FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR) DI BANDA ACEH FACTORS INFLUENCING THE OCCURRENCE OF LOW BIRTH WEIGHT IN BANDA ACEH Cut Ira Alfianti1; Darmawati2 1 Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Syiah Kuala Banda Aceh 2 Bagian Keilmuan Keperawatan Maternitas Fakultas Keperawatan Universitas Syiah Kuala Banda Aceh email: [email protected]; [email protected] ABSTRAK Masalah bayi berat badan lahir rendah (BBLR) saat ini masih menjadi penyebab utama mordibitas dan mortalitas perinatal. BBLR disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya faktor ibu, faktor janin, dan faktor lingkungan. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi BBLR khususnya ditinjau dari usia ibu, jarak kelahiran, perdarahan antepartum, preeklamsia, trauma fisik, keadaan sosial ekonomi, merokok, kehamilan ganda, hidramnion, dan faktor lingkungan. Jenis penelitian deskriptif dengan desain retrospectif study dengan teknik pengumpulan data total sampling. Pengumpulan data dilakukan pada tanggal 29 sampai 31 Juli 2016 terhadap 35 responden yang memiliki bayi BBLR di Ruang NICU RSUDZA. Alat ukur yang digunakan adalah kuesioner dengan teknik wawancara terpimpin. Hasil penelitian menunjukkan usia ibu berada pada kategori baik sebanyak 30 orang (85,7%), jarak kelahiran pada kategori tidak baik sebanyak 21 orang (60%), keadaan sosial ekonomi pada kategori tinggi sebanyak 26 orang (74,3%), sebanyak 24 orang (68,6%) tidak mengalami perdarahan antepartum, 24 orang (68,6%) mengalami preeklamsia, 23 orang (65,7%) tidak mengalami trauma fisik, 19 orang (54,3%) terpapar asap rokok, 32 orang (91,4%) tidak mengalami kehamilan ganda, 25 orang (71,4%) tidak mengalami hidramnion, 22 orang (62,9%) berada pada lingkungan yang tidak baik. Disarankan kepada ibu supaya dapat melakukan pemeriksaan kehamilan minimal 4 kali selama kehamilan, dapat merencanakan kehamilan dengan jarak kelahiran ≥ 2 tahun untuk kelahiran berikutnya dan hamil dalam waktu reproduksi sehat (20-35 tahun) serta tidak berada disekitar orang yang merokok agar tidak terpapar dengan asap rokok. Kata Kunci : faktor yang mempengaruhi, BBLR ABSTRACT The problem of low birth weight still becomes the main cause of perinatal morbidity and mortality nowadays. It is caused by several factors, including the factor mother,embryo, and environment. The objective of this research was to find out the factors influencing the low birth weight if it is viewed from the age of the mothers, the birth interval, antepartum hemorrhage, preeclampsia, physical trauma, socio-economic conditions, exposure to cigarette smoke, multiple pregnancy, hidramnion, and environmental factors. This research used a descriptive research with retrospective study design. Samples were collected by using total sampling technique. Data collection was conducted on July 29 – 31, 2016 on 35 respondents with low birth weight babies in NICU of dr. Zainoel Abidin General Hospital. The instrument used was questioner with guided interview technique. The result showed that the age of mother was in good category that is 30 respondents (85,7%), the birth interval was in bad category that is 21 respondents (60%), socio-economic condition was in high category that is 26 respondents (74,3%), 24 respondents (68,6%) did not have