`PELATIHAN PEMBELAJARAN KOLABORATIF BERBASIS

advertisement
`PELATIHAN PEMBELAJARAN KOLABORATIF BERBASIS
ASESMEN OTENTIK UNTUK MENINGKATKAN PEMBELAJARAN
GURU-GURU PSKn DI GUGUS 01 KECAMATAN WARU
KABUPATEN SIDOARJO
Oleh
Fatimah*)
Abstrak
Pelatihan terkait dengan pembelajaran kolaboratif berbasis asesmen otentik
dilakukan sebagai wujud realisasi salah satu keinginan para guru khususnya guru
PSKn di gugus 01 kecamatan Waru, kabupaten Sidoarjo. Tujuan pelatihan ini
adalah untuk membantu mengembangkan kompetensi guru PSKn yang
diharapkan dapat berimplikasi pada peningkatan kualitas pembelajaran guru.
Harapan yang paling esensi dari pelatihan ini sesungguhnya adalah meningkatkan
mutu pendidikan dan peningkatan perbaikan dalam kegiatan pembelajaran guru
PSKn. Dengan adanya pelatihan ini bagi guru pengampu PSKn harus mampu
memahami model pembelajaran kolaboratif berbasis asemen otentik. Kegiatan ini
diawali dengan sosialisasi bagi guru PSKn terkait dengan pembelajaran
kolaboratif berbasis asesmen otentik. Berikutnya, pelaksanaan kegiatan ini
dilakukan pada tanggal 25 Juli 2011 yang diikuti 50 peserta guru. Selesai kegiatan
dilakukan penyebaran angket dan diketahui bahwa penyikapan peserta terhadap
hasil pelatihan cukup bagus. Akhirnya, dapat disimpulkan bahwa pelatihan
pembelajaran kolaboratif berbasis asesmen otentik telah mampu meningkatkan
pemahaman mengenai pembelajaran guru-guru PSKn, tentu akan meningkatan
pula kompetensi profesional guru SD di Gugus 01 Kecamatan Waru Kabupaten
Sidoarjo. Yang paling penting adalah mereka mampu meningkatkan kualitas
pembelajaran PSKn dalam arti mampu melaksanakan model pembelajaran
kolaboratif berbasis asesmen otentik di sekolah dan sarannya adalah diharapkan
agar kegiatan serupa dapat dilaksanakan secara berkelanjutan dengan bekerja
sama dengan tim PpM UNESA.
Kata kunci: Asesmen otentik, Pelatihan, Pembelajaran kolaboratif, PSKn.
PENDAHULUAN
Pada kenyatannya, pembelajaran PSKn di sekolah yang diterapkan oleh
guru kurang relevan dengan prinsip Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) dan
kurang memberi pengalaman belajar langsung kepada siswa dalam proses
belajar, seperti melibatkan siswa dalam kelompok belajar sangatlah minim,
pemberian evaluasi berupa tes hasil belajar oleh guru belum sepenuhnya
menggunakan proses asesmen yang membelajarkan siswa untuk menilai
kerjanya sendiri dan siswa lain.
Pembelajaran kolaboratif adalah sebuah pembelajaran yang penekankan
pelibatan peseta didik dalam kelompok belajar (cooperative learning) dan upaya
bersama antar guru dan siswa dalam mencapai SKMN terhadap Standar
Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) (Jacob, 1999 dalam Triyono,
2007). Selanjutnya Slarein (1991, dalam Rahayu, 2002) menyatakan bahwa
pembelajaran kolaboratif identik dengan pembelajaran kooperatif dimana pada
*) Kepala SDN Medaeng I, Waru Sidoarjo
dasarnya siswa belajar bersama, saling menyumbang pikiran, pendapat, dan
tanggungjawab terhadap pencapaian hasil belajar baik secara individu maupun
kelompok. Sementara, Cohen (1994, dalam Rahayu, 2002) mengartikan
pembelajaran kolaboratif menunjukkan ciri-ciri sosiologis, yaitu menekankan
pada aspek tugas kolektif yang harus dikerjakan bersama dalam kelompok dan
pendelegasian wewenang dari guru kepada siswa. Guru berperan sebagai
fasilitator dalam membimbing siswa dalam menyelesaikan tugas tersebut.
