Naskah publikasi - Universitas Muhammadiyah Surakarta

advertisement
HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN DISIPLIN KERJA
KARYAWAN
NASKAH PUBLIKASI
Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan
Mencapai gelar sarjana S1 Psikologi
Diajukan oleh :
DIENDA NOVALINA S
F 100 070 025
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2012
1
2
3
ABSTRAK
HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN DISIPLIN KERJA
KARYAWAN
Dienda Novalina S
Yudhi Satria Restu
Fakultas Psikologi
Universitas Muhammadiyah Surakarta
Setiap karyawan mempunyai tingkat disiplin kerja yang berbeda-beda. Masih banyak karyawan
yang belum memiliki tingkat disiplin kerja yang baik. Hal inilah yang masih menjadi permasalahan di
bidang ketenagakerjaan. Disiplin kerja karyawan dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, salah satunya
adalah konsep diri. Karyawan yang memiliki konsep diri yang positif maka disiplin kerjanya juga akan
tinggi, sebaliknya karyawan yang memiliki konsep diri yang negatif tingkat disiplin kerjanya juga akan
rendah. Disiplin kerja dapat menurun bila para karyawan kurang mampu mempertahankan konsep
dirinya yang positif.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara konsep diri dengan disiplin
kerja karyawan. Metode penelitian yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif. Subjek dalam
penelitian ini adalah 60 karyawan yang bekerja di PT. Triangga Dewi di bagian produksi, pendidikan
minimal SMA.
Hasil penelitian dengan menggunakan analisis non parametrik dari Spearman dapat
disimpulkan bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara konsep diri dengan disiplin kerja.
Semakin positif konsep diri yang dimiliki karyawan maka semakin tinggi nilai disiplin kerjanya.
Semakin negatif konsep diri yang dimiliki karyawan maka semakin menurun nilai disiplin kerjanya.
Selain itu, diketahui adanya faktor lain yang mempengaruhi disiplin kerja selain konsep diri namun
tidak diteliti lebih lanjut. Rata-rata disiplin kerja karyawan tergolong sedang, hal ini dapat diartikan
bahwa sebagian karyawan cukup bisa mentaati peraturan perusahaan dengan baik.
Kata kunci :
Konsep diri, disiplin kerja karyawan
4
PENDAHULUAN
Fenomena yang sering terjadi di
perusahaan oleh berbagai perilaku karyawan.
Salah satu bentuk perilaku karyawan tersebut
adalah yang berkaitan dengan disiplin kerja.
Disiplin kerja ditandai oleh berbagai hal yang
menyangkut perilaku karyawan. Helmi (1996)
berpendapat bahwa fenomena dari sikap dan
perilaku dalam disiplin kerja ditandai oleh
berbagai inisiatif dan kehendak untuk mentaati
peraturan, artinya orang yang dikatakan
mempunyai disiplin yang tinggi, tidak sematamata patuh dan taat terhadap peraturan, tetapi
juga mempunyai kehendak atau niat untuk
menyesuaikan diri dengan peraturan-peraturan
organisasi.
Permasalahan yang sering terjadi yang
berkaitan dengan disiplin kerja di PT. Triangga
Dewi, sebuah perusahaan yang bergerak di
bidang penenunan kain, yaitu karyawan yang
mangkir, dan seringnya terjadi berbagai
pelanggaran yang dilakukan karyawan.
Kenyataan yang terjadi di PT.Triangga
Dewi pada periode Januari hingga Desember
2009 terdapat 11 karyawan (18,3%) yang
melakukan pelanggaran-pelanggaran sehingga
dikenai surat peringatan atau SP. Januari hingga
Juni terdapat 4 karyawan (6,7%) yang melakukan
pelanggaran kedisiplinan dan pada bulan Juli
hingga Desember terdapat 7 karyawan (11,7%)
yang melakukan pelanggaran kedisiplinan.
Periode Januari hingga desember 2010
terdapat 15 karyawan (25%) yang melakukan
pelanggaran kedisiplinan hingga mendapat surat
peringatan. Januari hingga Juni terdapat 6
karyawan (10%) yang melakukan pelanggaranpelanggaran, sedangkan bulan Juli hingga
Desember terdapat 9 karyawan (15%) yang
melakukan berbagai pelanggaran.
Periode Januari hingga Desember 2011
terdapat 18 karyawan (30%) yang melakukan
pelanggaran kedisiplinan. Januari hingga Juni
terdapat 8 (13,3%) karyawan yang melakukan
pelanggaran kedisiplinan, sedangkan pada bulan
Juli hingga Desember terdapat 10 (16,7%)
karyawan yang melakukan tindak pelanggaran.
Periode januari hingga Desember 2009
terdapat 5 karyawan yang melakukan mangkir
(8,3%). Januari hingga Juni terdapat 2 karyawan
(3,3%) yang mangkir, pada bulan Juli hingga
Desember terdapat 3 karyawan (5%) yang
mangkir.
Periode Januari hingga Desember 2010
terdapat 11 karyawan yang melakukan mangkir
(18,3%).
Januari hingga Juni terdapat 3
karyawan yang mangkir (5%), sedangkan pada
bulan Juli hingga Desember terdapat 8 karyawan
yang melakukan mangkir (13,3%).
Periode Januari hingga Desember 2011
terdapat 14 karyawan yang melakukan tindakan
mangkir (23,3%), yaitu januari hingga Juni
terdapat 5 karyawan (8,3%), sedangkan pada
bulan Juli hingga November terdapat 9 karyawan
yang mangkir (15%).
Permasalahan yang sering terjadi pada
karyawan di PT. Triangga Dewi berkaitan
dengan kedisiplinan kerja yang meningkat tiap
tahunnya, Dibutuhkan penegakan kedisiplinan
agar kinerja perusahaan semakin baik dan tujuan
perusahaan akan tercapai. Saydam (dalam
Hasanah, 2008) menyatakan bahwa disiplin kerja
karyawan akan mempercepat pencapaian tujuan
perusahaan dan disiplin yang merosot akan
menjadi penghalang (rem) dan memperlambat
pencapaian tujuan perusahaaan.
