4.11. G. KELIMUTU, Nusa Tenggara Timur G. Kelimutu KETERANGAN UMUM Nama : Kelimutu Nama Lain : Keli Mutu, Kawah Tiga Warna, dan Geli Mutu Nama Kawah Tipe Gunungapi Lokasi Geografis Lokasi Administratif : Kawah Tiwu Ata Polo (+ 1381.5 m) terletak di sebelah timur-laut kawah kedua yaitu Tiwu Nua Muri (+ 1394.4 m), kedua kawah dipisahkan oleh dinding kawah yang tipis (lebar kl. 2.0 m). Di arah barat terletak kawah Tiwu Ata Mbupu (+ 1354.2 m). : Tipe Strato : 08°45'30" LS dan 121°50'00" BT : Kabupaten Ende, Flores - Nusa Tenggara Timur Ketinggian : 1384.5 meter di atas permukaan laut Kota Terdekat : Ende Pos Pengamatan Gunungapi : Kampung Kolorongo, Desa Koa Nora, Kabupaten Ende. (08o 44‟ 38,52” LS dan 121o 50‟ 12,12” BT, ketinggian lk. 851 meter di atas permukaan laut) PENDAHULUAN Cara Pencapaian Pencapaian kawah atau puncak relatif mudah yaitu melalui desa Koa Nora yang terletak pada jalan utama Ende-Maumere. Kendaraan roda empat dapat mencapai tepi kawah pada ketinggian lk. 1635 m di atas permukaan laut. 120O BT 122O BT U 08O LS Reo FLORES L.Bajo Ruteng Maumere G. Anak RanakahBajawa Ende G. Kelimutu 0 09O LS 40 km Peta Lokasi G. Kelimutu, Kabupaten Ende, NTT Inventarisasi Sumberdaya Gunungapi - Potensi Energi - Potensi bahan galian golongan „C‟ - Potensi Agrobisnis Potensi Wisata Danau-danau kawah atau Telaga Tiga Warna tersebut dan keadaan alam yang indah disekitarnya, merupakan gunungapi yang menjadi objek wisata. SEJARAH LETUSAN Menurut keterangan penduduk di sekitar gunungapi ini, ketiga danau kawah telah ada sepanjang sejarah. Dinding antara kedua kawah yang terletak di sebelah timur tadinya jauh lebih besar dan sama tingginya dengan dinding lainnya. Kira-kira 80 tahun yang lalu, orang masih dapat berjalan dari Doi ke Bulu Ria melewati dinding kawah tadi. Setelah itu terjadi letusan yang melontarkan abu dan batu hingga mencapai Kampung Pemo. Karena itu dinding menjadi sempit atau boleh dikatakan hampir lenyap. Aliran lahar dan hujan abu pada waktu itu turun, hingga suasana menjadi gelap gulita. Menurut taksiran terjadinya lk. antara tahun 1869 dan 1870. Kegiatan terakhir adalah pada tahun 1968; letusan-letusan disusul dengan semprotan-semprotan air serupa “geysers” mencapai tinggi 10 m. Sejarah erupsi danau Kawah Tiwu Nua Muri Kooh Fai (danau hijau) dapat diringkaskan sebagai berikut : 1938 Bulan Mei - Juni terjadi kegiatan di Tiwu Nua Muri Kooh Fai. Neumann van padang (1951) mencamtumkan sebagai letusan freatik 1967 Bulan September warna air danau Tiwu Nua Muri Kooh Fai berubah dari hijau menjadi putih yang sebabkan lebih banyak belerang yang diendapkan oleh tembusan fumarola atau oleh kenaikan kegiatan. 1968 Kusumadinata (1968), melaporkan terjadinya letusan dalam air Tiwu Nua Muri Kooh Fai tanggal 3 Juni. Gejala ini didahului oleh suara mendesis, disusul dengan semprotan air coklat kehitamhitaman. Di sebelah barat danau, semburan ini terjadi pada lebih dari satu tempat dan semuanya terjadi dibagian sebelah barat. Semprotan air ini mencapai ketinggian maksimum 10 m. Dilihat dari produk erupsinya yang banyak terdiri atas batuan lava maka diinterpretasikan bahwa karakter letusan G. Kelimutu lebih didominasi oleh erupsi bersifat efusif yang diselingi oleh erupsi yang bersifat eksplosif. a. Erupsi atau letusan Gunung Kelimutu merupakan letusan magmatik eksplosif yang sangat membahayakan; b. Letusan freatik sering terjadi mengingat terdapatnya air danau kawah; c. Letusan freatomagmatik dapat terjadi sedangkan letusan freatik dapat merupakan letusan pendahuluan dari suatu letusan magmatik. GEOLOGI Tubuh G. Kelimutu merupakan kerucut yang dibangun oleh endapan piroklastika hasil letusan eksplosif dan leleran