Cara Memelihara Larva dan Benih Mimi Mimi, begitu sebutan untuk hewan langka ini. Keunikan dan kegunaannya telah mendorong minat orang untuk mengembangbiakannya. M imi/belangkas merupakan hewan langka yang tidak mengalami perubahan sejak dulu, hidup di dasar perairan yang berpasir dan berlumpur. Makanannya mudah diperoleh seperti cacing, krustasea, dan organisme dasar lainnya. Karena mimi dapat memakan apa saja yang ditemui maka mimi digolongkan ke dalam omnivora (pemakan segala) dan scavenger (pemakan bangkai).Mimi banyak dijumpai di pesisir pantai Teluk Banten dan perairan pantai lainnya. Telur mimi bermanfaat untuk bahan urapan dan darahnya dapat digunakan untuk mendiagnosis berbagai macam penyakit. Mimi bukan binatang berbahaya, dapat merayap, dan mengubur diri dalam pasir di perairan dangkal. Nelayan Banten terutama yang mendiami perairan pantai sudah lama memanfaatkan telur mimi sebagai makanan di waktu senggang dalam bentuk urapan atau pepesan. Mimi yang tertangkap oleh nelayan sebetulnya bukan tujuan utama penangkapan. Jika sepasang mimi ditemukan pada saat penangkapan maka mimi jantan akan dikembalikan lagi ke laut sedangkan mimi betina dibawa pulang untuk diambil telurnya. Uniknya, telur mimi yang dimanfaatkan hanya yang berasal dari mimi yang ditemukan berpasangan. Telur dari mimi yang tidak berpasangan tidak akan dimakan dan nelayan beranggapan bahwa mimi tersebut bersifat racun. Darah mimi merupakan fosil hidup (living fosil ) yang dapat berperan sebagai alat pertahanan tubuh. Sel darah mimi yang mengandung granulosit bersifat reaktif dan peka terhadap endotoksin. Endotoksin merupakan substansi toksik yang dihasilkan oleh bakteri gram negatif. Dengan adanya sifat ini maka hemosit mimi dapat digunakan untuk mendiagnosis penyakit dan dapat mendeteksi adanya endotoksin walaupun dengan konsentrasi yang sangat kecil. Mimi bermanfaat dalam biomedis karena memiliki sistem pengendapan (clothing system) yang dapat 1 mengendapkan darah yang mengandung endotoksin. Di Amerika, mimi dimanfaatkan untuk tes limulus (khusus jenis Limulus polyphemus). Ekstrak plasma mimi dikenal dengan nama limulus amoebocyte lysate yang berguna untuk mendiagnosis beberapa penyakit seperti meningitis (radang selaput otak) dan gonore. Pemeliharaan Mimi Larva mimi yang dipelihara di Indonesia merupakan hasil pemijahan buatan yang pertama di dunia. Kegiatan pemijahan dimulai pada tahun 1993 yang merupakan hasil proyek Riset Unggulan Terpadu III selama 3 tahun antara Fakultas Perikanan Institut Pertanian Bogor dan Balitdita (saat ini IPPTP Bojonegara). Pemijahan dilakukan di laboratorium IPPTP Bojonegara-Serang, Banten. Kegiatan pembenihan mimi diawali dengan pematangan gonad dengan cara memberikan pakan campuran antara cumi-cumi dan ikan rucah. Pemijahan buatan dilakukan dengan tingkat pembuahan 100% dan penetasan 78%. Telur yang akan menetas terlihat berputar-putar di dalam selaput telur yang terdiri atas empat lapis. Perkembangan embrio terjadi dalam 21 stadia dengan jangka waktu 3442 hari. Telur yang dibuahi akan berkembang dalam selaput telur dan dengan cara bergerak, embrio akan merobek lapisan demi lapisan selaput telur. Embrio memerlukan waktu lama untuk keluar dari lapisan luar. Untuk membantu mempercepatnya, lapisan luar dirobek dengan menggunakan jarum. Pemeliharaan larva mimi tidak sulit. Angka kelangsungan hidup dapat mencapai 100%. hara pada substrat berpasir masih dapat hidup tanpa diberi pakan asalkan media pemeliharaan mendapat sinar matahari. Sebagai bukti bahwa mimi yang tidak diberi pakan memiliki pertumbuhan lebih cepat dibanding mimi yang diberi pakan adalah ukuran panjang dan bobot mimi pada