PENGEMBANGAN KUALITAS GURU (Menilik Ketulusan Pribadi Sesorang Figur) Ahwy Oktradiksa, M.Pd.I. Dosen Pada Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Magelang (0857 3611 4705) Abstrak : Upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan kualitas manusia seutuhnya adalah misi pendidikan yang menjadi tanggung jawa profesional setiap guru. Guru tidak cukup hanya menyampaikan materi pengetahaun kepada siswa di kelas karena materi yang diperolehnya tidak selalu sesuai dengan perkembangan masyarakatnya. Yang dibutuhkannya adalah kemampuan untuk mendapatkan dan mengelola informasi yang sesuai dengan kebutuhan profesinya. Mengajar bukan lagi usaha untuk menyampaikan ilmu pengetahuan, melainkan juga usaha untuk menciptakan sistem lingkungan yang membelajarkan subjek didik agar tujuan pengajaran dapat tercapai dengan optimal. Di samping guru berperan sebagai pendidik atau pengajar yang merupakan faktor penentu kesuksesan setiap usaha pendidikan, faktor kepribadian seorang guru juga sangat berpengaruh terhadap keberhasilan seorang guru sebagai pengembang sumber daya manusia, karena guru juga berperan sebagai “panutan”. Setiap guru mempunyai pribadi masing-masing sesuai ciri-ciri pribadi yang mereka miliki. Oleh karena itu seluruh sikap dan perbuatan seseorang merupakan suatu gambaran dari kepribadian orang itu asal dilakukan secara sadar. Kepribadian adalah suatu hal yang sangat menentukan tinggi rendahnya kewibawaan seorang guru dalam pandangan anak didik dan masyarakat. Kata kunci : Pengembangan kepribadian seorang figur 1 A. Pendahuluan Manusia pada dasarnya membutuhkan pendidikan, karena sudah menjadi kodratnya bahwa manusia harus dididik atau terdidik. Tanpa pendidikan manusia tidak akan berkembang. Dalam menciptakan manusia yang berpendidikan atau terdidik salah satu faktor pendukung utamanya adalah peranan figur guru. Guru adalah orang yang berwenang dan bertanggung jawab untuk membimbing dan membina anak didik, baik secara individual, maupun klasik di sekolah maupun di luar sekolah. (Sahabuddin: 1999) mengemukakan bahwa pendidikan senantiasa merupakan faktor yang menentukan baik dalam arti dan peranan, maupun dalam kegunaannya, dimana pendidikan merupakan penentu hasil perpaduan antara peradaban dan kehancuran karena pendidikan juga tidak diperkuat, kehancuranlah yang akan memperoleh kesempatan karena pendidikan bertujuan agar manusia memiliki kelengkapan, baik fisik, emosional, maupun intelektual yang diperlukan agar dalam porses hidupannya selalu mampu menghadapi segala macam tantangan hidup. Pekerjaan sebagai guru adalah pekerjaan yang luhur dan mulia, baik ditinjau dari sudut masyarakat dan negara maupun ditinjau dari sudut keagamaan. Guru sebagai pendidik adalah seorang yang berjasa besar terhadap masyarakat dan negara. Tinggi atau rendahnya kebudayaan suatu masyarakat, maju atau mundurnya tingkat kebudayaan suatu mayarakat dan negara, sebagian besarnya tergantung kepada pendidikan dan pengajaran yang diberikan oleh guru-guru. Makin tinggi pendidikan guru, makin baik pula mutu pendidikan dan pengajaran yang diterima oleh anak-anak, dan makin tinggi pula derajat masyarakat. Oleh sebab itu, guru harus berkeyakinan dan bangga bahwa ia dapat menjalankan tugas itu. Guru hendaklah berusaha menjalankan tugas kewajiban sebaik-baiknya sehingga dengan demikian masyarakat menginsafi sungguh-sungguh betapa berat dan mulianya pekerjaan guru. 2 Dengan kepercayaan yang diberikan masyarakat, maka di pundak guru diberikan tugas dan tanggung jawab yang berat. Mengemban