antepartum hemorrhage, 24 respondents (68,6%) had preeclampsia, 23 respondents (65,7 %) did not had physical trauma, 19 respondents (54,3%) had exposure to cigarette smoke, 32 respondents (91,4%) did not have multiple pregnancy, 25 people (71,4%) did not have hidramnion, 22 people (62,9%) lived in poor environment. It is suggested that the mothers check their pregnancy at least 4 times during pregnancy, make birth intervalplanning at least 2 years to the next birth, and arrange pregnancy within healthy reproductive ages (20 -35 years old), not be around smoking people to avoid the exposure to cigarette smoke. Keywords : factors influencing, low birth weight 1 PENDAHULUAN Berdasarkan hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012, angka Kematian Neonatus (AKN) pada tahun 2012 sebesar 19 per 1.000 kelahiran hidup. Millenium Development Goals (MDGs) menargetkan angka kematian bayi menurun menjadi 14 per 1.000 KH pada tahun 2015 (Profil Kesehatan Indonesia, 2013). Penyebab tidak langsung kematian neonatal yang paling penting adalah BBLR yang berhubungan dengan lahir prematur dan IUGR. Di seluruh dunia, hampir sepertiga kematian neonatal berhubungan langsung dengan kelahiran prematur. Dari 16% bayi lahir BBLR, sekitar 60 – 80% mengalami kematian pada periode neonatal (Simbolon, 2006). Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) merupakan salah satu penyebab utama mortalitas pada bayi. Hasil Riskesdas 2007 menunjukkan bahwa 78,5% dari kematian neonatal terjadi pada umur 0-6 hari. Komplikasi yang menjadi penyebab kematian terbanyak adalah afiksia, BBLR dan infeksi (Profil Kesehatan Indonesia, 2013). Faktor-faktor yang dapat menyebabkan BBLR yaitu usia ibu, paritas, ras, jarak kelahiran terlalu dekat, BBLR pada anak sebelumnya dan penyakit akut dan kronik yang dialami ibu. Kebiasaan buruk ibu yang dilakukan selama masa kehamilan seperti, merokok dan minum alkohol juga dapat menyebabkan kehamilan. Faktor lain yang mempengaruhi BBLR adalah preeklamsia, kehamilan ganda, infeksi bawaan pada janin dan kelainan kromosom (Sukarni, 2014). Berdasarkan hasil Riskesdas tahun 2013, prevalensi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) di Indonesia 10,2 % pada tahun 2013. Angka ini masih jauh dari angka pada tujuan indikator rencana Kementrian Kesehatan 2015-2019 yaitu maksimal 8%. Persentase angka BBLR tertinggi terdapat di Sulawesi Tengah dengan jumlah 16,8 % dan yang terendah di Sumatra Utara, yaitu sebesar 7,2 %. Sedangkan di Aceh, persentase BBLR sebanyak 8,6% (Riskesdas, 2013). Tujuan penelitian ini secara umum untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) di Rumah Sakit Umum dr. Zainoel Abidin Banda Aceh. Secara khusus untuk mengetahui gambaran faktor yang mempengaruhi kejadian BBLR ditinjau dari faktor usia ibu, jarak kelahiran, perdarahan antepartum, preeklamsia, trauma fisik, keadaan sosial ekonomi, merokok, kehamilan ganda, hidramnion dan faktor lingkungan di RSUDZA Banda Aceh. METODE Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adaah deskriptif dengan desain retrospective study. Tehnik pengumpulan data adalah wawancara terpimpin. Penelitian ini dilakukan sejak tanggal 29 s/d 31 Juli 2016. Penelitian ini dilakukan di RSUDZA Banda Aceh. Alat pengumpulan data yaitu kuesioner. Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah total sampling dengan jumlah 35 orang, yaitu ibu yang pernah melahirkan bayi BBLR yang bertempat tinggal di sekitar Banda Aceh dan Aceh Besar dengan radius 20 km dari pusat kota Banda Aceh. Uji statistik data yang digunakan adalah analisa univariat. HASIL Responden dalam penelitian ini adalah ibu yang melahirkan bayi BBLR di RSUDZA Banda Aceh. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa mayoritas tingkat pendidikan ibu berada pada kategori tinggi yaitu sebanyak 20 responden (57,1%). Ditinjau dari pekerjaan, lebih banyak yang tidak bekerja yaitu sebanyak 18 responden (51,4%). Ditinjau dari tipe gravidarum, mayoritas berada pada kategori multigravida yaitu sebanyak 30 2 responden (85,7%). Ditinjau dari tipe paritas, mayoritas berada pada kategori multipara yaitu sebanyak 26 responden (874,3%). Tabel 1. Distribusi Frekuensi Data Demografi Responden di RSUDZA Banda Aceh (n=35) Data f % Pendidikan a. Rendah 7 20,0 b. Menengah 8 22,9 c. Tinggi 20 571 Pekerjaan a. Bekerja 18 51,4 b. Tidak bekerja 17 48,6 Gravidarum a. Primigravida 5 14,3 b. Multigravida 30 85,7 Paritas a. Primipara 5 14,3 b. Multipara 26 74,3 c. Grandemultipara 4 11,4 Berdasarkan hasil pengumpulan data yang dilakukan pada ibu yang melahirkan bayi BBLR di RSUDZA Banda Aceh tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian BBLR. Tabel 2. Gambaran Distribusi Frekuensi Faktor yang Mempengaruhi Kejadian BBLR di RSUDZA Banda Aceh (n=35) Variabel Usia ibu Jarak kelahiran Keadaan sosial ekonomi Perdarahan antepartum Preeklamsia Trauma fisik Merokok Kehamilan ganda Kategori f % Baik Tidak baik Baik Tidak baik Tinggi Rendah Ada Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada Tidak 30 5 14 21 26 9 11 24 24 11 12 23 19 16 3 23 85,7 14,3 40 60 74,3 25,7 31,4 68,6 68,6 31,4 34,3 65,7 54,3 45,7 8,6 91,4 Variabel Hidramnion Faktor lingkungan Kategori Ada Tidak Baik Tidak baik f 10 25 13 22 % 28,6 71,4 37,1 62,9 Pengolahan variabel usia ibu dikategorikan baik jika berusia 20-35 tahun dan tidak baik jika berusia <20 tahun dan >35 tahun, jarak kelahiran dikategorikan baik jika jarak kelahiran ≥2 tahun dan tidak baik jika <2 tahun, keadaan sosial ekonomi ibu dikategorikan rendah jika jumlah penghasilannya < Rp 2.100.000 dan dikategorikan tinggi jika ≥ Rp 2.100.000, perdarahan antepartum diketahui nilai rata-rata ( ̅ ) adalah 4,7 pengkategorian “ada” jika x ≥ 4,7 “tidak” jika x < 4,7, preeklamsia diketahui nilai rata-rata ( ̅ ) adalah 3,0 pengkategorian “ada” jika x ≥ 3,0 “tidak” jika x < 3,0, trauma fisik diketahui nilai rata-rata ( ̅ ) adalah 2,4 pengkategorian “ada” jika x ≥ 2,4 “tidak” jika x < 2,4, merokok diketahui nilai rata-rata ( ̅ ) adalah 4,9 pengkategorian “ada” jika x ≥ 4,9 “tidak” jika x < 4,9, kehamilan ganda dikatagorikan ada jika hamil lebih dari satu dan tidak jika hamil tunggal, variabel hidramnion diketahui nilai rata-rata ( ̅ ) adalah 3,3 pengkategorian “ada” jika x ≥ 3,3 “tidak” jika x < 3,3, dan faktor lingkungan diketahui nilai rata-rata ( ̅ ) adalah 4,2 pengkategorian “baik” jika x < 4,2 “tidak baik” jika x ≥ 4,2. PEMBAHASAN Bayi dengan berat badan lahir rendah adalah bayi dengan berat badan kurang dari 2500 gram. Dahulu, bayi baru lahir yang berat badan lahir kurang atau sama dengan 2500 gram