7 BAB 2 Kajian Pustaka 2.1 Penelitian Sebelumnya

advertisement
BAB 2
Kajian Pustaka
2.1 Penelitian Sebelumnya (State of The Art)
Penelitian sebelumnya terdiri dari penelitian yang telah dilakukan peneliti
lain sebelumnya. Tujuan disajikan beberapa penelitian sebelumnya adalah
sebagai materi pembanding dan juga sebagai materi tambahan serta tolak ukur
untuk penelitian skripsi ini. Penelitian sebelumnya akan disajikan ke dalam
tabel sebagai berikut :
Tabel 2.1 : Penelitian Sebelumnya
Sumber : Hasil Penelusuran Peneliti
No
Nama
Peneliti
Lokasi,
Metode
Tahun
Penelitian
Judul Penelitian
Hasil Penelitian
Pembelajaran
1.
Smirnova &
Nuzha
Improving
presentasi melalui
Undergraduate
online (Learning
Sociology
Management
Students'
System) lebih
Presentation
Saint
Skills through
Petersbug,
Reflective
Russia, 2013
efektif
Kualitatif
dibandingkan
Deskriptif
pembelajaran
Learning in an
melalui face-to-
Online
face, karena ketika
Learning
belajar melalui
Environment
online, seseorang
akan lebih percaya
diri sehingga
7
8
dapat
menunjukkan
kemampuan
sebenarnya
Dalam iklan obat
Direct To
Consumer (DTC)
di televisi, tetap
2.
Effect of
dibutuhkan
presentation
presentasi.
Michael S.
modality in
Wogalter,
direct-to-
Rensellaer
Eric F.
consumer
Polythecnic
Shaver &
(DTC)
Institute,
Michael J.
prescription
United
Kalsher
drug television
States, 2014
Meskipun melalui
iklan sudah
Kualitatif
ditampilkan audio
Deskriptif
dan visual. Tetapi
untuk mengurangi
resiko
advertisements
kesalahpahaman
penggunaan obat,
maka tetap
diperlukan
presentasi untuk
menjelaskannya.
The Role of
3.
Penelitian ini
Employee
University
menunjukkan
Darja
Relations in the
of Maribor,
bahwa tingkat
Topolšek &
Level of
Faculty of
internal integrasi
Andreja
Internal
Logistics,
Čurin
Integration
Slovenia,
fungsi pemasaran
between
2012
tergantung pada
Kuantitatif
antara logistik dan
Logistics and
tingkat efisiensi
Marketing
hubungan antar-
9
Functions: the
fungsional dari
Case of
semua karyawan
Slovenian
yang ada di dalam
Retail
perusahaan
Companies
tersebut
Center Director
cenderung
menggunakan
gaya komunikasi
nurturing. Hasil
pengujian statistik
menunjukkan
adanya pengaruh
4.
Winda
Puspasari
Pengaruh Gaya
positif tertinggi
Komunikasi
terhadap
Center Director
Universitas
kepuasaan
Terhadap
Kristen
komunikasi saat
Kepuasan
Petra,
Komunikasi
Surabaya,
menggunakan
Karyawan
2014
gaya komunikasi
Kuantitatif
Center Director
Malang Town
bersifat nurturing.
Square
Terdapat pengaruh
positif juga jika
gaya komunikasi
bersifat
collaborative dan
controlling
digunakan oeh
Center Director,
sementara
pengaruh negative
10
bila Center
Director
menggunakan
gaya komunikasi
yang bersifat
authoritarian.
Brand world class
mall yang dimiliki
oleh Grand City
Surabaya, belum
Strategi
tidak dapat
Marketing
dikatakan bahwa
Communication
Fanny
5.
Justicia
Winawati
Grand City
Universitas
Surabaya dalam
Kristen
Membangun
Petra
Brand Sebagai
Surabaya,
World Class
2014
Mall
belum
teroptimalisasi
Kualitatif
dengan baik,
Deskriptif
karena dalam
aspek personality,
Grand City
Surabaya memiliki
alasan tersendiri
untuk tidak
menggunakan
brand
ambassador.
Berdasarkan jurnal yang ada di atas, dapat disimpulkan bahwa gaya komunikasi
sangat penting dalam menentukan keberhasilan komunikasi. Gaya komunikasi yang
dianggap paling efektif untuk menyampaikan pesan persuasif adalah presentasi.