tugas memang berat. Tapi lebih berat lagi mengemban tanggung jawab. Sebab tanggung jawab guru tidak hanya di sekolah, tetapi juga di luar sekolah. Di samping guru berperan sebagai pendidik atau pengajar yang merupakan faktor penentu kesuksesan setiap usaha pendidikan, faktor kepribadian seorang guru juga sangat berpengaruh terhadap keberhasilan seorang guru sebagai pengembang sumber daya manusia, karena guru juga berperan sebagai figur B. Pembahasan 1. Defenisi guru Guru merupakan pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, dan mengevaluasi peserta didik pada jalur pendidikan formal. Tugas utama itu akan efektif jika guru memiliki derajat profesionalitas tertentu yang tercermin dari kompetensi, kemahiran, kecakapan, dan keterampilan yang memenuhi standar mutu atau norma etik tertentu. Dalam peraturan pemerintah (PP) No. 74 Tahun 2008 tentang guru, sebutan guru mencangkup : (1) guru itu sendiri, baik guru kelas, guru bidang studi, maupun guru bimbingan dan konseling atau guru bimbingan karir; (2) guru dengan tugas tambahan sebagai kepala sekolah; dan (3) guru dalam jabatan pengawas. Guru juga bermakna lulusan pendidikan yang telah lulus ujian negara (government examination) untuk menjadi guru, meskipun belum secara aktual bekerja sebagi guru. 2. Tanggung Jawab Guru Ada enam tugas dan tanggung jawab guru (Udin Syaefuddin: 2009) sebagai pengajar yang lebih menekankan kepada tugas dalam merencanakan dan 3 melaksanakan pengajaran, yaitu (1) tugas guru sebagai pengaajar dituntut memiliki seperangkat pengethauan dan keterampilan teknis mengajar, di samping menguasai ilmu atau bahan yang akan diajarkannya; (2) tugas sebagai pembimbing yaitu menekankan kepada pemberian bantuan kepada siswa dalam memecahkan masalah yang dihadapi; (3) tugas sebagai administrator yaitu jalinan antara ketatalaksanaan dengan bidang pengajaran; (4) tugas sebagai pengembang kurikulum yaitu dituntut untuk mencari gagasan baru, penyempurnaan praktik pendidikan, khususnya dalam praktik pengajaran atau berusaha untuk mempertahankan apa yang sudah ada serta mengadakan penyempurnaan praktik pengajaran agar hasil belajar siswa dapat ditingkatkan; (5) tugas sebagai pengembang profesi yaitu tuntutan dan panggilan untuk elalu mencitai, menghargai, menjaga, meningkatkan tugas dan tanggung jawab profesinya serta sadar bahwa dalam melakasanakan tugasnya selalu dituntut untuk bersungguhsungguh, bukan sebagai pekerjaan sambilan; (6) tugas membina hubungan dengan masyarakat berati guru harus dapat berperan menempatkan sekolah sebagai bagian internal dari masyarakat serta sekolah sebagai pembaharu masyarakat karena pendidikan bukan hanya tanggung jawab guru dan pemerintah, tetapi juga tanggung jawab masyarakat. Menurut (Uzer Usman: 2010) Guru memiliki banyak tugas, baik yang terikat oleh dinas maupun di luar dinas, dalam bentuk pengabdian. Tugas guru terbagi menjadi tiga, yaitu (1) tugas guru sebagai profesi meliputi mendidik, mengajar, melatih; (2) tugas guru dalam bidang kemanusiaan adalah memposisikan sebagai orang tua kedua yang mampu menarik simpati, menjadi idola siswa, menjadi motivator bagi siswa, memberikan pemahaman kepada siswa yang dulunya tidak mengerti bahasa keilmuan menjadi mengusai keilmuan; (3) tugas dalam kemasyarakatan yaitu mencerdaskan khidupan bangsa. Secara singkat tugas guru dapat digambarkan sebagai berikut : 4 Bagan Tugas Guru TUGAS GURU Meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup MENDIDIK PROFESI MENGAJAR Meneruskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi