Horas, Hadi Ismanto,
Peri Sonata, Purwanti
Siti Insaroh
Alamat Redaksi / Sirkulasi / Iklan
Menara Kadin Indonesia 24th Floor
Jl. HR. Rasuna Said X-5 Kav. 2-3
Jakarta 12950 Indonesia
Phone : (62-21) 5790 3840
Fax. : (62-21) 527 4443
Email : [email protected]
[email protected]
Website :
www.humancapitaljournal.com
www.pt-mki.co.id
Bank :
Bank Mega Cabang Rasuna Said Jakarta.
Rek. No. 010 2000 1100 3221
a/n PT Menara Kadin Indonesia
Redaksi menerima artikel yang sesuai dengan
visi dan misi Human Capital Journal.
Redaksi berhak mengedit isi tulisan yang
dikirim tanpa merubah maksud dan tujuannya.
Dilarang memperbanyak/mengganda kan isi
majalah tanpa izin dari pihak redaksi.
©Hak Cipta dilindungi Undang-undang
Talent? Terus Gimana?
B
eberapa tahun terakhir, mulai
banyak perusahaan di Indonesia
yang berbicara tentang Talent
Management. Walaupun belum semua
praktisi HR memahami betul konsep
dan implementasi Talent Management,
tetapi beberapa perusahaan besar telah
mengembangkan Talent Management
secara baik. Maka, jangan heran kalau
salah satu sasaran strategis (strategic
objective) di bidang HR perusahaan
besar adalah Attrack, Grow, and Retain
Talent. Fokusnya adalah pada Talent,
bukan karyawan biasa-biasa saja atau
mediocre.
Attrack bermakna bahwa perusahaan berfokus kepada upaya menarik
dan mendapatkan para Talent dari
sumber-sumber rekrutmen terbaik.
Jelas perusahaan tidak hanya merekrut para Talent, tetapi juga terus
melakukan rekrutmen karyawan
non-Talent sesuai kebutuhan. Hanya
saja, rekrutmen karyawan non-Talent
dianggap tidak strategis, sedangkan
rekrutmen Talent dianggap strategis.
Grow bermakna bahwa perusahaan fokus kepada upaya pengembangan Talent, melalui berbagai
program training dan pengembangan
yang terstruktur. Jelas perusahaan tidak
hanya mengembangkan para Talent,
tetapi juga non-Talent. Tetapi, pengembangan Talent dianggap strategis,
sedang­kan pengembangan non-Talent
tidak dianggap strategis.
Retain bermakna bahwa perusahaan
harus meretensi para Talent. Di sisi lain,
perusahaan mungkin tidak merasa pen­
ting untuk mempertahankan karyawan
non-Talent. Kepergian seorang Talent
diyakini berdampak signifikan bagi
kesuksesan perusahaan dalam jangka
panjang. Maka, retensi Talent dianggap
strategis, sedangkan retensi karyawan
non-Talent dianggap tidak strategis.
Pada gilirannya, perusahaan menggunakan turnover Talent sebagai salah satu
indikator kinerja HR (HR Scorecard) –
bukan turnover keseluruhan karyawan.
Persoalannya, bagaimana perusahaan mendefinisikan dan mengidentifikasi Talent? Inilah yang menjadi pendorong Human Capital Journal untuk
mengupas topik menarik ini. Intinya,
jangan sampai salah mendefinisikan dan
mengidentifikasi Talent, karena – itu
tadi – dampaknya besar bagi keberhasilan perusahaan.
Berpijak pada pemahaman kita
tentang manusia yang terbatas dan terus
berkembang, maka metode identifikasi
Talent juga beragam dan terus berkembang. Beberapa metode dibahas dalam
edisi kali ini, di samping tentunya
penjelasan filosofis di balik kemunculan
metode-metode tersebut.
Tentu masih banyak artikel menarik
lainnya yang bisa dinikmati dalam edisi
ini. Semuanya penting dan berguna
untuk dibaca. Oh ya, mulai edisi ini kami
menampilkan logo Human Capital Journal yang lebih menarik dan kuat sebagai
respons dari masukan dan pandangan
para Pembaca.
Jangan lupa untuk terus mengakses
layanan informasi terkait HR di portal
kami www.humancapitaljournal.
com. Kabarkan juga rekan-rekan HR di
manapun berada tentang portal ini.
Selamat membaca. l Redaksi
Human Capital Journal n No. 27 n Tahun III
n
15 September - 15 Oktober 2013 3
From Chief Editor
Kontroversi Soal ump (Lagi)
I
nstruksi Presiden tentang Upah Minimum Provinsi
(UMP) 2014 yang mematok kenaikan upah 5-10% sesuai
dengan laju inflasi disambut dengan penolakan dari
sejumlah kalangan buruh. Awal September ini, misalnya,
sedikitnya 3.000 buruh menggelar demonstrasi penolakan
tersebut. Presiden Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia
Said Iqbal mengatakan, berdasarkan hitungan cepat kebutuhan hidup layak (KHL) untuk pekerja lajang di Jakarta
adalah Rp 3,17 juta per bulan. “Maka, sesuai UU No.
13 tahun 2003, seharusnya,
UMP di Jakarta naik menjadi Rp 3,17 juta per bulan,”
tukasnya.
UMP yang diusulkan
Konfederasi SPI tersebut
naik sekitar 44% diban­
dingkan UMP Jakarta 2012.
Kenaikan tersebut dinilai
terlalu besar oleh pengusaha dan pemerin­tah. Wakil
Ketua Umum Kadin Bidang Moneter, Fiskal, dan Kebijakan
Publik Haryadi Sukamdani, meyakini permintaan kenaikan
UMP sebesar itu tidak bisa terwujud. “Kenaikannya terlalu
besar. Pemerintah dan pengusaha saat ini cukup kompak
menolak wacana kenaikan upah buruh tersebut. Lagi pula,
situasi ekonomi Indonesia juga tengah bergejolak,” tuturnya.
Tahun lalu, pemerintah memang bersifat populis dengan
memenuhi tuntutan kenaikan UMP yang disampaikan
kalangan pekerja. UMP Jakarta tahun lalu adalah Rp 2,2
juta per bulan. Tetapi tahun ini, pemerintah bersikap lebih
realistis. Bahkan, Menteri Perindustrian M.S. Hidayat tegas
mengatakan bahwa Pemerintah menolak tuntutan buruh
soal kenaikan UMP tersebut. “Perekonomian tumbuh
melambat. Kalau ada tekanan berupa kekerasan karena
penolakan ini, akan kami hadapi,” tegasnya.
Kalau tuntutan kenaikan UMP sebesar 44% tersebut
dipenuhi, banyak perusahaan yang tidak akan kuat menanggungnya. Beberapa perusahaan manufaktur, misalnya,
sudah menyiapkan opsi untuk memindahkan usahanya ke
daerah dengan UMP yang lebih kompetitif. Runyamnya lagi,
daya saing perusahaan berorientasi ekspor akan tergerus
habis. Hal ini sangat dirasakan oleh perusahaan-perusahaan manufaktur padat karya, macam tekstil dan produk
tekstil serta alas kaki (foot loose industry). Perusahaanperusahaan padat karya ini sudah melirik untuk memin­
dahkan pabriknya ke Vietnam, Kamboja, dan sebagainya.
4 Human Capital Journal n No. 27 n Tahun III
n
Akibatnya, perihal besaran UMP sudah menjadi lingkaran setan. Dinaikkan terlalu tinggi menyebabkan daya
saing menurun dan pabrik dipindahkan ke negara lain.
Akibat lanjutannya, pekerja kehilangan lapangan pekerjaannya. Dampak kehilangan pekerjaan ini akan jadi lebih besar
karena putaran roda hidup keluarga akan seret.
Tampaknya, penyelesaian persoalan kesejahteraan
pekerja ini tidak lagi bisa dicarikan dengan pendekatan parsial seperti yang selama ini terjadi. Dewan Pengupahan yang
melibatkan Tripartit tidak punya kemampuan memikirkan
kesejahteraan pekerja secara komprehensif. Dewan tersebut hanya bisa membuat kesepakatan UMP berdasarkan
KHL. Selebihnya, biarlah pekerja dan pengusaha berduel di
lapang­an. Telah berulang kali kami sampaikan bahwa Pemerintah memiliki peran dan tanggung jawab utama untuk
mengatasi persoalan kesejahteraan pekerja. Tanggung jawab
tersebut berkaitan dengan manajemen ekonomi makro dan
mikro.
Manajemen makro menyangkut pengelolaan laju inflasi
dan pengelolaan ekonomi secara keseluruhan. Sejujurnya,
kenaikan harga barang-barang kebutuhan pokok jauh lebih
besar daripada laju inflasi yang diumumkan pemerintah.
Harga bawang, cabe, daging sapi, beras, kedele, bahkan
jengkol naik gila-gilaan. Kenaikan sudah terjadi jauh
sebelum puasa dan berlanjut hingga kini. Secara psikologis,
kenaikan harga beberapa komoditas pokok tersebut akan
menggeret harga-harga komoditas pokok lainnya.
Kalau Pemerintah ingin meringankan beban pekerja –
dan menekan keinginan pekerja menaikkan UMP – berbuatlah untuk hal-hal yang sangat sederhana ini. Seluruh
Kementerian terkait harus terlibat penuh mengelola
ekonomi makro ini, karena ujung-ujungnya juga akan menyentuh UMP. Termasuk gonjang-ganjing nilai tukar rupiah
yang menimbulkan banyak kesengsaraan akibat ekonomi
Indonesia yang dianggap neo liberal. Ringkasnya seluruh
faktor ekonomi yang bisa mempengaruhi kesejahteraan
pekerja perlu dikendalikan secara baik karena memang itu
urusannya Pemerintah.
Begitu pula seluruh faktor ekonomi yang bisa menaikkan daya saing perusahaan perlu jadi perhatian Pemerintah.
Biaya logistik yang mahal karena transportasi, pelabuhan,
infrastruktur, dan pungli perlu terus untuk diperbaiki. Kebijakan industri dan keuangan, termasuk insentif perpajakan,
harus pro-perusahaan untuk menjaga daya saing dan keberlanjutan usaha mereka. Agaknya, kita perlu mendefinisikan
kembali makna dan peta jalan Indonesia Inc. yang dulu
sering didengung-dengungkan. l Syahmuharnis
15 September - 15 Oktober 2013
Contents
Human Capital Journal
Edisi 27 / Tahun III 15 September - 15 Oktober 2013
3 FOreword
Talent? Terus Gimana?
4 From Chief Editor
Kontroversi Soal ump (Lagi)
6
7
HC News
13 Negara dengan Biaya
Pendidikan Termahal
di Dunia
HC News
Tingkatkan Efisiensi Proses
Penggajian dengan Software
Terbaru Andal Software
8
HC News
ASEI Dukung Pendidikan
Aktuaria untuk Memajukan
Industri Asuransi
9
HC News
ASEI Gandeng PPA Finance
untuk Pembiayaan Tagihan
Domestik
10 HC News
12 Universitas Top Amerika
Produsen CEO
23 Apa kata mereka
Robertus Bambang Gunawan
Talent Ibarat ‘Bahan Bakar’
24 Apa kata mereka
Stefanus.G. Wardjono
Mencari Talent yang Militan
25 Apa kata mereka
M. Ali Mansyur
Penilaian Masih Belum
Maksimal
26 The Importance of Knowing
Your Talent
Oleh Ayu Muharningtyas
27 PRofile
Irman Gusman
Kontribusi Perusahaan
Masih Belum Cukup
34 Periscope
A Simple Reason
Why CEO is Changed
38
31 Photo Gallery
32 Periscope
Pemetaan Potensi
Oleh Husen Suprawinata
40
Column:
Managerial & Leadership
Brata Taruna Hardjosubroto
Developing a Strong
Corporate Business Plan
(adalah Salah Satu Bentuk
Corporate Leadership)
column :
Success Motivation
Gani Gunawan Djong
Pendekatan GROW dalam
Proses Coaching
11 HC News
Kompetensi Kepemimpinan
Wanita
14
Cover story Bagaimana Cara
Mengidentifikasi Talent?
Talent Management telah menjadi pilihan strategi dalam
manajemen sumberdaya manusia perusahaan-perusahaan
terkemuka dalam beberapa dekade terakhir. Salah satu
isu sentral dalam Talent Management adalah bagaimana
mengidentifikasi talent. Salah mengidentifikasi talent tentu
akan berakibat buruk bagi kemajuan perusahaan.
19 34 Strength Cluster
22 5 Kunci Utama Talent Management
Human Capital Journal n No. 27 n Tahun III
n
15 September - 15 Oktober 2013 5
HC News
13 Negara dengan Biaya Pendidikan
Termahal di Dunia
H
SBC, lembaga jasa keuangan dan perbankan
asal Hong Kong merilis laporan yang menyebutkan Australia merupakan negara paling mahal
bagi para siswa internasional yang ingin tinggal dan
belajar di sana. Biaya hidup dan belajar di negara tersebut mencapai US$ 38.516 (Rp 396,7 juta) dalam setahun.
Meski dengan biaya tinggi, negara tersebut masih sangat
populer di kalangan siswa internasional.
Selain itu, nilai tukar dolar
Australia yang kian melemah
dapat membuat minat para
siswa tetap tinggi untuk bersekolah di negara Kanguru itu,
seperti dilansir Business Insider
tanggal 14 Agustus 2013 lalu.
Kendati sektor pendidikan di
Australia diketahui sempat
menurun 12% khususnya dalam
pendaftaran siswa internasional
antara 2009 dan 2012, namun
perubahan proses visa siswa internasional yang diterapkan pemerintah Australia berdampak
positif dan berhasil meningkatkan pendaftaran siswa asing di
Negara
Australia
Amerika Serikat
Inggris
Uni Emirat Arab
Kanada
Singapura
Hong Kong
Jepang
Rusia
China
Taiwan
Spanyol
Jerman
6 Human Capital Journal n No. 27 n Tahun III
n
negara tersebut.
Berdasarkan riset biaya hidup dan
studi yang dilakukan HSBC, Amerika
Serikat tercatat sebagai negara yang
paling mahal kedua di dunia dari segi
biaya sekolah dan kehidupan seharihari. Selain AS dan Australia, berikut
13 negara dengan biaya sekolah paling
mahal di dunia bagi siswa internasional,
Seperti melansir Business Insider, Kamis
(15/8/2013). l Ratri Suyani
Biaya Hidup
Biaya Pendidikan
Total (per Tahun)
USD25.375
USD25.226
USD19.291
USD21.371
USD18.474
USD14.885
USD13.182
USD6.522
USD3.131
USD3.983
USD3.270
USD1.002
USD635
USD13.140
USD10.479
USD11.034
USD6.004
USD7.537
USD9.363
USD9.261
USD12.642
USD6.310
USD4.783
USD4.987
USD6.004
USD5.650
USD38.516
USD35.705
USD30.325
USD27.375
USD26.011
USD24.248
USD22.443
USD19.164
USD9.441
USD8.766
USD8.257
USD7.006
USD6.285
15 September - 15 Oktober 2013
HC News
Tingkatkan Efisiensi
Proses Penggajian
dilakukan oleh satu orang dibuat
menjadi terdistribusi,” ujar Indra
dalam acara Media Briefing yang
diadakan tanggal 22 Agustus lalu
di Jakarta. Sedangkan solusi kedua
yang dapat dilakukan adalah de­
ngan memanfaatkan kemampuan
prosesor yang dapat memproses
data secara paralel.
Untuk memiliki sistem penggajian yang efisien, tak hanya didukung
oleh prosesor yang cepat, namun juga
harus diimbangi oleh piranti lunak
yang juga memungkinkan melakukan
proses secara paralel. Piranti lunak yang
dapat melakukan proses paralel harus
dilengkapi dengan teknik perhitungan
tersendiri, karena ada perhitungan yang
dapat dilakukan secara paralel dan ada
perhitungan yang menunggu hingga
selesai baru kemudian dapat dihitung.
Piranti lunak yang ditulis dengan
menggunakan alogaritma dan
cara lama, tidak dapat memanfaatkan kecepatan proses paralel
pada prosesor saat ini. Sehingga,
penulisan piranti lunak dengan
arsitektur lama harus dirancang
ulang agar dapat memanfaatkan kemampuan proses secara
paralel.
Untuk mengoptimumkan
kemampuan prosesor yang ada
saat ini dalam melakukan proses
secara paralel, Andal Software
akan meluncurkan Andal PayMaster 2014 yang dapat memproses 80%
lebih cepat. Serta produk lainnya seperti
Andal Kiosk 2014 dan Andal Linkage,
yang dapat mengurangi pemasukkan
data pada bagian penggajian sehingga mempercepat proses perhitungan
penggajian. Peluncuran ketiga produk
tersebut diadakan pada 9 September
2013 mendatang. “Dengan rancangan
baru ini, Andal Software optimis dapat
me­ningkatkan efisiensi bisnis, karena
selain dapat menghemat waktu juga
dapat mengurangi biaya pengeluaran
perusahaan dalam pengelolaan penggajian,” tambah Indra kembali.
dengan Software Terbaru Andal Software
M
asalah penggajian karyawan seringkali dihadapi oleh
berbagai perusahaan terutama manufaktur. Masalah
yang kerap muncul seperti terjadinya perubahan jadwal
kerja karyawan yang terlambat dilaporkan ke bagian penggajian,
Surat Perintah Lembur yang terlambat dilaporkan ke bagian
penggajian, kelengkapan data kehadiran karyawan, dan Pemasukan data yang dipusatkan ke satu bagian memerlukan waktu
yang lama, membuat mereka yang bekerja di bagian payroll
terpaksa mengambil lembur menjelang tanggal cut off.
Menurut Indra Sosrodjojo, Direktur Andal Software, kunci utama dari
penggajian karyawan ialah proses memasukkan data yang cukup banyak dan
dipusatkan ke satu atau dua orang saja.
Masalah kedua ialah kecepatan program
dalam memproses data karyawan memerlukan waktu yang lama. “Solusinya
ialah dengan mengubah bisnis proses