Penelitian ini meneliti tentang strategi Stairway Music Ensemble dalam presentasi
materi kepada klien. Di bawah PT. Cerita Bahagia terdapat banyak sekali perusahaan
musik lainnya yang menjadikan persaingan di antara perusahaan musik semakin
11
ketat. Melihat hal tersebut, maka penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif
deskriptif untuk meneliti tentang bagaimana strategi presentasi Stairway Music
Ensemble ketika berhadapan dengan klien dalam acara pernikahan.
2.2 Landasan Konseptual
2.2.1 Komunikasi Interpersonal
Joseph A. DeVito (2013) mendefinisikan komunikasi interpersonal
adalah “Interpersonal communication is the communication that takes
place between two person who have an established relationship , the
people are in some way ‘connected’ ”.
Jika dicermati definisi DeVito di atas menunjukkan bahwa
komunikasi interpersonal itu dilihat dari tingkat keintimannya atau
kedekatan proses komunikasi itu. Definisinya terutama menekankan pada
jumlah orang yang terlibat dalam komunikasi interpersonal itu yang
hanya dibatasi sebanyak dua orang dan sudah memiliki hubungan pribadi
yang sangat dekat. Oleh karena itu komunikasi interpersonal terutama
terjadi dalam hubungan sebagai berikut:
“Interpersonal communication would thus include what take place
between a son and his father, an employer and an employee, two sisters,
a teacher and a student, two lovers, two friends, and so on.”
Mulyana (2009) menyatakan “komunikasi antarpribadi (interpersonal
communication) adalah komunikasi antara orang-orang secara tatap muka,
yang memungkinkan setiap pesertanya menangkap reaksi orang lain
secara langsung, baik secara verbal ataupun nonverbal”.
Sedangkan Menurut Beebe & Beebe dalam Widya (2013),
Komunikasi antarpribadi melibatkan paling sedikit dua orang yang
mempunyai sifat, nilai-nilai pendapat, sikap, pikiran dan perilaku yang
khas dan berbeda-beda. Selain itu komunikasi antarpribadi juga menuntut
adanya tindakan saling memberi dan menerima diantara pelaku yang
terlibat dalam komunikasi.
Jadi komunikasi interpersonal adalah proses pengiriman dan
penerimaan pesan antara dua orang atau lebih yang disertai dengan efek
12
atau umpan balik. Komunikasi interpersonal dapat dikatakan sebagai
komunikasi yang paling efektif karena feedback dapat dilihat secara
langsung.
2.2.1.1 Ciri komunikasi Interpersonal
Suranto (2011) berpendapat bahwa komunikasi interpersonal
merupakan jenis komunikasi yang frekuensi terjadinya cukup
tinggi dalam kehidupan sehari-hari. Apabila diamati dan
dikomparasikan dengan jenis komunikasi lainnya, maka dapat
dikemukakan ciri-ciri komunikasi interpersonal, antara lain:
a. Arus pesan dua arah
Komunikasi interpersonal menempatkan sumber pesan
dan penerima dalam posisi yang sejajar, sehingga memicu
terjadinya pola penyebaran pesan mengikuti arus dua arah.
Artinya komunikator dan komunikan dapat berganti peran
secara cepat. Seorang sumber pesan, dapat berubah peran
sebagai penerima pesan, begitu pula sebaliknya. Arus
pesan secara dua arah ini berlangsung secara berkelanjutan
b. Suasana nonformal
Komunikasi interpersonal biasanya berlangsung dalam
suasana nonformal. Berarti apabila komunikasi terjadi di
sebuah instansi berarti komunikasi yang terjadi tidak
berlangsung kaku berpegang pada hierarki jabatan dan
prosedur birokrasi, namun lebih memilih pendekatan
secara individu yang bersifat pertemanan.
c. Umpan balik segera
Oleh
karena
komunikasi
interpersonal
biasanya
mempertemukan para pelaku komunikasi secara tatap
muka, maka umpan balik dapat diketahui dengan segera.
d. Peserta komunikasi berada dalam jarak yang dekat
Komunikasi interpersonal merupakan metode komunikasi
antarindividu yang menuntut agar peserta komunikasi
berada dalam jarak dekat, baik fisik maupun psikologis.
13
Psikologis maksudnya menunjukkan keintiman hubungan
antarindividu.
e. Peserta komunikasi mengirim dan menerima pesan secara
simultan dan spontan, baik secara verbal maupun non
verbal.
Peserta komunikasi berupaya saling meyakinkan, dengan
mengoptimalkan
penggunaan
pesan
verbal
maupun
nonverbal secara bersamaan, saling mengisi, saling
memperkuat sesuai tujuan komunikasi.