MELATIH Mengembangkan keterampilan dan penerapannya Menjadi orang tua kedua KEMANUSIAAN Auto-Pengertian: Homoludens Homopuber homosapiens Transformasi diri autoidentifikasi Mendidik dan mengajar masyarakat untuk menjadi warga negara Indonesia yang bermoral Pancasila KEMASYARATAN Mencerdaskan bangsa Indonesia Masyarakat menempatkan guru pada tempat yang lebih terhormat dilingkungannya karena seeorang guru diharapkan masyarakat dapat memperoleh ilmu pengetahuan. Guru merupakan orang yang bertanggung jawab mencerdaskan kehidupan anak didik. Keberadaan guru bagi suatu bangsa amalah penting, apalagi bagi suatu bangsa yang sedang membangun, terlebih-lebh bagi keberlangsungan 5 hidup bangsa ditengah-tengah lintasan perjalanan zaman dengan teknologi yang kian canggih dan segala perubahan serta pergeseran nilai yang cenderung memberi nuasa kepada kehidupan yang menuntut ilmu dan seni dalam kadar dinamik untuk dapat mengadaptasikan diri. Pribadi susila guru yang cakap adalah yang diharapkan ada pada kehidupan anak didik. Tidak ada seorang guru yang mengharapkan anak didiknya menjadi “sampah masyarakat”. Untuk itulah guru dengan penuh didikasi dan loyalitas berusaha membimbing dan membina anak didik agar di masa mendatang menjadi orang yang berguna bagi nusa dan bangsa. Bagi guru yang pekerjaannya adalah mengajar, oleh sebab itu guru harus memperlihatkan kelebihannya dalam kemampuan mengajar siswa-siswa. Seorang professional kependidikan memiliki berbagai aspek kompetensi yang akan membentuk profil kompetensi tenaga yang bersangkutan. Guru dalam melaksanakan tugasnya dihadapkan pada pilihan : (1) cara bertindak yang paling tepat, (2) bahan belajar yang paling sesuai, (3) metode penyajian yang paling efektif, (4) alat bantu yang paling cocok, (5) langkahlangkah yang paling efisien, (6) sumber belajar yang paling lengkap, (7) sistem evaluasi yang paling tepat. Guru sebagai pelaksana harus dapat menentukan pilihannya dengan mempertimbangkan semua aspek yang relevan atau yang menunjang tercapainya tujuan. Dengan segala kekurangan yang ada, guru berusaha membimbing dan membina anak didik agar menjadi manusia yang berguna bagi nusa dan bangsa di kemudian hari. Gaji yang kecil jauh dari memadai, tidak membuat guru berkecil hati dengan sikap frustasi meninggalkan tugas dan tanggung jawab sebagai guru. Karenanya sangat wajar di pundak guru diberikan atribut sebagai “Pahlawan tanpa tanda jasa”. Menjadi guru berdasarkan tuntutan hati nurani tidaklah semua orang dapat melakukannya, untuk menjadi guru yang baik, tidak semua orang dapat menjalankannya. Sebagai guru yang baik harus memenuhi syarat-syarat yang di dalam Undang-undang No. 12/1954 tentang Dasar-dasar Pendidikan dan 6 Pengajaran di sekolah untuk seluruh Indonesia, pada pasal 15. Dari pasal tersebut, disimpulkan syarat-syarat untuk menjadi guru sebagai berikut : 1. Berijazah, yakni dengan ijazah dapat memberi wewenang untuk menjalankan tugas sebagai guru di suatu sekolah. Ijazah adalah surat bukti yang menunjukkan bahwa seseorang telah mempunyai ilmu pengetahuan dan kesanggupan-kesanggupan tertentu yang diperlukannya untuk suatu jabatan atau pekerjaan. 2. Sehat jasmani dan rohani, artinya kesehatan jasmani dan rohani adalah salah satu syarat yang penting bagi tiap-tiap pekerjaan. Orang tidak dapat melakukan tugasnya dengan baik jika badannya selalu diserang oleh suatu penyakit. 3. Takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berkelakuan baik, artinya pembentukan manusia susila yang takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa hanya mungkin diberikan oleh orang-orang yang memiliki dan hidup sesuai dengan norma-norma agama dan masyarakat serta peraturan yang berlaku. 4. Bertanggung jawab, artinya dalam pembentukan warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab itu sungguh suatu tugas tidak mudah, dan yang hanya dapat dilakukan oleh orang yang berjiwa demokratis dan yang mempunyai tanggung jawab pula. 5. Berjiwa nasional, artinya guru harus berjiwa nasional untuk mendidik anakanak, sesuai dengan tujuan pendidikan dan pengajaran. Di samping syarat-syarat tersebut di atas masih banyak lagi syarat lain yang harus dimiliki oleh guru jika menghendaki agar tugas atau pekerjaannya sebagai guru mendatangkan hasil yang lebih baik. Ada beberapa syarat guru di sekolah adalah adil, percaya dan jika kepada murid-muridnya, sabar dan rela berkorban, penggembira, bersikap baik terhadap guru-guru lainnya, bersikap baik terhadap masyarakat, benar-benar menguasai mata pelajarannya, suka mata pelajaran yang diberikannya, berpengetahuan luas. 7 Tanlain, dkk dalam Djamarah mengemukakan bahwa sesungguhnya guru yang bartanggung jawab memiliki beberapa sifat yaitu : menerima dan mematuhi norma, nilai-nilai kemanusiaan, memikul tugas mendidik dengan bebas, berani, gembira (tugas bukan menjadi beban baginya), sadar akan nilai-nilai yang berkaitan dengan perbuatannya serta akibat-akibat yang timbul (kata hati), menghargai orang lain, termasuk anak ddik, bijaksana dan hati-hati (tidak nekat, tidak sembrono, tidak singkat akal), takwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa. 3. Kepribadian Guru Yang Berjiwa Profetik Apa yang dipraktikkan para guru sangat wajar jika kita menyebutnya sebagai sebuah sikap profetik, sebuah sikap kenabian, sikap yang pernah dilakukan oleh nabi. Sikap berusaha memberikan motivasi-positif kepada murid yang awalnya tidak yakin akan potensi dan bakatnya, tidak ada yang pantas kita lekatkan terhadap pribadi dengan sikap tersebut selain pribadi yang pernah dipratikkan oleh para nabi. Tidak hanya itu, perilaku yang menyerupai orang tua kandung semakin memperkuat adagium keprofetikan guru. Tentu kita semua tahu bahwa semua nabi adalah mereka yang sangat sayang kepada umat manusia dan memperlakukannya sebagai keluarga dan saudara. Sikap ini pula ditampilkan oleh guru. Seorang mengannggap anak-anak didiknya sebagai anak kandung. Anak didik dianggap sebagai anggota keluarga. Bahkan, seorang guru juga bisa menempatkan diri sebagai seorang sahabat bagi anak-anak didiknya. Setiap guru mempunyai pribadi masing-masing sesuai ciri-ciri pribadi yang mereka miliki. Ciri-ciri inilah yang membedakan seorang guru dari guru lainnya. Kepribadian merupakan suatu masalah yang abstrak, hanya dapat dilihat lewat penampilan, tindakan, ucapan, cara berpakaian, dan dalam menghadapi setiap persoalan. Kepribadian sesungguhnya adalah abstrak (ma’nawi), sukar dilihat atau diketahui secara nyata, yang dapat diketahui adalah penampilan atau bekasnya 8 dalam segi dan aspek kehidupan. Oleh karena itu seluruh sikap dan perbuatan seseorang merupakan suatu gambaran dari kepribadian orang itu asal dilakukan secara sadar. kepribadian adalah suatu hal yang sangat menentukan tinggi rendahnya kewibawaan seorang guru dalam pandangan anak didik dan masyarakat. Kepribadian adalah faktor yang sangat berpengaruh terhadap keberhasilan seorang guru sebagai pengembang sumber daya manusia. Secara konstutidisional, guru hendaknya berkepribadian Pancasila dan UUD 1945 yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, di