Jurnal Eskperimen Jeans .docx - Jurnal Elektro Unika Atma Jaya

advertisement
PENGARUH PRESENTASI IKLAN DENGAN METODE CENTRAL ROUTE DAN
PERIPHERAL ROUTE TERHADAP INTENSI MEMBELI CELANA JEANS
Elizabeth Lydia, Miracle Elizabeth, Amelia Gunawan, Thea Zaprilla, Arnold Lukito,
Kevin Julius, dan Angela Oktavia Suryani
Fakultas Psikologi, Unika Atma Jaya
[email protected]; [email protected].
Abstrak
Kegiatan belanja telah mengalami pergeseran fungsi dari memenuhi kebutuhan hidup
menjadi gaya hidup atau status sosial. Pergeseran ini menimbulkan banyak permintaan
terhadap celana jeans sehingga memicu persaingan ketat dalam promosi yang dilakukan oleh
produsen. Bentuk promosi yang efektif adalah iklan. Penelitian ini bertujuan untuk menguji
apakah terdapat perbedaan intensi membeli produk celana jeans berdasarkan iklan yang
dihadirkan dengan metode central route dan peripheral route bagi dewasa muda. Desain
penelitian ini adalah one group sample repeated t-test. Sebanyak lima puluh dua mahasiswa
fakultas psikologi Unika Atma Jaya Jakarta (FPUAJ) terlibat dalam eksperimen setelah
direkrut dengan metode convenience sampling. Hasil penelitian menunjukkan adanya
perbedaan intensi membeli produk celana jeans secara signifikan, saat dihadapkan pada iklan
dengan metode peripheral route persuasion partisipan memiliki intensi membeli yang lebih
tinggi dibandingkan saat dihadapkan pada iklan yang disajikan dengan metode central route.
Hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan bagi produsen dalam memilih metode iklan yang
digunakan untuk promosi produk celana jeans.
Kata kunci: presentasi iklan, central route, peripheral route, intensi membeli
Abstract
The aim of this study was to examine the effect of advertisement presented in central
route and peripheral route methods. An experiment was conducted involving fifty two
students from Faculty of Psychology of Atma Jaya Catholic University of Indonesia. They
were recruited through convenience sampling. The study was using one group sample
repeated t-test. The result show that there was a significant difference on intention to
purchase jeans trousers, on which the peripheral route method gave a higher effect. The
result could be used as reference for jeans producers to promote their products throughout
advertisement.
Keywords: advertising presentation, central route, peripheral route, buying intention
Bagi kelompok muda Jakarta, pakaian tidak hanya berfungsi untuk melindungi tubuh
namun juga untuk mempresentasikan diri. Penampilan yang dinilai berdasarkan pakaian yang
dikenakan dapat digunakan sebagai instrumen untuk membangun impresi. Impresi yang
terbentuk dapat membantu orang lain untuk mengenal individu dalam waktu yang singkat.
Kecenderungan ini disebut juga dengan first impression, yaitu persepsi/evaluasi yang terjadi
selama 30 detik pertama saat individu terlihat oleh orang lain (Walster, Aronson, Abrahams,
& Rottman, 1966). Kesadaran mengenai first impresion ini digunakan untuk mengelola
penampilan sehingga individu tertarik untuk mengikuti kecenderungan fashion dan biasanya
terjadi pada kalangan sosial ekonomi menengah ke atas.
Menurut Kustrini (1997), laki-laki dan perempuan memiliki cara/pemaknaan yang
cukup berbeda dalam memandang pakaian. Laki-laki cenderung memandang pakaian sebagai
simbol individualitas sementara perempuan cenderung memandang pakaian sebagai simbol
80
status. Meskipun demikian, satu jenis pakaian yakni celana jeans diminati sama besarnya oleh
kalangan dewasa muda baik pada laki-laki dan perempuan. Dari survei awal yang melibatkan
48 mahasiswa, peneliti menemukan bahwa dari 92% mahasiswa FPUAJ yang menggunakan
celana jeans dalam keseharian mereka, biasanya memiliki lima celana jeans dan membeli
kurang lebih 1-3 celana jeans dalam setahun. Mereka membeli celana jeans ketika
menemukan model yang sesuai, celana sebelumnya sudah rusak, dan jika ada promosi.