2.2.1.2 Efektifitas Komunikasi Interpersonal
Devito (2013) mengatakan bahwa efektifitas komunikasi
interpersonal dimulai dengan lima kualitas umum yang
dipertimbangkan
(empathy),
yaitu
sikap
keterbukaan
positif
(openness),
(positiviness),
sikap
empati
suportif
(suportiveness) dan kesamaan (equality).
a. Keterbukaan (openness)
Keterbukaan mengacu pada tiga aspek dari komunikasi
antar pribadi yaitu:
1. Komunikator antar pribadi yang efektif harus terbuka
kepada orang yang diajak untuk berinteraksi. Hal ini
bukan berarti orang yang diajak berinteraksi harus dengan
segera membuka semua riwayat hidupnya, harus ada
kesediaan untuk membuka diri dan mengungkapkan
informasi yang biasanya disembunyikan.
2. Kesediaan komunikator untuk bereaksi secara jujur
terhadap stimulus yang datang. Orang yang diam, tidak
kritis, dan tidak tanggap pada umumnya merupakan
peserta percakapan yang men-jemukan. Kita ingin orang
bereaksi secara terbuka terhadap apa yang kita ucapkan.
14
Kita memperlihatkan keterbukaan dengan cara bereaksi
secara spontan terhadap orang lain
3. Menyangkut
“kepemilikan”
perasaan
dan
pikiran.
Komunikator bertanggung jawab dan memiliki perasaan
dan pemikirannya. Terbuka dalam pengertian ini adalah
mengakui bahwa perasaan
dan pikiran yang anda
lontarkan
milik
adalah
memang
anda
dan
anda
bertanggung jawab atasnya.
b. Empati (empathy)
Kemampuan memproyeksikan diri kepada peranan orang
lain maupun mencoba merasakan dalam cara yang sama
dengan perasaan orang lain. Dengan kerangka empati ini
maka seseorang akan memahami posisinya dengan begitu
tidak akan memberikan penilaian pada perilaku atau sikap
orang lain sebagai perilaku atau sikap yang salah atau benar.
c. Sikap positif (positiviness)
Dalam komunikasi interpersonal kualitas ini paling
sedikitnya terdapat tiga aspek perbedaan atau unsur, yaitu
komunikasi
interpersonal
akan
berhasil
jika
terdapat
perhatian yang positif terhadap diri seseorang, komunikasi
interpersonal akan terpelihara baik jika suatu perasaan positif
terhadap orang lain itu dikomunikasikan, suatu perasaan
positif dalam
situasi umum amat
bermanfaat untuk
mengefektifkan kerjasama.
d. Sikap suportif (suportiveness)
Hubungan interpersonal yang efektif adalah hubungan
dimana
terdapat
Komunikasi
yang
sikap
terbuka
mendukung
dan
(supportiveness).
empatik
tidak
dapat
berlangsung dalam suasana yang tidak mendukung. Kita
memperlihatkan sikap mendukung dengan bersikap (1)
15
deskriptif, bukan evaluatif. (2) spontan, bukan strategik, dan
(3) provisional, bukan sangat yakin.
e. Kesamaan (equality)
Dalam setiap situasi, bisa terjadi ketidaksamaan. Salah
seorang mungkin lebih pandai, lebih kaya, lebih tampan atau
cantik, atau lebih atletis daripada yang lain. Tidak pernah ada
dua orang yang benar-benar sama dalam segala hal. Terlepas
dari ketidaksetaraan ini, komunikasi interpersonal akan lebih
efektif bila suasananya setara. Artinya, harus ada pengakuan
secara diam-diam bahwa kedua pihak sama-sama bernilai dan
berharga, dan bahwa masing-masing pihak mempunyai
sesuatu yang penting untuk disumbangkan.
2.2.2 Mendengarkan dalam Komunikasi Interpersonal
2.2.2.1 Definisi Mendengarkan
Mendengarkan dapat diartikan sebagai proses aktif
menerima
rangsangan
Mendengarkan
(stimulus),
(listening)
telinga
menyangkut
(aural).
penerimaan
rangsangan dan karenanya berbeda dengan mendengar
(hearing) sebagai proses fisiologis. Mendengarkan adalah
salah satu skill komunikasi yang terpenting (Devito, 2013).
2.2.2.2 Proses Mendengarkan
Menurut Devito (2013), proses mendengarkan terdiri dari
5 tahap yaitu :
a. Penerimaan
Mendengarkan (listening) dimulai mendengar (hearing),
proses penerimaan pesan yang dikirim oleh pembicara.