samping ia harus memiliki klasifikasi keahlian (keahlian yang diperlukan) sebagai tenaga pengajar (pasal 28 ayat 12 UUSPN/1989). Sebagai teladan, guru memiliki kepribadian yang dapat dijadikan profil dan idola, seluruh kehidupannya adalah figur yang paripurna, mengurangi kewibawaannya dan kharisma pun secara perlahan lebur dari jati diri. Karena itu kepribadian merupakan masalah yang sangat sensitif. Guru adalah spiritual father atau bapak rohani bagi seorang anak didik. Karakteristik kepribadian yang berkaitan dengan keberhasilan guru dalam menggeluti profesinya adalah meliputi : Guru yang fleksibel pada umumnya ditandai dengan keterbukaan berpikir dan beradaptasi selain itu, ia juga memiliki resistensi (daya tahan) terhadap ketertutupan ranah cipta yang prematur (terlampau dini) dalam pengamatan dan pengenalan. Ketika mengamati dan mengenali suatu objek atau situasi tertentu. Seorang guru yang fleksibel selalu berpikir kritis. Berpikir kritis adalah berpikir dengan penuh pertimbangan akal sehat yang dipusatkan pada pengambilan keputusan untuk mempercayai atau melakukan atau menghindar sesuatu. Dalam proses belajar mengajar, fleksibilitas kognitif guru terdiri dari tiga dimensi yaitu : (1) dimensi karakteristik pribadi guru ; (2) dimensi sikap kognitif guru terhadap siswa; (3) dimensi sikap kognitif guru terhadap mata pelajaran dan metode mengajar. 9 Guru yang terbuka secara psikologis biasanya ditandai dengan kesediaannya yang relatif tinggi untuk mengkomunikasikan dirinya dengan faktor-faktor eksteren antara lain (1) siswa, (2) teman sejawat, dan (3) lingkungan pendidikan tempatnya bekerja. Ia mau menerima kritik dengan ikhlas. Di samping itu ia juga memiliki empati, yakni respon afektif terhadap pengalaman emosional dan perasaan tertentu orang lain. Ditinjau dari sudut fungsi dan signifikansi, keterbukaan psikologis merupakan karakteristik kepribadian yang penting bagi guru dalam hubungannya sebagai direktor belajar sebagai anutan siswa. Banyak peranan yang diperlukan dari guru sebagai pendidik atau siapa saja yang telah menerjunkan diri menjadi guru. Dan oleh Djamarah mengemukakan beberapa peranan guru yaitu : (1) sebagai korektor (2) sebagai inspirator (3) sebagai informatory (4) sebagai organisator (5) sebagai motivator (6) sebagai inisiator (7) sebagai fasilitator (8) sebagai pembimbing (9) sebagai pengelola kelas (10) sebagai mediator (11) sebagai demonstrator (12) sebagai supervisor (13) sebagai evaluator. Guru dan anak didik adalah Dwi Tunggal. Yang mana posisi guru dan anak boleh berbeda, tetapi keduanya tetap seiring dan setujuan, bukan seiring tapi tidak setujuan. Seiring dalam arti kesamaan langkah dalam mencapai tujuan bersama. Anak didik berusaha mencapai cita-citanya dan guru dengan ikhlas mengantar dan membimbing anak didik ke pintu gerbang cita-citanya. Itulah sikap guru yang tepat sebagai sosok pribadi yang mulia. Pendek kata kewajiban guru adalah menciptakan manusia yang baik. 4. Kompetensi Kepribadian Dalam arti sederhana, kepribadian berarti sifat hakiki individu yang tercermin pada sikap dan perbuatannya yang membedakan dirinya dari yang lain. McLead (1989) mengartikan kepribadian (personality) sebagai sifat khas yang dimiliki seseorang. 