1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berat lahir adalah indikator umum untuk mengetahui status kesehatan, gizi dan sosial ekonomi dari negara maju dan negara berkembang.1 Berat bayi lahir juga merupakan salah satu indikator kesehatan bayi lahir itu sendiri, yang mana seorang bayi sehat dan cukup bulan, pada umumnya mempunyai berat lahir yang normal adalah antara 2500 gram-4000 gram. Di seluruh dunia terdapat kematian ibu sebesar 500.000 jiwa per tahun dan kematian bayi khususnya neonatus sebesar 10.000.000 jiwa per tahun.2 Di Indonesia, rata-rata pertahun terdapat 401 bayi yang meninggal dunia sebelum umurnya mencapai 1 tahun. Penyebab kematian terbanyak disebabkan oleh sepsis (infeksi sistemik), kelainan bawaan, dan infeksi saluran pernapasan.3 Beberapa penyebab kematian tersebut dipicu dengan adanya beberapa faktor diantaranya berat badan bayi.4 Berat bayi lahir besar (BBLB)/ makrosomiamerupakan penyebab penting morbilitas dan mortalitas. Bayi makrosomia adalah bayi yang lahir dengan berat badan lebih dari 4000 gram.Makrosomia menimbulkan komplikasi pada ibu dan bayinya. Komplikasi pada ibu (maternal) yaitu perdarahan postpartum, laserasi vagina, perineum sobek, dan laserasi servikdan peningkatan kejadian seksiosesarea. Komplikasi pada bayi antara lain distosia bahu yang menyebabkan gangguan nafas (asfiksia), 2 trauma lahir, cedera plexus brachialis, fraktur humerus, dan fraktur klavikula akibat massa bayi yang besar sehingga tidak mungkin atau sangat sulit melewati panggul ibu. Insidensi makrosomia 0,2-2% dari seluruh kelahiran.5Makrosomia/ BBLB disebabkan oleh beberapa faktor. Pertama, faktor genetik atau keturunan. Kedua, faktor ibu hamil dengan diabetes melitus. Ketiga, faktor ibu yang mengalami kelebihan berat badan pada saat hamil.3 Bayi berat lahir rendah (BBLR)/kurang dari 2500 gramjuga menyumbang42,5%-56% kematian perinatal. BBLR termasuk faktor utama dalam peningkatan mortalitas, morbilitas dan disabilitas neonatus, bayi dan anak serta memberikan dampak jangka panjang terhadap kehidupan dimasa depan. Risiko kematian BBLR 5-9 kali lebih tinggidibandingkan dengan bayi dengan berat lahir normal.6 Dengan kata lain, BBLR memiliki resiko kematian lebih 35 kali lebih tinggi dibandingkan pada bayi dengan berat lebih dari 2500 gram.7 Angka kejadian di negara berkembang dapat mencapai 43% sedangkan di negara maju hanya mencapai 10,8%. Dari data tersebut didapat perbandingan antara negara berkembang dan negara maju 4:1.8 Bayi yang lahir dengan berat badan rendah memiliki fungsi organ yang belum teratur sehingga dapat mengalami kesulitan untuk beradaptasi dengan lingkungan.9 Permasalahan yang dialami bayi dengan berat lahir rendah meliputi asfiksia atau gagal bernapas secara spontan dan teratur sesaat atau beberapa menit setelah lahir, hipotermia atau gangguan 3 termoregulasi, gangguan nutrisi dan resiko infeksi. Hal ini dikarenakan oleh kurangannya surfaktan berdasarkan rasio lesitin atau sfingomielin kurang dari 2, disamping itu pertumbuhan dan pengembangan paru yang belum sempurna, otot pernapasan yang masih lemah dan tulang iga yang mudah melengkung (pliable thorax) dengan kondisi bayi akan beresiko mengalami hipoksia.2 Masalah pada bayi dengan berat lahir rendah meliputi permasalahan pada sistem pernapasan, susunan saraf pusat, kardiovaskuler, hematologi, gastrointestinal, ginjal dan termoregulasi.10 Risiko melahirkan BBLR meningkat pada kenaikan berat badan yang kurang selama kehamilan.11 Kenaikan berat badan dapat dipakai sebagai indeks untuk menentukan status gizi wanita hamil. Konsumsi gizi ibu selama hamil akan berpengaruh terhadap kondisi janin dan neonatus setelah lahir. Asupan gizi ibu akan mempengaruhi aliran darah ke plasenta. Setelah itu, kondisi dan peforma plasenta akan mempengaruhi kemampuan absorbsi nutrisi oleh janin dalam hubungannya terhadap perkembangan sel dan pembuluh darah.12 Seorang ibu hamil yang tercukupi kebutuhan gizinya