Dalam pembelajaran kolaboratif/kooperatif, siswa belajar dan bekerja
sama dalam kelompok kecil-kecil yang terdiri dan 6-7 orang. Dengan belajar
kelompok, interaksi siswa akan menjadi lebih efektif dan optimal. Unsur-unsur
dalam pembelajaran kolaboratif, yaitu: 1) saling ketergantungan positif dan
terikat antar sesama anggota kelompok, 2) terjadi interaksi langsung dengan
siswa, 3) pertanggungjawaban individu jelas, 4) keterampilan berinteraksi antara
individu dan kelompok akan terbangun, dan 5) terjadi keefektifan proses belajar
kelompok (Ibrahim, dkk., 2000).
Asesmen otentik adalah prosedur standar penilaian hasil belajar siswa
yang memungkinkan siswa memperoleh pemahaman penuh mengenai isi
materi. Penilaian semacam ini memberikan dampak siswa berfikir lebih
sistematis dan kritis, siswa dapat belajar dari pengalaman nyata, siswa
membangun kolaboratif dengan teman, dan siswa belajar menilai sendiri
performansinya (self assessmen). Asesmen otentik dipandang penting dan perlu
diterapkan di tingkat SD dengan lima dimensi pengukuran dan tentu
menggunakan teknik-teknik otentik yang sesuai (Gulikers, dkk., dalam Fatimah,
2007).
Demikian juga untuk mengases atau menilai penguasaan kompetensi
mata pelajaran PSKn tidaklah cukup menggunakan alat tes sebagai alat ukur
psikometrik tetapi penilaian kompetensinya dilakukan secara komprehensif
dengan menggunakan multi-tehnik asesmen. Oleh karena itu dalam
pembelajaran PSKn ini akan dilatihkan bagaimana cara menggunakan asesmen
otentik. Tiga metode asesmen yang telah dikembangkan dalam bentuk asesmen
proyek, performansi, dan portofolio. Asesmen otentik memusatan pada tujuan,
meliputi hands-on learning, menghendaki hubungan kolaborasi, dan pengunaan
higher order thinking. Oleh karena itu, siswa diharapkan menampilkan atau
menyajikan penguasaan belajar tuntasnya pada tujuan dan pemahaman secara
mendalam (Gardner, 1999, dalam Akbar, 2003), yang pada gilirannya siswa
akan meningkatkan pengetahuan dan menemukan cara-cara untuk
mengembangkannya.
Untuk memperbaiki model pembelajaran konvensional yang biasa atau
lazim dilakukan selama ini di sekolah-sekolah, maka perlu ada tindakan
pembelajaran dengan memilih dan menggunakan model pembelajaran baru,
yaitu pembelajaran kolaboratif berbasis asesmen otentik dengan tujuan umum
adalah untuk meningkatkan kualitas pembelajaran guru PSKn, yaitu melalui
pelatihan terhadap para guru SD Gugus 01 Kecamatan Waru, kabupaten
Sidoarjo. Adapun tujuan khusus pelatihan yang akan dilakukan di sini adalah
agar guru PSKn dapat: (1) meningkatkan mutu pembelajaran PSKn, (2)
menemukan jenis penilian atau asesmen otentik yang mampu meningkatkan
pembelajaran PSKn, dan (3) mengetahui pendapat dan respon guru PSKn
dalam penerapan model pembelajaran kolaboratif berbasis asesmen otentik.
*) Kepala SDN Medaeng I, Waru Sidoarjo
Oleh karena itu, agar guru dapat melakukan kinerja/performan dalam
pembelajaran inovatif, maka guru diberi pelatihan model pembelajaran
kolaboratif berbasis asesmen otentik. Tiga langkah pembelajaran kolaboratif
yang dilatihkan mencakup: pesiapan, proses belajar, dan evaluasi. Pertama,
persiapan disini dimaksudkan adalah suatu kegiatan yang meliputi: a)
menentukan tujuan belajar dengan cara menentukan materi belajar dan tugas
yang diselesaikan dan keterampilan kolaboratif apa yang dilakukan dalam
kelompok, b) membagi siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar, c)
menjelaskan tugas kolektif baik secara akademik maupun sosial, dan d)
menyusun ketergantungan positif (saling ketergantungan siswa untuk bekerja
sama dalam rangka mencapai tujuan belajar). Kedua, proses belajar, yaitu
peranan guru selama siswa belajar dan bekerja dalam kelompok, dalam hal ini
guru bertindak sebagai fasilitator, yaitu: a) membimbing siswa dalam
menyelesaikan tugas dan b) membimbing siswa bekerja secara kooperatif.