disebut prematur. Pada tahun 1961, WHO menyatakan bahwa semua bayi baru lahir yang berat badannya kurang atau sama dengan 2500 gram disebut low birth weigth infant (Berat Badan Lahir Rendah/BBLR), karena mordibitas dan mortalitas nenonatus tidak hanya bergantung pada berat badannya 3 tetapi juga pada tingkat kematangannya (Pantiawati, 2010). Faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian BBLR antara lain usia. Usia ibu untuk melahirkan bayi di Banda Aceh berada pada kategori baik. Umur reproduksi yang sehat dan aman adalah umur 20–35 tahun. Pada kehamilan diusia kurang dari 20 tahun secara fisik dan psikis masih kurang, misalnya dalam perhatian untuk pemenuhan kebutuhan zat-zat gizi selama kehamilannya. Sedangkan pada usia lebih dari 35 tahun berkaitan dengan kemunduran dan penurunan daya tahan tubuh serta berbagai penyakit yang sering menimpa diusia dini (Cunningham, 2006). Faktor Jarak kelahiran adalah jarak antara persalinan terakhir dengan kehamilan berikutnya, sebaiknya antara 2 sampai 5 tahun. Bayi BBLR lebih banyak dilahirkan oleh ibu dengan jarak kelahiran <2 tahun dengan kehamilan sebelumnya. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sistiarani (2008) yang menunjukkan 18 dari 23 bayi BBLR dilahirkan oleh ibu dengan jarak kelahiran <2 tahun dengan kehamilan sebelumnya. Jarak kehamilan merupakan faktor resiko ibu sebelum hamil yang mempengaruhi kejadian BBLR. Semakin kecil jarak antara dua kelahiran semakin besar resiko melahirkan BBLR (Kusnadi, 2005). Faktor keadaan sosial ekonomi berpengaruh terhadap kejadian BBLR. Keadaan sosial. Menurut Syafiq (2007), faktor yang berperan dalam status kesehatan seseorang adalah tingkat sosial ekonomi, dalam hal ini adalah daya beli keluarga. Kemampuan keluarga untuk membeli bahan makanan antara lain tergantung ada besar kecilnya pendapatan keluarga, harga maknanan itu sendiri, serta tingkat pengolahan sumber daya dan pekarangan. Selain itu, kurangnya pendapatan keluarga juga berpengaruh terhadap pemeriksaan kehamilan. Pemeriksaan kehamilan yang membutuhkan biaya membuat ibu dengan keadaan sosial ekonomi yang rendah enggan untuk memeriksa kehamilan ke pelayanan kesehatan sehingga berdampak terhadap kesehatan ibu dan bayi. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Tazkiah, Wahyuni, dan Martini (2012) diperoleh hasil dari 65 responden, 48 responden memiliki keadaan sosial ekonomi rendah melahirkan 36 bayi dengan BBLR. Faktor perdarahan antepartum merupakan hal yang dapat membahayakan janin. Perdarahan berat yang terjadi pada usia kehamilan yang masih muda mungkin menjadi tanda-tanda terjadinya abortus, sedangkan perdarahan yag terjadi pada usia kehamilan tua dapat menyebabkan bayi lahir prematur. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Rahmi, Arsyad, dan Rismayanti (2013) diperoleh hasil bahwa dari 101 responden, 2 diantaranya mengalami perdarahan antepartum dan keduanya melahirkan bayi dengan BBLR. Dari segi kejadian preeklamsia, bayi BBLR lebih banyak dilahirkan oleh ibu yang mengalami preeklamsia selama masa hamil. Pada ibu preeklamsia terjadinya kegagalan pembentukan plasenta sehingga menyebabkan aliran oksigen dan nutrusi dari ibu ke janin menjadi tidak adekuat. Hal ini menyebabkan terhambatnya nutrisi ke janin sehingga ibu dengan