bblr - Universitas Syiah Kuala

advertisement
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN BERAT BADAN
LAHIR RENDAH (BBLR) DI BANDA ACEH
FACTORS INFLUENCING THE OCCURRENCE OF LOW BIRTH WEIGHT
IN BANDA ACEH
Cut Ira Alfianti1; Darmawati2
1
Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Syiah Kuala Banda Aceh
2
Bagian Keilmuan Keperawatan Maternitas Fakultas Keperawatan Universitas Syiah Kuala Banda Aceh
email: [email protected]; [email protected]
ABSTRAK
Masalah bayi berat badan lahir rendah (BBLR) saat ini masih menjadi penyebab utama mordibitas dan
mortalitas perinatal. BBLR disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya faktor ibu, faktor janin, dan faktor
lingkungan. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi BBLR khususnya
ditinjau dari usia ibu, jarak kelahiran, perdarahan antepartum, preeklamsia, trauma fisik, keadaan sosial
ekonomi, merokok, kehamilan ganda, hidramnion, dan faktor lingkungan. Jenis penelitian deskriptif dengan
desain retrospectif study dengan teknik pengumpulan data total sampling. Pengumpulan data dilakukan pada
tanggal 29 sampai 31 Juli 2016 terhadap 35 responden yang memiliki bayi BBLR di Ruang NICU RSUDZA.
Alat ukur yang digunakan adalah kuesioner dengan teknik wawancara terpimpin. Hasil penelitian
menunjukkan usia ibu berada pada kategori baik sebanyak 30 orang (85,7%), jarak kelahiran pada kategori
tidak baik sebanyak 21 orang (60%), keadaan sosial ekonomi pada kategori tinggi sebanyak 26 orang
(74,3%), sebanyak 24 orang (68,6%) tidak mengalami perdarahan antepartum, 24 orang (68,6%) mengalami
preeklamsia, 23 orang (65,7%) tidak mengalami trauma fisik, 19 orang (54,3%) terpapar asap rokok, 32
orang (91,4%) tidak mengalami kehamilan ganda, 25 orang (71,4%) tidak mengalami hidramnion, 22 orang
(62,9%) berada pada lingkungan yang tidak baik. Disarankan kepada ibu supaya dapat melakukan
pemeriksaan kehamilan minimal 4 kali selama kehamilan, dapat merencanakan kehamilan dengan jarak
kelahiran ≥ 2 tahun untuk kelahiran berikutnya dan hamil dalam waktu reproduksi sehat (20-35 tahun) serta
tidak berada disekitar orang yang merokok agar tidak terpapar dengan asap rokok.
Kata Kunci : faktor yang mempengaruhi, BBLR
ABSTRACT
The problem of low birth weight still becomes the main cause of perinatal morbidity and mortality nowadays.
It is caused by several factors, including the factor mother,embryo, and environment. The objective of this
research was to find out the factors influencing the low birth weight if it is viewed from the age of the
mothers, the birth interval, antepartum hemorrhage, preeclampsia, physical trauma, socio-economic
conditions, exposure to cigarette smoke, multiple pregnancy, hidramnion, and environmental factors. This
research used a descriptive research with retrospective study design. Samples were collected by using total
sampling technique. Data collection was conducted on July 29 – 31, 2016 on 35 respondents with low birth
weight babies in NICU of dr. Zainoel Abidin General Hospital. The instrument used was questioner with
guided interview technique. The result showed that the age of mother was in good category that is 30
respondents (85,7%), the birth interval was in bad category that is 21 respondents (60%), socio-economic
condition was in high category that is 26 respondents (74,3%), 24 respondents (68,6%) did not have
antepartum hemorrhage, 24 respondents (68,6%) had preeclampsia, 23 respondents (65,7 %) did not had
physical trauma, 19 respondents (54,3%) had exposure to cigarette smoke, 32 respondents (91,4%) did not
have multiple pregnancy, 25 people (71,4%) did not have hidramnion, 22 people (62,9%) lived in poor
environment. It is suggested that the mothers check their pregnancy at least 4 times during pregnancy, make
birth intervalplanning at least 2 years to the next birth, and arrange pregnancy within healthy reproductive
ages (20 -35 years old), not be around smoking people to avoid the exposure to cigarette smoke.