dari pemasukkan data yang semula
Human Capital Journal n No. 27 n Tahun III
n
15 September - 15 Oktober 2013 7
HC News
Meski piranti lunak rancangan
terbaru tersebut sudah lama dipersiapkan, tetapi masih tidak mudah. Hal
ini dikarenakan Andal Software harus
tetap mempelajari karakteristik dari
pemrosesan paralel. Banyak hal yang
perlu dilakukan dalam penyesuaian dan
pada saat dilakukan uji coba juga ada
suatu tantangan tersendiri. “Akhirnya
setelah melalui uji coba selama beberapa
bulan, Andal Software dapat membuat
piranti lunak yang dapat memanfaatkan
pemrosesan secara paralel,” tutur Indra
seraya menambahkan bahwa sudah ada
beberapa perusahaan yang tertarik untuk melakukan kerjasama dengan Andal
Software.
Karena Andal Kiosk on-line dengan
Andal PayMaster, maka data kehadiran
akan langsung masuk ke dalam Andal
PayMaster tanpa harus melakukan
proses pengumpulan data. Sehingga kemungkinan data kehadiran tidak masuk
sangat kecil sekali dan akan membuat
proses pengumpulan data dari mesin
pencatat kehadiran tidak diperlukan
lagi. “Dengan mengubah proses bisnis
pengelolaan penggajian dengan menggunakan Andal Kiosk, maka pengelolaan penggajian akan menghemat biaya
pengelolaan penggajian antara 5 – 20
%, tergantung pada jumlah karyawan
dan bisnis proses yang ada sekarang ini,”
imbuhnya. Perubahan dari pemrosesan
tunggal ke paralel pada perhitungan gaji
karyawan tidak hanya akan menghemat
waktu, namun juga biaya operasi perusahaan hingga mencapai 20% dalam
pegelolaan penggajian. l Ratri Suyani
ASEI Dukung
Pendidikan Aktuaria
untuk Memajukan Industri Asuransi
P
erkembangan industri asuransi
nasional dalam beberapa tahun
terakhir menunjukan pertumbuhan yang sangat signifikan, baik
dalam hal penerimaan premi, kapasitas
pertanggungan, network, pasar, serta
perannya dalam mendukung perekonomian. Sekalipun demikian peran industri
asuransi masih perlu
ditingkatkan lagi sejalan dengan perkembangan ekonomi
nasional yang semakin
membutuhkan dukungan asuransi, antara
lain dalam penyediaan
SDM asuransi yang
berkualitas.
Untuk memenuhi
kebutuhan SDM
yang berkualitas
agar dapat berperan
perlu disiapkan sarana dan prasarana
dalam perkembangan SDM Asuransi,
PT Asuransi Ekspor Indonesia (Persero)
(ASEI) bekerjasama dengan Universitas
Indonesia dalam hal Pendidikan dan
Pengabdian Kepada Masyarakat berupa
penyediaan ruangan/Laboratorium. Ruangan tersebut dapat digunakan sebagai
Program Latihan Vokasi
Universitas Indonesia
yang memiliki visi dan
tujuan untuk meng­
hubungkan mahasiswa
dan lulusan Program
Vokasi Universitas
Indonesia dengan dunia
industri melalui berbagai prog­ram rekruitmen
dan pelatihan.
Menurut Direktur
Utama ASEI Zaafril
Razief Amir, pemberian
8 Human Capital Journal n No. 27 n Tahun III
n
15 September - 15 Oktober 2013
dana tersebut merupakan bagian dari
Corporate Social Responsibility (CSR)
ASEI yang hadir dalam bentuk bantuan
fasilitas laboratorium praktek kerja
pada Program Studi Administrasi dan
Aktuaria Program Vokasi Universitas
Indonesia. Melalui kerjasama ini, Zaafril
berharap Indonesia dapat menghasilkan
tenaga tenaga profesional dalam bidang
asuransi serta meningkatkan kesiapan
tantangan industri asuransi ke depannya. “Saat ini jumlah Ajun Aktua­ris dan
Aktuaris masih sangat sedikit, sedangkan asuransi di Indonesia sudah banyak.
Perusahaan asuransi membutuhkan
Aktuaris dan Ajun Aktuaris yang cukup
banyak,” tutur Zaafril ketika dijumpai di
ruangannya.
Diakui Zaafril, kebutuhan setiap
perusahaan asuransi terhadap Ajun
Aktuaris dan Aktuaris masih besar.
“ASEI saat ini ASEI baru memiliki 2
orang Ajun Aktuaris, belum Aktuaris.
Nanti­nya kami berharap bisa memiliki Aktuaris-aktuaris yang berkompeten mengingat dunia bisnis asuransi
sekarang ini berkembang sangat pesat,”
imbuh Zaafril yang mengaku masih
terbuka kemungkin­an untuk melakukan
kerjasama dengan universitas lain yang
memiliki program studi Administrasi
dan Aktuaria.
Lingkup kerja sama ASEI dan UI meliputi pengadakan kuliah umum, seminar, diskusi ilmiah, lokakarya/workshop
yang berkaitan dengan asu­ransi, dan
aktuaria, serta pengiriman sumber
daya manusia yang kompeten menjadi
pembicara pada berbagai kegiatan di
lingkungan Program Studi Administrasi
Asuransi dan Aktuaria. Sedangkan Kerja
sama dalam bidang Pengabdian Kepada
Masyarakat meliputi melaksanakan penyuluhan yang berguna bagi masyarakat
menyangkut industri asuransi, menempatkan program magang mahasiswa
Program Studi Administrasi Asuransi
dan Aktuaria di lingkungan Asuransi,
dan pemberian beasiswa bagi mahasiswa
yang berkualitas tetapi kurang mampu.
l
Ratri Suyani
HC News
ASEI Gandeng PPA Finance
untuk Pembiayaan Tagihan Domestik
M
eningkatnya trade finance dalam hal pembiayaan domestik
di Indonesia di pihak perbankan dan lembaga lembaga keuangan
non perbankan, PT. Asuransi Ekspor
Indonesia (ASEI) menggandeng PT.
PPA Finance, anak
perusahaan PPA
(Persero) khusus
untuk Asuransi
Pembiayaan Tagihan
Domestik.
Dengan adanya
kerjasama ini, debi­
tur atau pemegang
polis ASEI bisa leluasa mendapatkan
pembiayaan atau
diskonto khususnya untuk tagihan
domestik. Menurut
Direktur Utama
ASEI Zaafril Razief
Amir, asuransi pembiayaan tagihan
domestik ini memberikaan proteksi bagi
bank dan lembaga keuangan nonbank
khususnya dalam pemberian fasilitas
diskonto dan/atau pembiayaan tagihan
domestik debiturnya.
"Dengan menggunakan asuransi pembiayaan
tagihan domestik, debitur
akan mendapatkan manfaat
dalam hal mendapatkan
pembiayan diskonto tanpa
collateral dengan menggunakan asuransi ASEI," kata
Zaafril dalam acara jumpa
pers tanggal 27 Agustus 2013
lalu di Menara Kadin Indonesia, Jakarta. Ia menjelaskan,
bagi pihak bank dan lembaga
keuangan nonbank, asuransi
pembiayaan tagihan domestik
memberi manfaat memitigasi
resiko bagi bank dan lembaga
keuangan nonbank dalam
memberikan fasilitas pembia­
yaan.
Dengan adanya perjanjian
ini pula, lanjut Zaafril, Asei
turut berperan aktif dalam
peningkatan trade finance di
Indonesia sekaligus mendukung
upaya peningkatan fasilitas pembiayaan atau diskonto atas tagihan domestik oleh PPA Finance
kepada debiturnya dengan perlindungan
polis Asuransi Asei.
Sementara itu menurut Kepala Divisi
Asuransi Kredit Eksport ASEI Taufiek
Dharviandi, dalam industri pembiayaan
tidak menutup kemungkinan perusahaan akan mengalami resiko
macet pembayaran. “Untuk
menjaga kesehatan keuang­
an bagi lembaga keuangan
bank dan lembaga keuangan
non bank diperlukan langkah
ekonomi yang strategis. Salah
satunnya dengan membuat
skema proteksi keuangan pada
perusahaan tersebut. Dengan
begitu resiko macetnya pembayaran piutang kredit modal
dari para debitur dapat terjamin. Sebab jika tidak dijamin
sangat berpotensi melemahkan
keuangan perusahaan tersebut,”
ujarnya. l Ratri Suyani
Human Capital Journal n No. 27 n Tahun III
n
15 September - 15 Oktober 2013 9
HC News
12 Universitas Top Amerika
Produsen CEO
M
emilih universitas terbaik
tampaknya berkorelasi dengan
kemampuan universitas tersebut menghasilkan CEO (Chief Executive
Officer) perusahaan terkemuka di dunia.
Jika Anda ingin menjadi CEO di perusa-
No.
Universitas
Jumlah
Alumni
jadi CEO
haan multinasional, ada baiknya Anda
mempertimbangkan daftar 12 universitas top Amerika penghasil CEO yang
disusun oleh Business Insider. Adapun
data tentang CEO beserta universitasnya
diperoleh dari daftar Fortune Global
Total pendapatan
para CEO
500 CEO. Harvard berada pada posisi
pertama dengan menghasilkan 25 CEO,
diikuti oleh Stanford yang memproduksi
11 CEO. Kalau bukan untuk diri Anda,
mungkin ini bermanfaat bagi anak-anak
Anda:
Ranking versi US News:
Program Sarjana
Program MBA
1
Harvard University
25
US$ 1.548,3 miliar
-
ranking 1
2
Stanford University
11
US$ 492,5 miliar
-
ranking 1
3
University of Pennsylvania
8
US$ 405,4 miliar
rangking 1
rangking 3
4
Massachusetts Institute of
Technology
7
US$ 428,5 miliar
rangking 2
rangking 4
5
Cornell University
6
US$ 375,3 miliar
rangking 10
rangking 16
6
University of Chicago
6
US$ 489,9 miliar
-
rangking 6
7
Northwestern University
6
US$ 323,7miliar
-
rangking 4
8
Columbia University
6
US$ 545,7miliar
-
rangking 8
9
Yale University
6
US$ 330,5 miliar
-
ranking 13
10
Southern Methodist
University
4
US$ 575,3 miliar
rangking 40
rangking 52
11
University of Southern
California
4
US$ 704 miliar
rangking 11
rangking 26
12
New York University
4
US$ 327,1 miliar
rangking 5
rangking 10
10 Human Capital Journal n No. 27 n Tahun III
n
15 September - 15 Oktober 2013
Alumni Terkenal
Steve Ballmer (Microsoft), Lloyd
Blankfein (Goldman Sachs), Jamie
Dimon (JPMorgan Chase)
Reed Hastings (Netflix), Rodney
O'Neal (Delphi Automotive), Richard Fairbank (Capital One)
Jeff Weiner (LinkedIn), Harold
McGraw III (McGraw Hill Financial), Steve Wynn (Wynn Resorts)
Charles Koch (Koch Industries),
Drew Houston (Dropbox), Alan
Mulally (Ford Motor Company)
Irene Rosenfeld (Mondelez
International), Lowell McAdam
(Verizon Communications), Herbert
Fisk Johnson III (S.C. Johnson &
Son)
Brady Dougan (Crédit Suisse
Group), J. Patrick Doyle (Domino's
Pizza), Mark Hoplamazian (Hyatt
Hotels Corporation)
Cesare Mainardi (Booz & Company), Thomas J. Wilson (Allstate
Corporation), Andrew S. Duff
(Piper Jaffray)
Ursula Burns (Xerox), Michael
Gould (Bloomingdale's), César
Alierta (Telefónica)
Ellis Jones (Wasserstein Perella & Co.), James McNerney
(Boeing Company), Stephen A.
Schwarzman (Blackstone Group)
Aart J. de Geus (Synopsys), C. David Cush (Virgin America), Edward
B. Rust Jr. (State Farm Insurance)
Alumni terkenal: Dan Bane (Trader
Joe's), Cho Yangho (Korean Airlines), Kevin Tsujihara (Warner
Bros.)
Robert Greifeld (NASDAQ), Chris
Policinski (Land O'Lakes), Alan
Weinberger (ASCII Group)
HC News
Kompetensi
Kepemimpinan Wanita
M
emasuki abad ke 21 kebutuhan yang luar biasa untuk
mengembangkan wanita
dalam posisi kepemimpinan di tempat
kerja. Hanya tiga puluh persen wanita
yang menempati jabatan sebagai supervisor padahal wanita mewakili setengah
dari penduduk yang bekerja. Karena
keterbatasan akses, maka peluang
bagi wanita untuk mengembangkan
kompetensi kepemimpinannya jadi
berkurang.
Tantangan dalam menyeimbangkan tanggung jawab pribadi sebagai
ibu rumah tangga, isteri dan aktifitas
sebagai profesional ditambah lagi isu
perbedaan gender dalam konseptualisasi sebagai pemimpin adalah tantang­
an yang dihadapi perempuan dalam
posisi kepemimpinannya. Jelaslah
bahwa wanita membutuhkan kesempat­
an untuk mengembangkan kompetensi
kepemimpinan tersebut dalam lingkungan yang dapat diakses dan peka
terhadap tantangan yang dihadapinya.
Melihat dari itu semua LMI Indonesia mengadakan seminar yang bertema
“Women Entrepreneurs & Leadership
Seminar”. Seminar sehari yang diadakan pada 10 September 2013 di Hope
Town Function Hall, Kuningan Place,
Jakarta ini dihadiri sekitar 100 orang
wanita dari berbagai latar belakang
bisnis yang berbeda. Seminar yang dikemas berbeda dari seminar-seminar yang
ada diharapkan dapat menginspirasi
para peserta untuk langsung action,
karena peserta diberikan buku Plan of
Action (rencana tindakan) yang berisi
daftar tujuan yang ingin dicapai yang
harus diimplementasikannya.
“Para wanita yang hadir disini,
berharap bisa lebih maju dan harus
mempunyai itikad yang mau berubah
dan juga harus terus melakukan inovasi
serta melakukan perubahan-perubahan
untuk kebaikan dan tekad yang kuat
untuk tidak mudah menyerah. Jadi ini
penting sekali sebagai perilaku seorang
entrepreneur untuk menjadi pengusaha
maupun pemimpin,” ujar DR. BRA
Mooryati Soedibyo, pendiri PT Mustika
Ratu, Tbk.
Harapannya wanita Indonesia
menjadi pribadi yang kuat dan tidak
mudah menyerah dalam menghadapi
berbagai permasalahan. Karena wanita
memiliki emosional attitude yang kuat,
pemikiran-pemikiran dari keinginannya
yang maju dan kesabaran yang tidak
mudah menyerah adalah salah satu
bakat secara psikologis bahwa wanita
bisa sukses dan maju di bidang apapun.
l Kris
Human Capital Journal n No. 27 n Tahun III
n
15 September - 15 Oktober 2013 11
12 Human Capital Journal n No. 27 n Tahun III
n
15 September - 15 Oktober 2013
Human Capital Journal n No. 27 n Tahun III
n
15 September - 15 Oktober 2013 13
Cover Story
Bagaimana Cara
Mengidentifikasi T
Talent Management telah menjadi pilihan strategi dalam manajemen sumberdaya manusia perusahaan-perusahaan terkemuka
dalam beberapa dekade terakhir. Salah satu isu sentral dalam
Talent Management adalah bagaimana mengidentifikasi talent.
Salah mengidentifikasi talent tentu akan berakibat buruk bagi
kemajuan perusahaan.
14 Human Capital Journal n No. 27 n Tahun III
n
15 September - 15 Oktober 2013
Cover Story
Talent?
P
entingnya talent jelas
tidak perlu diragukan
lagi bagi keberhasilan
sebuah organisasi dalam
mewujudkan visi, misi,
dan sasaran-sasaran
strategisnya. Telkom
Indonesia, misalnya, membangun Sistem
Talent Management dengan standar
tinggi untuk menopang kemajuan
bisnisnya, termasuk untuk mendukung
ekspansi global Telkom melalui Telkom
International (Telin). Semua posisi kunci
dari berbagai jabatan di Telkom maupun
Telin diisi oleh para talent, yang mere­
ka sebut dengan Global Talent. Dalam
ba­nyak hal, tutur VP Human Capital
Telkom Sofyan Rohidi, MBA, pengembangan para talent tersebut dilaksanakan melalui Telkom Corporate University (Telkom CorpU).
Perusahaan raksasa Indonesia Pertamina, yang berhasil menduduki posisi
ke-122 dalam daftar perusahaan terbesar di dunia Fortune Global 500 2013
dengan pendapatan US$70,9 miliar dan
laba bersih US$2,8 miliar, yang memulai
program transformasi tahun 2006, juga
memilih Talent Management sebagai
strategi utamanya di bidang manajemen
sumberdaya manusia. Pertamina telah
menyusun HR Blueprint tahun 2010,
dengan menegaskan visi HR (Human
Resources) Pertamina adalah: to be
a strategic business partner and
grow talent for Pertamina to
become Worldclass NEC
(National Energy
Company).
Visi ini
secara
gamblang
menjelaskan bahwa
fokus fungsi HR
Pertamina adalah menumbuh-kembangkan para talent untuk mendukung keberhasilan Pertamina menjadi Worldclass
NEC. Dalam hal Talent Management
ini, Pertamina mengakui bahwa faktor
kritikal yang harus diperhatikan adalah
bagaimana mendefinisikan talent, dan
berikutnya adalah mengembangkan metoda paling baik untuk mengidentifikasi
dan mendapatkan talent. Pertamina
terus mengembangkan, mengevaluasi,
dan menyempurnakan konsep dan praktik Talent Management untuk menda­
patkan model terbaik.
Sejujurnya, cara mengidentikasi
talent telah menjadi pekerjaan ru-
mah fungsi HR sejak lama. Mengacu
kepada World English Dictionary,
talent didefinisikan sebagai orang yang
memiliki innate ability atau aptitude di
atas rata-rata. Ada yang menerjemahkan
talent dengan karyawan potensial atau
kar­yawan berbakat. Tampaknya, istilah
yang terakhir ini lebih banyak dipakai