Alasan mereka menggunakan celana jeans adalah karena modelnya umum (dapat dipakai
oleh semua orang), terasa nyaman dipakai, dan bahannya tahan lama. Model celana yang
disukai antara lain terdiri dari model skinny (41%), regular (25%) dan slim-fit (16%).
Celana jeans merupakan celana berbahan denim atau dungaree. Gaya celana yang
paling populer adalah blue jeans yang diciptakan oleh Jacob Davis dan Levi Strauss pada
tahun 1873. Pada awalnya, blue jeans dirancang untuk para koboi dan penambang namun
sekarang menjadi populer di kalangan remaja dan dewasa muda (www.levistrauss.com).
Setelah meninjau lebih jauh, peneliti menemukan beberapa fakta di lapangan yang
terkait dengan iklan celana jeans. Beberapa majalah wanita seperti cosmopolitan, CLEO,
People Magazine dan ELLE, banyak menampilkan iklan jeans di dalamnya. Hasil peninjauan
dari empat majalah yang terbit di tahun 2013-2014 menunjukkan bahwa hampir semua iklan
celana jeans yang dipasang di majalah tersebut menggunakan metode peripheral route. Hal
ini dapat terlihat dari bentuk iklan yang hampir semua menggunakan model berbadan ideal.
Para model tersebut berpose secara menarik pada saat menggunakan celana jeans yang
menjadi bahan iklan. Peneliti tidak menemukan sama sekali jenis iklan dengan metode
central route. Tidak ada iklan yang hanya menampilkan gambar dan keterangan mengenai
jeans pada gambar yang merupakan ciri dari iklan degan metode central route. Dari hasil
tinjauan ini peneliti melihat bahwa pada umumnya produsen jeans yang menampilkan iklan
celana jeans khususnya di majalah lebih banyak menggunakan metode peripheral route.
Penelitian ini fokus pada kelompok dewasa muda, yaitu mahasiswa dengan rentang
usia 18-21 tahun (Hurlock, 1994). Survey Surindo (dalam Aryani, 2003) menunjukkan bahwa
remaja akhir Indonesia makin konsumtif dalam hal merek, ingin tampil, dan cenderung
berbelanja secara impulsif. Kondisi inilah yang menjadikan remaja sebagai pasar terbesar
produk pakaian. Lain halnya pada masa dewasa muda, meskipun perilaku belanja masih
merupakan isu penting, kecenderungan membeli barang secara impulsif cenderung lebih
berkurang (Brici, Hodkinson, & Sullivan-Mort, 2013). Hurlock (1994) menunjukkan bahwa
pada dewasa muda fungsi fisik, psikis, dan kognitif individu tergolong cukup baik sehingga
dapat mengontrol gejolak dan tekanan dalam menemukan identitas diri yang merupakan ciri
masa remaja. Penampilan pakaian di kelompok perkembangan ini juga memiliki peran
penting karena individu memiliki kebutuhan untuk dekat dengan orang lain dan berusaha
menghindari situasi sendirian atau sikap menyendiri (Shaffer, 2005). Di sini terlihat bahwa
pada kelompok dewasa muda terdapat dorongan untuk membangun first impression sebagai
usaha untuk bisa dekat dengan orang lain dan ada kontrol dalam perilaku belanja. Salah satu
usaha yang dilakukan adalah dengan memperhatikan penampilan mereka. Hal ini
dikarenakan melalui penampilan yang baik mereka dapat membentuk first impression yang
baik sebagai langkah pertama membangun kedekatan dengan orang lain.