Keywords : factors influencing, low birth weight
1
PENDAHULUAN
Berdasarkan hasil Survei Demografi dan
Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012,
angka Kematian Neonatus (AKN) pada tahun
2012 sebesar 19 per 1.000 kelahiran hidup.
Millenium Development Goals (MDGs)
menargetkan angka kematian bayi menurun
menjadi 14 per 1.000 KH pada tahun 2015
(Profil Kesehatan Indonesia, 2013).
Penyebab tidak langsung kematian
neonatal yang paling penting adalah BBLR
yang berhubungan dengan lahir prematur dan
IUGR. Di seluruh dunia, hampir sepertiga
kematian neonatal berhubungan langsung
dengan kelahiran prematur. Dari 16% bayi
lahir BBLR, sekitar 60 – 80% mengalami
kematian pada periode neonatal (Simbolon,
2006).
Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)
merupakan salah satu penyebab utama
mortalitas pada bayi. Hasil Riskesdas 2007
menunjukkan bahwa 78,5% dari kematian
neonatal terjadi pada umur 0-6 hari.
Komplikasi yang menjadi penyebab kematian
terbanyak adalah afiksia, BBLR dan infeksi
(Profil Kesehatan Indonesia, 2013).
Faktor-faktor yang dapat menyebabkan
BBLR yaitu usia ibu, paritas, ras, jarak
kelahiran terlalu dekat, BBLR pada anak
sebelumnya dan penyakit akut dan kronik yang
dialami ibu. Kebiasaan buruk ibu yang
dilakukan selama masa kehamilan seperti,
merokok dan minum alkohol juga dapat
menyebabkan kehamilan. Faktor lain yang
mempengaruhi BBLR adalah preeklamsia,
kehamilan ganda, infeksi bawaan pada janin
dan kelainan kromosom (Sukarni, 2014).
Berdasarkan hasil Riskesdas tahun 2013,
prevalensi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)
di Indonesia 10,2 % pada tahun 2013. Angka
ini masih jauh dari angka pada tujuan indikator
rencana Kementrian Kesehatan 2015-2019
yaitu maksimal 8%. Persentase angka BBLR
tertinggi terdapat di Sulawesi Tengah dengan
jumlah 16,8 % dan yang terendah di Sumatra
Utara, yaitu sebesar 7,2 %. Sedangkan di
Aceh, persentase BBLR sebanyak 8,6%
(Riskesdas, 2013).
Tujuan penelitian ini secara umum untuk
mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi
kejadian Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) di
Rumah Sakit Umum dr. Zainoel Abidin Banda
Aceh. Secara khusus untuk mengetahui
gambaran faktor yang mempengaruhi kejadian
BBLR ditinjau dari faktor usia ibu, jarak
kelahiran, perdarahan antepartum, preeklamsia,
trauma fisik, keadaan sosial ekonomi,
merokok, kehamilan ganda, hidramnion dan
faktor lingkungan di RSUDZA Banda Aceh.
METODE
Metode penelitian yang digunakan
dalam penelitian ini adaah deskriptif dengan
desain
retrospective
study.
Tehnik
pengumpulan
data
adalah
wawancara
terpimpin. Penelitian ini dilakukan sejak
tanggal 29 s/d 31 Juli 2016. Penelitian ini
dilakukan di RSUDZA Banda Aceh. Alat
pengumpulan data yaitu kuesioner. Metode
pengambilan sampel yang digunakan adalah
total sampling dengan jumlah 35 orang, yaitu
ibu yang pernah melahirkan bayi BBLR yang
bertempat tinggal di sekitar Banda Aceh dan
Aceh Besar dengan radius 20 km dari pusat
kota Banda Aceh. Uji statistik data yang
digunakan adalah analisa univariat.
HASIL
Responden dalam penelitian ini adalah
ibu yang melahirkan bayi BBLR di RSUDZA
Banda Aceh. Berdasarkan hasil penelitian
didapatkan
bahwa
mayoritas
tingkat
pendidikan ibu berada pada kategori tinggi
yaitu sebanyak 20 responden (57,1%). Ditinjau
dari pekerjaan, lebih banyak yang tidak bekerja
yaitu sebanyak 18 responden (51,4%). Ditinjau
dari tipe gravidarum, mayoritas berada pada
kategori multigravida yaitu sebanyak 30
2
responden (85,7%). Ditinjau dari tipe paritas,
mayoritas berada pada kategori multipara yaitu
sebanyak 26 responden (874,3%).