oleh perusahaan-perusahaan di Indonesia.
Menarik untuk kita simak sebuah
tulisan di Gallup Business Journal yang
ditulis oleh Marcus Buckingham dan
Curt W. Coffman. Mereka mengatakan, lazimnya kita mengaitkan talent
hanya dengan pesohor terkenal. Michael
Jordan dalam dunia basket, misalnya. Kemampuan bermain basketnya
sangat istimewa, tetapi banyak pemain
basket lainnya yang juga hebat seperti
dia. Tetapi, senjata utamanya adalah
talenta yang dimilikinya. Begitu juga
dengan bintang film Robert De Niro atau
pemain golf langganan jawara dunia
Tiger Woods. Mereka seperti dirahmati
dengan anugerah istimewa. Bagi banyak
orang, talent adalah orang-orang spesial,
langka, berbeda dibandingkan manusia
lainnya. Pokoknya dia bukanlah dari
dunia kita.
Para manajer hebat tidak setuju
dengan definisi talent seperti ini. Hal
itu terlalu sempit, terlalu terspesialisasi.
Mereka mendefinisikan talent sebagai pola pikir, perasaan atau perilaku
berulang-ulang yang bisa diterapkan
secara produktif. Penekanannya di sini,
ujar Buckingham dan Coffman, terjadi
berulang-ulang. Talenta Anda adalah
perilaku produktif yang sering Anda
lakukan. Anda memiliki saringan mental
yang menggerakkan Anda, mendorong
Anda untuk menaruh perhatian kepada
beberapa stimulan, sementara orang
lain tidak menyadarinya, bahkan tidak
memperhatikannya.
Kemampuan Anda untuk secara
insting mengingat nama-nama, ketimbang wajah orang, juga sebuah talent.
Kebutuhan Anda untuk mengurutkan
secara abjad rak bumbu masak dan
Human Capital Journal n No. 27 n Tahun III
n
15 September - 15 Oktober 2013 15
Cover Story
memberi kode warna lemari pakaian
Anda juga sebuah talent. Begitu pula jika
Anda menyukai teka-teki silang, senang
mengambil risiko atau ketidaksabaran
Anda. Pokoknya, pola perilaku berulang
yang bisa diterapkan secara produktif
disebut talent. “Kunci untuk meraih
ki­nerja ekselen, tentunya, dengan menemukan kesesuaian antara talenta yang
Anda miliki dengan peran yang harus
Anda emban,” tegas Buckingham.
Definisi talent seperti ini bersifat
sangat netral. Ia membantu para manajer yang hebat menemukan para talent.
Agar orang bisa berkinerja ekselen untuk
setiap peran tentunya membutuhkan
talent tertentu – membutuhkan pola
berulang dalam berpikir, merasakan
atau berperilaku. Dengan perkataan lain,
seorang perawat yang hebat adalah ta­
lent. Sama halnya juga dengan pengemudi truk, guru, pembantu rumah tangga,
pramugari yang hebat…
Proses Mencari Talent
Lantas, bagaimana mengidentifikasi
bahwa seorang karyawan tergolong talent atau bukan? Beberapa perusahaan
mendefinisikan para manajer ke atas
dianggap sebagai talent. Jadi, talent di
sini diidentikkan dengan mereka-mere­
ka yang menduduki jabatan struktural
dalam perusahaan. Hal ini tentu tidak
sepenuhnya benar, karena, boleh jadi,
mereka yang kini menduduki jabatan
manajer ke atas tidak memiliki potensi
memadai untuk sukses, baik di jabatan
saat ini maupun di jabatannya yang akan
datang.
PT Menara Kadin Indonesia (MKI)
pernah menemukan hal semacam ini
sewaktu melakukan asesmen untuk
sebuah perusahaan multinasional yang
ingin memetakan siapa dari pejabat
perusahaan yang bisa dipromosikan
menjadi direktur di masa depan. Asesmen dilakukan terhadap hampir 20
General Manager dan Senior Manager
perusahaan, termasuk menggunakan
metode asesmen 360 derajat. Setelah
melalui proses analisis potensi, hasilnya
sangat mengejutkan bagi jajaran manajemen perusahaan. Calon yang digadanggadang akan dipromosikan menjadi
direktur ternyata memiliki potensi yang
terbatas untuk sukses mengemban jabatan direktur tersebut.
“Mungkin saja dia dianggap sukses
menjabat General Manager, tetapi
kesuksesan tersebut terjadi lebih karena
kemampuannya berkomunikasi de­
ngan anak buah dan rekan kerja. Tetapi,
kemampuannya untuk berpikir lebih
strategis dan menghadapi permasalahan
yang lebih kompleks sangat terbatas,”
ujar Drs. Rudy Gantika, MPsi, Senior
Consultant MKI. Dalam rapat validasi dengan manajemen, lanjut Senior
Consultant MKI lainnya Dra. Winny
Windrawati, MPsiT, kesimpulan hasil
16 Human Capital Journal n No. 27 n Tahun III
n
15 September - 15 Oktober 2013
asesmen tersebut disetujui oleh manajemen. “Manajemen bersyukur bisa memperoleh hasil asesmen tersebut, karena
kalau tidak, mereka pasti salah dalam
mempromosikan seseorang. Dampaknya
pasti sangat merugikan perusahaan,”
tegasnya.
Assessment Center merupakan
metode paling komprehensif untuk
mengidentifikasi talent. Analisis potensi
melalui test psikologi dikombinasikan
dengan role play, presentasi, leaderless
group discussion, dan feedback 360
derajat mampu memberikan gambaran
yang cukup akurat tentang potensi dan
kompetensi seseorang yang diases (assessee). Biaya Assessment Center relatif
mahal, tetapi cukup setimpal dengan
kualitas asesmen yang dihasilkan.
Tapi, Rudy dan Winny mengingatkan
untuk hati-hati dalam melaksanakan
Assessment Center, karena akurasi hasil
asesmen sangat ditentukan oleh metode
asesmen yang dipergunakan dan jam
terbang dari para asesornya. Jam terbang di sini berguna untuk mengamati
dan mendalami hasil asesmen, di sam­
ping untuk menerjemahkan persyaratan
kompetensi yang dibutuhkan jabatan ke
dalam metode dan substansi asesmen.
“Pengalaman kerja asesor sebelumnya di
berbagai posisi manajerial maupun dalam melakukan asesmen sangat berguna
untuk menghasilkan hasil asesmen yang
akurat,” tukas Winny.
Metode lain yang juga sangat komprehensif dalam mengidentifikasi talent
adalah metode Human Asset Value
(HAV) Mapping, di mana karyawan atau
pejabat perusahaan dipetakan berdasarkan kinerja di sumbu X (horizontal) dan
kompetensi atau potensinya di sumbu
Y (vertikal). HAV terdiri dari 9 matriks
atau grid, yaitu: Stars (Kinerja tinggi,
Kompetensi/Potensi tinggi), Prince-inWaiting (Kinerja rata-rata, Kompetensi/
Potensi tinggi), Eagles (Kinerja tinggi,
Kompetensi/Potensi rata-rata), Misfits
(Kinerja rendah, Kompetensi/Potensi
tinggi), Cadre (Kinerja rata-rata, Kompetensi/Potensi rata-rata), Workhorses
Cover Story
(Kinerja tinggi, Kompetensi/Potensi
rendah), Critical List (Kinerja rendah,
Kompetensi/Potensi rata-rata), Foot
Soldiers (Kinerja rata-rata, Kompetensi/
Potensi rendah), dan No Hopers (Kinerja
rendah, Kompetensi/Potensi rendah).
Istilah-istilah di atas mungkin saja
berbeda antar perusahaan, tetapi pada
dasarnya setiap matrik tersebut berbeda
satu sama lain – baik dari sisi kinerja
maupun potensi/kompetensi. Mereka
yang disebut talent dalam HAV Mapping adalah Stars (prioritas pertama),
diikuti dengan Prince-in-Waiting dan
Eagles. Mereka inilah yang menjadi
fokus retensi dan pengembangan dalam
manajemen SDM perusahaan.
HAV Mapping memiliki tingkat
obyektifitas yang tinggi karena bersifat
kuantitatif. Untuk bisa menggunakan
HAV Mapping, maka perusahaan perlu
memiliki sistem pengukuran kinerja dan
kompetensi/potensi yang terukur. Peng­
ukuran kinerja idealnya menggunakan
sekumpulan KPI (Key Performance Indicator) dari setiap karyawan yang harus
dipetakan, lengkap dengan target kinerja
yang harus dicapai dalam setahun.
Agar bisa mendapatkan angka kinerja
tunggal, seyogyanya dibuatkan bobot
dari setiap KPI tersebut (total bobot
KPI 100%). Di setiap akhir tahun akan
diperoleh nilai kinerja dari karyawan
tersebut (dalam bentuk angka tunggal).
Supaya lebih valid hasilnya, pemetaan
kinerja dilakukan berdasarkan rata-rata
nilai kinerja karyawan dalam 2 tahun
atau lebih.
Prasyarat kedua untuk menggunakan HAV Mapping, perusahaan memiliki sistem pengukuran kompetensi ataupun potensi karyawan. Caranya, setiap
karyawan memiliki Standar Kompetensi
Jabatan (SKJ) atau profil kompetensi
jabatan, yaitu persyaratan kompetensi
yang harus dipenuhi oleh karyawan. Persyaratan kompetensi tersebut bisa saja
kombinasi kompetensi teknis (hard com-
petency) dan perilaku (soft competency)
atau bisa saja hanya menggunakan kompetensi perilaku – tergantung kebijakan
perusahaan. Agar bisa menghasilkan
nilai kompetensi tunggal, maka seluruh
kompetensi tersebut dibuatkan bobotnya
(total bobot 100%). Melalui proses asesmen, nilai tunggal kompetensi karyawan
bisa diperoleh. Berbeda dengan kinerja,
penilaian kompetensi lajimnya dilakukan tidak setiap tahun, tetapi bisa 2-3
tahun sekali karena cukup merepotkan
dan cukup mahal bila dilakukan melalui
Assessment Center.
Beberapa tahun terakhir, banyak
perusahaan yang menyediakan test
kompetensi online untuk mengukur
kompetensi atau potensi seseorang.
Selain lebih murah, hasilnya juga lumayan akurat dan bisa diperoleh dengan
cepat. Hanya saja, perusahaan tidak bisa
melakukan customisasi kompetensi yang
sesuai dengan kebutuhan perusahaan
karena template test online yang bersifat
Human Asset Value Mapping
Low Performance
High Potential
5.
ƒ
Close monitoring and regular
counseling
Urgently reassign or redesign job scope
ƒ
ƒ
ƒ
Low Performance
Average Potential
7.
Potential
Critical List – Needs salvaging
ƒ
ƒ
ƒ
Average Performance
Average Potential
ƒ
ƒ
High Performance
High Potential
ƒ
ƒ
ƒ
4.
9.
Why are they still in the organization?
Plan exit
Foot Soldiers – monitoring needed
ƒ
ƒ
Set clear performance targets
Monitor performance closely
Promote
Constantly expand job scope & provide
greater challenge
Specialized training for gaps in job skills
High Performance
Average Potential
3.
Eagles – delivers consistently
Set challenges to sieve out this group
Mentor and train
Average Performance
Low Potential
1.
Stars – ready to fly
ƒ
ƒ
ƒ
No hopers – pull in the plug
ƒ
Stress-test with more challenging
assignments
Increase scope of experience
Manage expectations
Cadre – the typical employee
Close monitoring and regular
counseling
Re-look at skills and job scope
Low Performance
Low Potential
2.
Prince-in-waiting – more time needed
Misfits – attitudinal or job fit issues
ƒ
Average Performance
High Potential
8.
Manage expectations
Consider for promotion for related areas
Test for capability outside core
competence
High Performance
Low Potential
6.
Workhorses – keeps the show going
ƒ
ƒ
Recognize achievements and motivate
Train to update skills
Performance
Human Capital Journal n No. 27 n Tahun III
n
15 September - 15 Oktober 2013 17
Cover Story
standar. Lain halnya terkait potensi, test
online bisa memberikan informasi yang
memadai tentang potensi diri seseorang.
Dalam menggunakan HAV Mapping,
perusahaan bisa mengatur sedemikian
rupa batasan score atau persentase score
dari kinerja dan kompetensi/potensi dalam rangka menyaring jumlah pegawai
yang bisa dikategorikan sebagai talent.
Sebagai contoh, bisa saja batas bawah kinerja tinggi adalah 97% atau 97. Artinya,
hanya mereka yang berkinerja di atas 97,
dimasukkan sebagai berkinerja tinggi.
Lalu, batas bawah
berkinerja sedang,
80% atau 80. Di bawah
80, otomatis dianggap
berkinerja rendah. Begitu pula dengan batas
bawah kompetensi pada
sumbu Y. Ringkasnya,
perusahaan bisa saja
menggeser-geser batas
bawah dari matriks
HAV Mapping dalam
upaya mendapatkan
jumlah talent berkualitas yang diinginkan.
mudah dipahami, dan menarik. Untuk
memperkuat hasil Talents Mapping
dilakukan pula Personal Strengths
Statement, yakni untuk mengetahui
minat peserta dengan memilih beberapa
kegiatan sesuai dengan yang dirasakan
peserta dari 114 klaster kegiatan yang
sudah dibakukan. Kedua asesmen di
atas membutuhkan waktu masing-ma­
sing 30 (tiga puluh) menit secara online.
Adapun Laporan hasil kedua asesmen di
atas kemudian diintegrasikan ke dalam
bentuk diagram yang dikenal dengan
Talents Mapping Tool
nama Strength Cluster Map.
Mengacu kepada konsep Gallup,
terdapat 34 bakat dominan manusia
(lihat box: Bakat Dominan Manusia).
Dari bakat dominan manusia tersebut,
orang diminta mengurutkan bakat
dominan dirinya dan memilih 7 bakat
paling do­minan. Bakat yang telah disa­
ring tersebut merupakan kekuatan yang
seyogyanya dikembangkan dan didayagunakan.
Langkah berikutnya, yang sa­
ngat strategis terkait pendayagunaan
kekuatan tersebut, adalah menyesuaikan
pekerjaan dan jabatan seseorang dengan
bakatnya itu. Orang yang bekerja sesuai
dengan bakatnya diyakini lebih produktif, lebih menikmati dan mencintai
pekerjaannya serta terhindar dari bahaya stress. Alat bantu penilai kesesuaian bakat dengan persyaratan jabatan
tersebut diberi nama TM-Job Mapper.
Seiring dengan kemajuan dunia
bisnis yang memerlukan hasil asesmen
dalam jumlah banyak dan cepat, maka
mantan eksekutif Astra Rama Royani,
yang lebih akrab disapa dengan Abah
Rama, mengembangkan aplikasi atau
tool Talents Mapping. Aplikasi ini terinspirasi dengan konsep Strength Base
yang dikembangkan Gallup di Amerika
Serikat. Gallup sendiri mengembangkan
alat bantu untuk mengetahui kekuatan
(strength) seseorang dengan memperkenalkan Gallup Strength Finder. Di saat
Gallup belum sampai kepada aplikasi
yang bisa dipergunakan secara luas,
Abah Rama dan teamnya telah mengembangkan aplikasi Talents Mapping.
Talents Mapping merupakan alat
asesmen untuk menggali bakat (karakteristik produktif) dan potensi kekuatan
seseorang dengan hasil yang lengkap,
18 Human Capital Journal n No. 27 n Tahun III
n
15 September - 15 Oktober 2013
“Ini merupakan software untuk
membantu manajemen atau pihak HRD
dalam memilih orang yang tepat untuk
suatu posisi dengan menggunakan dua
kriteria, yaitu kumpulan bakat dominan dan juga kumpulkan aktivitas yang
diperlukan untuk posisi jabatan yang
ingin diukur,” tutur Abah Rama. Tampil­
an yang disajikan diberikan dalam
bentuk matriks dimana dapat diketahui
kesesuaian seseorang terhadap jabatan
yang diukur.
Dalam pemanfaatan software,
dibutuhkan analisis aktifitas
jabatan yang sederhana
untuk mendapatkan profil
aktivitas dari suatu jabat­
an, dan kemudian dengan
mengetahui karakter bakat
yang dibutuhkan bagi
mereka yang menduduki jabatan tesebut pada akhirnya
akan diketahui keseuaian
potensi seseorang terhadap
jabatan dimaksud. Melalui
software ini, HRD dapat
mensimulasikan kesesuaian
karyawannya pada suatu
jabatan, sehingga akan ba­
nyak membantu dalam hal penempatan,
pengembangan, dan perencanaan karir
karyawan.
Aplikasi Talents Mapping dikembangkan dengan menganut filosofi
bahwa setiap orang bersifat unik dan
memiliki kekuatan, yang kalau didayagunakan secara optimal, orang tersebut
akan sangat produktif. Asesmen ini juga
mampu mengidentifikasi potensi sese­
orang untuk sukses menjadi pemimpin.
Tidak semua orang punya kekuatan untuk memimpin. Menjadi pemimpin pun
terbagi-bagi ke dalam beberapa jenis
pemimpin. Ada pimpinan yang bersifat
strategis, tetapi belum tentu memiliki kemampuan memerintah (command) yang
hebat. Begitu pula sebaliknya.
Maka, kenalilah kekuatan dirimu,
karena hal itu menjadi awal dari sukses
dalam meraih keberhasilan dalam hidup
ini. l
Cover Story
34
Box 1
34 Strength Cluster
Cluster Utama
Relating –
berhubungan dengan
orang lain
Cluster
Adaptability
Keterangan