10 Menurut tinjauan psikologi, kepribadian pada prinsipnya adalah susunan aatau kesatuan aspek perilaku mental (pikiran, perasaaan) dengan aspek perilaku behavioral (perbuatan nyata). Aspek-spek ini berkaitan secara fungsional dalam arti seseorang individu, sehingga membuatnya bertingkah laku secara khas dan tetap (Reber, 1988). Guru sebagai tenaga pendidik yang tugas utamanya mengajar, memiliki karakteristik kepribadian yang sangat berpengaruh terhadap keberhasilan pengembangan sumber daya manusia. Kepribadian yang mantap dari sosok seorang guru akan memberikan teladan yang baik terhadap anak didik maupun masyarakatnya, sehingga guru akan tampil sebagai sosok yang patut “digugu” (ditaati nasehat/ucapan/perintahnya) dan “ditiru” (di contoh sikap dan perilakunya). Kepribadian guru merupakan faktor terpenting bagi keberhasilan belajar anak didik. Oleh karena itu setiap guru sangat diharapakan memahami kepribadian atau karakteristik dirinya (ciri khas). Dalam kaitan ini, Zakiah Darajat dalam Syah menegaskan bahwa kepribadian itulah yang akan menentukan apakah ia menjadi pendidik dan pembina yang baik bagi anak didiknya, ataukah akan menjadi perusak atau penghancur bagi masa depan anak didiknya terutama bagi anak didik yang masih kecil (tingkat dasar) dan mereka yang sedang mengalami kegoncangan jiwa (tingkat menengah). Karakteristik kepribadian yang berkaitan dengan keberhasilan guru dalam menggeluti profesinya adalah meliputi fleksibilitas kognitif dan keterbukaan psikologis. Fleksibilitas kognitif atau keluwesan ranah cipta merupakan kemampuan berpikir yang diikuti dengan tindakan secara simultan dan memadai dalam situasi tertentu. Guru yang fleksibel pada umumnya ditandai dengan adanya keterbukaan berpikir dan beradaptasi. Selain itu, ia memiliki resistensi atau daya tahan terhadap ketertutupan ranah cipta yang prematur dalam pengamatan dan pengenalan. Dalam Undang-undang Guru dan Dosen dikemukakan kompetensi kepribadian adalah “kemampuan kepribadian yang mantap, berakhlak mulia, arif, 11 dan berwibawa serta menjadi teladan peserta didik”. Surya menyebut kompetensi kepribadian ini sebagai kompetensi personal, yaitu kemampuan pribadi seorang guru yang diperlukan agar dapat menjadi guru yang baik. Kompetensi personal ini mencakup kemampuan pribadi yang berkenaan dengan pemahaman diri, penerimaan diri, pengarahan diri, dan perwujudan diri. Gumelar dan Dahyat (2002:127) merujuk pada pendapat Asian Institut for Teacher Education, mengemukakan kompetensi pribadi meliputi (1) pengetahuan tentang adat istiadat baik sosial maupun agama, (2) pengetahuan tentang budaya dan tradisi, (3) pengetahuan tentang inti demokrasi, (4) pengetahuan tentang estetika, (5) memiliki apresiasi dan kesadaran sosial, (6) memiliki sikap yang benar terhadap pengetahuan dan pekerjaan, (7) setia terhadap harkat dan martabat manusia. Sedangkan kompetensi guru secara lebih khusus lagi adalah bersikap empati, terbuka, berwibawa, bertanggung jawab dan mampu menilai diri pribadi. Johnson sebagaimana dikutip Anwar mengemukakan kemampuan personal guru, mencakup (1) penampilan sikap yang positif terhadap keseluruhan tugasnya sebagai guru, dan terhadap keseluruhan situasi pendidikan beserta unsur-unsurnya, (2) pemahaman, penghayatan dan penampilan nilai-nilai yang seyogyanya dianut oleh seorang guru, (3) kepribadian, nilai, sikap hidup ditampilkan dalam upaya untuk menjadikan dirinya sebagai panutan dan teladan bagi para siswanya. Arikunto mengemukakan kompetensi personal mengharuskan guru memiliki kepribadian yang mantap sehingga menjadi sumber inspirasi bagi subyek didik, dan patut diteladani oleh siswa.Berdasarkan uraian di atas, kompetensi kepribadian guru tercermin dari indikator (1) sikap, dan (2) keteladanan. 