Kegiatan belanja mengalami pergeseran fungsi dari memenuhi kebutuhan hidup atau
pokok (needs) menjadi upaya pemenuhan hasrat (desire). Pergeseran ini menimbulkan
banyak permintaan terhadap celana jeans, sehingga mendorong munculnya persaingan ketat
dalam promosi yang dilakukan oleh produsen. Dalam hal ini, bentuk promosi yang paling
efektif adalah iklan, karena bersifat suggestible, yaitu dapat mempengaruhi keputusan
konsumen untuk membeli produk yang ditawarkan dan mempengaruhi sikap konsumen
terhadap produk (suka atau tidak). Keputusan dan sikap konsumen terhadap produk dapat
dipengaruhi oleh dua faktor yaitu jenis iklan dan intensi beli, sementara untuk perilaku
81
membeli, faktor ketersediaan dana dan lokasi pembelian dapat menjadi faktor penentu
berikutnya.
Iklan merupakan media massa yang digunakan untuk mempersuasi dan menjual
sebuah produk dan menarik minat beli konsumen. Iklan memiliki beberapa fungsi seperti
untuk meningkatkan penjualan karena berkaitan dengan minat beli konsumen, untuk
mengumumkan peluncuran produk baru ataupun adanya program diskon, dll. Selain itu iklan
juga berfungsi sebagai sarana untuk mengingatkan konsumen terhadap sebuah produk yang
telah lama beredar dan menunjukkan kualitas yang tetap sama, menggapai konsumenkonsumen baru, meningkatkan brand image sehingga konsumen menjadi lebih percaya
terhadap produk yang ditawarkan, serta memancing rasa ingin tahu dari konsumen terhadap
produk yang ditawarkan. Persuasi yang dilakukan oleh iklan adalah melalui manipulasi
impresi. Secara tidak langsung, iklan mempersuasi konsumen dengan menggunakan teknik
elaboration likelihood model (Petty, Cacioppo, & Schumann, 1983). Elaboration likelihood
model (ELM) terdiri dari dua jenis yaitu metode central route persuasion (selanjutnya akan
disebut central route atau CR) dan metode peripheral route persuasion (selanjutnya akan
disebut peripheral route atau PR). Central route memasukkan banyak unsur kognitif yang
diantaranya adalah informasi, bukti-bukti, serta argumen rasional tentang produk. Peripheral
route terfokus pada penampilan luar yang menarik dengan memperhatikan aspek afeksi dan
perilaku seperti authority, commitment, contrast, liking, reciprocity, scarcity, dan social
proof.
Di samping jenis iklan, intensi membeli juga berperan besar dalam keputusan dan
sikap konsumen. Menurut Ajzen (2005), intensi merupakan probabilitas subjektif individu
atau perkiraan seseorang mengenai seberapa besar kemungkinan dirinya akan melakukan
tindakan tertentu. Intensi dapat dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu attitude toward behavior
(pengetahuan dan keyakinan seseorang mengenai perilaku tertentu), subjective norm
(persepsi seseorang terhadap tekanan sosial untuk melakukan suatu tindakan tertentu), dan
perceived behavior control (sulit atau mudahnya seseorang dalam menampilkan tindakan
tertentu).
Penelitian mengenai peran iklan model central route dan peripheral route dalam
pembentukan sikap dan minat terhadap beberapa produk pernah dilakukan. Pada penelitian
mengenai sikap terhadap minuman ringan, Kartika (2000) menunjukkan adanya perbedaan
yang signifikan antara kedua model iklan ini. Pada penelitian yang lain ditemukan bahwa
peripheral route lebih berpengaruh secara signifikan dibanding iklan central route terhadap
minat membeli susu L-Men (Febrian, 2013), begitu pula pada sikap konsumen media sosial
LINE terhadap stiker yang dijual (Prasasti, 2014). Di penelitian lain, iklan central route lebih
berpengaruh secara signifikan daripada iklan peripheral route terhadap minat beli sabun
Lifebuoy dan Lux (Ariadi, 2010).
