CEGAH BBLR DENGAN ANTENATAL CARE Mari Menjadi Bidan sebagai Mitra Wanita dan Turut andil Melahirkan Sang Pemimpin Dainty Maternity, SST., M.Keb LATAR BELAKANG Berdasarkan data SDKI,selama periode tahun 1991-2007 angka kematian ibu mengalami penurunan dari 390 menjadi 228 per 100.000 kelahiran hidup. Namun pada SDKI 2012 angka kematian ibu kembali naik menjadi 359 per 100.000 kelahiran hidup. Mengacu dari kondisi saat ini, menurunkan AKI adalah off track, artinya diperlukan kerja kerasdan sungguhsungguh untuk mencapainya. Penyebab terbesar kematian ibu selama tahun 2010-2013 masih tetap sama yaitu perdarahan. Yang dimaksud dengan penyebab lain-lain adalah penyebab kematian ibu secara tidak langsung, seperti kondisi penyakit kanker,ginjal, jantung, tuberkulosis atau penyakit lain yang diderita ibu BBLR Bayi dengan berat lahir < 2500 gram tanpa memandang masa gestasi yang ditimbang dalam 1 (satu) jam setelah lahir BBLR termasuk faktor utama dlm peningkatan mortalitas,morbiditas dan disabilitas neonatus, bayi dan anak serta memberikan dampak jangka panjang terhadap kehidupannya dimasa depan 20 juta bayi di dunia (15,5% dari semua kelahiran) mengalami BBLR dan 95 % di antaranya terjadi di negara-negara berkembang atau sosio ekonomi rendah (Kawai, et al., 2011) Berdasarkan hasil Riskesdas tahun 2013 yang dipublikasikan tahun 2014 angka BBLR di Indonesia adalah 10,2% dan angka kematian nya 35 kali lbh tinggi dibandingkan pd bayi dg BB > 2500gr 78, 5% kematian neonatal terjadi pada 0-6 hari (78,5%) dan Angka kejadian dan angka kematian BBLR akibat komplikasi seperti Asfiksia, Infeksi, Hipotermia, Hiperbilirubinemia masih tinggi Bayi berat lahir rendah (BBLR) disebabkan oleh banyak faktor antara lain : faktor genetika, karakteristik ibu, faktor gizi, komplikasi kehamilan, gaya hidup ibu dan faktor lingkungan (WHO, 2006). Ibu hamil yang terpapar KEK dan anemia memiliki probabilitas lebih tinggi untuk melahirkan BBLR dibandingkan yang tidak terpapar KEK dan anemia. Hidayati et al. (2005) Tantangan : 1. Masih terdapat (37,1%) ibu hamil anemia 2. Adanya 1,9% ibu hamil yang positif terkena malaria Ibu hamil yang terkena malaria berisiko lebih besar mengalami anemia dan perdarahan, serta kemungkinan melahirkan bayi dengan berat lahir rendah (BBLR). 3. Terjadi peningkatan proporsi ibu hamil usia 15-19 tahun dengan KEK dari 31,3% pada tahun 2010 menjadi 38,5% . Riskesdas (2013) 1. Tidak Hamil Terlalu Muda 4. Gunakan Kelambu pada daerah endemi malari peran bidan 2. Tidak Hamil Terlalu Tua 5. Ibu hamil dengan masalah gizi segera ke tenaga kesehatan untuk pendapat penatalaksanaan segera 3. Rencanakan Kehamilan Jarak dan jumlah anak 6. Tidak Meroko maka: pelayanan antenatal harus dilaksanakan secara komprehensif, terpadu dan berkualitas agar adanya masalah/penyakit tersebut dapat dideteksi dan ditangani secara dini. SETIAP BUMIL PADA KUNJUNGAN PERTAMA PERLU DIINFORMASIAKN PELAYANAN ANC MINIMAL 4 KALI DAN MIN 1 KALI DI ANTAR SUAMI Oleh tenaga kesehatan yang kompeten yaitu dokter, bidan dan perawat terlatih. Sasaran pelayanan: Semua Ibu Hamil ANC komprehensif dan Terpadu Tujuan : ANC berkualitas hamil sehat, bersalin selamat, melahirkan bayi yang sehat Indikator : K1, K4 dan PK (Penanganan Komplikasi) Standar Pelayanan ANC Komprehensip dan Terpadu 1. Pengukuran tinggi badan dan Berat Badan (BB) Tinggi badan cukup 1x pada K1 Penimbangan berat badan dilakukan untuk mendeteksi adanya gangguan pertumbuhan janin. Penambahan BB < 9 Kg atau < 1 Kg setiap bulannya menunjukkan adanya gangguan pertumbuhan janin. 