16
Mendengar
(hearing)
adalah
tahap
pertama
dari
mendengarkan
(listening). Setelah tahap penerimaan , anda tidak hanya
mengingat apa yang dikatakan (secara verbal dan non
verbal) tetapi juga apa yang diabaikan.
b. Pemahaman
Pemahaman adalah tahap dimana anda mempelajari apa
yang dikatakan oleh pembiaara. Tahap dimana anda
memahami pemikiran dan emosi yang diekspresikan.
Pemahaman
tanpa
tahap
selanjutnya
tidak
akan
menghasilkan hasil yang seimbang.
c. Mengingat
Mendengarkan yang efektif bergantung pada mengingat.
Dalam grup kecil atau public speaking, anda dapat
mengingat dengan cara menuliskan pesan-pesan yang
disampaikan.
d. Evaluasi
Evaluasi terdiri dari menilai pesan dengan berbagai
cara. Proses evaluasi sering berjalan tanpa kesadaran.
Dalam situasi lainnya, evaluasi merujuk kepada analisis
kritikal.
e. Menanggapi
Menanggapi terdiri dari dua tahap ; menanggapi
langsung ketika pembicara sedang berbicara (immediate
feedback) dan menanggapi setelah pembicara berhenti
berbicara (delayed feedback). Ketika pembicara sedang
berbicara dan anda menganggukkan kepala atau tersenyum,
17
itu
adalah
menanggapi
cara
langsung
(immediate
feedback). Ketika anda berkomentar di jejaring sosial,
anda menangapi secara tidak langsung (delayed feedback).
2.2.2.3 Mendengarkan secara efektif
Anda mendengarkan untuk berbagai alasan dan tujuan yang
berbeda, prinsip-prinsip yang ada terapkan dalam mendengarkan
secara efektif haruslah berbeda dari satu situasi ke situasi yang
lain. Berikut ini adalah dimensi untuk mendengarkan secara
efektif menurut Devito (2013) :
a. Mendengarkan secara empatik dan objektif
Menurut Rodgers dan Farson dalam Devito (2013), jika
anda ingin memahami apa yang dimaksud dan dirasakan
seseorang, anda perlu mendengar secara empati. Berempati
kepada orang lain artinya ikut merasakan apa yang dirasakan
mereka, melihat dunia seperti yang mereka lihat. Dengan
berempati, anda bisa memahami maksud orang lain
sepenuhnya.
b. Mendengarkan tanpa menilai dan mendengarkan secara kritis
Mendengarkan secara efektif melibatkan tanggapan baik
yang bersifat tidak menilai (non-judgemental) maupun tidak
kritis. Kita perlu mendengarkan tanpa menilai, dengan
pikiran terbuka dan berusaha memahami. Tetapi, kita juga
perlu mendengarkan secara kritis dengan tujuan melakukan
evaluasi atau penilaian.
c. Mendengarkan secara dangkal dan mendalam
Dalam mendengarkan, kita harus sangat peka terhadap
berbagai tingkat makna. Jika anda menanggapi komunikasi
tingkat dasar, anda kehilangan kesempatan untuk membuat
18
kontak yang lebih berarti dengan perasaan dan kebutuhan
sebenarnya dari orang yang bersangkutan.
2.2.3 Komunikasi Verbal dan Non Verbal
2.2.3.1 Komunikasi Verbal
Bahasa verbal merupakan sarana utama bagi individu untuk
menyatakan pikiran, perasaan dan maksud kita (Mulyana,2010).
Komunikasi verbal atau sering disebut pesan verbal pada
dasarnya merupakan pesan yang berupa kata atau kata-kata yang
bermakna bagi individu atau kelompok masyarakat (Lukas dan
Suharsono,2013).
2.2.3.2 Komunikasi Non Verbal
Komunikasi Nonverbal dapat diartikan sebagai bentuk
komunikasi atau penyampaian pesan yang berupa semua bentuk
isyarat bukan kata-kata (Lukas dan Suharsono,2013).
Berbagai bentuk komunikasi nonverbal, yaitu :
a. Bahasa Tubuh
Bahasa tubuh merupakan salah satu bentuk komunikasi
nonverbal. Ketika orang berkomunikasi biasanya sering
mengabaikan bahasa tubuh yang memang munculnya
sering tanpa kita sadari dan spontan. Tetapi jangan lupa
bahwa lawan bicara biasanya lebih peka atau sangat
memerhatikan hal ini. Bahasa tubuh akan memengaruhi
keberhasilan proses komunikasi. Dalam banyak hal
sering tanpa disadari bahwa timbulnya rasa senang,
simpati, benci ataupun kurang menghargai justru
muncul dari sikap kita atau bahasa tubuh kita.
b.
