BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Tujuan BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Berat Badan Lahir Berat badan lahir adalah suatu indikator kesehatan bayi baru lahir. Rata-rata bayi normal (gestasi 37 – 41 minggu) adalah 3000 – 3600 gram. Berat badan ini tergantung juga dari ras, status ekonomi orang tua, ukuran orang tua, dan paritas ibu. Secara umum berat bayi lahir rendah dan berat bayi lahir lebih besar resikonya untuk mengalami masalah (Sylviati, 2008). Menurut Muslimatun (2010), berat badan lahir adalah berat badan neonatus pada saat kelahiran, ditimbang dalam waktu satu jam sesudah lahir. Bayi berat lahir cukup adalah bayi dengan berat lahir lebih dari 2500 gram. Berat bayi lahir normal menurut Rochmah, dkk (2012), bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dari kehamilan 37 minggu sampai 42 minggu dan berat badan lahir 2500 gram sampai dengan 4000 gram. B. Berat Bayi Lahir Rendah 1. Defenisi Menurut Maryunani dan Nurhayati (2009), ada beberapa defenisi mengenai bayi dengan berat lahir rendah: a. Neonatus atau bayi baru lahir dengan berat badan lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahirnya kurang dari 2500 gram. b. Istilah prematuritas telah diganti dengan berat badan lahir rendah (BBLR) karena terdapat dua bentuk penyebab kelahiran bayi dengan berat badan kurang dari 2500 gram, yaitu karena usia kehamilan kurang dari 37 minggu, berat badan lebih rendah dari semestinya, sekalipun umur cukup, atau karena kombinasi keduanya. 2. Klasifikasi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) Menurut Muslimatun (2010), klasifikasi menurut berat badan lahir : a. Bayi berat lahir rendah (BBLR)/Low birthweight infant adalah bayi dengan berat badan lahir 1500 sampai kurang dari 2500 gram. b. Bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR)/Very low birthweight infant adalah bayi dengan berat badan lahir 1000 – 1500 gram. c. Bayi berat lahir amat sangat rendah (BBLASR)/Extremely very low birthweight infant adalah bayi lahir hidup dengan berat badan kurang dari 1000 gram. Menurut Pantiawati (2010), bayi berat badan rendah (BBLR) dapat dikelompokkan menjadi prematuritas murni dan dismatur. a. Prematuritas murni adalah bayi dengan masa kehamilan kurang dari 37 minggu dan berat badan sesuai dengan berat badan untuk usia kehamilan atau disebut neonatus kurang bulan sesuai masa kehamilan. b. Dismatur adalah bayi dengan berat badan kurang dari berat badan yang seharusnya untuk usia kehamilannya, yaitu berat badan di bawah persentil 10 pada kurva pertumbuhan intra uterin, biasa disebut dengan bayi kecil untuk masa kehamilan. Hal ini menunjukkan bayi mengalami retardasi pertumbuhan intrauterin, keadaan ini berhubungan dengan gangguan sirkulasi dan efisiensi plasenta. 3. Etiologi Menurut Maryunani dan Nurhayati (2009), penyebab berat badan lahir rendah kurang bulan/neonatus kurang bulan-kecil masa kehamilan (NKB-KMK) antara lain disebabkan oleh : a. Berat badan ibu rendah b. Ibu hamil yang masih remaja c. Kehamilan kembar d. Ibu pernah melahirkan bayi prematur/berat badan rendah sebelumnya. e. Ibu dengan inkompeten serviks (mulut rahim yang lemah sehingga tidak mampu menahan berat bayi dalam rahim) f. Ibu hamil yang sedang sakit. g. Tidak diketahui penyebabnya. Sedangkan bayi yang lahir cukup bulan tetapi memiliki berat badan kurang/neonatus cukup bulan-kecil untuk masa kehamilan (NCB-KMK) antara lain disebabkan oleh : a. Ibu hamil dengan gizi buruk/kurangan nutrisi b. Ibu dengan penyakit