Penelitian sejenis perlu diulang karena pada kedua penelitian tersebut yang
difokuskan adalah minat sedangkan yang ingin diteliti adalah intensi. Minat dan intensi
merupakan dua aspek psikologis yang berbeda karena minat adalah suatu perpaduan
keinginan dan kemauan yang dapat berkembang jika ada motivasi (Tampubolon, 1991)
sedangkan intensi adalah perkiraan seseorang mengenai seberapa besar kemungkinan dirinya
akan melakukan tindakan tertentu (Ajzen, 2005). Dengan demikian, dapat disimpulkan
bahwa minat hanya keinginan sedangkan intensi sudah sampai pada individu melakukan
perilaku tertentu yang dalam hal ini adalah membeli. Produk yang digunakan juga berbeda
dengan kedua penelitian sebelumnya, yaitu celana jeans. Celana jeans merupakan salah satu
produk yang menjadi pilihan baik oleh perempuan maupun laki-laki.
Berdasarkan penelitian-penelitian tersebut, dapat dilihat bahwa pengaruh iklan central
route dan peripheral route terhadap sikap dan minat terhadap produk sangat bervariasi. Ada
kalanya central route lebih berpengaruh dibandingkan peripheral route, namun pada
82
penelitian lainnya adalah sebaliknya. Pada produk-produk yang terkait dengan kesehatan
seperti misalnya susu L-Men, peran peripheral route ternyata lebih signifikan dibandingkan
central route persuasion, sementara pada penelitian sabun mandi peran central route lebih
signifikan. Penelitian berikut ini melibatkan produk yang belum pernah diteliti sebelumnya,
yaitu celana jeans. Peneliti belum dapat menentukan iklan jenis mana yang akan
mempengaruhi intensi membeli celana jeans. Oleh karena itu, peneliti merumuskan masalah
penelitian sebagai berikut: “apakah terdapat perbedaan intensi membeli celana jeans pada
mahasiswa FPUAJ yang dipaparkan iklan dengan metode central route dan iklan dengan
metode peripheral route?”
METODE
Penelitian ini terdiri dari variabel bebas yaitu jenis iklan. Jenis iklan tersebut adalah
iklan dengan metode central route dan iklan dengan metode peripheral route. Variabel
terikat dalam penelitian ini adalah intensi membeli celana jeans. Penelitian ini melibatkan
produk celana jeans yang memiliki beberapa elemen antara lain warna celana jeans (hitam,
abu-abu, dark blue), model celana jeans (regular, slim-fit dan skinny), dan motif celana jeans
(1 tipe saja, yaitu polos). Elemen-elemen ini digunakan sebagai materi dalam pembuatan
iklan. Dalam setiap poster iklan terdapat celana untuk laki-laki dan perempuan. Dari
kombinasi karakteristik-karakteristik tersebut, peneliti menyiapkan dan memilih enam iklan,
yang terdiri atas tiga central route dan tiga iklan peripheral route untuk ditunjukkan kepada
partisipan.
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan desain one-group sample
repeated t-test. Penelitian ini hanya memiliki satu kelompok eksperimen saja. Kepada dua
kelompok tersebut, peneliti akan menampilkan kedua jenis iklan, iklan dengan metode
central route dan iklan dengan metode peripheral route. Manipulasi dilakukan dengan
menampilkan seluruh iklan secara bergantian pada partisipan dengan urutan yang berbeda.
Perbedaan urutan dalam menampilkan poster dilakukan untuk mengurangi sequential bias
pada penelitian. Sampel pada penelitian ini adalah 81 mahasiswa FPUAJ berumur 18 - 21
tahun yang terdiri atas 12 orang laki-laki dan 69 orang perempuan yang direkrut dengan
menggunakan teknik convenience sampling. Peneliti menggunakan rumus perhitungan slovin
untuk menentukan jumlah sampel.
