View/Open - Repository | UNHAS

advertisement
Mekanisme Erupsi Gunung Gamalama
Suciati, Muhammad Altin Massinai, Lantu
Program Studi Geofisika Unhas Makassar
[email protected]
Peran tektonik tidak dapat dipisahkan dengan kegiatan vulkanik, terutama gunugapi
yang berada dekat dengan zona penunjaman. Gunung gamalama yang tumbuh di dalam
zona penunjaman di celah Sangir – Halmahera selalu terusik dengan aktifitas tektonik
yang ramai di dalam celah tersebut. Tidak selalu harus meletus, tetapi paling tidak
dapat mengusik stabilitas kantong fluida di bawah kerucut gunungapi. Beberapa
catatan yang menunjukkan letusan Gunung Gamalama yang terkait dengan naiknya
aktifitas tektonik sebelumnya, antara lain letusan 1980 didahului oleh gempa tektonik
terasa beberapa hari sebelumnya, letusan 1983 juga diawali rentetan gempabumi
tektonik kemudan disusul dengan meningkatnya gempa vulkanik. Dominasi tektonik
yang berlangsung sejak Oktober 1991 yang berakhir dengan letusan pada Januari 1992.
Demikian juga dengan letusan 1993 ditriger dengan gempabumi tektonik berkekuatan
5,8 SR. Bahkan terbentuknya maar dalam tahun 1775 yang dikenal dengan Tolire Jaha
juga didahului gempabumi tektonik. Pada umumnya gempabumi tektonik berkekuatan
>
4 Skala Richter berpeluang memicu kantong fluida menjadi aktif, menyusul
kemudian naiknya jumlah gempabumi vulkanik. Letusan Gunung Gamalama pada
umumnya berlangsung dikawah utama dan hampir selalu magmatic. Kecuali letusan
yang terjadi dalam tahun 1907 yang mengambil tempat dilereng timur (letusan
samping) dan menhasilkan leleran lava (Batu Angus) hingga ke pantai. Letusan 1980
1
juga menghasilkan kawah baru, lokasinya sekitar 175 m kea rah timur dari Kawah
Utama. Tetapi kawah tersebut tertutup kembali oleh material ketika terjadi letusan
dalam tahun 1983 dan 1988 (Inaiyah, 2007).
Berdasarkan Singkapan batuan ultrabasa dan batuan berumur kapur yaitu Formasi
Dodaga, dan batuan berumur Paleosen-Eosen yaitu Formasi Dorosagu yang tersebar
cukup luas di mandala Halmahera Timur. Batuan sedimen terendapkan di lingkungan
laut dalam hingga dangkal diatas batuan dasar ultrabasa. Setelah terjadi hiatus sejak
Eosen akhir hingga awal Oligosen terbentuklah kegiatan gunungapi yang
menghasilkan produk vulkanik Formasi Bacan. Sementara itu di tempat lain terbentuk
pula batuan karbonat yaitu batugamping klastik, napal, dan batupasir gampingan dari
Formasi Tutuli. Setelah terjadi hiatus pada Miosen Bawah bagian atas, terbentuklah
cekungan luas yang berpusat di bagian tengah dan selatan Pulau Halmahera yang terisi
batulempung, napal, dan batugamping, dan konglomerat dari Formasi Weda. Pada
Miosen akhir terbentuk batuan karbonat dari Formasi Tingteng.
2
Download