lava yang efusif. Lerengnya berkembang ke arah timur dan di bagian puncak terdapat 3 (tiga) buah danau kawah dengan warna air yang berbeda. Luas ketiga kawah tersebut kira-kira 1.051.000 meter persegi dengan volume air lk. 1.292 juta m3. Batas antara ketiga kawah tersebut adalah pematang-pematang (dinding) sempit yang mudah longsor. Dinding ini sangat terjal dengan sudut antara 60o sampai 70o dan disana-sini tegak lurus. Ketinggian dinding berkisar antara 50 sampai 150 m. Kawah Tiwu Ata Polo (7 Maret 2007) Kawah Tiwu Nua Muri Kooh Fai (7 Maret 2007) Kawah Tiwu Ata Mbupu (PVMBG, Kushendratno, 7 Maret 2007) Kemmerling (1929) melakukan pengukuran terhadap kawah-kawah. Tepi Kawah Nama Ukuran 850x700m Tiwu Ata Mbupu Tiwu Nua Muri Kooh Fai Tiwu Ata Polo Ketinggian 1640-1557 m Tepi Danau Ukuran 300x280 m Ketinggian 1400 m Kedalaman -67 m Warna air Biru Isi air 345.000 3 m 600x380m 1548-1455 m 380x280 m 1420 m -127 m Kehijau hijauan 501.000 m 3 600x380 m 1570-1455 m 380x280 m 1420 m -64 m Merah 446.000 m 3 GEOMAGNET Penyelidikan geomagnet di G. Kelimutu dan sekitarnya adalah untuk memperoleh gambaran sebaran anomali magnet di daerah tersebut dengan tujuan memperoleh gambaran sebaran batuan dan struktur bawah permukaan G. Kelimutu. Hampir 70 % dari luas daerah penyelidikan mempunyai harga anomali magnet rendah yang merupakan cerminan dari sebaran batuan vulkanik sebagai produk utama dari letusan G. Kelimutu. Letusan di waktu lampau yang membangun bentuk tubuh gunung itu sendiri. Daerah anomali magnet tinggi diperkirakan merupakan daerah yang mengalami pengaruh kuat medan magnet yang ditimbulkan oleh batuan dasar granit. Struktur sesar membentang dengan arah relatif baratlaut – tenggara dan barat – timur, diperkirakan akan memberi dampak terhadap pertumbuhan arah kawah ke arah Tenggara. DEFORMASI Pengukuran deformasi pertama kali dilakukan di G. Kelimutu pada tahun 2007 menggunakan metode EDM dengan dua lokasi reflektor di daerah puncak dan dua lokasi instrumen di daerah kaki gunung. Lokasi titik ukur deformasi dengan metode EDM No 1 Kode DKL0 2 Lokasi Pos PGA G.Kelimutu (desa Kolorongo) Kampung Moni 3 Lereng bukit Wolo Langga DKL 2 4 Di atas bukit Kp. Nua Baru DKL 3 DKL 1 Koordinat o S 08 44,646 dan o E 121 50,199 o S 08 45,124 dan o E 121 51,293 o S 08 45,070 dan o E 121 49,715 o S 08 45,743 dan o E 121 50,249 Ketinggian 810 m 670 m 1126 m 1100 m DKL 0 dan DKL 1 adalah titik tempat instrumen sedangkan DKL 3 dan DKL 4 adalah tempat reflektor. GEOKIMIA Fumarola baru muncul di Mutu Loo yang berada di lereng G. Kelimutu bagian timur dimana aktivitasnya dimulai bulan Mei tahun 2006. Aktivitas fumarol pada saat ini sudah bertambah sampai ke lereng barat dimana fumarola tersebut mengeluarkan hembusan gas dengan intensitas kuat setinggi lk. 10 m dari pusat fumarola serta suara blazer dengan intensitas keras. Pembahasan dari sisi geokimia dalam hal ini kimia air sangat menarik, karena adanya tiga danau kawah dengan warna yang berbeda. Di samping itu, banyak tersebar mataair panas di lereng-lerengnya. Hasil Pemeriksaan Air di Lapangan pada bulan Juni 2007 No 1 2 3 LOKASI Ad. Tiwu Atopolo AP. Toba As. Aemutu Temperatur o Air ( C ) pH BAU Warna air 29,5 43,0 20,9 2,12 3,04 1,61 Bau besi Bau H2S Tidak berbau Jernih Jernih Jernih 4 AP. Matu loo Baru 90,4 5 AP. Watugana 34,8 6 AP. Liasembe 41,5 7 AP. Kolorongo 36,7 8 AP. Aelawa 35,4 9 As. Muru Keba 20,9 10 As. Mboeli 20,3 11 AP. Jopu 35,4 Catatan: Ad=air dingin, AP=air panas, As=air sungai 6,81 6,44 8,9 5,73 4,53 4,22 5,76 2,42 Bau H2S sedikit Tidak berbau Tidak berbau Tidak berbau Tidak berbau Tidak berbau Tidak berbau Berbau H2S Jernih Jernih Jernih Jernih Jernih Jernih Jernih