Hal ini dapat dipengaruhi oleh beberapa
faktor. Menurut Kartono (2002) ada beberapa
faktor yang mempengaruhi kedisiplinan, yaitu 1)
Nilai sosial karena pada setiap negara memiliki
variasi yang berbeda dalam sebutan disiplin, 2)
Faktor pribadi, merupakan bagaimana individu
tersebut menyikapi pekerjaannya 3) Kondisi
ekonomi perusahaan, 4) Pegawai yang tidak
merasa aman, 5) Pekerjaan, pekerjaan yang
menantang, terlalu sulit ataupun terlalu mudah
dapat menyebabkan kebosanan yang mengarah
pada kedisiplin para karyawan.
Berdasarkan faktor yang dikemukakan
Kartono (2002) tersebut, bahwa salah satu faktor
yang mempengaruhi disiplin kerja adalah faktor
pribadi yaitu konsep diri. Ismail (2001)
menjelaskan bahwa individu dengan konsep diri
2
positif akan cenderung mengembangkan sikapsikap positif mengenai dirinya sendiri.
Sebaliknya, individu dengan konsep diri negatif
akan cenderung mengembangkan sikap-sikap
negatif mengenai dirinya sendiri.
Menurut Hurlock (2004) konsep diri yang
positif akan berkembang jika seseorang
mengembangkan sifat-sifat yang berkaitan
dengan good self-esteem, good self-confidence,
dan kemampuan melihat diri secara realistik.
Seseorang dengan konsep diri yang positif akan
terlihat optimis, penuh percaya diri, dan selalu
bersikap positif terhadap segala sesuatu.
Sebaliknya konsep diri yang negatif, akan
muncul jika seseorang mengembangkan perasaan
rendah diri, merasa ragu, kurang pasti serta
kurang percaya diri. Seseorang dikatakan
mempunyai konsep diri negatif jika karyawan
meyakini dan memandang bahwa dirinya lemah,
tidak berdaya, tidak dapat berbuat apa-apa, tidak
kompeten, gagal, malang, tidak menarik, tidak
disukai dan tidak memiliki daya tarik terhadap
hidup.
Penelitian ini untuk melihat hubungan
antara konsep diri dengan disiplin kerja
karyawan. Dasar teori mengacu pada pendapat
Koentjaraningrat (dalam Kartono, 2002) juga
menyatakan bahwa disiplin kerja masyarakat
Indonesia yang masih rendah disebabkan oleh
mentalitas bangsa Indonesia yang berisi
kelemahan-kelemahan berupa sifat meremehkan
mutu, kurang percaya diri, dan suka
mengabaikan tanggung jawab.
Disiplin kerja merupakan hasil proses
interaktif antara faktor luar dan faktor dari dalam
individu. Faktor dari dalam individu dapat
berupa penilaian-penilaian terhadap diri sendiri
maupun lingkungan yang disebut konsep diri,
sedangkan faktor dari luar individu adalah
pekerjaan yang dilakukan oleh individu tersebut,
semakin baik konsep diri karyawan maka akan
memudahkan dalam mengatasi masalah yang ada
dalam diri maupun di luar dirinya.
Menurut Hurriyati (2009), mengenai
penelitian disiplin kerja yang meneliti tentang
hubungan antara konsep diri dan beban kerja
dengan disiplin kerja pada karyawan PT. X
Palembang, dimana hasil yang didapat adalah
adanya hubungan yang sangat signifikan antara
konsep diri dan beban kerja dengan disiplin kerja
karyawan.
Berdasarkan uraian diatas maka dapat
dibuat rumusan masalah : “Apakah ada hubungan
antara konsep diri dengan disiplin kerja”.
Berdasarkan rumusan masalah tersebut maka
penulis tertarik untuk melaksanakan penelitian
dengan judul: “Hubungan antara konsep diri
dengan disiplin kerja karyawan”.
LANDASAN TEORI
Disiplin Kerja
Sedarmayanti (2009), disiplin merupakan
sikap mental yang tercermin dalam perbuatan
tingkah laku perorangan, kelompok, atau
masyarakat berupa kepatuhan atau ketaatan
terhadap peraturan, ketentuan, etika, norma, dan
kaidah yang berlaku. Disiplin kerja adalah sikap
dan tingkah laku yang menunjukkan ketaatan
pegawai terhadap peraturan organisasi.
Menurut Nitisemito (1996), disiplin kerja
itu sebagai sikap, tingkah laku, dan perbuatan
yang sesuai dengan peraturan perusahaan atau
instansi baik yang tertulis maupun yang tidak
tertulis.
Menurut Warsono (dalam Kusumawarni,
2007), disiplin kerja juga diartikan sebagai sikap
ketaatan seseorang terhadap suatu aturan /
ketentuan yang berlaku dalam organisasi yaitu
menggabungkan diri dalam organisasi itu atas
dasar kesadaran diri bukan karena adanya
paksaan.
Berdasarkan uraian tersebut maka dapat
ditarik kesimpulan bahwa disiplin kerja
merupakan suatu sikap, tingkah laku, dan
perbuatan untuk mentaati peraturan organisasi
yang didasarkan atas kesadaran diri untuk
menyesuaikan diri dengan peraturan organisasi
baik yang tertulis maupun yang tidak tertulis.
Disiplin kerja merupakan suatu sikap atau
perilaku. Pembentukan perilaku jika dilihat dari
formula Kurt Lewin adalah interaksi antara
faktor kepribadian (faktor internal) dan faktor
lingkungan (eksternal) (Helmi,1996).
a. Faktor kepribadian. Faktor yang
penting dalam kepribadian seseorang adalah
sistem nilai yang dianut. Sistem nilai dalam hal
ini yang berkaitan langsung dengan disiplin.
3
Nilai-nilai yang menjunjung disiplin yang
diajarkan atau ditanamkan oleh orang tua, guru,
dan masyarakat yang akan digunakan sebagai
kerangka acuan bagi penerapan disiplin di tempat
kerja. Sistem nilai akan terlihat dari sikap
seseorang. Sikap diharapkan tercermin dalam
perilaku.
b. Faktor lingkungan. Disiplin kerja
yang tinggi tidak muncul begitu saja tetapi
merupakan proses belajar yang terus menerus.
Proses pembelajaran agar dapat efektif maka
pimpinan perlu bersikap adil, terbuka, dan
memperhatikan prinsip-prinsip konsisten. Adil
dalam hal ini ialah memperlakukan seluruh
karyawan dengan tidak membeda-bedakan.