Ketiga, evaluasi, dimana proses evaluasi yang dilakukan oleh guru ada dua
macam, yaitu: evaluasi hasil belajar dan evaluasi keterampilan berkolaborasi.
Pembelajaran kolaboratif memiliki beberapa keunggulan diantaranya adalah
perolehan prestasi belajar lebih tinggi, tingkat pemahaman sikap lebih positif,
meningkatkan self-esteem dan belajar lebih inklusif.
METODE PELAKSANAAN
Adapun metode pelaksanaan yang dilakukan dalam kegiatan ini adalah
sebagai berikut :
1. Penataran: penyampaian informasi dengan materi arah sehingga peserta
terlibat secara aktif
2. Diskusi terbuka: dilakukan pada waktu pelatihan pelaksanaan model
pembelajaran berbasis Asesmen Otentik
3. Pelatihan: memberikan gambaran secara aktual tentang pelaksanaan
model pembelajaran kolaboratif
berbasis Asesmen Otentik di
sekolah/kelas.
Kegiatan ini mencakup sosialisasi dan pelatihan dengan mengikuti
tahapan-tahapan berikut:
1. Melakukan koordinasi dengan Ketua Gugus 01 Kecamatan Waru, Sidoarjo
untuk memperoleh data primer guru terkait dengan identifikasi masalah yang
selama dihadapi guru dalam pembelajaran bidang studi PSKn.
2. Melakukan koordinasi dengan Kepala Cabang Dinas Pendidikan Sidoarjo dan
sekaligus menyiapkan nara sumber (nara sumber adalah penulis sendiri).
3. Sebelum pelaksanaan kegiatan dilakukan, lebih dulu guru-guru diberi angket
terbuka tentang pemahaman pembelajaran kolaboratif berbasis Asesmen
Otentik.
4. Penyampaian materi tentang pembelajaran kolaboratif berbasis Asesmen
Otentik, yang kemudian diikuti diskusi dan tanya jawab.
5. Penutup
Selengkapnya langkah-langkah yang dilakukan untuk kegiatan ini secara
garis besar dapat dilihat pada tabel 1 berikut:
Tabel 1. Langkah dalam Pemecahan Masalah
*) Kepala SDN Medaeng I, Waru Sidoarjo
No.
1.
2.
3.
Masalah
Pemahaman guru PSKn tentang pembelajaran
kolaboratif berbasis Asesmen Otentik
Meningkatkan kompetensi atau keterampilan
guru PSKn untuk menggunakan model
pembelajaran kolaboratif berbasis Asesmen
Otentik
Meningkatkan keterampilan guru PSKn dalam
membuat evaluasi dengan menggunakan model
pembelajaran kolaboratif berbasis Asesmen
Otentik
Alternatif Pemecahan
- Penataran
- Diskusi dan tanya
jawab
- Penataran
- Diskusi dan tanya
jawab
- Demonstrasi
- Pelatihan
- Diskusi dan tanya
jawab
- Peer Teaching
Tujuan yang terpenting dalam kegiatan ini adalah diperolehnya
pemahaman dan kemampuan secara tepat oleh guru-guru PSKn berkaitan
dengan beberapa masalah yang ada, khususnya dalam melakukan penilaian
menggunakan asesmen otentik. Oleh karena itu penataran, pelatihan,
demonstrasi, diskusi dan tanya jawab dianggap penting dalam memecahkan
persoalan ini sebab dengan cara ini nampaknya guru akan dapat memahami
dengan mudah dalam menggunakan model pembelajaran kolaboratif berbasis
Asesmen Otentik dan hasilnya jauh lebih baik dan lebih menguasai atau
memahaminya.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kegiatan yang dilakukan ini sangat mendapat respon dan tanggapan yang
positif dari para peserta dan sebagian peserta menghendaki dan mengharapkan
kegiatan ini untuk dapatnya ditindaklanjuti dengan bekerja sama dengan Tim
PpM Unesa agar mendapatkan hasil yang lebih maksimal dan menyeluruh. Idak
sedikit peserta juga berharap kegiatan semacam ini dilaksanakan secara rutin
dan periodik dan tidak bersifat insidental. Berikut adalah tanggapan peserta
terhadap kegiatan ini yang secara rinci dapat dilihat pada tabel-tabel berikut ini :
Tabel 2. Angket tentang Relevansi Kegiatan
No.
