KEBIJAKAN PERGUDANGAN DI INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERDAGANGAN DALAM NEGERI KEMENTERIAN PERDAGANGAN Disampaikan pada Policy Dialogue Series dengan Tema “Pengembangan Subsektor Jasa Pergudangan Dalam Meningkatkan Daya Saing Sektor Jasa Logistik di Indonesia Jakarta, 22 September 2015 PENTINGNYA DUKUNGAN SARANA DISTRIBUSI (PERGUDANGAN) DALAM STABILISASI PASOKAN DAN HARGA BARANG KEBUTUHAN POKOK DAN PENTING Kualitas, keamanan pangan dan pola konsumsi (Food Security) STANDARISASI DIVERSIFIKASI Stabilitas (Stability) Participation pasokan dan harga SARANA DISTRIBUSI &PASAR Keterjangkauan (Accessibility) Assets Pasar Gudang Pusat Distribusi SISTEM DISTRIBUSI / STRUKTUR PASAR INFRA STRUKTUR e-Monitoring Jalan Pelabuhan Bandara Terminal Jembatan Rel kereta Levers Ketersediaan (Availability) produksi impor ekspor cadangan pangan Insentif, perluasan lahan, irigasi,teknologi produksi produktivitas PU – Irigasi dan Jalan Kemenhub – Moda Transportasi dan terminalnya Pilihan terakhir Supply = Demand Jaga Inflasi Lembaga Penyangga Pangan (Saat ini Bulog : Beras) Kemendag – Sistem distribusi& Sarana Distribusi Kementan, Kemenperin, KemenKKP – Produksi & Teknologi Pra/Pasca Panen FAKTOR PENGARUH STABILITAS HARGA BARANG KEBUTUHAN POKOK 1 2 KURS/HARGA INTERNASIONAL SUPPLY DEMAND Musim Panen, Stok yang Cukup, Paceklik, Bencana Alam, Naik Turun Permintaan STABILITAS HARGA BARANG KEBUTUHAN POKOK Ketergantungan Impor Harga di Luar Negeri TARGET: Fluktuasi harga < 9% per tahun dan disparitas harga 13,5% per tahun mendukung Inflasi < 5% 4 3 LOGISTIK & DISTRIBUSI SPEKULASI Biaya Distribusi dan Margin Kondisi Infrastruktur 3 PERBANDINGAN BIAYA LOGISTIK INDONESIA DENGAN NEGARA LAIN Biaya Logistik Country % of GDP % of Sales US 9,9% 9,4% Japan 10,6% 5,9% Korea 16,3% 12,5% 24,64%*) 14,0%**) Indonesia *) ITB Research Center for Logistics & Supply Chain (2011) **) of Production Cost (UI) (2005) Pada tahun 2011 biaya logistik Indonesia terhadap PDB masih cukup tinggi, yaitu sebesar 24,64%, sedangkan Korea Selatan hanya 16,3%, Jepang hanya 10,6%, dan USA hanya sebesar 9,9%. PERKEMBANGAN BIAYA LOGISTIK NASIONAL DARI PDB Komponen Biaya (Rp Jutaan) 2008 2009 Tahun 2010 2011 Transportasi 546.434.463 610.372.630 761.113.708 863.460.851 47,20% Persediaan 477.045.596 544.393.699 514.748.295 648.661.902 35,45% Administrasi 214.930.812 242.500.929 267.931.021 317.545.778 17,35% Total Biaya Logistik 1.238.410.871 1.397.267.258 1.543.793.024 1.829.668.531 100% PDB Indonesia 4.948.688.400 5.606.203.400 6.436.270.800 7.427.086.100 % Biaya Logistik/PDB 25,03% 24,92% Dari ketiga komponen biaya logistik, biaya persediaan menduduki urutan ke-2, yaitu 35,45%, pada tahun 2011. 23,99% 24,64% PERKEMBANGAN FUNGSI PERGUDANGAN Gudang Distribution Centre Logistic Centre • Penyimpanan • Packaging • Penyimpanan • Packaging • Assembling Barang A masuk, Barang A keluar Barang A masuk, Barang A+ keluar Barang A masuk, Barang B masuk, Barang C keluar Barang B masuk, Barang B keluar Barang B masuk, Barang B+ keluar • Penyimpanan KEBIJAKAN PERGUDANGAN LANDASAN HUKUM Undang-Undang No. 7 Tahun 2014 Tentang Perdagangan MANFAAT YANG DIHARAPKAN Mempermudah Pemerintah dalam mengambil kebijakan yang tepat dalam hal terjadi kelangkaan barang kebutuhan pokok dan barang penting. (Pasal 12, Pasal 15, Pasal 17) Meminimalisir terjadinya penimbunan barang kebutuhan pokok dan barang penting oleh spekulan untuk tujuan mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya. Perpres No. 71 Tahun 2015 Meningkatkan stabilitas stok dan harga barang kebutuhan pokok dan barang penting. Tentang Penetapan dan Penyimpanan Barang Kebutuhan