preeklamsia melahirkan bayi BBLR. Penelitian yang dilakukan oleh Tintyarza (2013) didapatkan hasil bahwa bayi BBLR lebih banyak dilahirkan oleh ibu dengan preeklamsia dari pada ibu yang tidak mengalami preeklamsia. Trauma fisik merupakan faktor selanjutnya yang dapat menyebabkan kehamilan. Trauma pada kehamilan menjadi komplikasi kira-kira 1 dalam 12 kehamilan. Penyabab kematian paling sering bagi janin dalam trauma besar adalah kematian ibunya, jadi usaha menstabilkan keadaan ibu harus lebih didahulukan (Sukarni, 2014). Trauma dapat menyebabkan bahaya bagi ibu dan janin 4 seperti terjadinya keguguran dan bayi lahir prematur. Merokok meruakan hal yang berbahaya bagi janin. Bahaya yang ditimbulkan seperti BBLR, kecacatan, keguguran, bahkan meninggal saat melahirkan akibat kandungan dari rokok yaitu nikotin dan karbondioksida yang menimbulkan kontraksi pada pembuluh darah, akibatnya aliran darah dari janin melalui tali pusar janin akan berkurang sehingga mengurangi kemampuan distribusi nutrisi yang dibutuhkan oleh janin (Suririnah, 2009). Penelitian yang dilakukan oleh Rahmi, Arsyad, Rismayanti (2013) diperoleh hasil bahwa ibu yang merokok atau terpapar asap rokok lebih banyak melahirkan bayi BBLR daripada ibu yang tidak terpapar asap rokok. Faktor kehamilan ganda atau gestasi multijanin lebih besar kemungkinannya menyebabkan BBLR dari pada kehamilan janin tunggal. Pada trimester ketiga, massa janin yang lebih besar menyebabkan akselerasi pemtangan plasenta dan insifiensi plasenta relatif. Pada kehamilan dizigot, perbedaan yang sangat mencolok biasanya terjadi karena plasentasi yang tidak seimbang, dengan satu tempat plasenta mendapat perfusi yag banyak dari palsenta lainnya (Cunningham, 2012, p.916). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Makbruri (2015) didapatkan hasil dari 26 persalinan dari kehamilan multijanin, 16 melahirkan bayi BBLR, 1 BBLSR, dan 9 normal. Pada kehamilan ganda suplai darah ke janin harus terbagi dan atau lebih untuk masing-masing janin sehingga suplai nutrisi ke janin menjadi berkurang. Hidramnion berpengaruh terhadap kejadian BBLR karena beresiko tinggi terjadi ketuban pecah dini sehingga kemungkinan bayi lahir prematur menjadi lebih besar. Faktor Hidramnion dihubungkan dengan penyakit pada ibu, seperti diabetes dan anemia. Selain itu juga dihubungkan dengan anomali kongenital pada sistem saraf pusat (anesefalus) dan sistem gastrointestinal (fistula trakeoesofagus, sumbatan pada saluran gastrointestinal atas), makrosomnia idiopatik, hidrofetalis, dan aneuploidi. Peningkatan volume cairan amnion dapat menyebabkan persalinan preterm, pecah ketuban dini, prolaps tali pusat, dan kematian perinatal (Reeder, 2011, p.531). Faktor lingkungan berdampak terhadap kelahiran BBLR. polusi dari lingkungan berdampak terhadap kesehatan ibu dan janin. Beberapa zat racun berbahaya yang terdapat dilingkungan merupakan teratogen yang dapat membahayakan caon embrio dan kelahiran cacat. Calon ibu yang terpapar zat-zat kimia berbahaya, radiasi, polusi, dan limbah beracun termasuk logam, merkuri, atau karbon monoksida dapat menyebabkan cacat visual, mental, dan lainnya. Sedangkan jika calon ayah dari bayi yang terpapar dapat menyebabkan sperma abnormal sehingga dapat mengakibatkan keguguran, kelainan kromosom, dan kanker