Konsisten adalah memperlakukan aturan secara
konsisten dari waktu ke waktu. Apabila pegawai
mentaati segala peraturan yang telah ditetapkan,
maka disiplin sudah dapat ditegakkan. Sekali
aturan yang telah disepakati dilanggar, maka
rusaklah sistem aturan tersebut. Selain peraturan
dan kepemimpinan, faktor lingkungan juga
terdiri dari keadaan lingkungan, dan suasana
kerja.
Menurut Helmi (1996), terdapat tiga
faktor penyebab disiplin kerja, antara lain;
a. Disiplin
karena
kepatuhan.
Kepatuhan yang didasarkan atas dasar perasaan
takut. Disiplin kerja dalam tingkat ini dilakukan
untuk mendapat reaksi positif dari atasan.
Sebaliknya, jika pengawas tidak berada di tempat
kerja, disiplin ini tidak tampak.
b. Disiplin
karena
identifikasi.
Kepatuhan aturan yang didasarkan pada
identifikasi adalah adanya perasaan kekaguman
pada atasan. Pemimpin yang kharismatik adalah
figur yang dihormati, dihargai, dan sebagai pusat
identifikasi. Pegawai yang menunjukkan disiplin
terhadap aturan organisasi bukan disebabkan
karena menghormati aturan tersebut tetapi lebih
disebabkan
keseganan
pada
atasan.
Penghormatan dan penghargaan pegawai pada
pemimpin
disebabkan
karena
kualitas
kepribadian yang baik atau mempunyai kualitas
professional yang tinggi di bidangnya.
c. Disiplin
karena
internalisasi.
Disiplin kerja pada tingkat ini dapat terjadi
karena pegawai mempunyai sistem nilai yang
menjunjung tinggi nilai kedisiplinan. Dalam taraf
ini, orang dikategorikan telah mempunyai
disiplin diri.
Menurut Kartono (2002) ada beberapa
faktor yang mempengaruhi kedisiplinan, yaitu:
a. Nilai sosial, karena pada setiap
negara memiliki variasi yang berbeda dalam
sebutan disiplin,
b. Faktor
pribadi,
merupakan
bagaimana
individu
tersebut
menyikapi
pekerjaannya
c. Kondisi ekonomi perusahaan,
d. Pegawai yang tidak merasa aman,
e. Pekerjaan,
pekerjaan
yang
menantang, terlalu sulit ataupun terlalu mudah
dapat menyebabkan kebosanan yang mengarah
pada kedisiplin para karyawan.
Berdasarkan faktor yang dikemukakan
Kartono (2002) tersebut, bahwa salah satu faktor
yang mempengaruhi disiplin kerja adalah faktor
pribadi yang diantaranya konsep diri. Menurut
Hurlock (2004), konsep diri adalah pemahaman
atau gambaran seseorang mengenai dirinya dapat
dilihat dari dua aspek, yaitu aspek fisik dan aspek
psikologis.
Gambaran fisik diri terjadi dari konsep
yang dimiliki individu tentang penampilannya,
kesesuaian dengan seksnya, arti penting
tubuhnya dalam hubungan dengan perilakunya.
Sedangkan gambaran psikis diri atau psikologis
terdiri dari konsep individu tentang kemampuan
dan ketidakmampuannya, harga dirinya dan
hubungannya dengan orang lain.
Berdasarkan uraian-uraian tersebut maka
dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi disiplin kerja antara lain: faktor
kepribadian, faktor lingkungan antara lain;
peraturan, kepemimpinan, keadaan lingkungan,
dan suasana kerja; disiplin karena kepatuhan,
disiplin karena identifikasi, dan disiplin karena
internalisasi, nilai sosial karena pada setiap
negara memiliki variasi yang berbeda dalam
sebutan disiplin, faktor pribadi yang diantaranya
konsep diri, kondisi ekonomi perusahaan,
pegawai yang tidak merasa aman, pekerjaan.
Menurut Soejono (1997), disiplin kerja
pegawai dapat dikatakan baik apabila memenuhi
syarat sebagai berikut:
a. Para pegawai datang tepat waktu,
tertib, teratur,
4
b. Berpakaian rapi,
c. Mampu
memanfaatkan
dan
menggerakkan perlengkapan secara baik,
d. Menghasilkan
pekerjaan
yang
memuaskan,
e. Mengikuti
cara
kerja
yang
ditentukan oleh perusahaan,
f. Memiliki tanggung jawab yang
tinggi
Menurut Harahap (2011), aspek-aspek
disiplin kerja adalah :
a. Aspek
pemahaman
terhadap
peraturan. Sebelum mematuhi peraturan perlu
diketahui apakah karyawan sudah memahami
peraturan perusahaan dengan jelas. Seorang
pegawai menunjukkan kedisiplinan yang baik
bila perilakunya menunjukkan usaha-usaha untuk
memahami dengan jelas peraturan perusahaan,
seperti karyawan yang dengan rajin mengikuti
briefing,
membaca
pengumuman
atau
menanyakan ketidakjelasan suatu peraturan.
b. Aspek kepatuhan dan ketaatan
terhadap aturan. Pegawai mempunyai disiplin
tinggi jika tidak mempunyai catatan pelanggaran
selama kerjanya, mentaati suatu peraturan tanpa
ada paksaan dan sukarela serta dapat
menyesuaikan diri dengan aturan organisasi yang
telah ditetapkan.
c. Aspek ketepatan waktu dalam
pelaksanaan dan penyelesaian pekerjaan.
Pegawai yang disiplin senantiasa menghargai
waktu sehingga bekerja dengan tepat waktu dan
menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan waktu
yang telah ditetapkan.
d. Aspek keteraturan proses dalam
menjalankan
tugas.
Ketentuan
proses
menimbulkan kualitas pekerjaan yang meliputi
perencanaan, pengurutan metode, atau tata kerja
yang tertib dan teratur. Pegawai yang disiplin
dalam melaksanakan pekerjaan mengetahui
dengan baik urutan dan perencanaan pekerjaan
agar dapat bekerja secara efektif dan produktif.
Strauss dan sayles (1995) menyebutkan
beberapa aspek disiplin kerja, yaitu:
a. masuk kerja tepat pada waktunya
b. mentaati instruksi kerja
c. menghindari perkelahian, mabuk,
pencurian
d. absensi
Berdasarkan beberapa uraian tersebut,
dapat disimpulkan aspek-aspek disiplin kerja
antara lain kehadiran, waktu kerja, kepatuhan
terhadap perintah, kepatuhan terhadap peraturan,
produktivitas kerja, pemahaman terhadap
peraturan, kepatuhan dan ketaatan terhadap
aturan, ketepatan waktu dalam pelaksanaan dan
penyelesaian pekerjaan, keteraturan proses dalam
menjalankan tugas, masuk kerja tepat pada
waktunya, mentaati instruksi kerja, menghindari
perkelahian, mabuk dan pencurian, absensi.