akan mengalami kenaikan berat badan sebesar 11-13 kg atau ditandai dengan hasil pengukuran LILA (Lingkar Lengan Atas) lebih dari 23,5 cm yang merupakan indikator seorang ibu tidak mengalami Kekurangan Energi Kalori (KEK). Kondisi yang demikian diharapkan akan melahirkan bayi yang sehat dan ibu bisa menjalani kehamilan dan persalinan yang aman.Untuk menghindari terjadinya kelahiran bayi BBLR atau dibawah 4 2500 gram, seorang ibu harus menjaga kondisi fisiknya dengan mencukupkan kebutuhan gizinya. Disamping itu harus berusaha menaikkan berat badannya sedikitnya 11 Kg selama kehamilan13 Berdasarkan data dinas kesehatan kota Yogyakarta, Puskesmas Mantrijeron menyumbang angka ibu hamil penderita Kurang Energi Kronis cukup tinggi, yaitu pada tahun terdapat 76 (16,14%) ibu hamil penderita Kurang Energi Kronis dari 471 ibu hamil pada tahun 2013 dan merupakan penyumbang ketiga setelah Puskesmas Mergangsan dan Puskesmas Umbulharjo 1.Sedangkan Puskesmas Mantrijeron merupakan penyumbang Berat Badan Lahir Rendah nomor satu se-kota Yogyakarta. Tercatat pada tahun 2013 terdapat 25 (6.4%) bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah dari 388 kelahiran hidup. Dari fenomena diatas maka penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Hubungan antara penambahan berat badan ibu selama hamil dengan berat badan bayi lahir di Puskesmas Mantrijeron”. B. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian dalam latar belakang, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah terdapat hubungan antara penambahan berat badan ibu selama hamil dengan berat badan bayi lahir di Puskesmas Mantrijeron-Yogyakarta?” 5 C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui hubungan antara penambahan berat badan ibu selama hamil dengan berat badan bayi lahir di Puskesmas MantrijeronYogyakarta 2015. 2. Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui penambahan berat badan ibu selama hamil di Puskesmas Mantrijeron. b. Untuk mengetahui berat badan bayi lahir di Puskesmas Mantrijeron. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis a. Sebagai bahan masukan dalam kegiatan proses belajar mengajar terhadap mata ajaran yang berhubungan dengan pertambahan berat badan ibu selama hamil maupun berat bayi lahir. b. Sebagai bahan referensi bagi mahasiswa kebidanan khususnya, maupun tenaga kesehatan pada umumnya tentang pencegahan terjadinya bayi berat lahir rendah (BBLR) dan BBLB (berat bayi lahir besar). 2. Manfaat Praktis a. Menumbuhkan pengetahuan dan kesadaran ibu tentang pentingnya memperhatikan penambahan berat badan selama hamil. b. Memberikan informasi tentang pencegahan terjadinya bayi berat lahir rendah (BBLR) dan BBLB (berat bayi lahir besar). 6 E. Keaslian Penelitian Penelitian sebelumnya serupa dengan penelitian ini pernah dilakukan oleh Adiba Fajrina dengan judul ”Hubungan Pertambahan Berat Badan Selama Hamil dan Faktor Lain Dengan Berat Badan Lahir di Rumah Sakit Bersalin Lestari Ciampea Bogor Tahun 2010-1011”. Sedangkan penelitian yang akan peneliti lakukan pada penelitian ini adalah “Hubungan antara Penambahan Berat Badan Ibu Selama Hamil dengan Berat Badan Bayi Lahir”. Perbedaan dengan penelitian sebelumnya terletak pada variabel penelitian, tempat penelitian dan waktu penelitian. Dengan demikian diharapkan penelitian ini dapat bermanfaat. Variabel bebas pada penelitian sebelumnya yaitu pertambahan berat badan dan faktor lain sedangkan variabel bebas pada penelitian ini yaitu pertambahan berat badan selama hamil. Namun variabel terikat pada penelitian sebelumnya dan sekarang sama yaitu berat bayi lahir. Tahun penelitian sebelumnya 2010-2011 sedangkan penelitian ini dilakukan tahun 2015. Tempat penelitian sebelumnya yaitu di Lestari Ciapea Bogor sedangkan penelitian ini di lakukan di Puskesmas Mantrijeron. Sampel yang diambil pada penelitian sebelumnya yaitu menggunakan ibu hamil yang rutin melakukan pemeriksaan ANC sedangkan penelitian ini menggunakan ibu nifas.