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Data Demografi
Responden di RSUDZA Banda Aceh (n=35)
Data
f
%
Pendidikan
a. Rendah
7
20,0
b. Menengah
8
22,9
c. Tinggi
20
571
Pekerjaan
a. Bekerja
18
51,4
b. Tidak bekerja
17
48,6
Gravidarum
a. Primigravida
5
14,3
b. Multigravida
30
85,7
Paritas
a. Primipara
5
14,3
b. Multipara
26
74,3
c. Grandemultipara
4
11,4
Berdasarkan hasil pengumpulan data
yang dilakukan pada ibu yang melahirkan bayi
BBLR di RSUDZA Banda Aceh tentang
faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian
BBLR.
Tabel 2. Gambaran Distribusi Frekuensi Faktor
yang Mempengaruhi Kejadian BBLR di
RSUDZA Banda Aceh (n=35)
Variabel
Usia ibu
Jarak kelahiran
Keadaan sosial
ekonomi
Perdarahan
antepartum
Preeklamsia
Trauma fisik
Merokok
Kehamilan
ganda
Kategori
f
%
Baik
Tidak baik
Baik
Tidak baik
Tinggi
Rendah
Ada
Tidak
Ada
Tidak
Ada
Tidak
Ada
Tidak
Ada
Tidak
30
5
14
21
26
9
11
24
24
11
12
23
19
16
3
23
85,7
14,3
40
60
74,3
25,7
31,4
68,6
68,6
31,4
34,3
65,7
54,3
45,7
8,6
91,4
Variabel
Hidramnion
Faktor
lingkungan
Kategori
Ada
Tidak
Baik
Tidak baik
f
10
25
13
22
%
28,6
71,4
37,1
62,9
Pengolahan
variabel
usia
ibu
dikategorikan baik jika berusia 20-35 tahun
dan tidak baik jika berusia <20 tahun dan >35
tahun, jarak kelahiran dikategorikan baik jika
jarak kelahiran ≥2 tahun dan tidak baik jika <2
tahun,
keadaan
sosial
ekonomi
ibu
dikategorikan
rendah
jika
jumlah
penghasilannya
< Rp 2.100.000 dan
dikategorikan tinggi jika ≥ Rp 2.100.000,
perdarahan antepartum diketahui nilai rata-rata
( ̅ ) adalah 4,7 pengkategorian “ada” jika x ≥
4,7 “tidak” jika x < 4,7, preeklamsia diketahui
nilai rata-rata ( ̅ ) adalah 3,0 pengkategorian
“ada” jika x ≥ 3,0 “tidak” jika x < 3,0, trauma
fisik diketahui nilai rata-rata ( ̅ ) adalah 2,4
pengkategorian “ada” jika x ≥ 2,4 “tidak” jika
x < 2,4, merokok diketahui nilai rata-rata ( ̅ )
adalah 4,9 pengkategorian “ada” jika x ≥ 4,9
“tidak” jika x < 4,9, kehamilan ganda
dikatagorikan ada jika hamil lebih dari satu
dan tidak jika hamil tunggal, variabel
hidramnion diketahui nilai rata-rata ( ̅ ) adalah
3,3 pengkategorian “ada” jika x ≥ 3,3 “tidak”
jika x < 3,3, dan faktor lingkungan diketahui
nilai rata-rata ( ̅ ) adalah 4,2 pengkategorian
“baik” jika x < 4,2 “tidak baik” jika x ≥ 4,2.
PEMBAHASAN
Bayi dengan berat badan lahir rendah
adalah bayi dengan berat badan kurang dari
2500 gram. Dahulu, bayi baru lahir yang berat
badan lahir kurang atau sama dengan 2500
gram disebut prematur. Pada tahun 1961,
WHO menyatakan bahwa semua bayi baru
lahir yang berat badannya kurang atau sama
dengan 2500 gram disebut low birth weigth
infant (Berat Badan Lahir Rendah/BBLR),
karena mordibitas dan mortalitas nenonatus
tidak hanya bergantung pada berat badannya
3
tetapi juga pada tingkat kematangannya
(Pantiawati, 2010).