Konsep Diri
Konsep diri menurut Mead (dalam Burns,
1993) mendefinisikan konsep diri sebagai
perasaan, dan penilaian individu mengenai
dirinya sendiri yang didapat dari hasil interaksi
dengan lingkungan sekitar.
Burn (dalam Ghufron dan Risnawita,
2010) mendefinisikan konsep diri sebagai kesan
terhadap diri sendiri secara keseluruhan yang
mencakup pendapatnya terhadap diri sendiri,
pendapatnya tentang gambaran diri di mata orang
lain, dan pendapatnya tentang hal-hal yang
dicapai.
Sullivan
(dalam
Thalib,
2010)
mengatakan bahwa konsep diri mengandung
makna penerimaan diri dan identitas diri yang
merupakan konsepsi inti yang relatif stabil.
Mengacu pada pengertian konsep diri,
selanjutnya dapat dirumuskan bahwa konsep diri
merupakan perasaan, penerimaan, dan identitas
diri yang relatif stabil yang mencakup
pendapatnya terhadap diri sendiri, pendapatnya
tentang gambaran diri individu di mata orang
lain, dan pendapatnya tentang hal-hal yang
dicapai yang didapat dari hasil interaksi dengan
lingkungan sekitar yang dimiliki setiap individu.
Banyak faktor yang dapat mempengaruhi
konsep diri. Rakhmat (dalam Sobur, 2009)
menyebut faktor “orang lain” dan “kelompok
rujukan” (reference group) sebagai faktor yang
mempengaruhi konsep diri.
Mead (dalam Sobur, 2009) menyebut
faktor “orang lain” sebagai significant others,
orang lain yang sangat penting, yakni orang tua,
saudara, dan orang yang tinggal dalam satu
rumah.
5
Significant others dalam perkembangannya,
meliputi semua orang yang mempengaruhi
perilaku, pikiran, dan perasaan individu. Mereka
mempengaruhi tindakan, membentuk pikiran,
dan menyentuh secara emosional seorang
individu. Kelompok rujukan (reference group),
dimaksudkan
bahwa
dalam
pergaulan
bermasyarakat, seorang individu pasti menjadi
anggota berbagai kelompok: rukun tetangga,
rukun warga, Ikatan Sarjana Psikologi atau
lainnya. Setiap kelompok mempunyai norma
tertentu. Ada kelompok yang secara emosinal
mengikat. Ini yang disebut kelompok rujukan
(reference group), orang yang mengarahkan
perilakunya dan menyesuaikan dirinya dengan
ciri-ciri kelompoknya.
Verderber
(dalam
Sobur,
2009)
menyebutkan tiga faktor yang mempengaruhi
konsep diri, yakni:
a. Self appraisal – Viewing Self as an
Object. Istilah ini menunjukkan suatu pandangan,
yang menjadikan diri sendiri sebagai objek dalam
komunikasi, atau dengan kata lain adalah kesan
terhadap diri sendiri. Dalam hal ini, individu
membentuk kesan-kesan tentang diri sendiri.
Mengamati perilaku fisik secara langsung,
misalnya dengan melihat diri sendiri di depan
cermin kemudian menilai apa yang dilihat.
Penilaian tersebut sangat berpengaruh terhadap
cara pemberian kesan pada diri sendiri: suka atau
tidak suka, senang atau tidak senang pada apa
yang dilihat tentang diri sendiri. Apabila
merasakan apa yang tidak disukai tentang diri
sendiri dan tidak berusaha untuk mengubahnya,
inilah awal dari terbentuknya konsep diri yang
negatif.
b. Reactions and Response of Others.
Konsep diri tidak saja berkembang melalui
pandangan seseorang terhadap diri sendiri,
namun juga berkembang dalam interaksi dengan
masyarakat. Oleh sebab itu, konsep diri
dipengaruhi oleh reaksi serta respon orang lain
terhadap seorang individu. Dengan demikian, apa
yang ada pada diri individu, dievaluasi oleh
orang lain melalui interaksi dengan orang
tersebut, dan pada gilirannya evaluasi orang lain
mempengaruhi perkembangan konsep diri
individu.
c. Roles You Play – Role Taking.
Suhardono (daalam Sobur, 2009), peran
merupakan seperangkat patokan yang membatasi
perilaku yang mesti dilakukan seseorang yang
menduduki suatu posisi. Peran yang dimainkan
oleh seorang individu adalah hasil dari sistem
nilai. Individu dapat memotret dirinya sendiri
sebagai orang yang dapat berperan sesuai dengan
persepsinya yang didasarkan pada pengalaman
diri sendiri, yang dalam hal ini terdapat unsur
selektivitas dari keinginan diri sendiri untuk
memainkan peran, seperti dalam memilih baju,
buah-buahan dan sebagainya. Lebih banyak
peran positif yang dimainkan, maka semakin
positif konsep diri seseorang. Semakin positif
konsep diri, maka semakin positif untuk
berkomunikasi dengan orang lain.
d. Reference Group. Kelompok yang
dimana seseorang menjadi anggota didalamnya.
Jika kelompok ini dianggap penting, hal ini akan
menentukan kekuatan untuk menentukan konsep
diri seseorang. Brooks (dalam Sobur, 2009)
mengatakan bahwa penelitian menunjukkan
bahwa cara seseorang menilai dirinya sendiri
merupakan bagian dari fungsinya untuk
dievaluasi oleh kelompok rujukan.
Menurut Burns (1993) konsep diri
dipengaruhi faktor-faktor sebagai berikut:
a. Citra diri, yang berisi tentang
kesadaran dan citra tubuh. Hal ini merupakan
dasar dari identitas diri seseorang terbentuk.
b. Kemampuan
bahasa,
bahasa
memudahkan untuk berinteraksi dengan orang
lain.
c. Umpan balik dari lingkungan,
khususnya dari orang-orang terdekat (significant
others). Individu yang memiliki citra tubuh yang
sesuai dengan orang terdekat akan mempunyai
rasa harga diri yang tampak melalui penilaianpenilaian.
d. Identifikasi dengan peran jenis
yang sesuai dengan stereotip masyarakat,
identifikasi yang berdasar penggolongan seks
akan berpengaruh terhadap sejauh mana individu
member label maskulin atau feminine kepada
dirinya.
e. Pola
asuh,
perlakuan,
dan
komunikasi orang tua, hal ini akan berpengaruh
terhadap harga diri individu karena ada
6
ketergantungan secara fisik, emosional, sosial
kepada orang tua individu (terutama pada masa
kanak-kanak), selain karena orangtua juga
menjadi sumber umpan balik bagi individu.