hipertensi, preeklampsia, anemia. c. Ibu menderita penyakit kronis, infeksi dan malaria kronik. d. Ibu hamil yang merokok dan penyalahgunaan obat 4. Penatalaksanaan Penatalaksanaan pada BBLR, yaitu: a. Pemberian ASI. ASI mempunyai keuntungan yaitu kadar protein tinggi, laktalalbumin, zat kekebalan tubuh, lipase dan asam lemak esensial, laktosa dan oligosakarida untuk memacu motillitas usus dan perlindungan terhadap penyakit. Dari segi psikologis, pemberian ASI dapat meningkatkan ikatan antara ibu dan bayi. Bayi berat lahir rendah rentan terhadap kekurangan nutrisi, fungsi organ belum matang, kebutuhan nutrisinya besar dan mudah sakit sehingga pemberian ASI atau nutrisi yang tepat penting untuk tumbuh kembang yang optimal bagi bayi. b. Pencegahan kehilangan panas. Cara pencegahan pada bayi berat lahir rendah yang sehat yaitu segera setelah lahir bayi dikeringkan dan dibedong dengan popok hangat, pemeriksaan di kamar bersalin dilakukan di bawah radiant warmer (box bayi hangat), topi dipakaikan untuk mencegah kehilangan panas melalui kulit kepala, dan bila suhu bayi stabil, bayi dapat dirawat di boks terbuka dan diselimuti. Sedangkan pada bayi berat lahir rendah yang sakit cara untuk mencegah kehilangan panas yaitu bayi harus segera dikeringkan, untuk menstransportasi bayi digunakan transport inkubator yang sudah hangat, tindakan terhadap bayi dilakukan dibawah radiant warmer, dan suhu lingkungan netral dipertahankan. c. Metode Kanguru. Metode kanguru merupakan salah satu metode perawatan BBLR untuk mencegah hipotermi pada bayi baru lahir. Keunggulan metode ini adalah bayi mendapatkan sumber panas alami (36 – 37°C) langsung dari kulit ibu, mendapatkan kehangatan udara dalam kantung/baju ibu serta ASI menjadi encer. d. Pemijatan bayi. Pemijatan pada bayi dengan berat badan lahir rendah bertujuan untuk memacu pertumbuhan berat badan bayi, membantu bayi melepaskan rasa tegang dan gelisah, menguatkan dan meningkatkan sistem imunologi, merangsang pencernaan makanan dan pengeluaran kotoran, membuat bayi tidur lebih tenang, dan menjalin komunikasi dan ikatan antara bayi atau orang tua. 5. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Berat Badan Lahir a. Usia Ibu Umur ibu erat kaitannya dengan berat bayi lahir. Kehamilan dibawah umur 16 tahun merupakan kehamilan berisiko tinggi, 2 – 4 kali lebih tinggu dibandingkan dengan kehamilan pada wanita yang cukup umur. Pada umur yang masih muda, perkembangan organ-organ reproduksi dan fungsi fisiologisnya belum optimal. Selain itu emosi dan kejiwaannya belum matang, sehingga pada saat kehamilan ibu tersebut belum dapat menanggapi kehamilan secara sempurna dan sering terjadi komplikasi. Selain itu semakin muda usia ibu hamil, maka akan terjadi bahaya bayi lahir kurang bulan, perdarahan, dan bayi lahir ringan (Siagian, 2010). Pada usia 21 – 35 tahun resiko gangguan kesehatan pada ibu hamil paling rendah yaitu sekitar 15%. Selain itu apabila dilihat dari perkembangan kematangan, wanita pada kelompok umur ini telah memiliki kematangan reproduksi, emosional maupun aspek sosial. Meskipun pada saat ini beberapa wanita di usia 21 tahun menunda pernikahan karena belum meletakkan prioritas utama pada kehidupan baru tersebut. Pada umumnya usia ini merupakan usia yang ideal untuk hamil dan melahirkan untuk menekan gangguan kesehatan baik pada ibu dan juga janin (Revina, 2014). b. Penyakit Saat Kehamilan Penyakit pada saat kehamilan yang dapat mempengaruhi berat bayi lahir diantaranya adalah diabetes militus, cacar