pada anak (Johnson, 2010, p.70). KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian BBLR di RSUDZA Banda Aceh dapat disimpulkan bahwa mayoritas ibu berada pada usia hamil yang baik, mayoritas ibu berada pada jarak kelahiran tidak baik, mayoritas ibu berada pada keadaan sosial ekonomi tinggi, mayoritas ibu tidak mengalami perdarahan antepartum, trauma fisik, kehamilan ganda dan hidramnion, mayoritas ibu mengalami preeklamsia, terpapar asap rokok, dan berada pada lingkungan yang tidak baik. Bagi pendidikan diharapkan penelitian ini dapat menjadi tambahan pengetahuan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian BBLR. Bagi tenaga kesehatan dapat digunakan sebagai sumber informasi tentang faktor-faktor 5 yang mempengaruhi kejadian BBLR sehingga dapat mensosialisasikan faktor-faktor yang mempengaruhi BBLR sebagai bentuk upaya untuk meminimalisir kejadian BBLR. Penelitian ini dapat digunakan sebagai data dasar atau bahan pertimbangan terhadap penelitian selanjutnya yang akan dilakukan mengenai faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi BBLR seperti diabetes mellitus, nefritis, dan kelainan kromosom. REFERENSI Cunningham., Leveno., Bloom., Hauth., Rouse., & Spong. (2012). Obstetri williams. Jakarta: EGC. Departemen Kesehatan RI. (2013). Profil Kesehatan Indonesia 2013. Diakses pada tanggal 27 Oktober 2015. www.depkes.go.id Johnson, J. (2010). Keperawatan maternitas. Yogyakarta: Rapha Publishing. Kementrian Kesehatan RI (2013). Riset kesehatan dasar (Riskesdas) 2013. Jakarta. Diakses pada tanggal 27 Oktober 2015. Makbruri. (2015). Faktor resiko yang mempengaruhi berat badan lahir rendah dan sangat rendah di Kecamatan Seberang Ulu II Kota Palembang Periode 1 Januari-31 Desember 2008. Jurnal Gardien. Vol. 11. No. 1. Diakses pada tanggal 25 Juli 2016. Rahmi., Arsyad, D. S., & Rismayanti. (2013). Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian berat badan lahir rendah di RSIA Pertiwi Makassar. Diakses pada tanggal 25 Juli 2016. Reeder, S., J. (2011). Keperawatan maternitas: Kesehatan wanita, bayi, & keluarga. Jakarta: EGC. Simbolon, D. (2006). Kelangsungan hidup bayi Di Perkotaan dan Pedesaan Indonesia. Kesma, Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional Vol. 1 No. 1. Diakses pada tanggal 12 April 2016. Sistiarani, C. (2008). Faktor maternal dan kualitas pelayanan antenatal yang beresiko terhadap kejadian berat badan lahir rendah (BBLR): Studi pada ibu yang periksa kehamilan ke tenaga kesehatan dan melahirkaan di RSUDbanyuman tahun 2008). Semarang: UNDIP. Diakses pada tanggal 25 Juli 2016. Sukarni, I., & Sudarti. (2014). Patologi: Kehamilan, nifas, dan neonatus resikot inggi. Yogyakarta: Nuha Medika. Suririnah, T. (2009). Asuhan kehamilan untuk kebidanan.Jakarta: Salemba Medika. Syafiq. (2007). Gizi dan kesehatan masyarakat. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. Tazkiah, M., Wahyuni, C. U., & Martini, S. (2012). Determinan epidemiologi kejadian BBLR pada daerah endemis malaria di Kabupaten Banjar Provinsi Kalimantann Selatan. Jurnal Berkala Epidemiologi. Vol. 1 No. 2. Diakses pada tanggal 25 Juli 2016. Tintyanrza, A. G. (2013). Hubungan preeklamsia/eklamsia dengan kejadian berat badan lahir rendah pada bayi di RSUD R.A Kartini Jepara. Diakses pada tanggal 25 Juli 2016. 6