Kelas Jml. Rombel L (org) P (org) Total Kelas 3 132 (3) 101 (0) 233

advertisement
30 May 2014, SMP Shimone
‘Reformasi Sekolah Berpusat Pembelajaran’ (TA 2014)
SMP Shimone, Kota Ushiku
Sasaran Pendidikan Sekolah:Segenap warga sekolah merasa senang dengan saling belajar dan saling
berkembang.
Jumlah Siswa
Kelas
Jml.
Rombel
L (org)
P (org)
Total
Kelas 3
6
132 (3)
101 (0)
233 (3)
Kelas 2
6
99 (1)
111 (0)
210 (1)
Kelas 1
7
110 (0)
105(1)
215 (1)
Kelas ABK
2
5
1
6
Total
21
341 (4)
317
658 (5)
( ) jumlah ABK (anak berkebutuhan khusus) terhitung tgl.10 Mei 2014
Kebijakan Dasar Manajemen Sekolah
Membangun Sekolah yang Mengutamakan Kegiatan Pembelajaran
Peningkatan prestasi akademik
Menjamin pembelajaran semua
siswa
meskipun
terdapat
kesenjangan diantara yang mampu
dan yang kurang mampu
membina kelompok pembelajar
yang mampu saling belajar
Membangun
Learning
Community
Pendidikan kejiwaan
Mencegah
terjadi
ketidakhamonisan
hubungan manusia seperti bullying atau
perilaku bermasalah.
Membina kelompok kehidupan yang
mampu saling care (peduli).
Membangun Caring Community
Dua tantangan di atas diatasi dengan kegiatan pembelajaran yang kreatif sehari-hari
Mengutamakan saling belajar (pembelajaran kolaboratif) dalam kehidupan sekolah
30 May 2014, SMP Shimone
Sasaran Sekolah:
Melalui kegiatan pembelajaran membina kelompok pembelajar yang mampu saling belajar
Langkah-langkah mencapai sasaran sekolah:
・ Melalui kegiatan pembelajaran menerapkan “mengenal interaksi” atau “mengenal kegiatan kelompok”, agar
membangun kelompok belajar yang saling membantu.
・ Melalui kegiatan pembelajaran, mengembangkan “percaya diri (self-affirmation)”, “kemampuan untuk
menjalin hubungan antar manusia yang harmonis”, “kemampuan memahami dan mengendalikan diri
sendiri”, “kemampuan menghadapi tantangan” dan “kemampuan berkomunikasi”.
・ Menyelenggarakan Lesson Study menurut tingkatan kelas dan berupaya untuk “pemahaman seksualitas”,
“meningkatkan keterampilan mengajar” dan “membangun kolegalitas antar guru”.
・ Melakukan upaya pembenahan mutu pembelajaran sehari-hari berdasarkan “kriteria evaluasi” terhadap
sasaran sekolah.
・ Meningkatkan ikatan kerjasama dengan lembaga eksternal dan masyarakat setempat sebagai upaya untuk
mencapai sasaran sekolah (kerjasama, rasa aman dan tenteram).
Tujuan Observasi Kelas dan Forum Refleksi
・ Mengamati dan menceritakan fakta-fakta dalam pembelajaran siswa sebagai suatu upaya untuk meningkatkan
cara mengajar tanpa mengkritik cara mengajar guru model.
・ Melalui cerita fakta-fakta pembelajaran siswa diantara guru-guru di setingkat kelas maka akan dapat
meningkatkan pemahaman tentang kepribadian siswa dan memiliki pemahaman yang sama tentang keadaan
pembelajaran siswa.
・ Membangun kolegalitas antar guru dengan membuka kelas kepada guru kelas lain sehari-hari.
Tema LS tahun ini
Tugas/soal yang akan meningkatkan kualitas pembelajaran

Membangun kelompok belajar yang mampu saling belajar secara kontinue dengan segenap guru
mempraktikkan pembelajaran kolaboratif (saling belajar dalam kegaitan pembelajaran sehari-hari).