Pengukuran variabel terikat adalah melalui kuesioner yang terdiri atas enam
pernyataan dengan skala 1 – 7 yang mengindikasikan sejauh mana partisipan ingin membeli
celana jeans berdasarkan iklan yang ditayangkan (1= sangat tidak setuju; 7 = sangat setuju).
Contoh pernyataan-pernyataan tersebut antara lain adalah; “Saya ingin membeli celana
jeans…..” dan “Saya berharap membeli celana jeans…” Skor total intensi membeli celana
jeans untuk jenis iklan central route dan peripheral route diperoleh dengan cara
menjumlahkan skor-skor setiap item untuk masing-masing jenis iklan. Sehingga skor total
akan terentang antara 6 – 42 untuk central route maupun peripheral route.
Prosedur
Penelitian dilakukan dengan dua tahap, yaitu uji coba dan pengambilan data lapangan.
Kegiatan uji coba dilakukan untuk mengevaluasi kejelasan iklan, batas waktu penyampaian
iklan, instruksi, dan tahap-tahap eksperimen. Uji coba dilaksanakan dengan menggunakan
enam orang partisipan. Hasil uji coba antara lain adalah ditentukannya batas waktu 45 detik
untuk penampilan setiap iklan, revisi instruksi, dan isi iklan.
Pelaksanaan eksperimen diadakan selama dua hari dalam waktu masing-masing
kurang lebih 30 menit. Setiap partisipan diperlihatkan tiga poster iklan celana jeans dengan
metode iklan central route dan tiga poster dengan metode peripheral route, masing-masing
poster iklan ditampilkan satu per satu secara bergantian selama 45 detik. Setiap selesai
83
melihat satu poster, partisipan diminta untuk memberikan respon sejauh mana mereka ingin
membeli celana jeans tersebut. Gambar celana jeans yang dipakai dalam poster ini
merupakan hasil analisis dari kuesioner pada pilot study mengenai kebiasaan menggunaan
celana jeans. Waktu 45 detik untuk melihat poster juga berdasarkan hasil uji coba peneliti
sebelum penelitian ini berlangsung.
Penelitian dilakukan selama dua hari yaitu pada hari Rabu, 23 April 2014 untuk
angkatan 2012 mahasiswa FPUAJ dan Kamis 24 April 2014 untuk angkatan 2013 mahasiswa
FPUAJ. Urutan menampilkan poster dibuat berbeda di kedua harinya. Pada hari Rabu, 23
April 2014, peneliti menampilkan poster secara selang- seling diawali dengan poster regular
jeans (central route persuasion), regular jeans (peripheral route persuasion), skinny jeans
(central route perusasion), skinny jeans (peripheral route persuasion), slim fit jeans (central
route persuasion), dan slim fit jeans (peripheral route persuasion). Sedangkan pada hari
Kamis, 24 April 2014, peneliti menampilkan poster secara bergantian diawali dengan poster
regular jeans (peripheral route persuasion), regular jeans (central route persuasion), skinny
jeans (peripheral route persuasion), skinny jeans (central route persuasion), slim fit jeans
(peripheral route persuasion), dan slim fit jeans (central route persuasion). Ketika melihat
poster dan mengisi kuesioner, partisipan tidak diperbolehkan untuk bertanya pada peneliti
maupun teman di sebelahnya.
Gambar 1. Contoh iklan metode central
route
Gambar 2. Contoh iklan metode
peripheral route (Desain oleh Kissy
Sell Out & Oak Jeans pada tahun
2010 (http://www.prlog.org)
HASIL DAN PEMBAHASAN
Permasalahan penelitian di atas dijawab dengan menggunakan metode statistik
related sample t-test. Hasil uji t membuktikan adanya efek dari iklan dengan metode
peripheral route terhadap intensi membeli celana jeans pada mahasiswa FPUAJ t(1) = -5.173,
p < .001, d = 0.717). Besarnya efek size Cohen’s d menunjukkan bahwa metode iklan model
ELM memberikan efek medium terhadap intensi beli. Data pada Tabel 1 menunjukkan bahwa
metode iklan peripheral route terbukti mempengaruhi intensi membeli celana jeans lebih
tinggi dibandingkan dengan central route.