Tatapan atau Pandangan Mata
Gerakan mata memiliki arti atau makna yang beraneka
ragam,
mulai
dari
senang,
sedih,
perhatian,
kesungguhan, keraguan, sikap sinis, persetujuan sampai
19
pada hal-hal yang bersifat seksual. Dalam kehidupan
sosial tidak jarang interaksi berawal dari tatapan atau
pandangan mata yang sering disebut padangan mata
pertama. Dalam konteks bisnis, pandangan mata dapat
bermakna suatu keseriusan atau kesungguhan dalam
menjalin hubungan dengan mitranya.
c. Senyuman
Dalam konteks interaksi sosial sehari-hari, senyuman
sangat membantu efektivitas interaksi. Sebagai contoh,
ketika kita pergi ke pasar, tentu akan merasa lebih
senang jika penjaga toko melayani dengan penuh
perhatian, ramah dan murah senyum.
d. Sentuhan
Dalam aktivitas sehari-hari baik di lingkungan, di
kantor, dan terutama dalam aktivitas bisnis interaksi
dengan sentuhan memiliki arti yang sangat luas.
Interaksi tersebut dapat diartikan sebagai bentuk
persahabatan, persetujuan, dukungan dan pengukuhan.
e. Perubahan Bentuk Wajah
Secara garis besar, ekspresi wajah itu antara lain
meliputi
rasa
keriangan,
kekesalan,
kemarahan,
kebencian,
kekaguman,
ketakutan,
keterkejutan,
kegugupan, dipermalukan, dan kesedihan. Perubahan
bentuk wajah dalam proses interaksi (komunikasi)
terkadang tanpa disadari oleh pelakunya dan bersifat
spontan. Oleh karena itu biasanya perubahan bentuk
wajah
dianggap
sebagai
bentuk
respons
yang
sesungguhnya.
2.2.4 Presentasi
2.2.4.1 Pengertian Presentasi
Presentasi merupakan kegiatan komunikasi, juga merupakan
kegiatan komunikasi yang penyampaian pesannya dibantu
20
dengan alat-alat bantu audio-visual seperti transparansi,
overhead projector, LCD projector, video-projector, dan tvprojection. Pengertian presentasi secara umum dapat dinyatakan
sebagai kegiatan komunikasi secara lisan kepada kelompok
besar yang sifat interaksi antara khalayak dan pembicara
berbeda dengan bentuk komunikasi lisan lainnya. Dalam
kegiatan komunikasinya, umumnya dibantu dengan alat-alat
audio-visual. Jenis-jenis presentasi itu adalah briefing, rapat
orientasi, program pelatihan dan laporan penelitian (Iriantara,
Subarna, Rochman, 2011).
Presentasi adalah kegiatan menunjukkan sesuatu kepada
seseorang, sehingga apa yang disampaikan tersebut dapat
diperiksa atau dipertimbangkan oleh orang yang mengikutinya.
Mempresentasikan suatu hal yang penting dalam bentuk yang
logis dan ringkas, akan menimbulkan atau menciptakan
komunikasi yang efektif (Santosa, 2005).
Jadi, presentasi adalah komunikasi tatap muka antara
pembawa presentasi dengan audiens. Pembawa presentasi
menyampaikan ide pikirannya atau pesan yang disesuaikan
dengan keperluan audiens. Dengan berbicara di depan audiens,
presentasi bertujuan untuk menarik perhatian audiens dan
mengajak audiens untuk melakukan atau tidak melakukan
sesuatu.
2.2.4.2 Presentation in Global WorkPlace
Beberapa tahap yang harus
diperhatikan
dalam
mempersiapkan presentasi : (Goodall,2011)
1. Choosing : The Goal For Your Presentation
Langkah pertama untuk mempersiapkan presentasi yang
sukses adalah menentukan tujuan dan hasil yang diinginkan
21
merupakan
panduannya.
Dalam
buku
“Business
and
Professional Communication in the Global Workplace”, ada
lima (5) komponen yang perlu diperhatikan dalam memilih
tujuan presentasi yang baik, yaitu :
a. Selecting a Speech Purpose and Type of Your
Presentation
Terdapat dua jenis presentasi:
a) Presentasi Informatif
Menjelaskan atau menggambarkan fakta-fakta dan
informasi secara obyektif dengan tujuan untuk
memberikan pelajaran kepada audiens tentang suatu
topik. Pembicara menyajikan informasi dengan cara
yang informatif, tidak memaksa audiens untuk
membuat keputusan, mengambil tindakan, atau
mengubah sebuah tindakan.
b) Presentasi Persuasif
Tujuan dari presentasi persuasif adalah untuk
memimpin anggota dan audiens untuk membuat
keputusan,
mengubah
pikiran
mereka,
atau
mendorong mereka untuk mengambil tindakan.
b. Developing an Audiens Profile
Sebuah langkah awal dalam membuat sebuah presentasi
adalah mengembangkan profil audiens, yaitu dengan
cara :
a) Menentukan harapan dan kebutuhan para audiens.