Faktor-faktor
yang
mempengaruhi
kejadian BBLR antara lain usia. Usia ibu untuk
melahirkan bayi di Banda Aceh berada pada
kategori baik. Umur reproduksi yang sehat dan
aman adalah umur 20–35 tahun. Pada
kehamilan diusia kurang dari 20 tahun secara
fisik dan psikis masih kurang, misalnya dalam
perhatian untuk pemenuhan kebutuhan zat-zat
gizi selama kehamilannya. Sedangkan pada
usia lebih dari 35 tahun berkaitan dengan
kemunduran dan penurunan daya tahan tubuh
serta berbagai penyakit yang sering menimpa
diusia dini (Cunningham, 2006).
Faktor Jarak kelahiran adalah jarak
antara persalinan terakhir dengan kehamilan
berikutnya, sebaiknya antara 2 sampai 5 tahun.
Bayi BBLR lebih banyak dilahirkan oleh ibu
dengan jarak kelahiran <2 tahun dengan
kehamilan sebelumnya. Penelitian ini sejalan
dengan penelitian yang dilakukan oleh
Sistiarani (2008) yang menunjukkan 18 dari 23
bayi BBLR dilahirkan oleh ibu dengan jarak
kelahiran <2 tahun dengan kehamilan
sebelumnya. Jarak kehamilan merupakan
faktor resiko ibu sebelum hamil yang
mempengaruhi kejadian BBLR. Semakin kecil
jarak antara dua kelahiran semakin besar resiko
melahirkan BBLR (Kusnadi, 2005).
Faktor
keadaan
sosial
ekonomi
berpengaruh terhadap kejadian BBLR.
Keadaan sosial. Menurut Syafiq (2007), faktor
yang berperan dalam status kesehatan
seseorang adalah tingkat sosial ekonomi,
dalam hal ini adalah daya beli keluarga.
Kemampuan keluarga untuk membeli bahan
makanan antara lain tergantung ada besar
kecilnya pendapatan keluarga, harga maknanan
itu sendiri, serta tingkat pengolahan sumber
daya dan pekarangan. Selain itu, kurangnya
pendapatan keluarga juga berpengaruh
terhadap pemeriksaan kehamilan. Pemeriksaan
kehamilan yang membutuhkan biaya membuat
ibu dengan keadaan sosial ekonomi yang
rendah enggan untuk memeriksa kehamilan ke
pelayanan kesehatan sehingga berdampak
terhadap kesehatan ibu dan bayi. Hasil
penelitian yang dilakukan oleh Tazkiah,
Wahyuni, dan Martini (2012) diperoleh hasil
dari 65 responden, 48 responden memiliki
keadaan sosial ekonomi rendah melahirkan 36
bayi dengan BBLR.
Faktor
perdarahan
antepartum
merupakan hal yang dapat membahayakan
janin. Perdarahan berat yang terjadi pada usia
kehamilan yang masih muda mungkin menjadi
tanda-tanda terjadinya abortus, sedangkan
perdarahan yag terjadi pada usia kehamilan tua
dapat menyebabkan bayi lahir prematur. Hasil
penelitian yang dilakukan oleh Rahmi, Arsyad,
dan Rismayanti (2013) diperoleh hasil bahwa
dari 101 responden, 2 diantaranya mengalami
perdarahan
antepartum
dan
keduanya
melahirkan bayi dengan BBLR.
Dari segi kejadian preeklamsia, bayi
BBLR lebih banyak dilahirkan oleh ibu yang
mengalami preeklamsia selama masa hamil.
Pada ibu preeklamsia terjadinya kegagalan
pembentukan plasenta sehingga menyebabkan
aliran oksigen dan nutrusi dari ibu ke janin
menjadi tidak adekuat. Hal ini menyebabkan
terhambatnya nutrisi ke janin sehingga ibu
dengan preeklamsia melahirkan bayi BBLR.
Penelitian yang dilakukan oleh Tintyarza
(2013) didapatkan hasil bahwa bayi BBLR
lebih banyak dilahirkan oleh ibu dengan
preeklamsia dari pada ibu yang tidak
mengalami preeklamsia.