Pada penelitian ini, tidak dapat dipungkiri bahwa masih banyak kekurangan yang
belum dapat diatasi oleh peneliti. Pertama, mengenai jumlah partisipan. Jumlah partisipan
pada penelitian ini kurang sesuai dengan target sampel yang telah ditentukan dan terdapat
84
perbedaan jumlah yang signifikan antara laki-laki dan perempuan. Kedua iklan central route
yang belum disusun secara proporsional, sehingga terdapat kemungkinan penilaian terhadap
central route lebih rendah bukan karena aspek kognitif tetapi karena iklan yang kurang
menarik dan hanya berbentuk sebuah poster.
Tabel 1: Intensi membeli celana jeans pada masing-masing metode iklan
Metode
Central Route
Peripheral Route
Intensi membeli
Mean (SD)
55.27 (14.68)
65.65 (15.10)
SIMPULAN DAN SARAN
Penelitian ini bertujuan untuk menguji apakah terdapat perbedaan intensi membeli
celana jeans pada mahasiswa FPUAJ yang dipaparkan iklan dengan metode central route dan
peripheral route. Hasil analisa data menunjukkan terdapat perbedaan intensi membeli celana
jeans secara signifikan pada mahasiswa yang dipaparkan poster iklan dengan metode central
route dan peripheral route, metode yang kedua mendorong partisipan memiliki intensi
membeli celana jeans lebih tinggi.
Materi dari jenis iklan central route meliputi ukuran celana, bahan celana, cara
mencuci dan keuntungan membeli celana. Sementara jenis iklan peripheral route meliputi
model laki-laki dan perempuan dalam satu gambar yang sama disertai dengan tag line yang
sesuai dengan situasi gambar. Hasil analisa data menunjukan poster iklan dengan metode
peripheral route lebih efektif dalam meningkatkan intensi beli celana jeans bagi kelompok
dewasa muda. Dewasa muda berada dalam tahap keintiman vs isolasi. Individu pada tahap ini
cenderung ingin mencapai kedekatan dengan orang lain, hal ini membuat mereka berusaha
dapat diterima oleh kelompoknya (Hurlock, 1994). Salah satu usaha yang dilakukan adalah
dengan memperhatikan penampilan mereka. Hal ini dikarenakan melalui penampilan yang
baik mereka dapat membentuk first impression yang baik sebagai langkah pertama
membangun kedekatan dengan orang lain, sehingga iklan jeans yang menunjukkan afeksi dan
perilaku lebih menarik perhatian mereka daripada iklan yang memuat informasi factual antara
lain mengenai bahan celana dan cara merawat jeans tersebut.
Dalam penelitian ini peneliti melihat beberapa kelemahan, antara lain isi poster iklan
yang kurang optimal, jumlah partisipan laki-laki dan perempuan yang tidak seimbang, dan
bentuk iklan berbentuk poster yang membosankan partisipan. Pada pembuatan iklan central
route, bentuk huruf, warna, dan ukuran tulisan belum disusun secara proporsional, sehingga
kemungkinan partisipan memberi penilaian terhadap central route secara lebih rendah bukan
karena sifatnya yang mengarah pada aspek kognitif, tetapi karena iklan ditampilkan dalam
bentuk yang kurang menarik. Di sini peneliti menyarankan pada saat menyusun poster iklan
central route, proporsi bentuk huruf, warna, ukuran tulisan dan sebagainya perlu
dipertimbangkan scara masak.