Penilaian audiens harus mencakup jawaban atas
pertanyaan-pertanyaan berikut :
1. Kebutuhan audiens
2. Harapan audiens
3. Riwayat audiens
4. Otoritas audiens
22
5. Riset audiens
b) Menetapkan hasil yang diinginkan untuk setiap
audiens.
c) Menentukan cara terbaik untuk membangun
kredibilitas dengan para audiens.
d) Menetapkan kriteria mana yang dapat mengukur
keberhasilan presentasi.
c. Establishing Outcomes
Hasil adalah apa yang ingin pembicara capai sebagai
hasil dari presentasi yang dilakukan. Apa yang
pembicara ingin audiens ketahui , percaya dan lakukan
setelah
presentasi
mendengar
informatif,
presentasi
maka
tersebut.
Dalam
pembicara
harus
menyiapkan ke arah mendidik atau menginformasikan.
Jika pembicara menemukan tujuannya adalah untuk
meyakinkan atau membujuk audiens, maka pembicara
perlu mempertimbangkan hasil presentasi persuasif.
d. Establishing Credibility
Kedua jenis presentasi, informatif dan persuasif,
bergantung pada kredibilitas pembicara agar benarbenar efektif. Kredibilitas berasal dari status pembicara,
perasaan, percaya diri, dan kepercayaan dengan
audiens . Jika pembicara memiliki kredibilitas tinggi,
audiens kemungkinan akan merasa bahwa mereka dapat
mempercayai informasi yang disajikan kepada mereka,
dan bahwa mereka dapat mempercayai pembicara
untuk memberikan semua fakta penting. Jika pembicara
menunjukkan kredibilitas yang rendah, pesannya sulit
diterima oleh audiens.
23
Beberapa cara yang digunakan untuk pengukuran
kredibilitas, sebagai berikut:
1. Education
Pendidikan termasuk di dalamnya pendidikan
formal yang dimiliki, lokakarya, seminar dan
kursus
yang
pernah
diambil,
termasuk
pelatihan khusus yang pernah didapat. Gelar
dan
penghargaan
juga
termasuk
dalam
kategori ini. Jika reseume kita terlalu luas, kita
bisa mengambil bagian pentingnya saja. Hal
ini untuk menghindari terjadiny kebosanan
dari para audiens pada saat mendengarkan
pembacaan resume.
2. Expertise
Keahlian meliputi jangka waktu pembicara
bergerak dalam suatu bidang pada suatu
perusahaan.
keahlian,
Ketika
sangat
berbicara
mengenai
memungkinkan
untuk
menyertakan konferensi, proyek, penelitian,
artikel dan buku yang pernah ditulis serta
pengalaman yang secara langsung berkaitan
dengan topik yang ingin dibawakan yang
tentunya pembicara berpartisipasi langsung
dan memberikan konstribusi yang signifikan.
3. Empathy
Empati
melibatkan
kepada
menunjukkan
audiens,
audiens
perasaan
menunjukkan
bahwa
ingin
sikap
pembicara
menghormati pikiran para audiens dan selalu
menghormati pengalaman yang mereka miliki
dalam kaitannya dengan topik.
24
4. Enthusiasm
Antusiasme
menyangkut
semangat
yang
ditunjukkan
pada
presentasi
dan
saat
bagaimana pembicara secara aktif melibatkan
audiens. Biasanya tercermin pada nada suara,
ekspresi
wajah,
dan
gerakan
tubuh.
Antusiasme itu dapat menular dan membantu
memengaruhi audiens. Ketika hal tersebut
berhasil
dilakukan
kredibilitas
sebagai
pembicara dapat meningkat.
5. Appearance
Terakhir, berpenampilan pada saat acara.