umur 105 hari masing-masing sebesar 1,39 cm dan 0,057 g (pada larva yang diberi pakan) dan 1,43 cm dan 0,068 g (pada larva yang tidak diberi pakan). Mimi mencari makanan dengan cara berenang menggunakan insang dayung. memakan alga coklat yang tergolong diatom seperti Chaetoceros sp., Skeletonema sp., dan alga coklat lainnya yang terdapat pada pasir dan lumpur. Setelah larva berumur 2-4 bulan, makanan yang disukai adalah zooplankton yaitu Tigriopus sp., Artemia sp., dan jenis kopepoda. Pakan zooplankton tersebut kaya akan asam lemak esensial dan sangat baik untuk larva/benih ikan laut. Setelah berumur lebih dari 4 bulan, mimi diberi pakan cacahan ikan tembang dan daging cumi-cumi dengan perbandingan 1 : 1. Pakan diberikan sekenyangnya. Jenis pakan tersebut cocok untuk tahap pembesaran sampai pematangan gonad. Mimi memakan makanannya dengan menggunakan capitnya. Jika pakan yang diberikan dalam bentuk daging yang cepat membusuk, air pemeliharaan diganti tiga kali sehari agar mimi tidak keropos. Mimi yang diam saja berarti kurang sehat dan harus segera dipisahkan untuk dipelihara pada wadah yang berair tanpa pasir. Pergantian Kulit Mimi yang tumbuh sehat akan cepat mengalami molting (pergantian kulit). Setiap kali berganti kulit, ukurannya akan bertambah dua kali lipat . Sebelum berganti kulit, larva mimi belum memiliki telson (duri keras yang memanjang dan berongga). Pada saat berganti kulit pertama/instar-1 (umur 34 hari) mimi sudah mempunyai telson. Pergantian kulit kedua/instar-2 terjadi pada umur 86 hari, dan pergantian kulit ke tiga sampai ke sembilan masing-masing pada umur 102, 380, 450, 490, 570, 630, dan 710 hari. Pergantian kulit dilakukan larva dengan cara membenamkan Pertumbuhan Kisaran ukuran panjang mimi yang baru menetas adalah 0,7-0,8 cm. Pada umur 110 hari mimi sudah memiliki panjang 2,38 cm dengan lebar karapas 1,59 cm dan bobot tubuh 0,186 g. Mimi yang dipeli- 34 86 102 380 Makanan Larva mimi yang baru menetas sudah dapat memakan berbagai jenis lumut yang terdapat di media pemeliharaan. Larva mimi yang berumur kurang dari 2 bulan dapat 2 450 490 570 570 630 Fase pertumbuhan mimi dari telur sampai menjadi benih. 710 tubuhnya ke dalam pasir, kemudian dengan gerakannya sendiri karapas depan dirobek sampai separuh badannya untuk mengeluarkan tubuh dari kaki dengan cara menukikan badan sampai telsonnya bisa lepas dari karapas lama. Selanjutnya tangannya dilepas sehingga pergantian kulit terjadi dengan sempurna. Mimi yang baru akan keluar dari karapas yang lama. Mimi baru berwarna coklat dan hasil pergantian kulit berwarna putih transparan. Mimi berbeda dengan hewan dasar perairan lainnya yang mengalami pergantian kulit, karena sejak berganti kulit pertama, mimi baru sudah menyerupai induknya hanya saja belum dapat diketahui jenis kelaminnya. Baru pada pergantian kulit yang kelima jenis kelamin mimi dapat diketahui. Perbedaan antara mimi jantan dan betina dapat dilihat dari pedipalpinya. Pada mimi jantan, pedipalpi menyerupai jepitan yang ujungnya bengkok berkait yang berfungsi sebagai alat untuk mencengkeram tubuh betina pada waktu berpasangan. Pada mimi betina, pedipalpi berbentuk jepitan biasa dan ukurannya lebih kecil. Demikian pula duri marginalnya. Untuk mimi jantan, keenam duri marginalnya berukuran sama panjang, sedangkan pada mimi betina, tiga buah berukuran panjang dan tiga buah lainnya berukuran pendek (Sri Rejeki). Untuk informasi lebih lanjut hubungi: Instalasi Penelitian dan Pengkajian Teknologi Pertanian (IPPTP) Bojonegara, Serang Jln. Raya Bojonegara Kotak Pos 01 Bojonegara Serang 42454 Telepon :(0254) 500042 Faksimile:(0254)500042 E-mail : [email protected]. 3