Trauma
fisik
merupakan
faktor
selanjutnya
yang
dapat
menyebabkan
kehamilan. Trauma pada kehamilan menjadi
komplikasi kira-kira 1 dalam 12 kehamilan.
Penyabab kematian paling sering bagi janin
dalam trauma besar adalah kematian ibunya,
jadi usaha menstabilkan keadaan ibu harus
lebih didahulukan (Sukarni, 2014). Trauma
dapat menyebabkan bahaya bagi ibu dan janin
4
seperti terjadinya keguguran dan bayi lahir
prematur.
Merokok meruakan hal yang berbahaya
bagi janin. Bahaya yang ditimbulkan seperti
BBLR,
kecacatan,
keguguran,
bahkan
meninggal saat melahirkan akibat kandungan
dari rokok yaitu nikotin dan karbondioksida
yang menimbulkan kontraksi pada pembuluh
darah, akibatnya aliran darah dari janin melalui
tali pusar janin akan berkurang sehingga
mengurangi kemampuan distribusi nutrisi yang
dibutuhkan oleh janin (Suririnah, 2009).
Penelitian yang dilakukan oleh Rahmi, Arsyad,
Rismayanti (2013) diperoleh hasil bahwa ibu
yang merokok atau terpapar asap rokok lebih
banyak melahirkan bayi BBLR daripada ibu
yang tidak terpapar asap rokok.
Faktor kehamilan ganda atau gestasi
multijanin lebih besar kemungkinannya
menyebabkan BBLR dari pada kehamilan
janin tunggal. Pada trimester ketiga, massa
janin yang lebih besar menyebabkan akselerasi
pemtangan plasenta dan insifiensi plasenta
relatif. Pada kehamilan dizigot, perbedaan
yang sangat mencolok biasanya terjadi karena
plasentasi yang tidak seimbang, dengan satu
tempat plasenta mendapat perfusi yag banyak
dari palsenta lainnya (Cunningham, 2012,
p.916). Hasil penelitian yang dilakukan oleh
Makbruri (2015) didapatkan hasil dari 26
persalinan dari kehamilan multijanin, 16
melahirkan bayi BBLR, 1 BBLSR, dan 9
normal. Pada kehamilan ganda suplai darah ke
janin harus terbagi dan atau lebih untuk
masing-masing janin sehingga suplai nutrisi ke
janin menjadi berkurang.
Hidramnion
berpengaruh
terhadap
kejadian BBLR karena beresiko tinggi terjadi
ketuban pecah dini sehingga kemungkinan
bayi lahir prematur menjadi lebih besar. Faktor
Hidramnion dihubungkan dengan penyakit
pada ibu, seperti diabetes dan anemia. Selain
itu juga dihubungkan dengan anomali
kongenital pada sistem saraf pusat (anesefalus)
dan
sistem
gastrointestinal
(fistula
trakeoesofagus, sumbatan pada saluran
gastrointestinal atas), makrosomnia idiopatik,
hidrofetalis, dan aneuploidi. Peningkatan
volume cairan amnion dapat menyebabkan
persalinan preterm, pecah ketuban dini, prolaps
tali pusat, dan kematian perinatal (Reeder,
2011, p.531).
Faktor lingkungan berdampak terhadap
kelahiran BBLR. polusi dari lingkungan
berdampak terhadap kesehatan ibu dan janin.
Beberapa zat racun berbahaya yang terdapat
dilingkungan merupakan teratogen yang dapat
membahayakan caon embrio dan kelahiran
cacat. Calon ibu yang terpapar zat-zat kimia
berbahaya, radiasi, polusi, dan limbah beracun
termasuk logam, merkuri, atau karbon
monoksida dapat menyebabkan cacat visual,
mental, dan lainnya. Sedangkan jika calon
ayah dari bayi yang terpapar dapat
menyebabkan sperma abnormal sehingga dapat
mengakibatkan
keguguran,
kelainan
kromosom, dan kanker pada anak (Johnson,
2010, p.70).