Penampilan tidak hanya pada perasaan yang
disukai atau tidak, tetapi sering menjadi salah
satu perhatian pertama audiens sebagai bahan
evaluasi. Penampilan termasuk pada pilihan
berpakaian, rambut, makeup, kuku, sepatu,
kebiasaan, dan lain lain. Ini mencakup semua
isyarat fisik nonverbal yang dikirim ke audiens
sebelum, selama, dan setelah pembicara
menyampaikan informasi.
e. Developing Criteria to Measure Success
Membuat
pembicara
list
dapat
kriteria
mengukur
yang
memungkinkan
keberhasilan
dalam
mencapai tujuan. List yang dibuat bisa berupa umpan
balik yang diterima pada saat sukses atau gagal dalam
presentasi. Penting adanya untuk menetapkan hasil
yang
terukur
sehingga
pembicara
tahu
apakah
25
presentasi berhasil atau tidak. Metode S.M.A.R.T
memungkinkan anda untuk menyesuaikan hasil dengan
kriteria keberhasilan yang spesifik, terukur, tercapai,
realistis, dan terikat waktu.
1. Spesific
Berpikir tentang siapa, apa, di mana, kapan,
mengapa dan bagaimanan suatu proses terjadi.
Tujuan yang spesifik dapat menjawab segala
pertanyaan
2. Measurable
Bagaimana anda mengukur kemajuan anda?
Bagaimana
informasi
mengukur
yang
kita
audiens
sampaikan?
menghargai
Ini
akan
berdampak pada meningkatnya kepercayaan di
antara audiens dan pembicara.
3. Achievable
Tentukan hasil yang memungkinkan untuk dicapai
yang sesuai dengan tujuan. Jika tujuan pembicara
adalah untuk memberikan informasi, adalah tidak
realistis mengharapkan hasilnya berdampak pada
kenaikan penjualan yang signifikan. Sebuah goal
yang
memungkinkan
untuk
dicapai
dapat
meningkatkan kepercayaan di antara audiens dan
pembicara.
4. Realistic
Pastikan tujuan yang telah ditentukan realistis.
Untuk menjadi realistis, anda perlu yakin bahwa
anda memiliki semua peralatan dan sumber daya
yang dibutuhkan untuk meraih hasil. Berusaha
26
meningkatkan loyalitas customer dengan persentasi
yang informatif yang berfokus pada membagikan
informasi yang realistis daripada berjuang pada
meningkatkan
investasi
sebesar
25
persen
bukanlah hal tepat.
5. Time bound
Menetapkan waktu untuk pencapaian keberhasilan.
Hasil terlihat jelas dalam waktu yang pendek:
beberapa hari, minggu, atau sebulan paling lama.
Sedangkan tujuan membutuhkan waktu yang lebih
panjang.
2. Creating : The Business Presentation
Setelah menetapkan tujuan dan penilaian audiens, saatnya
dimulai
tahap
penyajian
presentasi.
Ketika
membuat
presentasi, persuasif atau informatif, adalah penting untuk
mengikuti
struktur
pembuatan
presentasi
yang
baik.
Komponen pembuatan presentasi yang baik mencakup:
1. Memiliki sebuah tujuan yang jelas
2. Memiliki sebuah pernyataan yang dapat mendukung
3. Menunjukkan pratinjau
4. Menyertakan poin utama dan subpoin
5. Memberikan dukungan untuk setiap titik
6. Transisi dari satu titik utama ke poin berikutnya
7. Menggunakan cara pengenalan yang efektif
3. Coordinating: The Business Presentation
Komunikasi memerlukan kesadaran untuk peduli terhadap
kebutuhan dan harapan orang lain. Ketika perusahaan
mengatakan "orang lain", berarti audiens lebih dari sekedar
27
audiens langsung, hal ini merujuk kepada semua orang yang
mungkin dipengaruhi oleh aktivitas komunikasi. Koordinasi
komunikasi
juga
memungkinkan
untuk
mendapatkan
wawasan penting (umpan balik) yang kita tidak bisa kerjakan
sendirian. Akhirnya, koordinasi komunikasi kita berarti
memastikan setiap orang yang harus disertakan dalam
aktivitas komunikasi dan diinformasikan beberapa hal
penting yang perlu dilakukan.
4. Delivering: The Business Presentation
Hal
yang
perlu
diperhatikan
dalam
penyampaian
presentasi:
a)Latihan
Penyampaian
berbicara
pesan
tidak
penyajian.
terbatas
Kebanyakan
pada
orang
merasa lebih percaya diri jika mereka berlatih
presentasi formal setidaknya tiga kali sebelum
penyampain presentasi.
b) Kefasihan
Kefasihan mengacu pada artikulasi yang halus
dan
pemilihan
kata-kata
yang
mudah
dimengerti pada saat presentasi. Dengan
latihan,
kefasihan
secara
natural
akan
meningkat.
c)Kealamian
Kealamian mengacu pada keaslian pada saat
presentasi disampaikan. Pembicara yang alami
dapat menarik audiens ke dalam pesan, dan
membuat audiens merasa bahwa mereka
28
merupakan bagian dari presentasi. Mereka
fasih dalam subjek dan nyaman berbicara
tentang hal itu.
d) Kelincahan
Kelincahan adalah mengacu pada energi dan
antusiasme yang digunakan dan dihasilkan
dengan audiens pada saat presentasi.