Connectedness




Developer




Emphaty




Harmony




Includer




Individualization




Positivity





Relator




Impacting –
mempengaruhi orang
lain
Activator
Setelah melakukan riset yang panjang Gallup – dan diaplikasikan di Indonesia oleh Abah Rama – maka bakat setiap orang
bisa dikelompokkan menjadi 34 cluster, sebagai berikut:






Hidupnya untuk bereaksi dan cepat tanggap
Tetap tenang meyakinkan dalam situasi yang tidak menentu
Memiliki spontanitas
Dapat mencairkan kebekuan suasana saat terjadi hal mendadak
Mudah menerima karena kesalingterkaitannya makhluk ciptaan Tuhan
Baginya setiap ada kesulitan pasti ada hikmahnya
Menurutnya setiap kejadian pasti ada maknanya
Sensitif terhadap "invisible hand"
Senang melihat kemajuan orang
Senang membantu orang
Menurutnya membantu orang juga akan membantu dirinya
Suka dengan tugas memilih dan memberikan penghargaan pada yang terbaik
Dapat "mendengarkan" pertanyaan yang tak terungkap
Mengerti emosi/perasaan yang sedang dialami seseorang
Memiliki kalimat dan nada yang tepat dalam mengungkapkan perasaan orang lain
Menangis adalah bagian dari hidupnya
Sulit bicara kalau tidak setuju karena khawatir akan menimbulkan konflik
Berusaha mencari kesamaan yang mendasar apabila ada perbedaan
Terbuka terhadap cara pandang yang berbeda
Selalu berusaha mengerti pendapat orang lain
Menghindari yang kelompok eksklusif
Baginya semua orang sama pentingnya tak boleh diabaikan
Selalu ingin memperbesar kelompok dan merangkul semua orang
Mudah menerima bukan karena menerima perbedaan tapi menghargai persamaan
Pengamat jeli dari karakter seseorang
Baginya masing-masing orang memiliki kualitas yang berbeda
Hebat dalam memilih orang
Memiliki intuisi tentang perlakuan yang paling sesuai untuk masing-masing orang
Membawa suasana gembira
Tidak pernah berputus asa
Selalu berpikir positif
Antusiasnya membawa semangat terhadap lingkungan
“Nggak ada loe nggak rame“
Senang membangun ikatan yang tulus dengan temannya
Mendapatkan kegembiraan dan kekuatan ketika berada di dekat teman-temannya
Selalu ingin tahu perasaan dan tujuan teman anda
Senang bersahabat
Tidak sabar bertindak
Salah bukan masalah karena disitu kita bisa belajar
Dia dapat membuat segala sesuatunya terjadi
Maunya ambil tindakan segera walaupun infonya belum cukup
Suka mendesak,mendorong-dorong, karena tidak sabar menunggu
”JUST DO IT”
Human Capital Journal n No. 27 n Tahun III
n
15 September - 15 Oktober 2013 19
Cover Story
Command





Communication




Competition




Maximizer




Self Assurance




Significance





Woo




Striving –
memiliki motivasi diri
yang kuat
Achiever




Arranger




Belief





Consistency




20 Human Capital Journal n No. 27 n Tahun III
Suka memimpin dan membuat keputusan
Style-nya mendominasi, memaksakan kehendak
Berani tatap muka langsung
Berani mengambil alih pimpinan/ tanggung jawab
Berpendirian teguh (persistent)/keras kepala
Ceritanya menarik
Bahasanya mudah dipahami
Dapat memberi angin segar pada idea yang statis
Kata-katanya dramatis dan berdaya pikat
Dunianya menang atau kalah
Selalu ingin lebih baik dari yang lain dan berusaha menjadi nomor satu
Tidak mau kalah
Senang kalau prestasinya bisa diukur
Tertarik untuk mengambil yang sudah jalan, untuk dimaksimalkan
Rata-rata tidak cukup baginya, harus yang istimewa
Suka berkumpul dengan orang orang hebat
Selalu ingin sempurna/perfektionis dalam hal prestasi
Memiliki "inner authority" untuk menenangkan rekan-rekannya
Memiliki aura dari kekuatannya yang tersembunyi
Dia tahu dan yakin akan kemampuannya menghadapi tantangan dan mengambil
keputusan
Memiliki indera keenam
Maunya bergabung dengan orang sukses dan profesional
Berdiri di depan publik memberinya semangat
Senang menonjolkan kekuatannya
Baginya reputasi itu penting
MPO – Mencari Perhatian Orang Lain
Senang berinteraksi dengan orang
Jarang kehabisan omongan
Penasaran kalau tidak menyapa orang di sampingnya walau belum dikenal
Puas kalau dapat memecahkan kebekuan pembicaraan
Kerja keras adalah motivasinya
Tidak puas kalau tidak ada hasil
Betah bekerja berjam-jam
Merasa "hidup" dalam lingkungan penuh kerja
Dapat melihat bagaimana orang dengan berbagai macam kekuatan dapat bekerjasama
Motifnya "pasti ada cara lain“
Senang mengatur yang kompleks dan beragam
Dapat memilih konfigurasi yang paling produktif
Komitmennya sangat kuat karena keteguhannya menjaga tata nilai utamanya
Mengutamakan kepentingan orang lain
Bermanfaat bagi dunia adalah tujuannya
Mengutamakan keluarga
Berintegritas dan sukses bukan sekedar diukur dari materi
Adil, tidak ingin berpihak
Suka dengan lingkungan yang konsisten sesuai dengan aturan yang berlaku
Baginya semua orang punya kesempatan dan hak yang sama
Pandai membuat peraturan yang adil
n
15 September - 15 Oktober 2013
Cover Story
Deliberative




Discipline





Focus




Responsibility




Restorative




Thinking –
bekerja cerdas
Analytical




Context




Futuristic




Ideation




Input




Intelection




Cermat karena kecurigaan dan kehati-hatiannya
"What if"-nya muncul karena prasangka
Tidak nyaman kalau membuat keputusan yang asal-asalan
Kurang suka "menonjol“
Senang mengatur hal-hal rutin agar efisien
Senang membuat sistem dan prosedur
Hidupnya rapih teratur
Mementingkan ketepatan waktu agar sesuai dengan yang direncanakan
Perfeksionis dalam hal keteraturan
Secara insting sangat menghargai waktu karena tidak mau fokusnya terganggu
Selalu membutuhkan tujuan
Secara naluri memilih tindakan yang sesuai dengan arah yang telah ditentukan
Bertindak efisien karena tidak mau usahanya yang terarah terganggu
Selalu memenuhi janjinya
Merasa nama baiknya dipertaruhkan apabila berjanji
Baginya tugasnya harus tuntas, maaf saja tidak cukup
Apabila melakukan kesalahan akan diperbaiki tak perduli waktu dan biaya
Senang menganalisis, mendiagnosa dan memecahkan masalah
Puas kalau bisa mengembalikan sesuatu ke fungsi semula
Semangatnya bahkan timbul kalau menemukan masalah baru
Menghadapi masalah yang berulang-ulang semakin bersemangat
Baginya kecermatan lebih penting daripada tepat waktu karena hanya data yang
tepatlah yang dapat dipercaya dan diolah
Hebat dalam menganalisis
Senang mencari pola dan keterkaitan data
Objektif tidak berpihak karena berdasarkan fakta
Selalu membutuhkan latar belakang dari tugas yang diberikan kepadanya
Suka dengan studi kasus dan sejarah
Suka dengan tugas membuat review dan riset
Butuh orientasi kalau menghadapi situasi yang baru
Apa yang terjadi kalau saya mengambil yang ini? Berpikiran yang jauh ke depan
Pemimpi tentang produk lebih baik, kehidupan lebih baik, team yang lebih baik,
dunia yang lebih baik
Memiliki banyak pilihan tentang kemungkinan masa depan
Senang melihat melampaui cakrawala
Innovatif dan kreatif
Pembuat konsep
Senang dengan diskusi kelompok
Selalu mencari hubungan antara idea satu dan lainnya
Ingin tahu segala hal karena merasa tidak pernah cukup tahu
Ingin mengumpulkan segala hal yang menarik bagimu
Senang melakukan riset karena keingintahuannya
Senang membaca kamus atau ensiklopedia
Senang apabila diberi tugas untuk memikirkan sesuatu
Memiliki kesenangan berpikir dan memahami
Suka dengan diskusi intelektual khususnya philosophy
Menikmati saat saat kesendiriannya untuk berpikir
Human Capital Journal n No. 27 n Tahun III
n
15 September - 15 Oktober 2013 21
Cover Story
Learner