Melalui hubungan antar siswa, atau siswa dengan guru yang terjalin dengan baik melalui proses
pembelajaran, memecahkan tugas/soal yang bermutu secara terus menerus, kualitas pembelajaran siswa
akan semakin meningkat
30 May 2014, SMP Shimone
Langkah-langkah konkret untuk mencapai sasaran sekolah (1)
<Menyatukan persepsi terhadap kegiatan pembelajaran yang bermutu >
◯ Untuk mengkreasi kegiatan pembelajaran yang bermutu
1
Kriteria-kriteria evaluasi kegiatan pembelajaran untuk mencapai sasaran sekolah
Apakah Anda (guru) menjalankan pembelajaran sambil mengamati raut wajah setiap siswa?
(supaya menemukan siswa yang tidak mampu belajar, kemudian mendidiknya agar mampu saling
belajar)
2
Apakah Anda menghubungkan sesama siswa dengan mendorong siswa yang tidak bisa belajar agar
ia bertanya kepada siswa disebelahnya untuk minta diajari? (siswa yang diminta, akan mengajari
sampai benar-benar mengerti, dan siswa yang diajari membalas dengan ucapan terima kasih. Hal ini
ditujukan untuk mendorong siswa agar dapat mandiri sambil bergantung dengan pihak lain dalam
arti yang positif.
3
Apakah Anda berupaya membina kelompok pembelajaran yang lebih mengutamakan “menyimak”
daripada “mengungkapkan verbal” dalam proses pembelajaran? Apakah Anda tidak terlalu banyak
berbicara?
4
Apakah Anda menegaskan diri untuk melakukan tugas, “menyimak”, “menghubungkan” dan
“mempelajari kembali”? (Apakah sering terjadi pengulangan kata-kata (re-voice) guru?)
5
Soal/tugas yang diberikan kepada siswa pada setiap pelajaran, apakah “levelnya tinggi (agak sulit)”
bagi siswa? (Apakah Anda sengaja memberikan tugas yang levelnya tinggi yang harus menggunakan
pengetahuan dasar, daripada mengajar pengetahuan dasar dan kemudian semakin meningkatkan
levelnya sedikit demi sedikit?)
6
Apakah Anda lebih memfokuskan pada menghubungkan antara “hal yang kurang mengerti atau
merasa ganjil” daripada “hal yang telah dimengerti”? (Apakah Anda telah membuat suasana kelas
dimana siswa dapat menyatakan “tidak mengerti” tanpa merasa malu atau ragu-ragu?
7
Untuk meningkatkan motivasi belajar, apakah Anda lebih mengutamakan adegan siswa belajar
bersama kawan-kawan daripada siswa mampu memecahkan soal sendirian? (Apakah Anda
membuat siswa merasa memperoleh pengetahuan dalam konteks?)
8
Apakah Anda menciptakan suasana dimana sesama siswa saling menyimak dengan denah duduknya
seperti huruf “U”? (supaya dapat bertanya kepada teman di sebelahnya jika siswa tidak mengerti).
9
Apakah Anda menerapkan pembelajaran kelompok? (Apakah siswa dapat menyampaikan atau
mengungkapkan pemikirannya kepada kawan-kawan sekelompok?)
10
Apakah Anda mempersiapkan berbagai “media”, agar kegiatan pembelajaran siswa lebih dinamis,
kolaboratif dan mampu berbagi ekspresi sesama kawan-kawan?
11
Apakah Anda merangkumkan materi pelajaran pada tahap berakhir pelajaran, sehingga
menghilangkan pikiran siswa yang fleksible? (Apakah Anda mencermati perkembangan siswa di
kelompok?)
12
Apakah Anda memperhatikan kriteria evaluasi menurut sudut pandang yang berbeda-beda?