5. Pendidik Karakter Guru adalah pelaku perubahan. Gagasan ini menjadikan guru harus peka dan tanggap terhadap berbagai perubahan, pembaharuan serta perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sejalan dengan tuntutan masyarakat dan perkembangan 12 zaman. Di sinilah tugas guru semestinya harus senantiasa mengembangkan wawasan ilmu pengetahuan, meningkatkan kualitas pendidikannya hingga apa yang diberikan kepada peserta didiknya tidak lagi terkesan ketinggalan zaman. Bahkan tidak sesederhana itu saja, ciri guru ideal di era globalisasi seperti saat ini perlu tampil sebagai pendidik, pengajar, pelatih, inovator dan dinamisator secara sekaligus dan integral dalam mencerdaskan anak didiknya. Salah satu indikator utama unggul tidaknya sebuah sekolah adalah ditentukan dari faktor mutu guru. Guru dituntut memiliki profesionalisme di bidangnya. Artinya guru tidak hanya harus memiliki pengertahuan yang luas tentang bidang yang ajarnya, namun seluruh komponen yang berkaitan dengan pendidikan harus ada pada diri para guru itu sendiri. Hal itu pula didasarkan atas asumsi bahwa persoalan peningkatan mutu pendidikan tentu bertolak pada karakter seorang pendidik. Oleh sebab itu, semakin banyak guru yang berkualitas di suatu sekolah, tentu akan semakin berkualitas pulalah sekolah tersebut. Sosok guru merupakan hal paling utama bagi keberhasilan suatu sistem pendidikan. Di tengah kemajuan zaman dan tantangan yang semakin pesat, idealnya guru harus terus belajar, kreatif mengembangkan diri dan terus menyesuaikan pengetahuan dan cara mengajarnya dengan penemuan-penemuan kontemporer. Namun, realitas yang ada pada umumnya guru sulit untuk selalu semangat mengembangan kepribadiannya. Bahkan sekedar untuk mengikuti berbagai macam kursus, seminar, pelatihan dan kegiatan semacamnya. 6. Karakter Guru Berpengaruh Terhadap Masa Depan Siswa Guru adalah manusia biasa dan sebagai manusia biasa dalam melaksanakan peran sebagai pendidik dan sebagai pemimpin bagi anak didik dalam pelaksanaan PBM (Proses Belajar Mengajar) mereka memiliki gaya tersendiri. Secara umum ada empat tipe kategori dari gaya mereka yaitu; gaya demokrasi, gaya otoriter, gaya laizzes faire dan gaya pseudo demokrasi. 13 1. Guru berkarakter killer atau berkarakter otoriter akan berpotensi untuk melahirkan anak didik yang suka membisu dan penakut. Adalah suatu keputusan yang bijaksana bagi pribadi yang memiliki karakter otoriter untuk tidak menjadi pendidik dimanapun berada, apalagi mengajar untuk Sekolah Dasar, karena keberadaan mereka cendrung merugikan dan merusak pertumbuhan jiwa anak didik. 2. Pseudo demokrasi adalah berarti “demokrasi yang palsu”. Karakter guru dengan pseudo demokrasi agaknya juga tidak memperoleh simpati di mata anak didik. Soalnya guru dengan karakter begini cendrung memonopoli kekuasaan. Keputusan yang ia buat disosialisasikan kepada anak didik namun keputusan akhir tetap menjadi monopoli mutlaknya. 3. Guru dengan karakter laissez faire- masa bodoh- cenderung menurunkan kualitas budaya sekolah. Suasana kelas akan menjadi amburadul, apalagi bila populasi kelas cukup besar. Peranan guru yang berkarakter lassez faire bisa agak bagus apa bila ia mengelola kelas yang berpopulasi kecil. Agaknya guru dengan karakter demikian perlu bersikap lebih tegas dan punya prinsip atas nilai kebenaran. Menambah kualitas ilmu dan wawasan dan kemudian bersikap lebih tegas akan mampu mengatasi problema karakter laizzes faire. 