1.
Pertanyaan/Kriteria
Apakah kegiatan ini ada
relevansinya dengan tugas
bapak-ibu guru?
Sangat
relevan
Kategori
Cukup
Kurang
relevan
relevan
24 orang
(60 %)
16 orang
(40 %)
0
(0%)
Tidak
relevan
0
(0 % )
Melihat tabel 2 di atas nampak bahwa kegiatan ini sangat relevan dengan
tugas guru sehari-hari. Terbukti dari 50 peserta, 30 peserta (60%) menyatakan
sangat relevan dan sisanya (20 peserta atau 40%) menyatakan cukup relevan
dan tidak satupun peserta (0%) yang menyatakan kurang atau tidak relevan.
Tabel 3. Angket tentang jelas/tidaknya Materi yang Disampaikan Nara Sumber
*) Kepala SDN Medaeng I, Waru Sidoarjo
No.
2.
Pertanyaan/Kriteria
Sangat
jelas
Kategori
Cukup
Kurang
jelas
jelas
Tidak
jelas
Apakah materi yang disampaikan
dapat diterima dengan jelas?
30
(60 %)
15
(30%)
0
(0%)
5
(10%)
Tabel 3 di atas menginformasikan bahwa materi yang disajikan relatif
jelas (sangat dan cukup jelas, 45%), sisanya kurang jelas. Peserta yang
menyatakan materi yang disajikan kurang jelas, ternyata memberikan
keterangan atau catatan bahwa mereka masih bingung terutama terkait dengan
implikasi dari pembelajaran kolaboratif berbasis Asesmen Otonatik khsusunya
untuk pelaksanaan di kelas. Hal ini dikarenakan ada beberapa langkah yang
belum dipahami, antara lain langkah dalam menentukan tujuan belajar dengan
menentukan materi dan tugas yang diselesaikan oleh peserta dengan
keterampilan kolaborasi dalam kelompok.
Berikutnya angket mengenai kriteria memadai atau tidaknya nara sumber
(dalam hal ini adalah penulis) dalam memberikan materi pelatihan, seperti
terlihat pada tabel 4 berikut.
Tabel 4. Angket tentang Memadainya Kompetensi Nara Sumber
No.
3.
Pertanyaan
Apakah nara sumber pemberi
materi sudah memadai?
Pilihan Jawaban
Sangat
Cukup
Kurang
Tidak
memadai memadai memadai memadai
46
4
0
0
( 92 % )
( 8%)
(0%)
( 0% )
Memperhatikan tabel 4 di atas menunjukkan bahwa nara sumber cukup
memadai dan menguasai dalam penyampaian materi. Ini terlihat dari 50 peserta,
46 diantaranya (92 %) menyatakan sangat memadai dan sisanya 4 orang
peserta (8%) menyatakan cukup memadai.
Selanjutnya, dalam penyampaian materi dengan menggunakan media
nampak cukup efektif dan lancar. Selengkapnya terlihat pada tabel 5 berikut.
Tabel 5. Angket tentang Keefektifan di dalam Menggunakan Media
No.
Pertanyaan/Kriteria
4.
Apakah media yang
digunakan membantu bapak /
ibu dalam memehami materi?
Sangat
efektif
Kategori
Cukup Kurang
efektif
efektif
32
(64 %)
16
(32 %)
2
(4 %)
Tidak
efektif
0
(0%)
Tabel 6. Angket tentang Inovatif model-model pembelajaran yang dicontohkan
*) Kepala SDN Medaeng I, Waru Sidoarjo
No.