( Apakah Anda hanya memperhatikan kriteria B saja?)
30 May 2014, SMP Shimone
◯Check list saat observasi kelas
Nama Guru Model(
)
Kelas
Rombel Mapel
1 Jumlah siswa yang memahami tujuan dari bentuk pembelajaran.
Banyak
(Saat mendengar penjelasan guru atau teman, denah duduknya menjadi
seperti huruf “U”, dan waktu memecahkan soal, denah duduknya menjadi
kelompok kecil, dan mampu melaksanakannya.)
2 Jumlah siswa yang bersikap bekerja sama dengan kawan-kawan untuk
memecahkan soal/tugas yang tinggi levelnya.
3 Jumlah siswa yang mengatakan “tidak mengeri” atau “tolong diajari” jika
merasa bingung.
4 Jumlah siswa yang mengajari sampai tuntas atau selalu peduli kepada
teman yang meminta bantuannya.
5 Jumlah siswa yang menyampaikan atau mendalami pikirannya sendiri
dalam kegiatan kelompok.
6 Jumlah siswa yang lebih menekankan pada “menyimak” daripada
“berbicara” dalam proses pembelajaran.
7 Jumlah siswa yang mempertahankan motivasi belajar melalui belajar
bersama dengan teman daripada memecahkan soal/tugas sendirian.
8 Jumlah siswa yang memanfaatkan berbagai “media” dan belajar secara
aktif.
tgl.
Sedang Sedikit
Sangat
sedikit
Panduan Pelaksanaan Pembelajaran
1. Di SMP Shimone, seluruh waktu pelajaran merupakan waktu “saling belajar”.
 Karena segenap tenaga guru mempraktekkan “saling belajar” di seluruh pelajaran, maka hasilnya
akan memadai.
2. SMP Shimone menekankan efek positif dari kegiatan “saling belajar” terhadap bimbingan kesiswaan.
 Jika hubungan sesama siswa terjalin semakin baik, saling membantu dan mampu belajar dengan
sabar maka prestasi akademik akan meningkat secara alamiah.
3. Demi menjamin “pembelajaran” dan kebahagiaan setiap siswa, kita melaksanakan “saling belajar”.
 Mengamati siswa dengan seksama adalah penting.--> Apakah Anda berdiri di posisi yang dapat
memandang semua siswa?
・ Adakah siswa yang tidak dapat belajar?
 Apakah soal/tugas yang diberikannya layak?  apakah petunjuk dan caranya tepat?  mari kita
menemani mereka dan menghubungkan sesama mereka.
・ Adakah siswa yang menghadapi kesulitan?--> mari kita menemani dan menghubungkannya.
・ Adakah siswa yang tertidur?--> jangan tunggu sampai ia bangun, tetapi dengan segera
menegurnya dengan lembut.
4. Lebih mengutamakan “menyimak” daripada “berbicara”
 Guru harus lebih dulu menyimak daripada siswa.
・ Tidakkah Anda terlalu banyak berbicara?
 Mengatakan kepada siswa dengan kata-kata pendek dengan nada tenang tanpa berulangulang.
*Jika guru berupaya keras untuk menyampaikan sesuatu dengan suara keras, maka siswa tidak
akan “menyimak”
* Jika guru mengulang-ulang kata-kata siswa (re-voice), maka siswa tidak merasa perlu lagi
menyimak kata siswa lain.
* Yang paling penting adalah siswa sendiri menemui, menyadari dan mampu
mengemukakannya dengan bahasanya sendiri.
・ Apakah Anda berupaya untuk mendengarkan gumaman siswa?
・ Apakah Anda berharap siswa akan menjawab sesuai dengan apa yang Anda harapkan?