Berdasarkan uraian-uraian tersebut
dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi konsep diri adalah orang lain, self
appraisal – viewing self as an objects, reaction
and response of others, role you play – role
taking, dan reference groups (kelompok
rujukan), citra diri, kemampuan bahasa, umpan
balik dari lingkungan, identifikasi dengan peran
jenis yang sesuai dengan stereotip masyarakat,
pola asuh, perlakuan, dan komunikasi orang tua.
Menurut Song dan Hattie (dalam Thalib,
2010) menyatakan bahwa aspek-aspek konsep
diri dibedakan menjadi:
a. Konsep diri akademis, konsep diri
akademis mencakup kemampuan akademik,
prestasi akademik.
b. Konsep diri non akademis.
1) Konsep diri sosial, konsep ini
termasuk konsep diri dalam hubungannya dengan
teman sebaya dan keluarga.
2) Penampilan diri, penampilan diri ini
mencakup kepercayaan diri dan penampilan fisik.
Menurut Calhoun dan Acocella (dalam
Ghufron dkk, 2010) mengatakan konsep diri
terdiri dari tiga dimensi atau aspek diantaranya :
a. Pengetahuan, pengetahuan adalah apa
yang individu ketahui tentang dirinya. Individu
di dalam benaknya terdapat satu daftar yang
menggambarkan dirinya, kelengkapan atau
kekurangan fisik, usia, jenis kelamin,
kebangsaan, suku, pekerjaan, agama dan lainlain. Misalnya, seseorang akan menganggap
dirinya sebagai orang yang sempurna karena
telah dikaruniai fisik dengan lengkap, berusia 20
tahun, wanita, WNI, jawa, dan lain-lain.
b. Harapan,
pada
saat
tertentu,
seseorang mempunyai suatu aspek pandangan
tentang dirinya. Individu juga mempunyai satu
aspek pandangan tentang kemungkinan dirinya
menjadi apa di masa depan. Singkatnya, individu
mempunyai harapan bagi dirinya untuk menjadi
diri yang ideal. Diri yang ideal sangat berbeda
pada masing-masing individu.
c. Penilaian, dalam penilaian, individu
berkedudukan sebagai penilai tentang dirinya
sendiri. Apakah bertentangan dengan 1)
“siapakah saya”, pengharapan bagi individu; 2)
“seharusnya saya menjadi apa”, standar bagi
individu. Hasil penilaian tersebut disebut harga
diri. Semakin tidak sesuai antara harapan dan
standar diri, maka akan semakin rendah harga
diri seseorang.
Menurut pandangan Berzonsky (dalam
Maria, 2007), aspek-aspek konsep diri terdiri
atas:
a. Aspek fisik. Aspek ini meliputi
penilaian individu terhadap segala sesuatu yang
dimilikinya yang terlihat secara fisik seperti
tubuh, kesehatan, penampilan fisiknya.
b. Aspek psikis. Aspek ini meliputi
pikiran, perasaan, dan sikap individu terhadap
dirinya sendiri.
c. Aspek sosial. Aspek ini meliputi
bagaimana peranan sosial yang dimainkan oleh
individu mencakup hubungan antara individu
dengan keluarga dan dengan lingkungan dan
sejauhmana penilaian individu terhadap peran
tersebut.
d. Aspek moral. Aspek ini meliputi nilainilai dan prinsip-prinsip yang memberi arti dan
arah bagi kehidupan dirinya sendiri.
Berdasarkan beberapa uraian tersebut,
dapat disimpulkan bahwa aspek-aspek konsep
diri antara lain konsep diri akademis, konsep diri
non akademis, pengetahuan, harapan, penilaian,
fisik, psikis, moral, sosial. Adapun aspek yang
digunakan sebagai dasar penyusunan skala
adalah Berzonsky (dalam Maria, 2007) yaitu
aspek fisik, psikis, sosial, moral.
Hipotesis
Ada hubungan positif antara konsep diri
dengan disiplin kerja. Semakin tinggi konsep diri
individu maka akan semakin tinggi pula disiplin
kerja begitu pula sebaliknya.
METODE
Identifikasi Variabel Penelitian
Variabel tergantung : Disiplin kerja
Variabel bebas
: Konsep diri
Subjek Penelitian
Subjek penelitian adalah karyawan
kontrak bagian produksi yang berjumlah 60
7
orang dari 775 karyawan yang
pendidikan terakhir minimal SMA.
memiliki
Alat Ukur
Alat ukur yang digunakan yaitu skala
konsep diri dan dokumentasi disiplin kerja
karyawan tahun 2009, 2010, 2011.
Metode Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan yaitu
dengan teknik analisis korelasi product moment.
LAPORAN PENELITIAN
Analisis Data
Analisis data dilakukan setelah uji asumsi
yang meliputi uji normalitas sebaran dan uji
linieritas hubungan. Hal ini dilakukan karena
syarat korelasi adalah sebaran data variabel
mempunyai distribusi yang normal, antara
variabel bebas dan variabel tergantung
mempunyai korelasi yang linier sehingga perlu
dilakukan uji asumsi terlebih dahulu sebelum
menguji hipotesis.
Uji Asumsi
Uji Normalitas Sebaran
Uji normalitas sebaran bertujuan untuk
mengetahui normal atau tidaknya sebaran data
penelitian. Hasil uji normalitas sebaran dari
variabel konsep diri diperoleh dengan nilai
Kolmogorov-Smirnov (KS-Z = 0,091; p=0,200)
(p > 0,05). Hasil tersebut menunjukkan bahwa
sebaran data variabel konsep diri memenuhi
distribusi normal. Variabel disiplin kerja
diperoleh dengan nilai Kolmogorov-Smirnov
(KS-Z = 0,149; p=0,002) (p < 0,05). Hasil
tersebut menunjukkan bahwa variabel disiplin
kerja tidak memenuhi distribusi normal.