Strategic


5
M

Senang pada bidang yang dinamis
Senang belajar
Baginya yang penting adalah proses belajarnya bukan hasil akhirnya
Senang menghadapi tantangan untuk mempelajari sesuatu
What if?-nya timbul karena dapat "melihat” banyaknya pilihan jalan
Dapat melihat pola berdasarkan pengalaman maupun data
Dapat memilah diantara kekusutan dan memilih jalan yang terbaik
Sumber: LeadPro, diolah
Box 2
5 Kunci Utama Talent Management
engacu kepada tulisan pada Forbes Insights de­
3. Training dan Pengembangan yang Ditarget­
ngan judul Essential Tools of Talent Management
kan. Dengan makin selarasnya talent dengan strategi,
oleh Bill Millar, perusahaan perlu untuk mengperusahaan bisa mulai menangani tantangan terhadap
geser program Talent Management dari yang bersifat ad
talent yang lebih spesifik. Yang paling utama, tentunya,
hoc menjadi lebih strategic untuk membantu menggapai
menggiatkan program training dan pengembangan.
sasaran bisnisnya. Beberapa hal berikut perlu dipertim4. Identifikasi dan Retensi Talent. Sejalan dengan
bangkan oleh para pemimpin bisnis untuk diimplementaprogram training dan pengembangan yang dilaksanasikan:
kan, perusahaan yang bertumbuh dengan pesat perlu
1. Matriks yang Obyektif. Matriks kinerja jelas sangat
memastikan bahwa para talent puas dan terikat (endibutuhkan. Perusagaged) dengan perusahaan perlu mendefihaan. Perlu diupayakan
nisikan apa indikator
keseimbangan kerja dan
keberhasilan untuk
hidup, kompensasi yang
setiap jabatan dan
kompetitif, arahan stra­
bagaimana kiner­
tegis, dan berbagai variaja diukur. Setiap
bel lainnya. Perusahaan
karyawan harus
perlu untuk proaktif
memahami hal tersemengidentifikasi hal-hal
but dan berusaha
yang tidak memuaskan
mencapainya.
para talent dalam beker­
2. Keselarasan
ja. Sebab, sekali tidak
Strategis. Sangat
puas, seringkali terlamsering talent diperbat untuk memperbaik­
lakukan seadanya.
inya kembali.
Menurut survey
5. Perencanaan Ka­
The Lehman Brothers Anniversary:
yang dilakukan untuk Kesalahan Talent Management membuat bangkrut
rir. Begitu proses talent
The Talent Imperaperusahaan menjadi mative, kurang dari sepersepuluh eksekutif perusahaan
tang, perusahaan bisa mulai untuk menambah elemenberskala menengah yang mengatakan strategi talent peelemen yang bertujuan untuk menciptakan terobosan
rusahaannya diselaraskan dengan keseluruhan rencana
kinerja – bukan lagi hanya sebatas peningkat­an kiner­
strategis perusahaan. Ini bisa menjadi kesalahan fatal,
ja. Untuk itu, para talent perlu diberikan jalur karir
karena rencana strategis tersebut harus dieksekusi oleh
yang jelas – dengan berbagai persyaratan yang harus
sumberdaya manusia. Sehingga, mengintegrasikan
dicapai. Ini akan membuat mereka terus terpacu untuk
talent dengan perencanaan strategis menjadi sangat
berprestasi dan membuat pencapaian-pencapaian baru
penting dan memudahkan upaya optimalisasi kinerja.
dalam perusahaan. l
22 Human Capital Journal n No. 27 n Tahun III
n
15 September - 15 Oktober 2013
Cover Story
Apa Kata Mereka?
Robertus Bambang Gunawan, SH. MM
PT. Mitra Cakrawala Internasional
GEP level 3 untuk level Division Head setingkat
Senior manager – GM dengan bekerjasama dengan
lembaga pendidikan yang bersifat strategik. Kedua
adalah Perspektif Budaya (the culture perspective)
yang melihat talent sebagai sebuah pola pikir dan
aktivitas yang menonjol, dengan memilik nilai nilai budaya
yang ada sebagai pondasi talent dan berikutnya adalah Perspektif Perencanaan SDM (The HR Planning Perspective).
Menurut Bambang, talent ibarat ‘bahan bakar’ yang
mendorong mesin organisasi untuk menghadapi persaing­an
global. “Selama ini manajemen perusahaan memang sangat
concern pada talent management melalui identifikasi,
pengembangan dan manajemen portfolio talenta yaitu
jumlah, tipe dan kualitas para
karyawan yang akan mencapai
sasaran operasional stra­tegis
perusahaan secara efektif,”
tukasnya. Yang terpenting
adalah adalah komitmen yang
tinggi pada para talent sebagai
aset perusahaan yang termahal. Komitmen ini diwujudkan
dalam berbagai level management talent, dari tahap identifikasi, pengembang­an, penem­
patan, optimalisasi kinerja,
hingga pemberian reward yang
memadai dan memuaskan.
Diakuinya, hambatan
yang muncul di antaranya
tidak ditemukan talent yang
betul-betul sesuai dengan kebutuhan suksesi perusahaan.
“Namun, hal ini dapat diatasi melalui program pelatihan secara intensif,” Bambang menjelaskan. Hambatan lain yang
muncul adalah saat rekrutmen awal, metode suksesi untuk
merekrut, mempertahankan karyawan yang berkualitas
baik, dan sistim dan identifikasi hasil kinerja terkait Performance Appraisal. “Kami masih mengembangkan dan
menyempurnakan talent di perusahaan kami yang memiliki
unit bisnis yang berbeda di bidang coal mining, multifinance, dealership truck, dan drilling services. Karyawan
yang memiliki talent dapat berkembang dengan baik, dan
lalu mereka memberikan kontribusi yang luar biasa pada
kinerja perusahaan baik KPI Organisasi dan KPI Individu sebagai tolak ukurnya,” ujar Bambang yang berharap
dengan tingkat talent yang tinggi akan mengarah kepada
tingkat fleksibilitas organisasi, produktivitas dan profit
yang maksimal, growth and sustainable. l
Talent Ibarat ‘Bahan Bakar’
T
alent Management (TM) merupakan sebuah proses
manajemen SDM yang terkait 3 proses yaitu mengembangkan dan memperkuat karyawan baru pada pertama kali masuk perusahaan (Onboarding), mengembangkan karyawan yang sudah ada diperusahaan dan menarik
sebanyak mungkin karyawan yang memiliki kompetensi,
komitmen, karakter untuk bekerja dengan baik. “Karena itu
karyawan yang diplot menjadi
talent adalah karyawan yang
memiliki potensi untuk berkembang dan yang bersangkutan
mempunyai hasrat kuat untuk
tumbuh dan berkembang,” ujar
Robertus Bambang Gu­
nawan, Director Legal, Human
Capital and Corporate Affairs
di holding PT. Mitra Cakrawala
Internasional juga kandidat doktor Ilmu Manajemen Universitas
Airlangga.
Kemudian, secara periodik
manajemen perusahaan memonitor berbagai kelebihan yang
dimiliki karyawan. Dari monitoring tersebut dapat diidentifikasi karyawan yang mempunyai
talent, dengan berbagai potensi
spesifik yang kemudian ditumbuh-kembangkan melalui
rekayasa TM. “Dengan optimal, kami mengukur program
aquizition, training and development, promosi dan mutasi
karyawan dalam satu departemen, divisi dalam perusahaan
maupun antar perusahaan dalam satu group atau holding,”
ujarnya.
Diakui Bambang, dalam pengembangan talent pihaknya
sedang mengembangkan 3 perspektif yaitu Perspektif
Proses TM harus mengoptimalkan individu dalam organisasi dan sistim talenta individu untuk menggali
kemampuan yang ada. “Diklat kami memiliki jenjang ONE
(Orientation New Employee), yaitu pembekalan pengenalan
bagi karyawan yang baru masuk,” papar Bambang lagi.
Dilanjutkan jenjang GEP (Golden Employee Program) bagi
karyawan yang berpengalaman kerja 1-3 tahun mengikuti
GEP level 1 bersifat hard skill. Kemudian, GEP level 2 untuk
calon Dept. Head atau Manager, yaitu materi soft skill dan
Human Capital Journal n No. 27 n Tahun III
n
15 September - 15 Oktober 2013 23
Cover Story
Apa Kata Mereka?
Stefanus.G. Wardjono
Head of HR Division Bank Artha Graha
para talent berupa pelatihan dan pengembangan serta pendidikan formil. “Kami
berikan pendidikan tidak hanya bersifat
knowledge skill training, tapi juga akademis,
misalnya mengambil Program Magister,”
imbuhnya. Saat ini, Bank Artha Graha memberikan
kesempatan kepada karyawan untuk mengambil Program
Magister di Universitas Pertahanan Indonesia. Bank
Artha Graha juga memberikan kesempatan talent lulusan
SMA untuk melanjutkan pendidikan mereka hingga
tingkat sarjana. “Kami tidak mengukur talent berdasarkan pendidikan, tapi dari kinerjanya,” tegasnya. Menurutnya, Talent Mapping adalah mengembangkan orang
dari bawah dan keberhasilan sebuah organisasi baru bisa
terlihat jika bisa mengembangkan sendiri orangorang di dalam hingga
mereka menjadi talent
dan star. “Yang terpenting
buat kami adalah talent
itu adalah yang militan,
artinya tidak sekadar loyal
kepada perusahaan, tapi
mampu mengerjakan yang
di luar tugas mereka,” kata
Stef yang mengaku sudah
melakukan pengamatan
terhadap talent sejak tahun
2012 lalu.
Sejauh ini, Bank Artha
Graha menilai cara ini
sudah cukup. "Tapi tidak
tertutup kemungkinan
kami akan selalu mengembangkan alat ukur yang
lebih valid. Mungkin hambatannya adalah ketika kami
tidak memiliki alat ukur yang tepat misalnya untuk
mengukur kompetensi seseorang. Dari sisi penempatan
seseorang itu bisa menjadi bias karena bisa saja kami
salah mengukur komptensi seseorang sehingga dia
ternyata kurang tepat atau pas di posisi tersebut. Penga­
laman yang membuat kami belajar kembali dan selalu
belajar bagaimana mendapatkan orang yang tepat untuk
mengisi posisi kosong. Memang terkadang ada yang
belum siap karena masih ada gap, tapi kami selalu isi gap
tersebut sehingga succession plan bisa terlaksana dengan
baik,” tukas Stef sambil menjelaskan bahwa kunci sukses
mengelola talent adalah dengan memberikan treatment
yang berbeda dengan karyawan biasa. l Ratri Suyani
Mencari Talent yang Militan
S
etiap organisasi pasti memiliki orang-orang “bersinar” dalam hal karakter dan kinerja. Karena itu,
dibutuhkan pemetaan dan pengelompokan para
talent agar mereka bisa dilatih dan dikembangkan potensi
mereka sehingga lebih terasah dan mampu menempati
atau mengisi posisi yang dibutuhkan. “Kami juga sedang
melakukan pemetaan orang-orang tersebut saat ini,” tutur
Stefanus.G. Wardjono, Head of HR Division Bank
Artha Graha.
Pengukuran-pengukuran yang dilakukan
Bank Artha Graha diakui
Stefanus saat ini masih
belum ideal, namun tidak
tertutup kemungkinan
pengukuran tersebut bisa
saja berubah, baik dalam
hal alat ukut maupun kompetensi yang dibutuhkan.
“Meskipun alat ukur yang
kami gunakan belum ideal,
tetapi paling tidak sebuah
organisasi harus memiliki
pemetaan yang jelas, siapa
saja para talent-nya. Me­
reka adalah orang-orang
yang dapat dikembangkan
lebih lanjut,” imbuh pria
yang biasa disapa Stef.
Menurut Stef, pengukuran dilakukan melalui kinerja karyawan. Misalnya dengan
melihat historical data karyawan selama dua tahun
berturut-turut bagus dan pantas dikategorikan sebagai
talent. Kemudian, para talent tersebut kembali diseleksi
melalui assessment center. “Metode asesmen bertujuan
untuk melihat kompetensi mereka. Dari hasil asesmen,
baru terlihat kompetensi dan kinerja mereka secara teknis.
Sedangkan penugasan di luar tugas mereka menghasilkan
kompetensi non teknis. Kami berharap sehingga suatu
hari mereka bisa dikembangkan sesuai dengan teknis
dan non teknis tersebut. Jika ada gap, kami akan berikan
kesempatan untuk pelatihan-pelatihan untuk mengisi gap
tersebut,” paparnya lagi.
Ia menambahkan, perlakuan khusus yang diterima
24 Human Capital Journal n No. 27 n Tahun III
n
15 September - 15 Oktober 2013
Cover Story
Apa Kata Mereka?
M. Ali Mansyur
Manager Pengembangan SDM PT. Taspen.
para talent,” tambah Ali.
Saat ini posisi-posisi yang
sempat kosong di Taspen sudah
terisi dan yang dibutuhkan
sudah siap. “Tadinya memang
ada yang kosong, bukan karena tidak ada talent yang bisa
menggantikan, tapi talent tersebut sedang dipersiapkan.
Orang-orang yang mengisi posisi kosong tersebut adalah
mereka yang ikut dalam CLT. Jadi sebenarnya hampir
mirip dengan talent mapping,” ujar Ali ketika ditanya
bagaimana Taspen menyikapi permasalahan kekosongan
posisi beberapa waktu lalu.
Saat ditanya apakah pihak manajemen Taspen sering
menghadapi hambatan saat mengidentifikasi talent, de­
ngan lugas Ali menjawab bahwa kendala
lebih kepada belum
maksimalnya dalam
melakukan penilaian
karyawan. “Di awalawal, kecenderungan
menilai karyawan
masih belum maksimal. Misalnya jika
penilaiannya kurang
baik, maka akan
dikategorikan baik.
Padahal seharusnya
tidak begitu. Perlu
ada bukti konkrit
terhadap penilaian
kinerja karyawan.
Kami juga sudah
menggunakan sistem
SAP (System and
Application Product
in data processing)
untuk melakukannya,” ia memberikan penjelasan.
Penilaian terhadap talent juga sudah diatur dalam
SMK (Sistem Manajemen Kinerja) sehingga tidak bisa
dimanipulasi oleh siapapun. Rencananya, semua di
sistem ini bisa diakses siapapun di level middle up untuk
penilaian. “Jadi tidak bisa memberikan penilaian yang
bagus-bagus saja. Dulu memang seperti itu, tapi sekarang
tidak lagi,” ujar Ali. Yang menjadi tolak ukur keberhasilan
pemetaan talent adalah semakin berani para manager
dalam melakukan penilaian. “Selama ini masih abu-abu,”
imbuhnya. l Ratri Suyani
Penilaian Masih Belum Maksimal
T
alent merupakan karyawan yang memiliki potensi
special. Karena itu seorang talent harus dikelola
dengan cara yang berbeda. “Pemetaan talent memang penting meskipun di tempat kami belum menggunakan Talent Mapping,” aku M. Ali Mansyur, Manager
Pengembangan SDM PT. Taspen.
Sejauh ini, lanjut Ali, Taspen masih melakukan
penilaian berdasarkan asesmen. “Kami memang dalam
taraf memetakan karyawan yang berpotensi, jadi belum
sistematis,” ujarnya.
Taspen menilai
melalui kompetensi
dan kinerja kar­
yawan. Pengukuran berdasarkan
kompetensi sudah
dilakukan oleh
Taspen terutama
untuk mengetahui
mengukur gap yang
ada antara individu
dengan KKJ (Kebutuhan Kompetensi
Jabatan). Proses
pengidentifikasi
awal ini untuk
menghindari terjadinya pergantian
orang yang belum
siap ditempatkan di
sebuah posisi yang
dibutuhkan. “Ukur
gap terlebih dulu, jika tidak match atau masih ada yang
belum, dicari penyebabnya dan bagaimana cara mengatasinya,” tukas Ali.
Ditambahkan Ali, setiap talent atau karyawan berpotensi akan diberikan pelatihan terlebih dulu. Pelatihan
yang diberi nama CLT (Corporate Learning Training)
merupakan kewajiban dan merupakan proses asesmen
para talent. Usai pelatihan CLT, hasilnya akan didiskusikan oleh manajemen untuk mengetahui apakah talenttalent tersebut melaksanakan, memperhatikan atau tidak
melaksanakan dan memperhatikan pelatihan yang dibe­
rikan. “Semuanya penting untuk mengetahui kompetensi
Human Capital Journal n No. 27 n Tahun III
n
15 September - 15 Oktober 2013 25
Cover Story
The Importance of
Knowing Your Talent
S
ebelum beranjak lebih jauh, apakah sebenarnya talent itu? Webster mendefinisikan talent sebagai “any
natural ability or power”. Ya, talent adalah sebuah
sifat dasar, kepandaian dan pembawaan yang dibawa sejak lahir. Setiap orang terlahir dengan bakatnya masingmasing dan ini yang menjadikan setiap individu unik.
competencies dan juga capabilities me­
Penting sekali bagi kita untuk me­
reka yang ditampilkan secara nyata dangenali bakat yang ada dalam diri kita.
lam keseharian kerjanya. Intinya, hal ini
Hal tersebut akan memberi dampak
dilakukan untuk menganalisa bakat dan
positif pada lingkungan di sekitar kita,
potensi masing-masing karyawan yang
terlebih jika memang kita mendapat ke­
kelak bisa menambah
sempatan untuk bisa
value pada pekerjaan
memaksimalkannya.
yang mereka tekuni.
Jika seorang pekerja
(Mark Hopkins, head
bisa memaksimalkan
of assessment developbakat yang dimiliki,
ment and talent practentunya akan ada
tice at Reed Specialist
manfaat pula yang
Recruitment).
dirasakan oleh pihak
Dengan diberperusahaan. Hal