4. Guru yang berkarakter demokrasi adalah guru yang memiliki hati nurani yang tajam. Guru dengan karakter beginilah yang mampu menghadirkan hatinya dalam emosi anak didik selama pembelajaran. Guru berkarakter demokrasi dan memiliki wawasan yang tinggi tentu akan mampu memenangkan hati anak didik atau memoltivasi mereka dalam pembelajaran. Guru yang mampu menghadirkan hatinya pada hati anak didik disebut sebagai guru yabg baik dan mereka akan dikenang oleh anak didik sepanjang hayatnya. Yang lebih banyak dikenang adalah guru yang baik. Guru yang mampu memberi pengaruh untuk masa depan anak didik lewat kata- kata atau bahasanya adalah guru yang memiliki pribadi yang hangat dan juga 14 cerdas. Untuk itu adalah sangat ideal bila setiap guru mampu meningkatkan kualitas pribadinya menjadi guru yang cerdas, yaitu cerdas intelektual, cerdas emosi dan juga cerdas spiritualnya. Maka guru- guru yang beginilah yang patut diberi hadiah dengan lagu “guru pahlawan tanpa tanda jasa”. Kata kata yang diucapkan oleh guru kepada siswa atau anak didik dalam pergaulan mereka di sekolah sangat menentukan masa depan mereka. Kata kata yang diucapkan oleh guru pada anak didik ibarat panah yang lepas dari busur. Kata yang keluar dari mulut guru akan menancap pada hati anak didik. Bila kata- kata tadi melukai hati mereka, maka goresannya akan membekas sampai tua. Sering kata kata yang tidak simpatik dari seorang guru telah menghancurkan semangat hidup mereka. Sebaliknya kata kata yang mampu memberi dorongan semangat juga sangat berarti dalam menumbuh dan mengembangkan semangat hidup- semangat belajar dan bekerja mereka. Maka untuk itu guru perlu menjalin hubungan dengan anak didik lewat kata- kata yang berkualitas. C. Kesimpulan Tidak semua orang bisa dan ingin menjadi guru yang berwibawa, dihormati, berwawasan luas, dan berstatus tinggi dihadapan setiap orang karena orang yang ingin mengabdikan hidupnya dan mengemban tugas ini benar-benar harus mempunyai jiwa kepatriotan yang tugas, lugas dan bertanggung jawab atas masa depan setiap orang. Kepribadian yang baik akan sangatlah berpengeruh terhadap perkembangan jiwa seseorang begitu juga dengan guru yang mempunyai kepribadian akan menentukan sejauh mana ia akan membawa semua potensi yang ada pada siswa. Kemudian kepribadian itulah yang akan menentukan apakah ia menjadi pendidik dan pembina yang baik bagi anak didiknya, ataukah akan menjadi perusak atau penghancur bagi masa depan anak didiknya. 15 DAFTAR PUSTAKA Anwar, Moch, Idochi, 2004, Administrasi Pendidikan dan Manajemen Biaya Pendidikan, Bandung: Alfabeta. Arikunto, Suharsimi, 1993, Manajemen Pengajaran Secara Manusia. Jakarta: Rineka Cipta Djamarah, Syaiful, 1977, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif. Banjarmasin : Rineka Cipta. Doni Koesoema A , 2009, Mengembangkan Visi Guru sebagai Pelaku Perubahan dan Pendidik Karakter, PT. Grasindo – Jakarta. Kosasi, Rafli, 1994, Profesi Keguruan. Jakarta : Rineka Cipta. Mulyasa, 2006, Menjadi Guru Profesional. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya. Purwanto, Ngalim, 1985, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis. Jakarta : PT. Remaja Rosdakarya. Sahabuddin, 1999, Mengajar dan Belajar. Makassar : State University of Makassar Press. Saud, Udin Syaefudin, 2009, Pengenbangan Profesi Guru. Bandung: Alfabeta Supriyadi, 2011, Strategi Belajar Mengajar. Yogyakarta: Cakrawala Ilmu. Surya, Muhammad, 2003, Psikologi Pembelajaran dan Pengajaran. Bandung: Yayasan Bhakti Winaya. Syah, Muhibbin, 2000, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Umar Fakhruddin, Asef, 2010, Menjadi Guru Favorit. Yogyakarta: Diva Press Usman, uzer, 2010, Menjadi Guru Profesional, Bandung: Rosdakarya. 16 17