Hal ini sesuai dengan yang dikatakan
Uyanto (2009), apabila nilai p ≤ 0,05 maka dapat
disimpulkan bahwa sebaran data tidak dapat
dikatakan normal.
Hasil analisis statistik non parametrik dari
Spearman digunakan karena data tidak
berdistribusi normal. Seperti yang dikatakan oleh
Santoso (2001), jika data ada yang tidak
berdistribusi normal maka perlu digunakan
alternatif metode non parametrik.
Uji Hipotesis
Berdasarkan hasil analisis data dengan
menggunakan teknik analisis non parametrik dari
Spearman diperoleh nilai koefisien korelasi (r) =
0,277 dengan p = 0,032 (p ≤ 0,05) artinya ada
hubungan positif yang signifikan antara konsep
diri dengan disiplin kerja. Semakin positif
konsep diri yang dimiliki karyawan maka
semakin tinggi nilai disiplin kerjanya. Semakin
negatif konsep diri yang dimiliki karyawan maka
semakin menurun nilai disiplin kerjanya. Hal ini
sesuai apa yang dikatakan oleh Uyanto (2009)
apabila nilai p ≤ 0,05 maka dapat disimpulkan
bahwa hasilnya signifikan, yang artinya ada
hubungan positif yang signifikan antara konsep
diri dengan disiplin kerja.
Kategorisasi Konsep Diri
Berdasarkan hasil analisis kategorisasi
diketahui variabel konsep diri mempunyai rerata
empirik sebesar 109,65 dan rerata hipotetik
sebesar 85 yang berarti konsep diri pada subjek
penelitian tergolong tinggi.
Kategorisasi Disiplin Kerja
Berdasarkan hasil analisis data penilaian
disiplin kerja karyawan diketahui disiplin kerja
mempunyai rerata empirik sebesar 77,05 yang
berarti disiplin kerja pada subjek penelitian
tergolong cukup.
Sumbangan Efektif
Sumbangan
efektif
menunjukkan
seberapa besar peran atau kontribusi variabel
bebas terhadap variabel tergantung. Sumbangan
efektif konsep diri 8.0% terhadap disiplin kerja,
ditunjukkan
oleh
koefisien
determinan
(r2)=0,080. Hal ini berarti masih terdapat 92,0%
faktor-faktor lain yang memberikan sumbangan
efektif terhadap disiplin kerja diluar variabel
konsep diri seperti kepribadian, pimpinan,
suasana kerja, keadaan lingkungan, kondisi
ekonomi perusahaan, pekerjaan, dll.
Tabel 1
Hasil Analisis data
8
Uji
Hipotesis
Variabel
Hasil
Keterang
an
Spearman
Konsep
diri
dengan
Disiplin
Kerja
Koefisi
en r =
0,277
p=
0,032
(p <
0,00)
Ada
hubungan
positif
yang
signifikan
Sumbang
an efektif
Konsep
diri
dengan
Disiplin
kerja
r2 =
0,080
Sumba
ngan
konsep
diri
terhad
ap
disiplin
kerja
sebesar
8%
RE =
109,65
RH =
85
Terdapat
92%,
variabel
lain yang
mempeng
aruhi
disiplin
kerja
Kategorisa Konsep
si
diri
Disiplin
kerja
RE =
77,05
Prosent
ase
66,7%
Tergolo
ng tinggi
Tergolo
ng sedang
Pembahasan
Berdasarkan hasil analisis data dengan
menggunakan teknik statistik non parametrik dari
Spearman diperoleh nilai koefisien korelasi (r)
sebesar = 0,277 dengan p = 0,032 (p < 0,05).
Terdapat
hubungan
positif
yang
signifikan antara konsep diri dengan disiplin
kerja. Semakin positif konsep diri yang dimiliki
karyawan maka semakin tinggi nilai disiplin
kerjanya. Semakin negatif konsep diri yang
dimiliki karyawan maka semakin menurun nilai
disiplin kerjanya. Namun, koefisien korelasinya
menunjukkan korelasi yang lemah. Sesuai
dengan pendapat Nugroho (dalam Ermanto,
2009) yang mengatakan bahwa nilai koefisien
korelasi 0,21 – 0,40 berarti korelasinya lemah.
Artinya, ada hubungan yang lemah antara konsep
diri dengan disiplin kerja karyawan. Berdasarkan
hasil perhitungan dengan bantuan program SPSS
15 didapat nilai koefisien determinan (r2)=0,080
atau 8%, angka tersebut memberikan arti bahwa
disiplin kerja dipengaruhi oleh konsep diri
sebesar 8% dan sisanya 92% dipngaruhi faktor
lain. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
konsep diri memberikan sumbangan efektif
terhadap disiplin kerja, akan tetapi disiplin kerja
tidak hanya dipengaruhi oleh variabel konsep diri
namun juga ada faktor-faktor lain yang
mempengaruhinya. Nugroho (dalam Ermanto,
2009) juga mengatakan koefisien korelasi ini
menunjukkan hubungan antara variabel-variabel
dalam penelitian. Nilai ini antara – atau +. Jika
memiliki nilai yang negatif maka korelasi
memiliki hubungan yang terbalik. Dan jika
memiliki nilai yang positif memiliki hubungan
yang lurus.
Hasil penelitian ini menunjukkan adanya
hubungan antara konsep diri dengan disiplin
kerja, sesuai dengan yang dikemukakan oleh
Kartono (2002) bahwa pendisiplinan dan
tanggung jawab itu timbul dari kesadaran yang
melibatkan proses kognisi dimana konsep diri
tidak akan mungkin ada tanpa kapasitas untuk
berpikir, hati nurani serta kelompok itu sendiri.
Sependapat dengan Kartono (2002), Rakhmat
(dalam Hurriyati, 2009) menyatakan bahwa
konsep diri bukan hanya sekedar gambaran
deskriptif, tetapi juga penilaian diri individu
tentang diri individu itu sendiri. Jadi konsep diri
meliputi apa yang dipikirkan dan apa yang
dirasakan tentang dirinya sendiri.
Burn (dalam Ghufron dan Risnawita,
2010) mendefinisikan konsep diri sebagai kesan
terhadap diri sendiri secara keseluruhan yang
mencakup pendapatnya terhadap diri sendiri,
pendapat tentang gambaran diri di mata orang
lain dan pendapatnya tentang hal-hal yang
dicapai.