lakukannya proses
ini bukan hanya PR
talent mapping,
seorang karyawan
Oleh
diharapkan perusadalam perusahaan.
Ayu Muharningtyas
haan bisa mendapat
Ada baiknya jika
Senior Executive
sumber daya yang seperusahaan pun jeli
Firstasia
Consultants
suai dengan tuntutan
dalam melihat bakat
pekerjaan yang akan
apa yang sebenarnya
mereka hadapi kelak. Contoh yang bisa
dibutuhkan oleh pekerja yang berada
diambil adalah, jika perusahaan Anda
dalam core position agar kelak bisa
secara spesifik bergerak dalam bidang
menunjang keberhasilan perusahaan.
rekrutmen, maka yang menjadi kunci
Tak jarang perusahaan masih salah
keberhasilan perusahaan adalah para
kaprah dengan mencoba memetakan
rekruter yang “handal”. Ukurannya
dan mengidentifikasi semua karyawanbukan berapa banyak orang yang bisa
nya dari tiap bagian yang ada. Sepatutnya, cukup difokuskan pada posisi-posi- direkrut, akan tetapi kualitas dari para
kandidat yang direkrut dan kemudian
si penting yang krusial bagi masa depan
direkomendasikan pada pihak klien.
perusahaan.
Ada baiknya jika Anda mengetahui
What is talent mapping? Ini adalah
kompetensi dasar yang dibutuhkan
proses penempatan setiap individu
oleh para karyawan yang akan anda
dalam perusahaan mengacu pada skills,
26 Human Capital Journal n No. 27 n Tahun III
n
15 September - 15 Oktober 2013
hire, salah satu contohnya adalah
kemampuan analisa dan keberanian
untuk memberi penilaian atas kandidat,
karena dengan begitu maka Anda tidak
perlu meluangkan terlalu banyak effort
untuk bisa mengasah karyawan yang
memang tidak mempunyai bakat dalam
melakukan judgment secara tegas. Ini
merupakan salah satu keuntungan yang
bisa Anda peroleh karena pihak perusahaan bisa melakukan penghematan
terhadap cost yang dibutuhkan untuk
memberi pelatihan pada karyawankaryawan Anda.
Bagaimana cara Anda bisa mengidentifikasi talent yang dimiliki oleh
karyawan? Salah satunya adalah dengan
assessment center. Metode ini adalah
yang terbilang simple dan mudah untuk
dijalankan. Keuntungan ini pun bisa
dirasakan oleh pihak kandidat karena
ia bisa mengetahui profesi apa yang
sebenarnya cocok bagi dirinya, sehingga
diharapkan kedepannya ia bisa mendapat pekerjaan yang memang sesuai
dengan bakat dan membuatnya tidak
perlu memaksakan diri untuk mengerjakan tugas-tugas yang memang kurang
sesuai dengan kemampuannya. Sebagai
catatan tambahan, siapakah karyawan
yang dikatakan talented? Mereka adalah
orang-orang yang bisa menampilkan
perilaku kerja yang sejalan dengan
bisnis perusahaan, tidak hanya saat ini
saja, akan tetapi minimal 3-5 tahun ke
depan.
Akhir kata, kenali kelebihan yang
ada dalam diri Anda semua. Fokus,
maksimalkan dan manfaatkan hal
tersebut sebaik-baiknya. You cannot
be anything you want to be, but
you can be a lot more of who you
already are (Tom Roth). Selamat
menjadi berlian di tempat Anda bekerja!
l
Firstasia Consultants.
Wisma 76 - 18th floor Jl. Letjen S. Parman Kav 76
Slipi, Jakarta Barat P: 62.21.536 66 618 |
F: 62.21.536 77 666 | www.firstasiaconsultants.com
Profile
Irman Gusman
Kontribusi
Perusahaan
Masih Belum
Cukup
P
embangunan di bidang pendidikan
harus lebih digalakkan dengan melibatkan semua stake holder. “Kontribusi perusahaan sangat diharapkan.
Selama ini banyak perusahaan besar yang menjalin kemitraan dengan dunia akademis atau
mengembangkan pendidikan keterampilannya
sendiri. Tapi itu belum cukup,” papar Ketua
DPD-RI periode 2009-2014 Irman Gusman.
Pria berdarah Minangkabau kelahiran 11 Februari 1962 ini memulai karier
politiknya sejak tahun 1999 dengan
menjadi anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia (MPRRI) mewakili Sumatera Barat. Kemudian
pada Pemilu 2004, ia terpilih sebagai
anggota Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia (DPD-RI) mewakili Sumatera Barat dan menjadi Wakil Ketua
DPD-RI bersama Ginandjar Kartasasmita sebagai Ketua DPD-RI periode pertama. Tahun 2009, peraih gelar Master
of Business Administration (MBA) dari
Graduate School of Business, University
of Bridgeport, Connecticut, Amerika
Serikat, kembali terpilih sebagai anggota
DPD RI mewakili Sumatera Barat dan
terpilih sebagai Ketua DPD-RI.
Dalam perjalanan karier politiknya,
putra pasangan Gusman Gaus dan
Janimar Kamili mencurahkan perhatiannya untuk membangun DPD-RI
dengan tujuan untuk mempercepat
pembangun­an daerah-daerah. Ia dikenal
sebagai pejuang daerah yang konsisten
pada pemikiran dan cita-citanya yaitu
memba­ngun negeri dari daerah. Ia pun
dikenal sebagai salah seorang penggagas
sistem politik dua kamar (bikameral)
pada MPR. Saat reformasi bergulir,
anggota MPR-RI utusan Sumatera
Barat tahun 1999 ini menjadi salah satu
penggagas amandemen UUD 1945.
Berkat perjuang­annya tersebut, terjadi
perubahan yang mendasar dalam sistem
ketatanegaraan bangsa Indonesia yaitu
presiden dan wakil presiden dipilih
secara langsung oleh rakyat, pembatasan
masa jabatan presiden hanya dua perio­
de, dan lahirnya Mahkamah Konstitusi
serta DPD-RI.
Selain dikenal sebagai politisi, suami
dari Liestyana Rizal Gusman dan ayah
dari Irviandari Alestya Gusman, Irviandra Fathan Gusman dan Irvianjani
Audria Gusman, juga merupakan seorang pengusaha ulung. Kariernya sebagai pengusaha dimulai pada tahun 1988,
ketika ia terjun ke bisnis milik keluarga
PT Khage Lestari Timber. Pada saat
itu ia ditugasi untuk mengembalikan
keadaan perusahaan yang terlilit hutang.
Berkat kemampuan dan intelektualitasnya, ia berhasil membalikkan posisi
keuangan perusahaan menjadi positif.
Ia juga mendirikan Padang Industrial
Park dan menjabat sebagai Komisaris
Utama. Kepada Human Capital Journal,
pria yang pada Maret 2013 lalu diangkat
sebagai keluarga kehormatan Komando
Pasukan Khusus (Kopassus) ini bercerita
mengenai Sumber Daya Manusia (SDM)
Indonesia terkait dengan pendidikan
yang ada di Indonesia, serta sejauh mana
kontribusi perusahaan-perusahaan
dalam pengembangan kompetensi SDM
Indonesia.
Human Capital Journal n No. 27 n Tahun III
n
15 September - 15 Oktober 2013 27
Profile
Bagaimana Anda menilai kuali­
tas SDM Indonesia untuk bersaing
dengan bangsa-bangsa lain, baik
di level perusahaan maupun level
negara?
Kualitas SDM Indonesia cukup baik
dan sebenarnya bisa bersaing dengan
SDM negara lain. Di dunia pendidikan,
mereka bisa menunjukkan prestasinya.
Di dunia kerja, tenaga terampil Indonesia juga diakui dengan kerja keras,
loyalitas dan kecerdasannya. Namun
begitu, memang perlu ada pembinaan
khusus berkaitan dengan budaya
di Indonesia yang tidak terbiasa
dengan budaya kompetisi yang
ketat. Selain itu, kuantitas tenaga
kerja terlatih dan terdidik harus
diperbanyak jadi sektor yang
menjadi okupasi SDM Indonesia
akan meningkat, dengan demikian kesejahteraan mereka juga
meningkat.
Apa saja permasalahan
terkait kualitas SDM Indo­
nesia yang perlu mendapat­
kan perhatian dan diatasi
secara baik?
Masalah SDM yang perlu
diatasi paling tidak ada dua. Pertama, masalah teknis berkaitan
dengan peningkatan kualitas
secara umum. Ini disebabkan
oleh rendahnya tingkat pembangunan manusia Indonesia yang di
tahun 2012 kemarin kita hanya
menempati urutan 124 dunia.
Ini artinya akses rakyat terhadap
pendidikan bermutu masih rendah.
Tenaga kerja kita yang high quality
memang banyak, tapi secara rasio masih
kecil dibanding keseluruhan angkatan
kerja. Dalam masalah yang teknis juga,
SDM kita sering ketinggalan dalam
meng-upgrade kemampuannya diban­
ding tenaga kerja lain. Mungkin karena
dari sisi peralatan, kita juga kurang. Ke
depan kita harus memperbaiki ini agar
kompetensi kita semakin baik. Kedua,
yang harus dibenahi adalah pemaha-
man mereka sebagai mitra pengusaha
dan pendorong pembangunan. Selama
ini SDM kita banyak berkonflik dengan
pengusaha. Ke depan, sebaiknya kita
makin membangun komunikasi yang
baik antara pengusaha, tenaga kerja dan
pemerintah sehingga masing-masing
saling memahami kebutuhan pihak lain
dan konflikpun bisa diminimalisasi.
Apa solusi yang menurut Anda
tepat untuk mengatasi permasa­
lahan dalam bidang SDM tersebut?
alokasi anggaran negara yang cu­
kup besar yaitu 20% untuk bidang
pendidikan nasional?
Kita menghargai alokasi 20% APBN
itu ke sektor pendidikan. Itu juga merupakan keharusan undang-undang. Kita
harus apresiasi. Tapi ke depan, alokasi
20% itu seharusnya tidak termasuk gaji
guru dan belanja rutin, tapi benar-benar
merupakan anggaran untuk membangun sektor pendidikan berupa gedung,
sarana penunjang, jaringan dan biaya
operasional lainnya.
Bagaimana Anda menilai
kontribusi perusahaan-peru­
sahaan dalam mengembang­
kan kualitas SDM Indonesia?
Kontribusi perusahaan
memang sangat kita harapkan.
Selama ini banyak perusahaan
besar yang menjalin kemitraan
dengan dunia akademis atau
mengembangkan pendidikan
keterampilannya sendiri. Tapi itu
tentu belum cukup, kita masih
banyak membutuhkan kontribusi
semacam itu.
Solusinya adalah dengan pembangunan bidang pendidikan secara serius
dengan melibatkan semua stake holder.
Kita harus bersama-sama meningkatkan
dan memeratakan kualitas pendidikan
di seluruh Indonesia. Bukan hanya
semangat dan loyalitas SDM yang maju,
tetapi kompetensinya juga harus diba­
ngun terus, di-upgrade terus.
Bagaimana Anda menilai
sistem pendidikan dan efektivitas
28 Human Capital Journal n No. 27 n Tahun III
n
15 September - 15 Oktober 2013
Apa harapan Anda ten­
tang kontribusi perusahaan
dalam pengembangan kom­
petensi SDM Indonesia?
Ke depan, model yang saya
harapkan adalah makin intensifnya kerjasama antara perusahaan
dan daerah untuk mengembangkan core business daerah tersebut
sehingga daerah makin berdaya.
Pengembangan ekonomi strategis harus
punya link dengan pengembangan pendidikan. Banyak daerah yang tidak punya basis pendidikan seperti itu. Padahal
potensi ekonominya besar sekali. Anda
lihat Maluku yang potensi kelautannya
begitu besar. Seharusnya perusahaan
mampu melihat itu dan bersama dengan
daerah mengembangkan basis pendidikan yang benar-benar unggul dalam
sektor pertanian. l
ADVERTORIAL
MKI Corporate University
HC News
Center of Excellence in Business, Leadership & Management
PROGRAM
CHRP
Certified Human Resources Professional
5 Days Intensive Course, In Class Assignments,
and Paper Work after Inclass Program
G
Moduls: Developed Based on Body of Knowledge in Global HR Certification
Facilitators: Experienced Executives & Practitioners in HRM
Examiners: Experts from MKI Corporate University & Kazian Global School of Management
lobalisasi ekonomi dan bisnis berdampak kepada kompetensi
para profesional di berbagai bidang, termasuk mereka yang
mengelola sumberdaya manusia (SDM). Untuk bisa bersaing
di dunia bisnis, para praktisi dan eksekutif manajemen SDM
perlu untuk memiliki kompetensi dalam manajemen SDM yang diakui
secara luas. Bekerjasama dengan Kazian Global School of Manage­
ment yang terafiliasi dengan Mahatma Gandhi University di India
– pusat pembelajaran ilmu bisnis terkemuka di kawasan Asia – maka
MKI Corporate University meluncurkan program Certified Human
Resources Professional (CHRP), di mana para lulusannya berhak
mencantumkan gelar CHRP di belakang namanya sebagai identitas
profesional yang dimiliki. Para pemilik gelar CHRP ini memiliki peluang
lebih besar untuk mengembangkan karirnya dan bekerja secara global.
Tujuan dan Sasaran
Program CHRP
Program CHRP bertujuan untuk menciptakan
profesional manajemen SDM dengan
penguasaan teori dan praktik yang memadai untuk menjalankan peran sebagai
seorang profesional di bidang manajemen SDM.
Sedangkan sasaran yang ingin dicapai adalah:
Peserta mampu memahami lingkup kerja
dan dinamika Manajemen SDM, mampu
memahami pendekatan-pendekatan baru
yang aplikatif, dan memiliki keterampilan memadai dalam manajemen SDM.
Peserta CHRP
Peserta Program CHRP adalah profesional di
bidang manajemen SDM, pengalaman kerja di
bidang manajemen SDM minimal 3 tahun.
Informasi dan Pendaftaran
PT Menara Kadin Indonesia (MKI)
(Learning, Consulting, Assessment Center, Research & HCJournal)
Program CHRP dikembangkan mengacu kepada Body of Know­
ledge dari beberapa program Certified yang dikeluarkan oleh The HR
Certification Institute, USA (hrci.org/global). Para peserta Program
CHRP tidak hanya diajarkan tentang berbagai subyek utama dalam
siklus manajemen SDM (HR Cycle), melainkan juga bagaimana membangun dan menjalankan manajemen SDM secara lebih strategik.
Peran strategik tersebut ditunjukkan dalam pengelolaan kompetensi dan kinerja SDM. Semakin disadari oleh perusahaan bahwa
ada keterkaitan langsung antara pencapaian strategi dan sasaran
perusahaan dengan pengelolaan kompetensi dan kinerja SDM. Program CHRP mengintegrasikan kebutuhan riil di tempat kerja dengan
perubahan paradigma yang sedang terjadi dalam dunia manajemen
SDM saat ini dan di masa depan.
Team Fasilitator,
Pembimbing,
dan Penguji CHRP
Team Fasilitator, Pembimbing, dan Penguji
memiliki latar belakang pengalaman praktik
dan konsultansi manajemen dengan pengalaman minimal 15 tahun di berbagai perusahaan
terkemuka. Semuanya memiliki gelar S-2 di
dalam dan luar negeri, di samping S-1 dari
perguruan tinggi terkemuka di Indonesia.
Proses Sertifikasi
Proses sertifikasi CHRP dilakukan dalam
bentuk serangkaian pembekalan, penugasan,
dan pengujian yang keseluruhannya memakan
waktu sekitar 3 bulan
Modul Program CHRP
Program CHRP dilaksanakan dalam waktu 5
(lima) hari efektif
Penyerahan sertifikat CHRP
Sertifikat CHRP akan diserahkan secara
resmi melalui pos, kurir atau pola lain
yang memungkinkan.
Biaya Program CHRP
Biaya program CHRP adalah Rp 12 juta
per peserta (di luar PPN). Biaya tersebut
mencakup: biaya program training 5
hari, modul, bimbingan dan penilaian
tugas in class dan paper pasca program
training, makan siang dan snack selama
program training, sertifikat CHRP, dan
biaya pengiriman sertifikat. Biaya tersebut tidak termasuk biaya transportasi
dan akomodasi peserta selama program
training CHRP.
Gedung Menara Kadin Lantai 24 Jl. HR Rasuna Said, Jakarta
Fax. (021) 527 4443. Email: [email protected]
Contact Person: Mrs. Dedeh, Ms Anti, Mrs. Iin, Mr. Hadi
Human Capital Journal n No. 27 n Tahun III
n
(021)
15 September - 15 Oktober 2013 29
30 Human Capital Journal n No. 27 n Tahun III
n
15 September - 15 Oktober 2013
Photo
Gallery
Two Days Practical Workshop
Workload Analysis & Comprehensive Strategic Manpower Planning (CSMP)
Jakarta, 22 - 23 Agustus 2013
Two Days Practical Workshop
How to Design
Management
Trainee Program
Jakarta, 27 - 28 Agustus 2013
Human Capital Journal n No. 27 n Tahun III
n
15 September - 15 Oktober 2013 31
Periscope
Pemetaan
Potensi
M
Oleh
Husen Suprawinata SE MM ScHK
MKI Executive Partner,
LMI Director & Certified Facilitator
SMI Associate Partner & Certified Coach
Demikian pula seharusnya dalam hal
pengelolaan human capital dimana perusahaan akan dapat memperoleh hasil
yang lebih optimal dengan menyusun
peta potensi human capital yang dimiliki perusahaan pada saat ini sebagai
patokan pengembangan human capital
di masa mendatang dengan mempergunakan rencana-rencana bisnis yang telah
disusun.
enyusun perencanaan penjualan dan produksi berdasarkan
ramalan penjualan merupakan kegiatan yang sangat biasa
dilakukan dalam dunia bisnis. Bersamaan dengan proses
penyusunan rencana-rencana tersebut, umumnya juga