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian tentang
faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian
BBLR di RSUDZA Banda Aceh dapat
disimpulkan bahwa mayoritas ibu berada pada
usia hamil yang baik, mayoritas ibu berada
pada jarak kelahiran tidak baik, mayoritas ibu
berada pada keadaan sosial ekonomi tinggi,
mayoritas ibu tidak mengalami perdarahan
antepartum, trauma fisik, kehamilan ganda dan
hidramnion, mayoritas ibu mengalami
preeklamsia, terpapar asap rokok, dan berada
pada lingkungan yang tidak baik.
Bagi pendidikan diharapkan penelitian
ini dapat menjadi tambahan pengetahuan
tentang faktor-faktor yang mempengaruhi
kejadian BBLR.
Bagi tenaga kesehatan dapat digunakan
sebagai sumber informasi tentang faktor-faktor
5
yang mempengaruhi kejadian BBLR sehingga
dapat mensosialisasikan faktor-faktor yang
mempengaruhi BBLR sebagai bentuk upaya
untuk meminimalisir kejadian BBLR.
Penelitian ini dapat digunakan sebagai
data dasar atau bahan pertimbangan terhadap
penelitian selanjutnya yang akan dilakukan
mengenai faktor-faktor lain yang dapat
mempengaruhi BBLR seperti diabetes
mellitus, nefritis, dan kelainan kromosom.
REFERENSI
Cunningham., Leveno., Bloom., Hauth.,
Rouse., & Spong. (2012). Obstetri
williams. Jakarta: EGC.
Departemen Kesehatan RI. (2013). Profil
Kesehatan Indonesia 2013. Diakses
pada tanggal 27 Oktober 2015.
www.depkes.go.id
Johnson, J. (2010). Keperawatan maternitas.
Yogyakarta: Rapha Publishing.
Kementrian Kesehatan RI (2013). Riset
kesehatan dasar (Riskesdas) 2013.
Jakarta. Diakses pada tanggal 27
Oktober 2015.
Makbruri. (2015). Faktor resiko yang
mempengaruhi berat badan lahir
rendah dan sangat rendah di
Kecamatan Seberang Ulu II Kota
Palembang Periode 1 Januari-31
Desember 2008. Jurnal Gardien. Vol.
11. No. 1. Diakses pada tanggal 25 Juli
2016.
Rahmi., Arsyad, D. S., & Rismayanti. (2013).
Faktor-faktor
yang
berhubungan
dengan kejadian berat badan lahir
rendah di RSIA Pertiwi Makassar.
Diakses pada tanggal 25 Juli 2016.
Reeder, S., J. (2011). Keperawatan maternitas:
Kesehatan wanita, bayi, & keluarga.
Jakarta: EGC.
Simbolon, D. (2006). Kelangsungan hidup
bayi Di Perkotaan dan Pedesaan
Indonesia. Kesma, Jurnal Kesehatan
Masyarakat Nasional Vol. 1 No. 1.
Diakses pada tanggal 12 April 2016.
Sistiarani, C. (2008). Faktor maternal dan
kualitas pelayanan antenatal yang
beresiko terhadap kejadian berat
badan lahir rendah (BBLR): Studi
pada ibu yang periksa kehamilan ke
tenaga kesehatan dan melahirkaan di
RSUDbanyuman
tahun
2008).
Semarang: UNDIP. Diakses pada
tanggal 25 Juli 2016.
Sukarni, I., & Sudarti. (2014). Patologi:
Kehamilan, nifas, dan neonatus resikot
inggi. Yogyakarta: Nuha Medika.
Suririnah, T. (2009). Asuhan kehamilan untuk
kebidanan.Jakarta: Salemba Medika.
Syafiq.
(2007).
Gizi
dan
kesehatan
masyarakat.
Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Indonesia.
Tazkiah, M., Wahyuni, C. U., & Martini, S.
(2012). Determinan epidemiologi
kejadian BBLR pada daerah endemis
malaria di Kabupaten Banjar Provinsi
Kalimantann Selatan. Jurnal Berkala
Epidemiologi. Vol. 1 No. 2. Diakses
pada tanggal 25 Juli 2016.
Tintyanrza, A. G. (2013). Hubungan
preeklamsia/eklamsia dengan kejadian
berat badan lahir rendah pada bayi di
RSUD R.A Kartini Jepara. Diakses
pada tanggal 25 Juli 2016.
6
Download