 Berbagi “rasa bingung/tidak mengerti” justru lebih penting
30 May 2014, SMP Shimone

・
Apakah Anda mendorong siswa agar bersikap “menyimak”?「
Apabila disaat Anda perlu menyampaikan sesuatu kepada seluruh siswa dan meskipun
hal itu cuma sedikit, apakah Anda tetap meminta siswa untuk membuat denah duduk
huruf “U”?
・ Apakah Anda berbicara sambil memandang raut wajah siswa?
→ Tidakkah berbicara sambil menulis di papan tulis (menghadap papan tulis) ?
Tidakkah berulang-ulang menulis dan mengatakan kata pendek?
・ Sampai saat semua siswa melihat Anda, apakah Anda sabar dalam berbicara?
・ Sampai saat semua siswa tidak memegang apa pun di tangannya, apakah sabar untuk berbicara?
・ Jika siswa tidak memandang Anda atau memegang sesuatu di tangan pada saat Anda sedang
berbicara, apakah Anda menghentikan pembicaraannya?
5. Keunggulan dari denah tempat duduk dengan bentuk huruf U adalah mudah melihat raut wajah siswa saat
ia sedang mengemukakan pendapatnya dan iapun mudah bertanya kepada siswa lain disekelilingnya.
 Apakah tempat duduknya cukup dekat untuk berdiskusi?
 Apakah suasana mendukung bagi siswa untuk bergumam secara bebas?
Gumaman siswa yang merasakan keanehan atau berbagi kesulitan dengan semua siswa?
6. Kelompok adalah wadah untuk saling belajar
 Tidakkah menjadi sekedar tempat untuk mengerjakan tugas?
Apakah tujuan kegiatan berkelompok telah dipahami oleh siswa?
Apakah perhatian Anda hanya terpusat pada pengamatan buku tulis siswa?
Apakah Anda menghilangkan peluang siswa untuk saling belajar satu sama lain karena Anda ingin
dengan segera mengoreksi jawaban siswa saat menemuinya.
Apakah Anda memberi jawaban terhadap pertanyaan siswa?
7. Kegiatan kelompok pleno (denah duduk dng bentuk huruf U) dan kegiatan kelompok kecil boleh
dilakukan dengan bebas.
 Melihat reaksi siswa, bentuk denah duduk dapat diubah sesuai dengan tujuan dan kebutuhan
pembelajaran,
8 Mari memotret “suasana pembelajaran yang sedang berlangsung”
 Bertujuan untuk meningkatkan kesadaran Anda agar selalu dapat mengamati raut wajah siswa
9 Mari sering mengamati kegiatan pembelajaran di kelas yang lebih atas.
 Hal ini dilakukan bukan bertujuan untuk mengamati keterampilan mengajar guru, melainkan agar
Anda dapat melihat sosok siswa yang telah melakukan “saling belajar” secara terus-menerus,
yaitu, citra siswa yang diharapkan.
Atas keyakinan bahwa “berada bersama dengan teman” membuat siswa lebih bahagia daripada
hanya “mengerti”, dan hal itu akan menjadi landasan untuk meningkatkan kecakapan hidup siswa
Tujuan Lesson Study SMP Shimone
Anak-anak yang baru menginjak masa remaja, kadang mampu menilai dirinya sendiri dengan kepala
dingin atau membandingkan dirinya dengan orang lain. Lagi pula, laju pertumbuhan tubuh lebih cepat
daripada kejiwaannya, sehingga pertumbuhan jiwa dan raga tidak seimbang.
Mereka yang berada pada masa seperti itu, kadang mudah cemas dengan perkataan atau perilaku yang tak
berarti sebenarnya dari orangtua maupun teman-teman, atau menjadi terlalu peka terhadap hasil ujian.
30 May 2014, SMP Shimone
Dari berbagai rasa cemas akibat hasil pembelajaran, hubungan dengan teman-teman atau hubungan
dengan anggota keluarga dapat membuat mereka rasa rendah diri (atau turunnya rasa percaya diri/selfaffirmation atau rasa harga diri). Hal itu menyebabkan masalah seperti tidak mau bersekolah, bullying,
kekerasan dan sebagainya.
