BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang dari 2500 gram tanpa memandang masa gestasi. Berat lahir adalah berat bayi yang ditimbang dalam satu jam setelah lahir. BBLR tidak hanya dapat terjadi pada bayi prematur, tapi juga dapat terjadi pada bayi cukup bulan yang mengalami hambatan pertumbuhan selama masa kehamilan.1 BBLR hingga sekarang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di banyak negara, karena merupakan salah satu faktor penyebab kematian bayi. Berat badan lahir rendah terus menjadi masalah kesehatan masyarakat yang signifikan secara global dan dikaitkan dengan serangkaian konsekuensi jangka pendek dan jangka panjang. Secara keseluruhan, diperkirakan bahwa 15% hingga 20% dari semua kelahiran di seluruh dunia adalah BBLR, mewakili lebih dari 20 juta kelahiran per tahun. Sekitar 1 dari 6 (16,5%) anak lahir dengan BBLR di negara berpenghasilan rendah, lebih dari 2 kali lipat dari negara berpenghasilan tinggi (7%). 2,3 Pada laporan Millenial development Goals (MDGs) tahun 2010 didapatkan bahwa terjadi penurunan angka kematian bayi dari 68 per 1000 kelahiran hidup pada tahun 1991 menjadi 34 per 1000 kelahiran hidup pada tahun 2007. Serta penurunan angka kematian neonatal sebesar 32 per 1000 kelahiran hidup pada tahun 1991 menjadi 19 per 1000 kelahiran hidup pada tahun 2007 dan dalam rencana strategis Kementrian Kesehatan tahun 2015 didapatkan dalam 5 tahun terakhir, angka 1 2 kematian neonatal tetap sama yakni 19 per 1000 kelahiran, sementara untuk angka kematian pasca neonatal terjadi penurunan dari 15 per 1000 menjadi 13 per 1000 kelahiran hidup, angka kematian anak balita juga turun dari 44 per 1000 menjadi 40 per 1000 kelahiran hidup. Dalam Sustainable Development Goals (SDGs) yang mulai diberlakukan pada tanggal 1 Januari 2016 mempunyai target pada tahun 2030 adalah mengurangi angka kematian pada anak usia dibawah 5 tahun yaitu kurang dari 25 per 1000 kelahiran hidup, serta angka kematian neonatal yaitu kurang dari 12 per 1000 kelahiran hidup.4,5 Penyebab terbanyak kejadian BBLR adalah kelahiran prematuritas, akan tetapi pada bayi cukup bulan juga dapat mengalami BBLR karena hambatan pertumbuhan selama kehamilan. Penyebab BBLR secara umum bersifat multifaktorial, namun menurut Hollingworth penyebab BBLR dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor internal dan eksternal.1,6 Masalah yang sering dijumpai pada BBLR antara lain keadaan umum bayi yang tidak stabil, henti nafas, inkoordinasi reflek menghisap dan menelan, serta kurang baiknya kontrol fungsi motorik oral, sehingga beresiko mengalami kekurangan gizi dan keterlambatan tumbuh kembang.7 Asfiksia pada bayi baru lahir menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) adalah kegagalan nafas secara spontan dan teratur pada saat lahir atau beberapa saat setelah lahir. Keadaan ini disertai dengan hipoksia, hiperkapnia dan berakhir dengan asidosis. Hipoksia yang terdapat pada penderita asfiksia merupakan faktor terpenting yang dapat menghambat adaptasi terhadap kehidupan diluar uterus.8,9 Faktor-faktor penyebab asfiksia neonatorum adalah: a) faktor prakelahiran seperti: usia ibu saat hamil, preeklampsia dan eklampsia, sosial-ekonomi, riwayat 3 asfiksia kelahiran sebelumnya, b) faktor-faktor intra natal seperti presentasi janin, persalinan dengan operasi caesar, anestesi umum selama persalinan sesar, persalinan, ekstraksi vakum, forsep, prolaps tali pusat, cephalopelvic disproportion (CPD) dan ketuban pecah dini, c) Faktor bayi, termasuk BBLR, prematur, kelahiran postdate, polihidramnion, dan Intra Uterine Growth Restriction (IUGR).10 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, rumusan masalah pada kasus ini adalah mengapa kasus BBLR di Indonesia masih tinggi? 1.3 Tujuan Penulisan Tujuan penulisan kasus ini yaitu untuk mempelajari, mengkaji dan memperoleh gambaran dalam melakukan anamnesis, pemeriksaan fisik, penunjang, penentuan diagnosis serta penatalaksanaan pada kasus BBLR. 1.4 Manfaat Penulisan Manfaat teoritis, penulis berharap dapat memberikan informasi dan pengetahuan mengenai BBLR. Manfaat praktis, dapat menambah data yang ada sehingga dapat dipakai sebagai pengembangan pengetahuan di bidang kesehatan sehingga dapat menurunkan tingkat morbiditas dan mortalitas bayi akibat BBLR.