Jernih Kandungan relatif unsur-unsur kimia air G. Kelimutu, thn 2007 Persentase LOKASI Ad. Toba AP. Toba AP. Mutu Loo As. Muru Keba AP. Kolorongo AP. Watugana AP. Aelawa AP. Liasembe As. Mboeli AP. Jopu As. Aemutu) Na/1000 K/100 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 2 3 1 3 2 2 1 2 1 2 1 Mg 1/2 97 96 97 96 97 97 98 97 98 97 98 - - 2- Cl HCO3 SO4 38 52 33 7 11 26 29 11 25 57 39 0,00 0,00 16 89 85 22 32 88 71 0,00 0,00 62 48 51 4,00 4,00 52 39 1,00 4,00 43 61 MITIGASI BENCANA GUNUNGAPI Visual Pengamatan visual dan cuaca yang meliputi: kenampakan gunung, warna dan tinggi asap, perubahan warna air danau, tekanan gas, suhu udara, keadaan cuaca, kelembaban udara, tekanan udara, curah hujan, angin. Kegempaan Seismometer penerima gempa dengan sistem radio telemetri dipasang di sebelah timur puncak G. Kelimutu pada posisi geografi 08 o 45‟ 41,82” LS dan 121o 50‟ 09,54” BT, ketinggian lk. 1103 m dml. Sinyal gempa ditransmisikan dengan sistim radio pancar (RTS) ke Pos Pengamatan dan direkam dengan pencatat gempa tipe PS-2. -8º39'09.00” 121º36’18.00” -8º39’09.00” 121º55’00.00” KETERANGAN : : POS PGA U : TITIK UKUR EDM : STASIUN SEISMIK : KONTUR 100 m -8º53’07.50” 121º36’18.00” -8º53’07.50” 121º55’00.00” Lokasi stasiun seismik temporer dan permanen yang terpasang di G. Kelimutu dan lokasi titik ukur EDM. Kegempaan yang terekam di G. Kelimutu didominasi oleh gempa-gempa tektonik jauh dan tektonik lokal, gempa vulkanik sangat jarang terekam di G. Kelimutu. Daerah Bahaya Berdasarkan sifat letusan G. Kelimutu, maka bahaya gunungapi yang mungkin terjadi sebagai berikut: a. Bahaya letusan berupa lontaran material-material lepas (bom vulkanik, lapilli, dan abu gunungapi), serta material batuan sampaing pada saat letusan terjadi berupa hasil gerusannya terhadap sisa kepundan maupun kawah. Jauhnya lontaran materialmaterial vulkanik tersebut tergantung pada kekuatan letusan dan ukuran serta arah angin. Umumnya bom vulkanik dan lapilli yang dilontarkan pada waktu letusan tersebar di sekeliling kawah. b. Bahaya lemparan Lumpur dan lahar. Terdapatnya telaga atau danau di dalam dasar kawah memungkinkan terjadinya lemparan/semburan Lumpur akibat letusan magmatik yang eksplosif maupun letusan freatik. Lumpur yang dilemparkan dapat bersifat panas. Karena air yang terdapat dalam danau cukup banyak, sangat mungkin terjadinya lahar letusan atau aliran lahar. Peta daerah bahaya telah disusun oleh Kusumadinata dkk (1968) yang mencantumkan Daerah Bahaya dan Daerah Waspada. Peta ini disempurnakan oleh A. Djuhara dkk (1990) Batas-batas yang tertera dalam peta tersebut tidak mutlak tapi merupakan suatu pegangan untuk menyelematkan diri dari bahaya letusan gunungapi. Daerah Bahaya I Daerah bahaya I meliputi daerah kompleks kawah yang meluas melalui lembah lereng dan kaki bagian utara, barat, timur, selatan dan tenggara serta lembah-lembah sungainya, yang mungkin terlanda oleh jatuhan piroklastika, leleran lava, aliran abu (base surge) dan lahan primer (lahar letusan) atau aliran lahar yang dapat mematikan. Penduduk di daerah rendah sekitar Desa Koa Nora dan Wolo Waru perlu mempunyai kewaspadaan terhadap ancaman bahaya letusan Gunung Kelimutu. Daerah bahaya ini berbentuk lingkaran berjari-jari 5 km dari pusat kegiatan letusan dan dipengaruhi oleh lontaran atau lemparan bom vulkanik, lapili, pasir kasar dan aliran lahar, tergantung pada sifat dan kekuatan letusan gunungapi yang bersangkutan. Selain sifat kekuatan letusan, hembusan angin memegang peranan yang penting sehingga bentuk lingkaran dapat berubah menjadi bentuk lain misalnya elipsodial. Daerah Bahaya II Daerah bahaya II terutama meliputi daerah aliran sungai yang berhulu di bagian