Pokok dan Barang Penting Permendag No. 90 Tahun 2014 Menjamin kelancaran distribusi dan ketersediaan barang kebutuhan pokok dan barang penting Tersedianya data gudang Tentang Penataan dan Pembinaan Gudang Tersedianya data stok barang terutama barang kebutuhan pokok dan barang penting Perpres No. 39 Tahun 2014 Tentang Daftar Bidang Usaha Yang Tertutup Dan Bidang Usaha Yang Terbuka Dengan Persyaratan Di Bidang Penanaman Modal Meningkatkan perlindungan konsumen Meningkatkan barang dan/atau jasa yang diperdagangkan. AMANAT UU 7/2014 TENTANG PERDAGANGAN Pasal 12 • Pemerintah, Pemerintah Daerah dan/atau pelaku usaha secara sendiri sendiri atau bersama-sama mengembangkan sarana perdagangan berupa : a)Pasar rakyat; b) Pusat perbelanjaan; c) toko swalayan, d) Gudang; e) Perkulakan; f) Pasar lelang komoditas; g) Pasar berjangka komoditi; h) sarana perdagangan lainnya. Pasal 15 • Gudang merupakan salah satu sarana perdagangan untuk mendorong kelancaran distribusi barang yang diperdagangkan di dalam negeri dan ke luar negeri dan wajib didaftarkan oleh setiap pemilik gudang sesuai dengan penggolongan gudang menurut luas dan kapasitas penyimpanannya. Pasal 17 • Setiap pemilik, pengelola, atau penyewa Gudang yang melakukan penyimpanan Barang yang ditujukan untuk diperdagangkan harus menyelenggarakan pencatatan administrasi paling sedikit berupa jumlah Barang yang disimpan dan jumlah Barang yang masuk dan keluar dari Gudang PERPRES NO. 71 TAHUN 2015 TENTANG PENETAPAN DAN PENYIMPANAN BARANG KEBUTUHAN POKOK DAN BARANG PENTING Wajib Daftar bagi Pelaku Usaha Pendistribusian Barang Kebutuhan Pokok dan Barang Penting PERPRES NO. 71 TAHUN 2015 Larangan penyimpanan Bapokting melebihi stok berjalan max. 3 bulan (berdasarkan data penjualan perbulan di kondisi normal) kecuali utk bahan baku/penolong proses produksi Larangan penyimpanan Bapokting dalam jumlah dan waktu tertentu dalam hal terjadi kelangkaan barang, gejolak harga, dan hambatan lalu lintas perdagangan PERMENDAG NO. 90 TAHUN 2014 TENTANG PENATAAN DAN PEMBINAAN GUDANG PENDAFTARAN GUDANG TATA CARA PENERBITAN TDG SANKSI PERMENDAG NO. 90 TAHUN 2014 PELAPORAN, PEMBINAAN, PENGAWASAN KEWAJIBAN PENCATATAN DAN PELAPORAN KHUSUS BAPOKTING PERPRES NO. 39 TAHUN 2014 TENTANG DAFTAR BIDANG USAHA YANG TERTUTUP DAN BIDANG USAHA YANG TERBUKA DENGAN PERSYARATAN DI BIDANG PENANAMAN MODAL UNTUK PERGUDANGAN DAN DISTRIBUSI Kepemilikan Modal Asing dalam investasi di bidang Cold Storage (Gudang Berpendingin) Wilayah Sumatera, Jawa dan Bali maksimal 33% Kepemilikan Modal Asing dalam Investasi Bidang Pergudangan di Seluruh wilayah Indonesia maksimal 33% 33% 67% Modal Asing 33% 67% Modal Asing Modal Dalam Negeri Kepemilikan Modal Asing dalam investasi di bidang Cold Storage (Gudang Berpendingin) Wilayah Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku dan Papua maksimal 67% Modal Dalam Negeri 33% 67% Modal Asing Modal Dalam Negeri SEBARAN GUDANG SWASTA DI INDONESIA ARAH PENGEMBANGAN KE DEPAN Pembangunan Gudang Distribusi di daerah-daerah perbatasan. Mendukung Gerai Maritim dan Gerai Perbatasan Pembangunan Pusat Distribusi Regional. Arahan Cetak Biru Sislognas: • Kuala Tanjung • Padang • Palembang (sedang dibangun Th. 2015) • Jakarta • Semarang • Surabaya • Banjarmasin (sedang dibangun Th. 2015) • Makassar • Bitung • Larantuka • Sorong • Jayapura Pembangunan Pusat Distribusi Provinsi. Pembangunan Pusat Logistik Berikat. Arahan Cetak Biru Sislognas: Setiap provinsi memiliki Pusat Distribusi Provinsi, saat ini sedang dibangun di Kerom, Papua Pengembangan dari Gudang Berikat, saat ini dalam proses revisi PP No.32 Tahun 2009 tentang Tempat Penimbunan Berikat TERIMA KASIH