Sobur (2010) mengatakan bahwa konsep
diri bukan merupakan faktor yang dibawa sejak
lahir, melainkan faktor yang dipelajari dan
terbentuk dari pengalaman individu dalam
berhubungan dengan individu lain. Hal ini
9
didukung oleh pendapat Willey (dalam Ghufron
dan Risnawita, 2010) yang menyatakan bahwa
sumber pokok dari informasi untuk konsep diri
adalah interaksi dengan orang lain.
Hasil uji normalitas sebaran dari variabel
konsep diri diperoleh nilai p (p=0,200) (p >
0,05). Hasil tersebut menunjukkan bahwa
sebaran data konsep diri memenuhi distribusi
normal. Variabel disiplin kerja diperoleh
(p=0,002) (p < 0,05). Hasil tersebut
menunjukkan bahwa sebaran data disiplin kerja
tidak memenuhi distribusi normal, sehingga
syarat korelasi product moment tidak terpenuhi.
Sesuai yang dikatakan oleh Santoso (2001), jika
data ada yang tidak berdistribusi normal maka
perlu digunakan alternatif metode non
parametrik.
Hasil analisis data menunjukkan bahwa
konsep diri subyek tergolong tinggi dengan rerata
empirik 109,65 dan disiplin kerjanya tergolong
sedang dengan rerata empirik 77,05. Hal ini
dapat diartikan bahwa subyek sudah memiliki
konsep diri yang positif sehingga subyek sudah
cukup bisa mentaati peraturan yang berlaku dan
dapat bekerja dengan disiplin.
Fitts (dalam sutataminingsih, 2009)
mengemukakan bahwa konsep diri mempunyai
pengaruh yang kuat terhadap tingkah laku
seseorang. Oleh karena itu, dengan mengetahui
konsep diri seseorang maka akan lebih
memudahkan untuk memahami tingkah lakunya.
Fitts (dalam Sutataminingsih, 2009) juga
mengatakan bahwa konsep diri merupakan
pedoman individu dalam berperilaku. Pernyataan
ini sesuai dengan Kinch (dalam Sutataminingsih,
2009) yang mengemukakan bahwa konsep diri
terbentuk melalui interaksi sosial dan konsep diri
mempengaruhi tingkah laku seseorang.
Konsep diri pada subyek penelitian
tergolong tinggi, menunjukkan bahwa rata-rata
subyek memiliki konsep diri yang positif
meliputi perasaan, penerimaan, dan identitas diri
yang relatif stabil yang mencakup pendapatnya
terhadap diri sendiri, pendapatnya tentang
gambaran diri individu di mata orang lain, dan
pendapatnya tentang hal-hal yang dicapai.
Disiplin kerja subyek tergolong sedang yang
berarti bahwa rata-rata subyek memiliki tingkat
disiplin kerja yang cukup meliputi suatu sikap,
tingkah laku, dan perbuatan untuk mentaati
peraturan organisasi yang didasarkan atas
kesadaran diri untuk menyesuaikan diri dengan
peraturan organisasi baik yang tertulis maupun
yang tidak tertulis..
Konsep diri memberikan pengaruh pada
karyawan untuk dapat memiliki tingkat disiplin
kerja yang tinggi. Namun generalisasi penelitian
hanya terbatas pada populasi yang dikenai
penelitian sehingga penerapan pada populasi
yang lebih luas dianggap perlu dilakukan dengan
menambah variabel lain yang belum disertakan
dalam penelitian ini.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Hasil analisis data penelitian ini dapat
diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1. Ada hubungan positif yang signifikan
antara konsep diri dengan disiplin kerja. Semakin
positif konsep diri yang dimiliki karyawan maka
semakin tinggi nilai disiplin kerjanya. Semakin
negatif konsep diri yang dimiliki karyawan maka
semakin menurun nilai disiplin kerjanya.
2. Sumbangan efektif variabel konsep diri
terhadap disiplin kerja karyawan sebesar 8,0%.
Hal ini berarti masih terdapat faktor-faktor lain
yang memberikan sumbangan efektif terhadap
disiplin kerja diluar variabel konsep diri seperti
kepribadian, pimpinan, suasana kerja, keadaan
lingkungan, kondisi ekonomi perusahaan,
pekerjaan, dll.
3. Rata-rata disiplin kerja karyawan
tergolong sedang. Rata-rata konsep diri karyawan
tergolong tinggi.
Saran
1. Pimpinan PT. Triangga Dewi
Pimpinan PT. Triangga Dewi diharapkan
bisa meningkatkan disiplin kerja karyawan
dengan memperhatikan aspek sosial yaitu dapat
bersikap terbuka dan menjalin hubungan yang
baik dengan karyawan, mau mendengarkan dan
memberikan solusi dari setiap permasalahan yang
dihadapi karyawan, sehingga setiap karyawan
diharapkan dapat meningkatkan disiplin kerja
dengan penuh kesadaran. Pimpinan PT. Triangga
Dewi juga diharapkan dapat memperhatikan hak
10
dan kewajiban dari para karyawan dan adanya
pembinaan disiplin kerja karyawan, selain itu
dapat memperhatikan aspek fisik yaitu dengan
cara memperhatikan kesehatan karyawan dan
memberikan kesempatan pada karyawan untuk
berolahraga secara bersama setidaknya satu kali
dalam seminggu. Aspek psikis yaitu pembinaan
mental dengan mengadakan pengajian atau
memberikan ceramah atau mengadakan rekreasi
bersama untuk meningkatkan kesejahteraan
karyawan
2. Karyawan PT. Triangga Dewi
Diharapkan para karyawan dapat
menjalin kerja sama atau berhubungan baik
dengan karyawan lain, dan lebih mentaati
peraturan perusahaan yang berlaku, selain itu
diharapkan para karyawan lebih memperhatikan
aspek fisik dengan menjaga kesehatan melalui
berolahraga, menjaga pola makan dan istirahat
yang cukup, dan tidak lupa memperhatikan aspek
moral dengan cara meningkatkan keimanan
kepada Tuhan YME serta aspek sosial yaitu
menjalin
keharmonisan
dengan
sesama
karyawan.
3. Peneliti Selanjutnya
Peneliti selanjutnya yang akan meneliti
disiplin kerja, diharapkan dapat meneliti lebih
dalam lagi mengenai disiplin kerja dengan
menambah variabel lain atau dengan memperluas
populasi sehingga dapat mengungkap lebih baik
lagi tentang disiplin kerja.