puncak atau tepi kawah. Bilamana lembah sungainya mempunyai topografi rendah atau landai ataupun berupa dataran, maka pad musim hujan dapat terlanda oleh lahar hujan. Luas Daerah Bahaya II lebih kurang 25 km 2, merupakan pemukiman penduduk dan lahan pertanian. Daerah ini dipengaruhi oleh bahan lontaran yang lebih halus berupa pasir kasar atau halus, abu gunungapi dan aliran lahar. Bentuk daerah ini adalah lingkaran dengan jari-jari 8 km dari titik pusat letusan dan akan berubah menjadi bentuk lain sesuai dengan arah dan kekuatan hembusan angin. Peta Daerah Bahaya G. Kelimutu Demografi Penyebaran pemukiman penduduk pada umumnya terdapat di sekitar lereng dan kaki sebelah selatan, tenggara dan timur gunungapi tersebut, seperti tampak dalam peta. Perkembangan perkampungan umumnya menyebar sepanjang jalan utama Endeh-Maumere dan jalan-jalan desa yang kondisinya lebih baik, serta sepanjang aliran sungai di sekitar gunungapi. Peta Daerah Bahaya G. Kelimutu memperlihatkan terdapatnya sejumlah penduduk yang bermukim di Daerah Bahaya I yang meliputi beberapa desa, terutama di lereng dan kaki bagian timur, tenggara dan selatan. Penduduk yang tinggal di daerah bahaya tersebut perlu waspada terhadap kemungkinan letusan gunungapi yang dapat membawa bencana. A.Djuhara dkk (1990) melakukan statistic jumlah penduduk terhadap masyarakat yang berdiam di daerah bahaya gunungapi seperti tertera dalam table berikut ini. No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14 15. 16 17 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. Desa Kaonora Woloora Moukoo Jopu Wolowaru Nuamurre Paru Wiwipomo Nuamulu Para Nggela Watijita Tenda Jopu Liwedetu Liselowodora Konara Nuarmora ND Va Ria Sokoria Wologai Kusulimbu Rogaria Wolodile ND Buga Woloweni Wolotololowena ND Wira Roa Watunbena Ngaluporo Jumlah Kecamatan Wolowaru Wolowaru Wolowaru Wolowaru Wolowaru Wolowaru Wolowaru Wolojita Wolojita Wolojita Wolojita Wolojita Wolojita Wolowaru Wolowaru Wolowaru Wolowaru Wolowaru Wolowaru nDona Dotosoko nDona nDona77 nDona nDona nDona nDona nDona nDona nDona nDona 11 Jumlah Penduduk 1737 1588 2637 3549 1859 665 426 1256 756 855 751 1177 1195 152 2748 2259 1565 1642 1011 1764 1468 1460 1476 1685 650 365 175 625 425 245 36.865 Penanggulangan Bahaya Untuk mengurangi bahaya Gunung Kelimutu pada masa mendatang, perlu dilakukan berbagai langkah sebagai berikut : 1. Meningkatkan kewaspadaan setiap adanya gejala peningkatan kegiatan Gunung Kelimutu dan memberikan penerangan kepada masyarakat terutama mereka yang bertempat tinggal disekitarnya, agar dapat mengambil langkah-langkah guna menghadapi bahaya gunungapi. Terutama Kampung Mboti, Kopo Bodeh, Wolo Air, Watu Raka, Bon Keu, Manu Kako (Gako), Koa Nora dan yang ada disekitarnya. 2. Menekan atau mengurangi jumlah pemukiman baru terutama yang mendekat kearah puncak dan sekitar lembah-lembah sungai atau jalur lahar; 3. Meningkatkan sarana komunikasi di daerah bahaya guna penyelamatan/ pengungsian penduduk bila terjadi tanda-tanda letusan besar; 4. Pengamatan secara terus menerus atau berkesinambungan dari Pos Pengamatan Gunungapi guna peramalan letusan dan bahaya gunungapi tersebut. 12 DAFTAR PUSTAKA Hidayati, S., 2007, Laporan Pengamatan Terpadu G. Kelimutu, Flores, Nusa Tenggara Timur, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, Bandung. Kushendratno, 2007, Laporan Pemantauan Kegiatan Gunungapi Kelimutu, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, Bandung. Kusumadinata K, 1979, Data Dasar Gunungapi, Direktorat Vulkanogi Palgunadi, S., 2001, Laporan Penyelidikan Magnet G. Kelimutu, Flores, Flores, Nusa Tenggara Timur, Pusat Vulkanogi dan Mitigasi Bencana Geologi, Bandung. 13