dilakukan proses pemetaan untuk dapat mengetahui berbagai posisi kompetitif perusahaan dalam pasar pada saat ini dan yang direncanakan pada
masa bertahun-tahun mendatang melalui berbagai upaya pengembangan
bisnis baik yang berupa langkah-langkah inovatif transformatif maupun
melalui berbagai inisiatif perbaikan berkelanjutan hingga rekayasa ulang
proses bisnis.
Tujuan pemetaan potensi modal
manusia dalam perusahaan adalah agar
manajemen dapat dengan lebih mudah
melakukan analisa, merencanakan
tindakan-tindakan dan dalam mene­
tapkan kapan waktu terbaik untuk
melakukan tindakan-tindakan tersebut
serta menghitung seberapa besar sumber
daya yang akan diperlukan agar sasaransasaran perusahaan dapat direalisasikan
32 Human Capital Journal n No. 27 n Tahun III
n
15 September - 15 Oktober 2013
dengan baik.
Umumnya perusahaan baru memulai proses rekrutmen dari titik nol
manakala muncul kebutuhan untuk
mengisi posisi-posisi baru karena
adanya perkembangan bisnis atau bahkan ketika ada karyawan-karyawan yang
mengundurkan diri. Sebagai akibatnya
adalah sering kali terjadi kekosongan
yang tentu tidak akan berdampak positif
Periscope
pada ritme kegiatan perusahaan.
Pemetaan potensi atau sering disebut
dengan istilah Talent Mapping dapat
membantu mempersiapkan perusahaan
dalam mengelola modal paling utama
yaitu manusia sehingga dapat terhindar dari berbagai ekses negatif karena
kurang efektifnya atau bahkan tidak
adanya perencanaan dalam pengelolaan
modal manusia dalam perusahaan.
Di sisi yang lain, ada juga perusahaan-perusahaan yang sudah melakukan pemetaan human capital namun
mampu memiliki modal manusia secara
just-in-time karena dengan menganalisa
potensi pengembangan akan dapat
diketahui juga kekuatan dan kelemahan
dari setiap orang yang sudah ada dalam
perusahaan, mempersiapkan langkahlangkah untuk dapat mengisi celah
kompetensi tersebut, serta pada saat bersamaan perusahaan dapat mengetahui
kebutuhan tambahan modal manusia
untuk dapat merealisasikan sasaransasaran yang sudah ditetapkan maupun
untuk dapat menyesuaikan kemampuan
yang terjadi adalah bahwa rekrutmen
dilakukan berdasarkan harapan ideal
dan/atau muluk-muluk sehingga yang
terjadi kemudian adalah banyak potensi
human capital yang tidak tergunakan
lalu banyak dari calon-calon pemimpin
yang memiliki potensi untuk dikembangkan akhirnya berguguran satu
demi satu. Hal tersebut tentu saja
tidak saja berarti pemborosan waktu,
tenaga dan juga dana perusahaan yang
telah diinvestasikan pada calon-calon
pemimpin yang memiliki potensi, tetapi
juga merupakan ancaman serius apabila
calon-calon pemimpin potensial tersebut
bergabung ke perusahaan yang merupakan kompetitor utama.
Pemetaan potensi modal manusia
merupakan sebuah proses yang proaktif. Manakala dilakukan dengan baik
akan juga memungkinkan perusahaan
perusahaan dalam mengikuti perkembangan dinamis yang terjadi di pasar
sehingga perusahaan tetap kompetitif.
Peranan sangat penting sangat diperlukan dari para pimpinan dan terutama
pimpinan tertinggi sebuah perusahaan
dalam proses pemetaan potensi modal
manusia perusahaan. Keterlibatan yang
memadai dari para pimpinan dalam
proses pemetaan potensi modal manusia
ini akan menghindarkan perusahaan
dari keusangan peta potensi dan bahkan
konsepsi yang keliru sebagai akibat dari
proses yang berjalan sendiri-sendiri.
Memiliki peta potensi modal manusia akan memberikan perusahaan keleluasaan dalam mengimbangi perkembangan bisnis karena begitu dibutuhkan
sebuah atau beberapa posisi baru akan
langsung tersedia informasi tentang
kandidat-kandidat dari dalam perusa-
haan yang merupakan hasil pemetaan
potensi yang sudah dilakukan.
Masuk keluar karyawan adalah
hal yang lumrah terjadi dalam setiap
perusahaan sehingga dengan adanya
peta potensi modal manusia akan lebih
mempermudah proses rekrutmen ka­
rena pemetaan potensi modal manusia
merupakan dasar yang seharusnya
dipergunakan dalam proses rekrutmen
bahkan sebelum adanya kebutuhan baik
karena perkembangan bisnis maupun
karena ada karyawan yang mengundurkan diri. Dengan perkataan
lain, pemetaan potensi
modal manusia dalam perusahaan harus merupakan
proses perencanaan sumber
daya manusia dan mempersiapkan manusia yang
bersumber daya.
Apabila perusahaan anda
sudah mengaitkan proses
pemetaan potensi modal manusia dengan proses perencanaan bisnis, namun karena
namanya juga ramalan bisnis
tentu ada unsur ketidakpastian yang diakibatkan oleh
banyak sekali faktor.
Pastikan bahwa proses pemetaan potensi modal manusia merupakan bagian
dari perencanaan strategis perusahaan
dan terus mengikuti dinamika bisnis
perusahaan sehingga terdapat proses
sinkronisasi berkala.
Demikian pula yang merupakan
bagian tidak terpisahkan dari proses
pemetaan potensi modal manusia ini
adalah perencanaan pendayagunaan
potensi yang sudah ada untuk dapat mencapai sasaran-sasaran bisnis
perusahaan dan pada saat bersamaan
pengembangan karir karyawan perusahaan karena pada hakekatnya pemetaan
potensi modal manusia adalah menga­
rahkan manusia dalam perusahaan
menjadi semakin dekat dengan sasaransasaran perusahaan dan sasaran-sasaran personal dari setiap individu dalam
perusahaan. l
Human Capital Journal n No. 27 n Tahun III
n
15 September - 15 Oktober 2013 33
Periscope
A Simple Reason
Why Ceo is Changed
S
eorang raja daerah sebuah negeri melahirkan
seorang putra mahkota baginya, ia terlahir
menjadi seorang pangeran. Tapi apakah ia
juga terlahir untuk menjadi seorang pemimpin
yang baik untuk kerajaannya? Ini merupakan sebuah
tanda tanya yang besar bagi kerajaan itu. Menjadi
pemimpin tidak sama dengan menjadi anak raja atau
menjadi ahli waris dari seorang pemimpin. Ada yang
mengatakan, “Pemimpin itu tidak dilahirkan, melainkan dibentuk.” Memang sudah menjadi kenyataan
pemimpin yang baik adalah pemimpin yang dibentuk
baik dari pengetahuan dan hikmatnya.
Oleh: Andy B. Sutedja
The Best Strategic Coach di Indonesia
dan Master Licensee dari Leadership
Management Institute di Indonesia
(www.lmi-world.com)
Di abad ke-21 ini, para pemimpin
baik sosial, politik, dan ekonomi di­
hadapkan tiga masalah besar. Taleo Research, sebuah perusahaan Kanada yang
bergerak dalam talent management
memberikan laporannya bahwa tiga
masalah besar mengapa terjadi banyak
masalah di dalam organisasi yaitu:
1. 34% disebabkan karena rendahnya
partisipasi kerja dari karyawannya
(low employee engagement).
2. 26% disebabkan banyak organisasi
kehilangan manajer/pekerja handalnya (top performers).
3. 18% disebabkan karena para
pemimpinnya memiliki jurang
kepemimpinan, atau dalam kata lain
para pemimpinnya tidak mengerti
apa yang harus dilakukan dalam
memimpin tim kerjanya.
Permasalahan 1 dan 2 di atas
sebetulnya lebih disebabkan karena
permasalahan pemimpinnya. Pemimpin
kurang mengerti tentang keahlian
34 Human Capital Journal n No. 27 n Tahun III
n
15 September - 15 Oktober 2013
strate­gis dalam membangun motivasi
kepada yang dipimpinnya. Pemimpin
tidak mengerti bagaimana membuat
sebuah tim yang terbangun dan bagaimana menjaga loyalitas timnya. Ba­
nyak pemimpin mempunyai masalah dalam menemukan motivasi yang terbaik
untuk timnya. Mereka juga menghadapi
tantangan dalam mencari successor
atau new leaders dalam pengembangan
organisasi perusahaan mereka yang
secepat pengembangan usaha mereka.
Hal lain mereka menghadapi tantangan
klasik yaitu masalah time management
yang melepaskan mereka dari rutinas
harian dan mereka selalu kurang dalam
membuat waktu untuk melakukan
perencanaan-perencanaan dan evaluasi
terhadap strategi-strategi perusahaannya terhadap tantangan internal dan
eksternal perusahaannya.
Survey dari Shawn Achor terhadap
86.000 pekerja di seluruh dunia menemukan bahwa peningkatan kebahagiaan
dari karyawan dalam menyeimbangkan
roda kehidupan mereka ternyata berdampak kepada:
1. Peningkatan penjualan, sebesar 37%.
2. Peningkatan produktifitas, sebesar
31%.
3. Peningkatan akurasi pekerjaan,
sebesar 19%.
Terlalu banyak pemimpin yang
kesulitan dalam peningkatan produktifitas mereka hanya dikarenakan
mereka kurang informasi bagaimana
membuat roda kehidupan yang seimbang pada kehidupan karyawannya di
dalam perusahaannya. Kunci perbaikan
roda kehidupan ini ada pada kehebatan
pemimpin itu dalam mengatur prioritas
kerja, keahlian dia dalam melakukan
Periscope
manajemen waktu, kepiawaian dia
dalam memformulasikan Strategic
Purpose perusahaannya, dan membantu
tim kerjanya menemukan arti pekerjaan
mereka untuk para pelanggannya.
Kouzes & Pozner dalam The Truth
about Leadership mengungkapkan
bahwa,“25% faktor yang membuat
orang-orang menjadi produktif, termotivasi, bekerja efektif dan komit di
tempat pekerjaannya adalah perilaku
pemimpinnya.” Terlalu sering pemimpin
yang melimpahkan kesalahan pencapaian tujuan dan target kepada anak buahnya dari pada kepada dirinya. Introspeksi dalam diri pemimpin memainkan
peranan terpenting dalam membangun
semuanya ini:
> Peningkatan efektifitas kerja atau
produktifitas kerja.
> Peningkatan penjualan.
> Peningkatan motivasi kerja.
> Pembangunan tim kerja yang lebih
baik dan loyalitas tim yang tinggi.
> Peningkatan fokus dalam bekerja
dengan prioritas kerja yang lebin
baik.
> Penghematan akan meningkat.
> Kapasitas kerja setiap anggota tim
baik energi dan happines suasana
kerja meningkat juga.
> Inovasi-inovasi yang membawa
transformasi produk dan ekspansi
bisnis juga mengalami dampak pe­
ningkatan.
> Stress kerja berkurang secara drastis, dan kondisi kerja lebih seimbang.
Copyright © The Meyer Resource
Companies, Paul. J. Meyer, Texas, USA.
Anda seorang pemimpin ingin
mendapatkan perubahan hasil kerja
dan tim Anda. Andalah yang harus
mulai untuk berubah. Coba Anda lihat
mengapa sebetulnya alasan seorang
CEO dari sebuah perusahaan diganti
oleh pemegang sahamnya? Sederhana
alasannya setiap pemegang saham ingin
hasil lebih baik. Tapi hasil yang lebih
baik tidak akan pernah tercapai dengan
cara berpikir dan strategi yang sama.
Bahkan strategi kesuksesan yang sekarang belum tentu menjamin kesuksesan
yang sama di masa depan. Lew platt,
mantan Komisaris Utama Hewlett-packard mengatakan,“Kesalahan utama yang
terbesar dalam sebuah bisnis adalah
ia menggunakan terus dengan bisnis
model yang sudah membuat mereka
sukses satu tahun kelamaan.” Karena itu
pemegang saham mengganti CEO yang
lama dengan yang CEO yang baru de­
ngan alasan mereka mendapatkan hasil
yang baru karena mereka mempunyai
CEO yang berbeda cara berpikirnya.
Jadi Anda yang berubah atau Anda yang
digeser oleh pemegang saham Anda,
dan bila anda seorang manajer maka
anda akan diganti oleh manajer lainnya.
Bersiap-siaplah berubah dan menjadi
sukses atau tinggal dengan apa yang ada
dan menjadi tersingkir. Demikian dunia
ini yang mengharapkan perubahan dari
para pemimpinnya. l
Positively, Andy B. Sutedja, The Best Strategic Coach
di Indonesia, [email protected]
Human Capital Journal n No. 27 n Tahun III
n
15 September - 15 Oktober 2013 35
Info Perusahaan
The Best Choice for
Export Credit Insurance
P
T. Asuransi Ekspor Indonesia (ASEI) merupakan satu-satunya agensi kredit ekspor
Indonesia untuk komoditas non-migas dan
memiliki sejumlah produk alternatif berbasis asuransi untuk solusi perbankan tradisional
dalam hal kredit ekspor. Reputasi ASEI terbukti
dengan keberhasilan ASEI meraih 10 predikat terbaik dalam Indonesia Insurance Award 2013.
Indonesia merupakan salah satu
mitra perdagangan besar dan ikut
aktif dalam perekonomian dunia.
Hal ini membuat perekonomian dan
kesejahtera­an sosial masyarakat Indonesia bergantung pada perdagangan
lintas batas dan ekspor sumber daya
alam dan produk Indonesia. Kehadiran
ASEI sangat membantu eksportir yang
menginginkan kenyamanan dalam hal
kredit ekspor.
Menurut Mahenda Sunaryo, Head of
Corporate Secreatary ASEI, kehadiran
ASEI adalah untuk menunjang peningkatan ekspor non minyak dan gas serta
kegiatan non-ekspor, serta tidak terbatas pada asuransi ekspor dan asuransi
kredit. ASEI didirikan pada tahun 1985
lalu berdasarkan Peraturan Pemerintah
Nomor 1 Tahun 1982 tentang Pelaksanaan Ekspor,
Impor dan Lalu Lintas
Devisa serta Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun
1983 tentang Penyertaan
Modal dari Negara Republik Indonesia
untuk Pendirian Perusahaan Perseroan
(Persero) dalam bidang Jaminan Kredit
Ekspor dan Asuransi Ekspor. “ASEI
adalah satu-satunya agensi kredit ekspor
Indonesia untuk komoditas non-migas,
dan sepenuhnya dimiliki oleh Indonesia,” papar Mahendra.
Visi misi ASEI adalah menjadi
Export Credit Agency (ECA) terkemuka,
melaksanakan dan menunjang kebijakan
pemerintah di bidang ekonomi dan
pembangunan nasional, melalui upaya
mendorong peningkatan ekspor dengan
36 Human Capital Journal n No. 27 n Tahun III
n
15 September - 15 Oktober 2013
menjalankan kegiatan usaha Asuransi
Ekspor, Asuransi Kredit dan Penjamin­
an Kredit, Suretyship dan Asuransi
Umum. “Yang membedakan ASEI
dengan lembaga asuransi umum lainnya,
Asuransi ASEI memiliki produk khusus
yang menjamin risiko yang ditanggung
eksportir dan bank yaitu risiko kegagalan pelunasan pembayaran ekspor,
baik pembayaran kembali kredit ekspor
yang disalurkan bank kepada eksportir
(asuransi kredit ekspor) maupun pembayaran transaksi ekspor dari importir
luar negeri kepada eksportir (asuransi
ekspor),” kata Mahendra kembali.
Peranan ASEI diharapkan mendorong peningkatan ekspor non-migas
melalui penyediaan fasilitas Asuransi
Ekspor bagi Eksportir untuk mengatasi
risiko pembayaran ekspor sekaligus
mendorong Eksportir Indonesia melakukan penetrasi ke pasar internasional
yang baru, serta fasilitas Asuransi Kredit
bagi perbankan untuk mendorong perbankan meningkatkan kredit kepada
sektor riil termasuk eksportir. Seiring
dengan perkembangan dan perubahan
lingkungan usaha dalam upaya lebih
mendukung nasabah untuk menjalan­
kan usaha khususnya di bidang perdagangan domestik maupun internasional
yang sangat kompetitif, Asuransi ASEI
melakukan modifikasi dan diversifikasi
produk-produknya dalam class of business Asuransi Ekspor, Asuransi Kredit
dan Penjaminan Kredit, Suretyship
dan Asuransi Umum yang diharapkan
mampu mendukung kelancaran usaha
para nasabah Asuransi ASEI.
ASEI adalah anggota dari Berne
Union, sebuah asosiasi Lembaga Kredit
Ekspor global dan penyedia kredit
ekspor lainnya. ASEI dan anggota lain
Berne Union telah mengadopsi serangkaian prinsip panduan yang mencakup
komitmen untuk mematuhi hukum,
manajemen risiko yang hati-hati, pene­
rapan praktek bisnis yang sehat, profesionalisme dan penghormatan terhadap
hak asasi, kesadaran lingkungan, dukungan untuk memberantas korupsi dan
pencucian uang, dan mendorong praktik
terbaik, transparansi dan kerjasama.
PT ASEI menawarkan produk asuransi kredit ekspor, asuransi kredit dan
produk penjaminan, produk ‘surety’ dan
asuransi umum dan didukung oleh tim
manajemen yang berpengalaman dan
pendekatan terfokus. Produk-produk
ASEI merupakan alternatif berbasis
asuransi untuk solusi perbankan tradi­
sional untuk kredit ekspor adalah Asu­
ransi Kredit Ekspor, Asuransi Kredit dan
Jaminan, Surety Produk, dan Asuransi
Umum (Asuransi Properti, Asuransi Rekayasa, Asuransi Marine Cargo, Marine
Hull Asuransi, Asuransi Uang, Asuransi
Kecelakaan Diri, Asuransi Pencurian,