2.2.4.3 Beberapa Hal yang Memengaruhi Keberhasilan Presentasi
Menurut Lukas dan Suharsono (2013), hal yang
memengaruhi keberhasilan presentasi adalah sebagai berikut :
1. Menguasai teknik dan seni presentasi, yang diantaranya
menghafal, membaca, menggunakan catatan dan berbicara
langsung (spontan).
2. Mempersiapkan diri dengan baik, diantaranya tidak
menampakkan rasa gugup, mengatur volume suara,
menjaga posisi kepala tetap tegak, memandang ke arah
audiens, menghindari kebiasaan buruk, memperhatikan
waktu yang telah ditentukan, memerhatikan reaksi audiens,
gaya berbicara, menggunakan bahasa yang efektif, dan
menciptakan kesan positif.
3. Pakaian yang rapi dan serasi
4. Sikap dan gaya yang mengesankan
5. Ekspresi wajah (gesture) yang menyenangkan
6. Tata krama yang baik
2.2.5 Hambatan Komunikasi
Seringkali proses komunikasi tidak dapat berjalan dengan baik
karena
munculnya
hambatan-hambatan
sebagai
penyebabnya.
Menurut Lukas dan Suharsono (2013), beberapa kemungkinan
hambatan komunikasi tersebut adalah sebagai berikut :
29
1.Hambatan Amanat (Pesan)
Pada dasarnya komunikasi adalah proses menyampaikan
pesan atau amanat dari komunikator ke komunikan. Yang
menjadi persoalan adalah bagaimana pesan atau amanat itu
jelas sehingga mudah diterima isi amanatnya. Kejelasan
amanat ini penting agar tidak menimbulkan keraguan dan
salah tangkap (mengerti) serta salah dalam respons atau
tindakannya. Pesan atau amanat harus betul-betul dimengerti
oleh komunikator atau komunikan agar dapat efektif.
2. Kesulitan pada Komunikan
Dalam proses komunikasi, komunikan adalah pihak yang
menerima pesan. Keberhasilan komunikasi terkait erat
dengan respons komunikan terhadap pesan itu. Komunikasi
akan berhasil jika terdapat respons dari komunikan yang
sesuai dengan pesan yang disampaikan komunikator.
Beberapa hambatan berkaitan dengan komunikan antara lain:
a. Sikap
Ini berkaitan dengan minat, semangat terhadap pesan
yang disampaikan komunikator. Sikap komunikan
dapat dilihat dari respons terhadap pesan.
b. Kepentingan Komunikan
Pada dasarnya pesan akan lebih berhasil apabila dapat
memenuhi kepentingan komunikan, yang menjadi
persoalan
dalam
konteks
ini
adalah
bagaimana
komunikator memenuhi kebutuhan komunikannya.
c. Struktur Komunikan dari Sudut Sosial Budaya
Komunikan memiliki struktur sosial dan budaya yang
beraneka ragam dan tersebar pada wilayah bahkan tidak
terbatas. Agar komunikasi dapat berhasil dengan baik,
maka pesan yang disampaikan perlu dirancang dengan
baik dan disesuaikan dengan kelompok sasarannya.
30
3. Kesulitan pada Media Komunikasi
Kesulitan disini yang dimaksudkan terutama adalah
kesulitan
teknis
pada
komunikasi
massa
dengan
menggunakan media komunikasi. Yang menjadi persoalaan
disini adalah belum meratanya kualitas dan sarana pelayanan
media komunikasi. Secara sosiologis dapat dijelaskan bahwa
untuk mendapatkan informasi yang jelas, maka diperlukan
media komunikasi yang baik kualitasnya sehingga mampu
menangkap suara dan gambar dengan baik.
4. Kesulitan pada Sosio-Budaya
Komunikator harus menyesuaikan keadaan sosial budaya
komunikan dalam membawakan dan menyampaikan pesan.
31
2.3 Kerangka Pemikiran
Strategi Presentasi
Stairway Music Ensemble
Komunikasi Interpersonal
Presentation in Global Workplace
1. Choosing : The Goal For Your Presentation
2. Creating : The Business Presentation
3. Coordinating: The Business Presentation
4. Delivering: The business Presentation
Klien Acara Pernikahan
Gambar 2.1 – Kerangka Pemikiran
32
Download