Cole,N.D. & Latham, G.P. (1997). Effects of
Training in Procedural Justice on
Perceptions of Disciplinary Fairness by
Unionized Employees and Disciplinary
Subject Matter Experts. Journal of
Scientified Psychology, 82, 199-205.
Washington DC : APA.
Ermanto, B. (2009). Analisis Rasio Keuangan
Pada pertumbuhan Laba Dan Rugi Di
Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar
Di Jakarta Stock Exchange Periode 20052006. Tesis. (Tidak Diterbitkan). Jakarta :
Fakultas Akuntansi BINUS.
Ghozali, I. (2009). Aplikasi Analisis Multivariate
Dengan Program SPSS. Semarang :
Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Ghufron,M.N. & Risnawita, S.R. (2010). TeoriTeori Psikologi. Yogjakarta : Ar-Ruzz
Media Group.
Hadi, S. (2004). Statistik Jilid 2. Yogyakarta :
ANDI.
Harahap, A.K. (2011). Penerapan Tambahan
Penghasilan
Pegawai
Dalam
Meningkatkan Kinerja Dan Disiplin
Pegawai Pada Badan Kepegawaian
Daerah Provinsi Sumatera Utara. Tesis.
(Tidak diterbitkan). Medan : Fakultas
Ilmu Sosial dan Politik USU.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu
Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka
Cipta.
Azwar,
.
S.
(2010). Metode Penelitian.
Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
. (2010). Reliabilitas Dan Validitas.
Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Burns, R.B. (1993). Konsep Diri : Teori,
Pengukuran, Pekembangan Dan Perilaku
(Terjemahan oleh Eddy). Jakarta : Arcan.
Hasanah, N. (2008). Hubungan Antara Disiplin
Kerja Dengan Prestasi Kerja Karyawan
Pada Divisi Jasa Integrasi Teknologi
(JIT) PT. Inti (PERSERO) Bandung.
Skripsi. (Tidak Diterbitkan). Bandung :
FKIP Ekonomi dan Koperasi UPI.
Hasibuan, M. (2000). Manajemen Sumber Daya
Manusia. Jakarta : PT. Bumi Aksara.
Helmi, A.F. (1996). Disiplin kerja. Buletin
Psikologi, 2, 32-42. Yogyakarta :
Fakultas Psikologi UGM.
11
Hurlock, E. (2004). Psikologi Perkembangan.
Jakarta : PT. Erlangga.
Hurriyati, D. (2009). Hubungan Antara Konsep
Diri Dan Beban Kerja Dengan Disiplin
Kerja Pada Karyawan PT. X Palembang.
Jurnal Psikologi, Palembang : Fakultas
Psikologi UBD.
Kartono, K. (2002). Psikologi Sosial Untuk
Manajemen, Perusahaan, & Industri.
Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.
Social Psychology, 4C, 1-7. Canada :
Elsevier, Inc.
Robbins, S. (1998). Perilaku Organisasi,
Konsep,
Kontroversi,
Aplikasi
(Terjemahan Oleh Pudjaatmaka). Jakarta :
Prehalindo.
Sagir, S. (1998). Industrialisasi dan Kesempatan
Kerja.
Manajemen
&
Usahawan
Indonesia. No 2. Tahun XVII. Jakarta :
PT. Temprint.
Kusumawarni. (2007). Pengaruh Semangat Dan
Disiplin Kerja Terhadap Produktivitas
Karyawan Pada Perusahaan Daerah Air
Minum (PDAM) Kabupaten Kudus.
Skripsi. (Tidak Diterbitkan). Semarang :
Fakultas Ekonomi UNNES.
Saksono, S. (1997). Administrasi Kepegawaian.
Yogyakarta : Kanisius.
Maria, U. (2007). Peran Persepsi Keharmonisan
Keluarga Dan Konsep Diri Terhadap
Kecenderungan
Kenakalan
Remaja.
Tesis. (Tidak Diterbitkan). Yogyakarta :
Fakultas Psikologi UGM.
Sedarmayanti.
(2009). Tata Kerja dan
Produktivitas Kerja. Bandung : CV.
Mandar Maju.
Moekijat. (1991). Latihan dan Pengembangan
Sumber Daya Manusia. Bandung : Mandar
Maju.
Muthiah, A. (2008). Konsep Diri, Perkembangan
Dan Pengaruhnya Terhadap Pencapaian
Akademik
Siswa,
Serta
Upaya
Pembentukan Konsep Diri Berbasis
Aktivitas
Pembelajaran.
Artikel.
http://www.scribd.com/doc/56374655/K
ONSEP-DIRI. Diakses tanggal 10 Juni
2011.
Nitisemito, Alex S. (1996). Manajemen
Personalia (Manajemen Sumber Daya
Manusia). Jakarta.: Ghalia Indonesia.
Peters,K.R. & Gawronski, B. (2010). Mutual
Influences Between The Implicit and
Explicit Self Concepts: The Role of
Memory Activation and Motivated
Reasoning. Journal of Experimental
Santoso, S. (2001). SPSS Versi 10. Mengolah
data Statistik Secara Profesional. Jakarta
: PT Elex Media Komputindo.
Shao,R. & Perlow, R.
(2010). Effects of
Perceived Responsibility, Injury Severity,
and Injury Target on Discipline Severity.
Human Performance, 23, 41-57. Canada :
ROUTLEDGE Taylor & Francis Group.
Siagian, S. (2007). Manajemen Sumber Daya
Manusia. Jakarta : Bumi Aksara.
Sobur, A. (2009). Psikologi Umum. Bandung :
Pustaka Setia.
Soejono. (1997). Sistem dan Prosedur Kerja.
Jakarta : Bumi Aksara.
Strauss,G. & Sayles, L. (1990). Manajemen
Personalia: Segi Manusia dalam
Organisasi (terjemahan oleh Hamzah).
Jakarta : PT. Pustaka Binaman Pressinda.
Sutataminingsih, R. (2009). Konsep Diri.
Makalah. Medan. Fakultas Psikologi
USU.
12
Thalib,
S.B. (2010). Psikologi Pendidikan
Berbasis Analisis Empiris Aplikatif.
Jakarta : Kencana Prenada Media Group.
Uyanto, S.S. (2009). Pedoman Analisis data
Dengan SPSS. Yogyakarta. Graham Ilmu.
Download