Asuransi Tanggung Gugat, Asuransi Ruang, Asuransi Penerbangan dan Minyak
dan Gas Asuransi).
Keberhasilan ASEI memberikan pelayanan terbaik dan kenyamanan kepada
para kliennya terbukti dalam Indonesia
Insurance Award (IIA) Tahun 2013 yang
digelar tanggal 18 Juli 2013 lalu. Acara
penghargaan bertemakan “Indonesia
Insurance Sustainable Toward Regional
Challenges” ini diikuti sebanyak 50
perusahaan asuransi yang memenuhi
syarat administrasi dan ketentuan IIA
2013 -- awalnya sebanyak 200 perusahaan asuransi telah mengajukan data
dan formulir sebagai prasyarat mengikuti ajang IIA 2013. Berdasarkan penilaian
panitia, 28 perusahaan asuransi mampu
menyandang predikat terbaik dalam
kategori masing-masing, termasuk ASEI
yang berhasil meraih 10 penghargaan
terbaik untuk seluruh kategori yang
diikut sertakan. Dalam IIA 2013, peserta
dibagi dalam kategori menjadi Asuransi
BUMN, Asuransi Emiten, dan Asuransi
Non Emiten, dengan aset dari Rp 50
miliar hingga Rp 1 triliun ke atas.
Penghargaan yang diterima Asuransi
ASEI adalah sebagai berikut :
• Mr. Zaafril Razief Amir, The Most
“Quick Minded” – Insurance CEO’
2013, BUMN Company – General Insurance – Assets > Rp. 200 Billions
• The Best of “General Insurance”
BUMN Company – Assets > Rp. 200
Billions
• 1st for Good Corporate Governance,
BUMN Company – General Insurance – Assets > Rp. 200 Billions
• 1st for Corporate Communication,
BUMN Company – General Insurance – Assets > Rp. 200 Billions
• 1st for Corporate Social Responsibility, BUMN Company – General Insurance – Assets > Rp. 200 Billions
• 1st for Human Capital, BUMN Company – General Insurance – Assets >
Rp. 200 Billions
• 1st for Information Technology,
BUMN Company – General Insurance – Assets > Rp. 200 Billions
• 2nd for Risk Management, BUMN
Company – General Insurance – Assets > Rp. 200 Billions
• 2nd for Finance, BUMN Company
– General Insurance – Assets > Rp.
200 Billions
• 2nd for Marketing, BUMN Company
– General Insurance – Assets > Rp.
200 Billions
Human Capital Journal n No. 27 n Tahun III
n
15 September - 15 Oktober 2013 37
Column: Managerial & Leadership
­
Developing a Strong
(adalah Salah Satu Bentuk Corpor
S
etiap karyawan pada umumnya pernah
atau sering mendengar ‘Business Plan’.
Namun tidak banyak atau masih tergolong sedikit karyawan yang memahami
arti dan makna Business Plan yang se­
sungguhnya. Masing-masing akan memiliki interpretasi dan pemahaman yang berbeda, se­hingga
komitmen dalam penyusunan dan aplikasinya
akan berbeda. Jadi, untuk apakah adanya Business Plan, dan aspek apa saja yang perlu ada pada
Business Plan?
Business Plan adalah merupakan sebuah ‘skenario’ bisnis yang
akan dilakukan oleh
seluruh individu pada
suatu organisasi, untuk mencapai sasaran kerja perusahaan
yang telah ditetapkan
atau diharapkan oleh
pemegang saham.
Menyusun sebuah
skenario bisnis yang efektif diperlukan kerja sama
yang erat dan dilakukan dengan seksama antar
unit kerja, serta dilengkapi dengan berbagai informasi eksternal dan internal perusahaan, atau se­
ring disebut sebagai SWOT (Strength, Weakness,
Opportunity dan Threat).
Hal penting lain dengan adanya Business
Plan ialah: sebagai media untuk membangun si­
nergi kerja pada seluruh organisasi, dan sekaligus
dipergunakan sebagai referensi oleh setiap unit
kerja, dalam menyusun Operational Planning
yang rinci. Kedua hal ini dapat terjadi, karena
dengan Business Plan, setiap unit/departemen
dalam organisasi akan memiliki prioritas kerja
yang sama dan time management yang mengacu
pada kegiatan yang sama. Demikian pula mengenai resources/sumber daya yang perlu disiapkan,
akan menjadi sangat efektif.
Oleh karena itu, menyusun Business Plan ha­
ruslah dilakukan dengan benar. Karena bila ter38 Human Capital Journal n No. 27 n Tahun III
n
15 September - 15 Oktober 2013
dapat salah arah atau kesalahan dalam menentukan strategi atau program strategis, maka akan
terjadi kerugian yang cukup tinggi. Pada ilustrasi
di bawah ini, nampak bahwa untuk setiap sasar­
an perusahaan yang berbeda, diperlukan Business Plan yang berbeda pula.
Sifat Business Plan adalah sangat spesifik dan
disusun dengan cukup rinci. Maka, bila pemegang saham atau BOD menentukan keharusan
bagi perusahaan untuk memiliki pertumbuhan
pendapatan/laba sebesar X%, maka akan tersusun Business Plan X. Dimana Business Plan X
akan menceritakan rencana strategis dan model
bisnis yang perlu diterapkan, agar dapat tercapai
pertumbuhan usaha sebesar X%.
Namun bila kemudian terjadi perubahan
sasaran pertumbuhan sebesar Y% atau Z%, maka
harus disusun Business Plan Y atau Z yang sesuai
dengan sasaran kerja perusahaan. Dalam kondisi
ekonomi yang berubah dengan dinamis, perusahaan akan cukup disibukan dengan perubahan
business plan, akibat asumsi bisnis dan sasaran
bisnis yang harus berubah. Perubahaan dapat dilakukan pada tengah tahun atau kapan saja, bergantung pada tingkat urgensinya.
Sangat banyak perusahaan yang menerapkan
Business Plan yang pada dasarnya ialah Financial Plan. Hal tersebut merupakan kekeliruan,
terlebih lagi bila Financial Plan tersebut disusun
berdasarkan assessment dengan menggunakan
metoda ekstrapolasi. Aspek utama pada business
plan ialah: Sales/Marketing; Operation; Produc-
Oleh : Brata Taruna Hardjosubroto
Corporate Business Plan
rate Leadership)
tion; Human Resource; dan Finance. Setiap aspek
harus dibahas dengan seksama dan dimulai pada
aspek yang merupakan ‘main stream’ dari bisnis
yang dijalankan.
Jadi, bila perusahaan bergerak di bidang trading, maka unit Sales/Marketing adalah menjadi penggerak utama atau disebut sebagai ‘main
stream’. Bila perusahaan tersebut adalah sebuah
pabrik yang didirikan untuk mensupply satu atau
dua pelanggan secara tetap, maka yang menjadi
penggerak utama adalah unit Production. De­ngan
demikian, penyusunan business plan adalah di­
mulai dari ‘Main Stream’ unit kerja, yang kemudian berkembang pada unit kerja terkait (supporting unit). Seluruh unit kerja yang berperan
sebagai ‘supporting’, harus mengutamakan ke­
giatannya untuk menunjang strategi dan program
kerja dari unit kerja ‘main stream’.
Uraian pada ilustrasi di bawah adalah langkah
atau tahapan yang perlu dilakukan dalam proses
menyusun ‘Business Plan’. Sebagai langkah pa­
ling awal adalah melakukan studi atas kondisi
eksternal perusahaan yang meliputi aspek: pe­
saing, teknologi, regulasi, sosial-budaya, perilaku
pelanggan, kondisi ekonomi pada lingkup makro
dan juga mikro. Seluruh informasi atas kondisi
eksternal akan sangat penting dalam menentukan
arah kegiatan perusahaan, seperti: menentukan
produk dan layanan, peluang investasi, dsb. Bila
informasi tersebut tidak lengkap, maka business
plan juga akan menjadi tidak/kurang ‘credible’.
Berdasarkan informasi pasar,
maka perusahaan akan dapat me­
netapkan ‘business objective’ dengan
lebih tepat disertai tingkat ‘confidence’
yang cukup tinggi, dan dapat menentukan asumsi dasar dengan lebih akurat.
Untuk mencapai business objective, maka sangat perlu diidentifikasi
beberapa tantangan utama (key challenges) yang harus memperoleh perha-
tian dan prioritas khusus. Key challenge tersebut
adalah terkait sangat erat dengan sasaran perusahaan (business objectives), yang kemudian dilengkapi dengan merumuskan SWOT perusahaan
(Strength, Weakness, Opprtunity & Threat). Key
Challenges dan SWOT perlu untuk dijabarkan
dengan seksama dan dituliskan de­ngan lengkap.
Langkah berikutnya adalah menentukan dan
menyusun ‘Strategi’ yang akan dilakukan untuk
mencapai business objectives, dengan melampaui
key challenges dengan kondisi SWOT yang ada.
Proses penyusunan strategi merupakan titik kritikal berikutnya yang harus diputuskan dengan
penuh perhitungan. Karena penentuan strategi
yang kurang tepat, berarti akan menjadi sangat
tidak efisien bagi operasional perusahaan. Melengkapi Strategi, maka dalam business plan juga
perlu menjabarkan ‘Key Success Factor’, sebagai
faktor penentu terlaksananya strategi dengan
efektif.
Setelah seluruh proses dilaksanakan dengan
benar, maka barulah ditentukan ‘Program Kerja
Utama’ perusahaan. Program kerja tersebut akan
menjadi prioritas kerja dengan prioritas tertinggi
bagi seluruh unit kerja di perusahaan yang meliputi aspek: Sales/Marketing, Production, Operation, Human Resource, Finance.
Proses di atas seluruhnya, adalah proses menyusun Business Plan, yang selanjutnya, setiap
unit kerja perlu melakukan planning dengan
lebih rinci yang disebut Operational Planning.
Beberapa aspek yang
ada pada Operational
Planning, ialah menjabarkan
kedalam
bentuk program kerja
yang lebih spesifik,
dengan dilengkapi perhitungan investasi dan
kebutuhan dukungan
kerja yang rinci l
Human Capital Journal n No. 27 n Tahun III
n
Penulis adalah
mantan Eksekutif
IBM & Indosat Group,
sekarang berprofesi
sebagai Executive
Coach dan Practice
Leader MKI Corporate
University.
15 September - 15 Oktober 2013 39
Column : Success Motivation
Pendekatan GROW
U
ntuk dapat memaksimalkan potensi baik berupa talenta, bakat,
kemampuan maupun pengalam­
an dari setiap karyawan atau individu disebuah organisasi maka
dapat dilakukan melalui proses coaching, dimana
seorang coach melakukan percakapan dengan
coachee yang prinsipnya untuk mengarahkannya untuk sampai kepada sebuah solusi beserta
tindak­an-tindakan yang harus dilakukannya.
Salah satu pendekatan yang sering digunakan oleh para Coach adalah model GROW yang
dikembangkan oleh Graham Alexander, Alan Fine
dan Sir John Whitmore. Model GROW ini terdiri
dari 4 langkah yang bertujuan untuk melakukan
pemecahan masalah (problem solving) dan juga
untuk melakukan proses penetapan sasaran (goal
setting) dalam upaya untuk memaksimalkan potensi dari para coachee oleh para coach melalui
percakapan dengan langkah-langkah sebagai
berikut :
1. Goal (Sasaran)
Merupakan langkah pertama dalam proses
coaching namun sebenarnya merupakan tujuan
akhir yang ingin dicapai oleh para coachee. Oleh
karena itu para coachee harus mendefinisikan
dengan sejelas mungkin sasaran apa saja yang
ingin dicapainya, sehingga mereka dapat lebih
fokus terhadap sasarannya. Dan bagi para coach
juga akan sangat bermanfaat karena dalam pro­
ses coaching, tidak bertele-tele, membuang-buang
waktu atau berjalan dengan lamban, karena sudah jelas fokus dan arah percakapannya.
Beberapa pertanyaan-pertanyaan yang ter­
arah yang dapat diajukan oleh para coach misalnya; apa yang anda ingin diskusikan? Apa yang
ingin anda capai? Apa yang anda sukai dalam
diskusi ini? Jika saya bisa memberikan sebuah
permohonan apa kira-kira yang anda inginkan?
apa saja perubahan yang ingin anda lihat setelah
selesainya sesi ini? Berapa lamakah waktu yang
diperlukan untuk diskusi ini? Apakah diskusi ini
40 Human Capital Journal n No. 27 n Tahun III
n
15 September - 15 Oktober 2013
bernilai bagi anda? .
2. Reality (Kenyataan)
Langkah berikutnya yang akan dilakukan oleh
para Coach adalah dengan mengajukan perta­
nyaan-pertanyaan dari segala arah/penjuru de­
ngan bertujuan untuk mengungkapkan semua
realitas kehidupan para coachee yang bisa menuntun mereka untuk menemukan kesadaran diri dan
kesadaran baru dalam melakukan penemuanpenemuan diri para coachee (self discoveries).
Melalui semua hasil penemuan ini, coach
kemudian akan membantu untuk merefleksikannya sehingga pada akhirnya coachee dapat
melihat jalan keluar atau solusi sebagai jawaban
atas sasar­an-sasaran yang ingin dicapainya pada
langkah sebelumnya. Di langkah ini belum bersifat opsi atas solusinya namun masih bersifat penjajakan atau asesmen.
Berikut ini adalah pertanyaan-pertanyaan
yang dapat diajukan oleh para coach kepada
coachee misalnya; apa yang terjadi saat ini? Bisakah anda memberikan gambaran tentang situasi
anda saat ini? Kapankah hal ini terjadi? Seberapa
seringkah hal ini terjadi? Apa pengaruh yang di­
Oleh : Gani Gunawan Djong, ICM, ICC
W dalam Proses Coaching
timbulkan? Apakah persepsi anda terhadap situasi ini? Apa saja usaha yang telah anda lakukan
sejauh ini? Bagaimana pendapat orang-orang tertentu terhadap situasi yang anda hadapi saat ini?
Apa keterampilan yang anda miliki? Bagaimana
gambaran kesuksesan dan kegagalan menurut
anda terhadap situasi yang anda hadapi?
3. Options (Pilihan)
Di langkah ketiga ini, para coachee akan tiba
pada situasi dimana mereka mulai menemukan
berbagai opsi, setelah melalui suatu proses berpikir yang kreatif, dan sampai pada sebuah daftar opsi sebanyak mungkin selama opsi tersebut
adalah bersifat spesifik, realistis dan terjangkau
untuk diwujudkannya.
Dari daftar opsi di atas, coachee kemudian
akan melakukan seleksi opsi mana yang paling
mungkin yang bisa membawa dampak perubah­
an yang signifikan sesuai dengan sasaran yang
telah ditetapkan pada langkah pertama, dan adalah sangat mungkin ada lebih dari satu opsi yang
tersedia, dan disini yang paling penting bahwa
pilihan opsi ini adalah bukan dari coach namun
adalah pilihan coachee sendiri. Coachee akan
bertanggung jawab terhadap pilihannya dan juga
pelaksanaannya.
Berikut ini adalah beberapa pertanyaan yang
umumnya dipergunakan dalam langkah ketiga
ini, misalnya; apa yang dapat anda lakukan untuk
merubah situasi pada saat ini? Alternatif apa saja
yang ada untuk menyelesaikan situasi anda saat
ini? Bisakah anda memberitahukan tindakan apa
saja yang menurut anda paling memungkinkan?
selama ini pendekatan dan tindakan apa saja yang
telah anda lakukan? Apakah anda membutuhkan
masukan-masukan dari saya? Apa saja keuntung­
an dan kesulitan dari pilihan-pilihan ini? Berikan
angka dari 1 – 10 untuk setiap opsi yang telah
anda pilih? Sudahkan anda mengetahui pilihan
yang akan anda laksanakan? Bagaiman anda tahu
bahwa pilihan anda benar?
4. Wrap Up (Kesimpulan)
Melalui langkah terakhir, maka proses coaching akan menyimpulkan dan membenahi penemuan-penemuan di langkah sebelumnya, dimana
coachee akhirnya membuat sebuah rencana tindakan (action plan) untuk mewujud nyatakan opsi-opsi solusi, dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut: kapan opsi akan mulai
dikerjakan? Bagaimana menjalankannya? Berapa
biaya yang dibutuhkan? Dan dalam kurun waktu
berapa lama? Apakah langkah-langkah anda selanjutnya? Apa langkah kecil yang dapat anda
lakukan untuk memulia tindakan anda? Apa saja
dukungan yang anda butuhkan? Apa saja yang
dapat menghalangi tindakan-tindakan anda?
Bagaimana anda dapat mengukur keberhasilan
anda dalam mengatasi halangan-halangan yang
terjadi.
Metode GROW ini adalah salah satu metode
yang sangat sederhana, dan bisa dipergunakan
untuk memunculkan hasil yang terbaik bagi para
coachee dalam rangka memecahkan masalah
yang dihadapinya dan sekaligus juga memaksimalkan potensi diri mereka sepenuhnya. Selamat
Mencoba. l
Human Capital Journal n No. 27 n Tahun III
n
Gani Gunawan
Djong, ICC, ICM
SMI (Success Motivation Institute) Coach/
Trainer/Writer
15 September - 15 Oktober 2013 41
“ESA UNGGUL CAREER DAY & BAZAAR 2013”
25 – 26 September 2013
Aula Kemala – Univ. Esa Unggul – Kb. Jeruk. Jaksel
Presentasi Perusahaan
Seminar
Interview Langsung
Bazaar, Door Price, Games
Music & Stand Up Comedy UEU
Media Partner
HumanCapital
Support by :
Achieving Human Capital Excellence
42 Human Capital Journal n No. 27 n Tahun III
n
15 September - 15 Oktober 2013
Journal
Download