ILMU DAN TEKNOLOGI PENGOLAHAN DAGING Kualitas Karkas dan Daging Setelah Pemotongan Pengaruhnya terhadap Lemak Intramuskular dan Marbling Disusun Oleh: Lendy Vinte Irmania H0508021 JURUSAN PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010 I. PENDAHULUAN Ternak yang disembelih, suhu permukaan karkasnya menurun, hal ini karena tidak ada lagi aliran darah ke permukaan tubuh/kerkas ternak. Penurunan ini sama dengan suhu sekitarnya atau lebih rendah lagi. Namun demikian karena darah dan sisa-sisa metabolisme yang tersisa di dalam otot, maka suhu di dalam jaringan justri meningkat. Peningkatan ini berkisar antara 10 – 20 , tergantung dari besar kecilnya ternak sebagai akibat dari proses glikolisis sesudah kematian dimana glikogen diubah menjadi asam laktat (Buckle, et al., 1987). Karkas merupakan bagian tubuh ternak hasil pemotongan dikurangi dengan darah, kepala, kaki (mulai dari carpus dan tarsus ke bawah), kulit, organ dalam (seperti jantung, hati, paru-paru, limpa, saluran pencernaan dan saluran reproduksi) (Soeparno, 1994). Kualitas karkas dan daging dipengaruhi oleh faktor sebelum dan setelah pemotongan (Candradewi dan Priyanto, 2000). Faktor sebelum pemotongan antara lain genetik (bangsa, tipe ternak), jenis kelamin, umur, pakan, hormon, dan stress. Sedangkan faktor setelah pemotongan antara lain metode pelayuan, metode pemasakan, enzim pengempuk daging, macam otot daging dan lokasi pada suatu otot daging (Soeparno, 1994). Nilai karkas dikelompokkan berdasarkan jenis kelamin atau tipe ternak yang menghasilkan karkas, umur atau kedewasaan ternak, dan jumlah lemak intramuskuler atau marbling dalam otot (Soeparno, 1994). Lebih lanjut dijelaskan bahwa faktor nilai karkas dapat diukur secara obyektif (absolut, misalnya berat karkas dan daging) dan secara subyektif (misalnya pengujian organoleptik atau metode penelitian). Pertambahan berat otot terjadi oleh karena terbentuknya lemak intramuskuler (lemak marbling) setelah otot mengalami pertumbuhan maksimal (Soeparno, 1994). Dalam menentukan kualitas hasil karkas (yield grade), yang dijadikan ukuran adalah (1) tebal lemak punggung, (2) luas urat daging mata rusuk, (3) persentase lemak pelvis, ginjal dan jantung, (4) bobot karkas (Forrest et al, 1975 ). II. ISI Selama penggemukan dengan pemberian pakan yang baik, lemak akan dibentuk berturut-turut diluar bundel otot yaitu dibawah kulit dibagian luar karkas (lemak subkutan), dalam rongga perut, sekitar bundel-bundel otot dan juga pada serat-serat otot. Sebagian besar lemak berada diluar bundel otot dan lemak ini akan dilepaskan pada saat prosessing. Lokasi penumpukan atau deposisi lemak dalam karkas terdiri dari empat bagian yaitu di bawah kulit (subkutan), lemak internal (lemak disekitar rongga perut dan ginjal), lemak intermuscular dan lemak intramuscular (lemak marbling). Fase pembentukan lemak pada ke empat lokasi ini berbeda satu sama lain, yang pertama berkembang adalah lemak disekitar rongga perut dan ginjal, sedangkan yang terakhir adalah lemak marbling. Lemak marbling atau kepualaman ini terbentuk diantara serat otot. Jaringan lemak ternak babi paling banyak disimpan dibawah kulit dibandingkan dengan sapi dan domba yang terbesar pada bagian pundak. Secara umum, kandungan lemak didalam daging merah (yang sudah dibuang lemak bawah kulit/lemak subkutannya) relatif lebih tinggi daripada unggas ataupun seafood. Pada daging merah yang lemak visualnya sudah dibuang, kandungan lemaknya masih tetap bervariasi tergantung pada kandungan lemak marbling didalam daging. Daging dengan lemak marbling yang lebih besar otomatis akan lebih tinggi kandungan lemaknya. Lemak marbling merupakan butiran lemak putih yang terlihat oleh mata yang tersebar pada jaringan otot daging. Marbling turut memberikan andil terhadap keempukan dan cita rasa daging. Semakin tinggi lemak “marbling”, maka daging akan terasa lebih empuk karena saat pemasakan lemak mencair (Anonim, 2010). Selain itu, lemak ini juga berpengaruh terhadap kelezatan daging, kegurihan, bau rasa, dan penampilan. Kegurihan mungkin merupakan faktor yang sangat penting yang disumbangkan oleh adanya "marbling", selain itu penampilan daging jadi lebih menarik. Gambar 1. Macam-macam daging hewan ternak (http://jelajahunik.blogspot.com) Pada saat daging dipanaskan, lemak marbling akan mencair dan berkontribusi dalam meningkatkan cita rasa daging (juiciness), memberikan aroma daging yang sedap, serta berperan meningkatkan keempukan daging. Namun daging dengan sedikit marbling memiliki kandungan kalori dan lemak jenuh lebih sedikit dan lebih dianjurkan dikonsumsi oleh ahli gizi. Marbling lebih tinggi pada sapi yang diberi pakan biji- bijian (grain-fed-beef) daripada sapi yang diberi pakan rumput (grassfed-beef). Jika lemak sub-kutan dan lemak yang terletak antar otot daging bisa dibuang, maka lemak marbling tidak. Sehingga, untuk memilih daging yang berlemak rendah, maka pilihlah daging yang lemak marblingnya sedikit. Penampakan lemak marbling pada daging sapi dapat dilihat pada Gambar 2. Gambar 2. Penampakan marbling daging sapi (US Meat Export Federation) III. 1. KESIMPULAN Kandungan lemak atau marbling adalah lemak yang terdapat diantara serabut otot (intramuscular). Lemak berfungsi sebagai pembungkus otot dan mempertahankan keutuhan daging pada waktu dipanaskan. 2. Marbling berpengaruh terhadap citarasa daging (juiciness), memberikan aroma daging yang sedap, kelezatan, kegurihan, penampilan yang menarik, serta berperan meningkatkan keempukan daging. DAFTAR PUSTAKA Anonim. 2010a. Daging IBM. http://Eprints.undip.ac.id. Yang diakses pada tanggal 12 Oktober 2010. _______. 2010b. Ciri-ciri Khas Daging Jangan Membeli. http://jelajahunik.blogspot.com. Yang diakses pada tanggal 12 Oktober 2010. Buckle, K.A., R.A. Edwards, G.H. Fleet, dan M. Wootton, 1987. Ilmu Pangan. UI-Press. Jakarta. Candradewi, S. dan R. Priyanto. 2000. Sifat Kimia dan Jumlah Bakteri Otot Infraspinatus, Longissimus Dorsi, dan Semitendinosus pada Lama Pelayuan yang Berbeda. Media Peternakan. 23(3): 62 – 88. Forrest, J.C., E.D. Arbele, M.D. Judge dan R.A. Merkel. 1975. Principle of Meat Science. W. H. Freeman and Company . San Franscisco. Soeparno. 1994. Ilmu dan Teknologi Daging. Cetakan kedua. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.