air, dan penyakit infeksi TORCH (Toxoplasma, Rubella, Cytomegalovirus dan Herpes) (Siagian, 2010). Diabetes Militus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia (meningkatnya kadar gula darah) yang terjadi karna kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau keduanya. Bahaya yang terjadi pada janin yaitu abortus, kelainan kongenital, respiratory distress, neonatal hiperglikemia, makrosomia, hipocalsemia, kematian perinatal akibat diabetik ketoasidosism dan hiperbilirubinemia (Zein, 2009). c. Kadar Hemoglobin Data Depkes RI (2008) diketahui bahwa 24,5% ibu hamil menderita anemia. Anemia pada ibu hamil akan menambah resiko mendapatkan bayi berat lahir rendah (BBLR), resiko perdarahan sebelum dan pada saat persalinan, bahkan dapat menyebabkan kematian ibu dan bayinya, jika ibu tersebut menderita anemia berat. Hal ini disebabkan karena kurangnya suplai darah nutrisi akan oksigen pada plasenta yang akan berpengaruh pada fungsi plasenta terhadap janin. d. Status gizi ibu hamil. Gizi ibu hamil menentukan berat bayi yang dilahirkan, maka pemantauan gizi ibu hamil sangatlah penting dilakukan. Pengukuran antropometri merupakan salah satu cara untuk menilai status gizi ibu hamil. Ukuran antropometri merupaka salah satu cara untuk menilai status gizi ibu hamil. Ukuran antropometri ibu hamil yang paling sering digunakan adalah kenaikan berat badan ibu hamil dan ukuran lingkar lengan atas (LLA) selama kehamilan (Riskesdas, 2007). e. Perilaku dan Lingkungan Faktor resiko perilaku dan lingkungan meliputi saat hamil terkena paparan asap rokok, status nutrisi buruk, konsumsi alkohol, dan konsumsi norkoba serta faktor risiko fasilitas kesehatan, seperti perawatan kehamailan yang tidak rutin atau tidak sama sekali. Paparan asap rokok Merokok dalam kehamilan mempunyai hubungan yang kuat dengan kejadian solusio plasenta, BBLR dan kematian janin. Akibat merokok aktif tidak jauh berbeda dengan merokok pasif (suami perokok atau bekerja di lingkungan perokok) akan mengalami sulit tidur, tidur kurang nyenyak dan rasa sulit bernafas dibandingkan ibu hamil yang tidak terpapar asap rokok (Krisnadi, dkk, 2009). f. Status nutrisi buruk Wanita hamil dengan status gizi kurang memiliki kategori risiko tinggi keguguran, kematian bayi dalam kandungan, kematian bayi baru lahir, cacat dan berat lahir rendah (Rukiah, 2013). g. Fasilitas kesehatan Pemeriksaan kehamilan bertujuan untuk mengenal dan mengidentifikasi masalah yang timbul selama kehamilan, sehingga kesehatan selama ibu hamil dapat terpelihara dan yang terpenting ibu dan bayi dalam kandungan akan baik dan sehat sampai saat persalinan. Pemeriksaan kehamilan dilakukan agar kita dapat segera mengetahui apabila terjadi gangguan/kelainan padi ibu hamil dan bayi yang dikandung, sehingga dapat segera ditolong tenaga kesehatan (Depkes RI, 2008). BAB III PENUTUP A. Kesimpulan DAFTAR PUSTAKA Kusmiati, Y., Wahyuningsih, PH., Sujiyatini. 2009. Perawatan Ibu Hamil. Yogyakarta: Fitramaya. Maryunani, A., Nurhayati. 2009. Asuhan Kegawatdaruratan dan Penyulit Pada Neonatus. Jakarta: Trans Info Media. Muslimatun, NW. 2010. Asuhan Neonatus, Bayi dan Balita. Yogyakarta: Fitramaya. Neil, Rose, W. 2007. Panduan Lengkap Perawatan Kehamilan. Jakarta: Dian Rakyat. Prawirohardjo, P. 2008. Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Rochmah, Vasra, E., Dahliana, Sumastri. 2012. Asuhan Neonatus, Bayi & Balita Panduan Belajar. Jakarta: EGC. Salmah, Rusmiati, Maryanah, Susanti, NN. 2006. Asuhan Kebidanan Antenatal. Jakarta: EGC.