2. Ukur lingkar lengan atas (LiLA) dilakukan sekali pada K1 guna skrining ibu hamil berisiko kurang energi kronis (KEK). Ibu hamil dengan KEK akan dapat melahirkan bayi berat lahir rendah (BBLR). 3. Ukur tekanan darah Pengukuran tekanan darah pada setiap kali kunjungan antenatal dilakukan untuk mendeteksi adanya hipertensi. Lanjutan..... 4. Ukur tinggi fundus uteri (TFU) Pengukuran TFU setiap kali kunjungan antenatal Untuk mendeteksi pertumbuhan janin sesuai atau tidak dengan umur kehamilan. Jika TFU tidak sesuai dengan umur kehamilan, kemungkinan ada gangguan pertumbuhan janin. Standar pengukuran menggunakan pita pengukur setelah kehamilan 24 minggu. 5. Penentuan letak janin (presentasi penghitungan denyut jantung janin janin) dan Hitung denyut jantung janin (DJJ) Penilaian DJJ dilakukan pada akhir trimester I dan selanjutnya setiap kali kunjungan antenatal. DJJ lambat <120/menit atau DJJ cepat >160/menit menunjukkan adanya gawat janin, SEGERA RUJUK Tentukan presentasi janin Menentukan presentasi janin dilakukan pada akhir trimester II dan selanjutnya setiap kali kunjungan antenatal. Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk mengetahui letak janin. Jika, pada trimester III bagian bawah janin bukan kepala, atau kepala janin belum masuk ke panggul berarti ada kelainan letak, panggul sempit atau ada masalah lain. Lanjutan..... 6. Penentuan status Imunisasi Tetanus Toksoid (TT), Pada saat K1, ibu hamil diskrining status imunisasi TT-nya. Pemberian imunisasi TT pada ibu hamil, disesuai dengan status imunisasi ibu saat ini. 7. Beri tablet tambah darah (tablet besi), Untuk mencegah anemia gizi besi, setiap ibu hamil harus mendapat tablet zat besi minimal 90 tablet selama kehamilan diberikan sejak kontak pertama. Lanjutan..... 8. Periksa laboratorium (rutin dan khusus) Pemeriksaan laboratorium dilakukan pada saat antenatal meliputi: Tes golongan darah, untuk mempersiapkan donor bagi ibu hamil bila diper lukan. Tes hemoglobin, untuk mengetahui apakah Anemia Tes pemeriksaan urine (glukosa dan protein) Tes pemeriksaan darah lainnya, sesuaiindikasi seperti malaria, HIV, Sifilis danlainlain. 9. Tatalaksana/penanganan Kasus Berdasarkan hasil pemeriksaan antenatal di atas dan hasil pemeriksaan laboratorium, setiap kelainan yang ditemukan pada ibu hamil harus ditangani sesuai dengan standar dan kewenangan tenaga kesehatan. Kasus-kasus yang tidak dapat ditangani dirujuk sesuai dengan sistem rujukan. Lanjutan..... 10. KIE Efektif Pentingnya Pemberian KIE Sikap Pengetahuan Prilaku KIE efektif dilakukan pada setiap kunjungan antenatal yang meliputi: 1. Persiapan Persalinan dan Kesiapan menghadapi komplikasi a. Tabulin b. Tanda bahaya kehamilan, persalinan, dan nifas c. Suami / Keluarga Siaga 2. Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif 3. Masalah Gizi Tinggi Kalori dan Zat Besi 4. KB paska persalinan Metode yang sesuai dalam masa nifas 5. Masalah Penyakit Kronis dan Penyakit Menular Upaya pencegahan, Penerapan PHBS 6. Kelas Ibu 7. Brain Booster Berkomunikasi dengan Janin Musik untuk Menstimulasi Janin Nutrisi Seimbag bagi Ibu hamil Konsep alur pelayanan antenatal terpadu di Puskesmas Catatan : Poli KIA hanya merujuk pemeriksaan laboratorium rutin ANC Poli KIA hanya melakukan penapisan ibu hamil berdasarkan keluhan dan gejala klinis Alur pelayanan disesuaikan dengan kondisi wilayah masing- masing. Kerangka konsep antenatal komprehensif dan terpadu