PENDAHULUAN Latar Belakang Kehamilan adalah suatu proses tumbuh kembang janin, dengan tujuan ibu dan anak sehat. Dalam konteks kesehatan masyarakat, kehamilan akan membawa berbagai konsekuensi kesehatan dan sosial ekonomi bagi ibu hamil dan bayi yang dilahirkan. Menurut Cunningham et al. (1995), kehamilan yang tak sehat dapat menyebabkan kematian bayi dan ibu melahirkan serta bayi cacat fisik dan mental. Gizi ibu merupakan salah satu faktor utama yang menentukan tumbuh kembang janin mulai konsepsi sampai lahir. Gizi ibu yang buruk sebelum kehamilan maupun pada saat kehamilan, dapat menyebabkan Pertumbuhan Janin Terhambat (PJT), bayi lahir dengan berat badan lahir rendah (BBLR), gangguan pertumbuhan dan perkembangan otak bayi serta peningkatan risiko kesakitan dan kematian. Ibu hamil yang berstatus gizi kurang akan berisiko melahirkan BBLR 2.4 kali dibandingkan dengan hamil dengan gizi yang baik (Manuaba 2001). Berbagai studi yang ditelaah oleh Hardinsyah (2000) menunjukkan bahwa BBLR mempunyai dampak buruk terhadap perkembangan kognitif dan psikomotorik bayi, disamping dampak buruk pada pertumbuhannya. Disamping itu bayi yang dilahirkan dalam kondisi BBLR berisiko mengalami anemia dan infeksi, bahkan keguguran dan kematian janin atau bayi (Soetjiningsih 1998). Bayi yang dilahirkan BBLR memiliki risiko kematian sebelum usia satu tahun 17 kali lebih tinggi dibanding bayi lahir dengan berat normal (Samil 1989 diacu dalam Depkes 2003). Lebih lanjut kejadian BBLR juga terkait dengan peningkatan risiko beberapa penyakit degeneratif, seperti diabetes melitus, hipertensi, penyakit kardiovaskuler dan stroke pada masa dewasa (Barker 1998; Aminullah 2004). Risiko kematian neonatal bayi PJT jauh lebih besar dibanding bayi BBLR sehingga kejadian PJT berdampak jauh lebih buruk dibanding kejadian BBLR (Institut Of Medicine 1990). Menurut Ebrahim (1985) dan Hickey (2000), anak yang lahir dari ibu yang kurang gizi dan hidup dilingkungan miskin akan berisiko mengalami kurang gizi dan mudah terkena infeksi, selanjutnya akan menghasilkan wanita dewasa yang kurang gizi pula. Keadaan ini dapat merupakan lingkaran setan yang akan 1 2 berulang dari generasi kegenerasi selama kemiskinan dan kurang gizi tersebut tidak ditanggulangi. Keadaan ini akan berdampak buruk bagi kualitas sumberdaya manusia dan perekonomian suatu bangsa (Gani 2003). Secara antropometrik indikator sederhana status gizi ibu hamil adalah lingkar lengan atas (LILA), tinggi fundus dan pertambahan berat badan. Hasil penelitian di Bogor dan Purworejo menunjukkan bahwa kenaikan berat badan ibu hamil selama kehamilan sebaiknya tidak kurang dari 9 kg agar terhindar dari kemungkinan melahirkan bayi BBLR (Husaini 1986; Winkvist et al. 2002). Kenaikan berat badan selama kehamilan berbeda menurut tinggi badan ibu hamil, status gizi dan kesehatan ibu selama hamil (IOM, Institute of Medicine 1990). Status gizi ibu hamil yang diukur dari pertambahan berat badan selama kehamilan berhubungan positif dengan tingkat konsumsi energi ibu hamil (Kusin dan Kardjati 1994). Penelitian lain juga menunjukkan hubungan positif antar protein dan zat-zat gizi mikro terhadap pertambahan berat badan selama kehamilan (Soetjiningsih 1998; Hardinsyah et al. 2000; Manuaba 2001; Ines 2003). Menurut Ines 2003, defisiensi vitamin A dapat menyebabkan Pertumbuhan Janin Terhambat (PJT, Intra Uterine Growth Restriction). Jadi salah satu faktor yang menyebabkan PJT adalah faktor ibu yang mengalami gangguan gizi. Selain karena gangguan gizi, PJT dan BBLR dapat disebabkan oleh: 1) faktor janin, misalnya: kelainan kromosom, kelainan bawaan (malformasi) dan kehamilan ganda; 2) faktor plasenta, misalnya: invasi trofoblas, infark plasenta multipel, anomali vaskularisasi umbilikus