Peneliti menyarankan jumlah sampel yang seimbang antara jumlah laki-laki dan
perempuan. Pada penelitian ini jumlah partisipan laki-laki sangat sedikit sehingga penilaian
terhadap iklan belum berimbang, mengingat pada penelitian terdahulu, ditemukan adanya
perbedaan persepsi mengenai iklan berdasarkan jenis kelamin.
Berikutnya peneliti juga menyarankan untuk membuat iklan dalam bentuk video. Hal
ini disebabkan dengan menggunakan iklan berupa poster, konsumen menjadi lebih cepat
bosan dan tidak tertarik untuk melihat lebih lanjut. Oleh karena itu, dengan menggunakan
iklan berupa video diharapkan agar meningkatkan intensi beli konsumen.
85
DAFTAR PUSTAKA
Ajzen, I. (2005). Attitudes, personality, and behavior. England: Open University Press.
Ariadi, A. (2010). Analisis pengukuran advertising response modeling (ARM) iklan televisi
dengan model selebriti dan pengaruhnya terhadap minat pembelian: studi iklan
produk sabun Lux dan sabun Lifebuoy pada mahasiswa di sekitar Universitas Sebelas
Maret Surakarta. Skripsi. Fakultas Ekonomi, Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Diunduh dari http://eprints.uns.ac.id/4920/
Aronson, E., Wilson, T. D. & Akert, R. M. (2010). Social psychology (Seventh Edition). New
Jersery, NJ: Pearson Education, Inc.
Aryani, Y.A, (2003). Hubungan gaya hidup dengan pengambilan keputusan dalam memilih
produk fashion bermerek pada remaja. Skripsi (Tidak Diterbitkan). Fakultas
Psikologi. Universitas Gadjah Mada.
Brici, N., Hodkinson, C., & Sullivan-Mort, Gillian. (2013). Conceptual differences between
adolescent and adult impulse buyers. Young Consumers, 14, 258–279.
doi:10.1108/YC-01-2013-00340
Febrian, D. (2013). Efektivitas pesan iklan TV, asosiasi merek, dan kelompok referensi
terhadap minat beli susu bubuk L-Men di kota Semarang. (Tesis Master). Magister
Ilmu
Komunikasi.
Universitas
Diponegoro.
Diunduh
dari
http://eprints.undip.ac.id/42011/
Herabadi, G. (2003). Perbedaan individual dalam kecenderungan belanja impulsif: sarat
emosi dan pendek pikir. Jurnal Psikologi,12, 58–70.
Hurlock. E. B. (1994). Personality development. New Delhi: Tata McGraw Hill.
Kartika, D. (2000). Pengaruh iklan bermotif kombinasi utilitarian dan iklan bermotif
kombinasi emosional terhadap sikap remaja mengenai minuman ringan. Skripsi
(Tidak diterbitkan). Fakultas Psikologi Universitas Atma Jaya.
Kustrini, R. (1997). Sikap remaja putra dan putri terhadap pakaian dengan peranan
kelompok tidak resmi. Skripsi (Tidak Diterbitkan). Fakultas Psikologi Universitas
Gadjah Mada.
Petty, R., Cacioppo, J., & Schumann, D. (1983). Central and peripheral routes to advertising
effectiveness : The moderating role of improvement. Journal of Consumer Research,
10, 135 – 146. doi:10.1086/208954
Prasasti, W. (2014). Pengaruh celebrity endorser terhadap niat beli konsumen: studi pada
produk sticker aplikasi jejaring sosial line. (Tesis Master). Program Studi Magister
Manajemen Universitas Atma Jaya Yogyakarta.
Diunduh dari http://e-journal.uajy.ac.id/4795/
Shaffer, D., R. (2005). Social and personality development (6th ed). Belmont, CA:
Wadsworth
Walster, E., Aronson, V., Abrahams, D., & Rottman, L. (1966). Importance of physical
attractiveness in dating behavior. Journal of Personality and Social Psychology, 4,
508–516, doi:10.1037/h0021188
http://www.levistrauss.com/our-story/#historical-resources
86
Download