5.
Pertanyaan/Kriteria
Apakah model-model
pembelajaran yang
dicontohkan inovatif?
Sangat
inovatif
Kategori
Cukup Kurang
inovatif inovatif
28
(56 %)
20
(40 %)
2
(4 %)
Tidak
inovatif
0
(0%)
Tabel 6 menginformasikan, ternyata model pembelajaran yang
dicontohkan menurut peserta cukup inovatif karena dari 50 peserta, 28 peserta
diantaranya (56 %) menyatakan sangat inovatif, 20 peserta (40 %) menyatakan
cukup inovatif, dan sisanya 2 peserta (4 %) menytakan kurang inovatif. Dengan
melihat tanggapan peserta sebagaimana tergambar dalam tabel 6 ini, maka para
peserta sangat antusias dan sangat memahami model pembelajaran kolaboratif
berbasis asesmen otentik.
Tabel 7. Anget tentang Perlunya Kegiatan ini Ditindaklanjuti
No.
Pertanyaan/Kriteria
Sangat
inovatif
6.
Apakah kegiatan ini
perlu ditindaklanjuti ?
48
( 96 % )
Kategori
Cukup
Kurang
inovatif inovatif
2
( 4 %)
0
(0 %)
Tidak
inovatif
0
( 0% )
Ternyata kegiatan pelatihan seperti ini memang sangat dibutuhkan oleh
peserta guru-guru PSKn sebagai upaya menambah wawasan dan pengetahuan
peserta khususnya pembelajaran kolaboratif berbasis asesmen otentik yang
tentunya diharap pula berdampak pada peserta didik.
SIMPULAN DAN SARAN
Mempelajari hasil kegiatan pelatihan dan mengkaji angket yang telah
peserta isi di atas dapat disimpulkan bahwa pelatihan pembelajaran kolaboratif
berbasis asesmen otentik telah mampu meningkatkan pemahaman mengenai
pembelajaran guru-guru PSKn, tentu akan meningkatan pula kompetensi
profesional guru SD di Gugus 01 Kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo. Yang
paling penting adalah mereka mampu meningkatkan kualitas pembelajaran
PSKn dalam arti mampu melaksanakan model pembelajaran kolaboratif berbasis
asesmen otentik di sekolah.
Adapun saran yang diberikan peserta adalah: 1) Hendaknya kegiatan
semacam ini perlu tindaklanjuti untuk masa yang akan datang dengan persiapan
dan agenda yang lebih matang, 2) Untuk mendapatkan hasil yang maksimal
maka perlu adanya kerja sama dengan Tim PpM Unesa, dan 3) Diharapkan tim
PpM Unesa tidak keberatan untuk membantu dalam melakukan
pembinaan/pelatihan di Gugus 01 Kecamatan Waru Kabuaten Sidoarjo,
khususnya materi model-model pembelajaran yang lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
*) Kepala SDN Medaeng I, Waru Sidoarjo
Akbar, (2003). Pengembangan Model-model Pembelajaran Terpadu untuk PSKn
SD, Laporan Penelitian Tidak dipublikasikan, Malang: Lembaga Penelitian
Universitas Negeri Malang.
Fatimah, (2007). Holistis Membangun Pendidikan Dasar Secara Utuh dengan
Manajemen Berbasis Sekolah, Malang : Bayumedia Publishing.
Ibrahim, Muslimin, dkk., (2000). Pembelajaran Kooperatif, Surabaya: Unesa
University Press.
Pusat
Pengembangan Kurikulum
Kompetensi, Jakarta: Diknas.
Nasional,
(2003).
Kurikulum
Berbasis
Rahayu, S. dkk., (2002). Penggunaan Metode Pembelajaran Kooperatif Untuk
Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Kimia Dasar I Pada Mahasiswa TPB
FMIPA Universitas Negeri Malang, Malang: Lembaga Penelitian
Universitas Negeri Malang.
Trianto, (2007). Model-Model Pembelajaran Inovatif, Jakarta : Prestasi Pustaka
Publisher.
*) Kepala SDN Medaeng I, Waru Sidoarjo
Download