Sementara, hakikat belajar anak di sekolah bukan hanya mendapatkan pengetahuan dari guru saja, tetapi
juga dengan melalui interaksi dan belajar bersama dengan kawan, ia akan dapat mengembangkan
kemampuan berpikir, berekspresi dan menjalin hubungan dengan orang lain dan sebagainya, dan sebagai
hasil akhir proses tersebut, ia akan memiliki prestasi akademik yang memadai.
Berdasarkan pandangan tersebut, maka kami ingin meninjau kembali hakikat belajar di sekolah.
Kami mencoba mengubah paradigma “pelajaran” dimana merupakan waktu kegiatan yang paling banyak
dihabiskan oleh siswa dalam satu hari di sekolah dari sudut pandang berikut:
・
Adanya siswa-siswa yang tidak dapat belajar dengan berbagai macam alasan (misalnya karena
dibullying, adanya masalah keluarga, menyandang cacat, tidak memiliki prestasi dasar dll.).
Supaya pembelajaran mereka masing-masing dapat diwujudkan, para guru sengaja
menghubungkan sesama siswa agar terbentuk interaksi diantara mereka, dengan demikian, kami
menjamin hak belajar seluruh siswa.
・
Ketika pembelajaran sesama siswa terhubungkan, maka akan terbentuk “kelompok pelajar yang
saling belajar”, dan akhirnya kelompok itu akan menjadi “kelompok pelajar saling care (peduli)
satu sama lain”
・
Melalui kehidupan sekolah yang mewujudkan kelompok saling belajar, siswa dapat
meningkatkan “rasa harga diri”, “pemahaman terhadap pihak lain”, “bergabung dengan
kelompok”, “memiliki rasa empati” dan “mampu menjalin hubungan yang harmonis dengan
orang lain”. Jika tujuan kegiatan pembelajaran sehari-hari mencakup hal hal diatas maka akan
terjadi peningkatan prestasi akademik yang memadai dan hubungan antar manusia akan lebih
kaya.
<Potret Kegiatan Siswa: suasana pembelajaran yang sedang berlangsung >
* Guru mengambil foto para siswa pada saat pengajaran sedang berlangusung.
*Foto-foto tersebut diperlihatkan kepada siswa dengan photo-vision.
・Guru--- merefleksi pengajaran diri sendiri. Membangun kolegalitas melalui berbagi pandangan terhadap
pembelajaran yang berkualitas tinggi dengan sesama guru.
・Siswa---dapat merefleksi pembelajaran dirinya sendiri.
Mencontohkan hal-hal yang positif dari perilaku teman dan meningkatkan keterampilan untuk kehidupan.
Memanfaatkan peningkatan pemahaman terhadap pihak lain, daya empati dan rasa percaya diri.
* Memamerkan foto-foto sebanyak mungkin, berarti memberi pengakuan terhadap upaya siswa dan mendorong
mereka untuk lebih maju.
30 May 2014, SMP Shimone
Penilaian sejauh mana sasaran sekolah telah tercapai
1.
Hasil C & S test, tingkat kepuasan terhadap kehidupan kelas dan survey mengenai rasa percaya diri
2.
Hasil tes diagnosis prestasi akademik Propinsi dan tes prestasi akademik tingkat Nasional
C&S Test
1.
Dari hasil survey tingkat kepuasan terhadap kehidupan kelas (rombel), dapat diketahui
kecenderungan suasana kelas secara keseluruhan.
2.
Dari hasil masing-masing, dapat diketahui perubahan rasa percaya diri siswa
(=>図貼付け)
Tes prestasi akademik
1. Tes prestasi akademik dan kondisi pembelajaran tingkat nasional TA2013
2. Tes untuk diagnosis prestasi akademik Propinsi
(=>図貼付け)
Download