plasenta, insersi tali pusat abnormal (vilamentosa), plasenta previa, plasenta sirkumvalata, korioangiomata; 3) faktor kesehatan ibu, misalnya: hipoksia, vaskular, kelainan ginjal, antibodi antifosfolipid, lingkungan dan obat-obatan, riwayat obstetri buruk, dan preeklampsia (Endjun 2004). Insiden PJT umumnya 5%, dapat bervariasi tergantung pada lokasi populasi dan ukuran yang dipakai (Peleg et al. 1998). Di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo sebanyak 8% dari kasus yang tidak mengalami kelainan obstetri ternyata mengalami PJT. Sebagian besar kejadian PJT ini berkaitan dengan gizi dan hipertensi (Wiknjosastro 1993). 3 Dari uraian diatas jelas bahwa masalah pertambahan berat badan ibu hamil menentukan pertumbuhan janin dan berat lahir. Namun pertambahan berat badan ibu hamil di tiga daerah penelitian di Indonesia bervariasi. Pertambahan berat badan ibu di Madura, Jawa Timur sekitar 6.8 kg (Kusin & Karjati. 1994), di Purworejo, Jawa Tengah, 8.3 ± 3.6 kg (Winkvist et al. 2002), di Kabupaten Bogor, Jawa Barat, 7.8 kg (Hardinsyah et al. 2000) dan di Ghana, Afrika 10.54 ± 1.68 kg (Tayie & Lartey 1995). Perbedaan tersebut diduga karena perbedaan status sosial ekonomi, tinggi badan, status gizi awal kehamilan dan faktor lainnya seperti pengetahuan gizi dan paparan terhadap rokok dan zat lainnya. yang memungkinkan, yaitu penyakit ibu dan janin. Berdasarkan hal tersebut perlu diteliti apakah ada perbedaan pertambahan berat badan ibu hamil yang secara implisit mencerminkan pertumbuhan janin dan BBLR pada ibu hamil dari status sosial ekonomi dan status gizi yang berbeda, bila dikontrol dengan peubah tinggi badan. Disamping itu apakah juga kejadian PJT dan BBLR berbeda pada ibu hamil dari kelompok status sosial ekonomi dan status gizi yang berbeda?.Penelitian dilakukan untuk mencari faktor-faktor yang berhubungan dengan pertambahan berat badan ibu selama kehamilan dan berat bayi lahir. Tujuan Tujuan Umum Secara umum tujuan penelitian adalah untuk menganalisis pengaruh pertambahan berat badan ibu selama hamil dari berbagai status sosial ekonomi dan status gizi terhadap berat bayi lahir. Tujuan Khusus 1. Menganalisis prevalensi Pertumbuhan Janin Terhambat dari kelompok ibu hamil dari status sosial ekonomi dan status gizi yang berbeda. 2. Menganalisa prevalensi Berat Bayi Lahir Rendah dan Panjang Bayi Lahir Pendek dari kelompok ibu hamil dari status sosial ekonomi dan status gizi berbeda. 4 3. Menganalisis hubungan status sosial ekonomi dan status gizi awal kehamilan dengan ukuran antropometri bayi lahir. 4. Menganalisis faktor faktor yang mempengaruhi pertambahan berat badan selama kehamilan. 5. Menganalisis faktor faktor yang mempengaruhi berat bayi baru lahir. Hipotesis 1. Prevalensi pertumbuhan janin terhambat (PJT) dan BBLR lebih tinggi pada kelompok ibu dengan sosial ekonomi rendah dibandingkan kelompok sosial ekonomi tinggi. 2. Pertambahan berat badan ibu hamil diduga berhubungan dengan status sosial ekonomi dan status gizi ibu pada awal kehamilan. 3. Berat bayi lahir berhubungan dengan status sosial ekonomi dan status gizi ibu hamil. Manfaat 1. Memperoleh informasi tentang prevalensi bayi yang mengalami pertumbuhan janin terhambat (PJT) dan bayi berat lahir rendah (BBLR) dari status sosial ekonomi dan status gizi yang berbeda. 2. Memperoleh informasi tentang besar pertambahan berat badan ibu hamil yang melahirkan bayi normal (tidak BBLR, lahir dengan berat badan >2500g) dari status sosial ekonomi dan status gizi yang berbeda. 3. Memperoleh informasi tentang faktor-faktor yang memengaruhi pertambahan berat badan ibu selama kehamilan dan berat bayi lahir, yang diharapkan dapat berguna bagi program pencegahan pertumbuhan janin terhambat dan berat bayi lahir rendah.