PENGARUH PRESENTASI IKLAN DENGAN METODE CENTRAL ROUTE DAN PERIPHERAL ROUTE TERHADAP INTENSI MEMBELI CELANA JEANS Elizabeth Lydia, Miracle Elizabeth, Amelia Gunawan, Thea Zaprilla, Arnold Lukito, Kevin Julius, dan Angela Oktavia Suryani Fakultas Psikologi, Unika Atma Jaya [email protected]; [email protected]. Abstrak Kegiatan belanja telah mengalami pergeseran fungsi dari memenuhi kebutuhan hidup menjadi gaya hidup atau status sosial. Pergeseran ini menimbulkan banyak permintaan terhadap celana jeans sehingga memicu persaingan ketat dalam promosi yang dilakukan oleh produsen. Bentuk promosi yang efektif adalah iklan. Penelitian ini bertujuan untuk menguji apakah terdapat perbedaan intensi membeli produk celana jeans berdasarkan iklan yang dihadirkan dengan metode central route dan peripheral route bagi dewasa muda. Desain penelitian ini adalah one group sample repeated t-test. Sebanyak lima puluh dua mahasiswa fakultas psikologi Unika Atma Jaya Jakarta (FPUAJ) terlibat dalam eksperimen setelah direkrut dengan metode convenience sampling. Hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaan intensi membeli produk celana jeans secara signifikan, saat dihadapkan pada iklan dengan metode peripheral route persuasion partisipan memiliki intensi membeli yang lebih tinggi dibandingkan saat dihadapkan pada iklan yang disajikan dengan metode central route. Hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan bagi produsen dalam memilih metode iklan yang digunakan untuk promosi produk celana jeans. Kata kunci: presentasi iklan, central route, peripheral route, intensi membeli Abstract The aim of this study was to examine the effect of advertisement presented in central route and peripheral route methods. An experiment was conducted involving fifty two students from Faculty of Psychology of Atma Jaya Catholic University of Indonesia. They were recruited through convenience sampling. The study was using one group sample repeated t-test. The result show that there was a significant difference on intention to purchase jeans trousers, on which the peripheral route method gave a higher effect. The result could be used as reference for jeans producers to promote their products throughout advertisement. Keywords: advertising presentation, central route, peripheral route, buying intention Bagi kelompok muda Jakarta, pakaian tidak hanya berfungsi untuk melindungi tubuh namun juga untuk mempresentasikan diri. Penampilan yang dinilai berdasarkan pakaian yang dikenakan dapat digunakan sebagai instrumen untuk membangun impresi. Impresi yang terbentuk dapat membantu orang lain untuk mengenal individu dalam waktu yang singkat. Kecenderungan ini disebut juga dengan first impression, yaitu persepsi/evaluasi yang terjadi selama 30 detik pertama saat individu terlihat oleh orang lain (Walster, Aronson, Abrahams, & Rottman, 1966). Kesadaran mengenai first impresion ini digunakan untuk mengelola penampilan sehingga individu tertarik untuk mengikuti kecenderungan fashion dan biasanya terjadi pada kalangan sosial ekonomi menengah ke atas. Menurut Kustrini (1997), laki-laki dan perempuan memiliki cara/pemaknaan yang cukup berbeda dalam memandang pakaian. Laki-laki cenderung memandang pakaian sebagai simbol individualitas sementara perempuan cenderung memandang pakaian sebagai simbol 80 status. Meskipun demikian, satu jenis pakaian yakni celana jeans diminati sama besarnya oleh kalangan dewasa muda baik pada laki-laki dan perempuan. Dari survei awal yang melibatkan 48 mahasiswa, peneliti menemukan bahwa dari 92% mahasiswa FPUAJ yang menggunakan celana jeans dalam keseharian mereka, biasanya memiliki lima celana jeans dan membeli kurang lebih 1-3 celana jeans dalam setahun. Mereka membeli celana jeans ketika menemukan model yang sesuai, celana sebelumnya sudah rusak, dan jika ada promosi. Alasan mereka menggunakan celana jeans adalah karena modelnya umum (dapat dipakai oleh semua orang), terasa nyaman dipakai, dan bahannya tahan lama. Model celana yang disukai antara lain terdiri dari model skinny (41%), regular (25%) dan slim-fit (16%). Celana jeans merupakan celana berbahan denim atau dungaree. Gaya celana yang paling populer adalah blue jeans yang diciptakan oleh Jacob Davis dan Levi Strauss pada tahun 1873. Pada awalnya, blue jeans dirancang untuk para koboi dan penambang namun sekarang menjadi populer di kalangan remaja dan dewasa muda (www.levistrauss.com). Setelah meninjau lebih jauh, peneliti menemukan beberapa fakta di lapangan yang terkait dengan iklan celana jeans. Beberapa majalah wanita seperti cosmopolitan, CLEO, People Magazine dan ELLE, banyak menampilkan iklan jeans di dalamnya. Hasil peninjauan dari empat majalah yang terbit di tahun 2013-2014 menunjukkan bahwa hampir semua iklan celana jeans yang dipasang di majalah tersebut menggunakan metode peripheral route. Hal ini dapat terlihat dari bentuk iklan yang hampir semua menggunakan model berbadan ideal. Para model tersebut berpose secara menarik pada saat menggunakan celana jeans yang menjadi bahan iklan. Peneliti tidak menemukan sama sekali jenis iklan dengan metode central route. Tidak ada iklan yang hanya menampilkan gambar dan keterangan mengenai jeans pada gambar yang merupakan ciri dari iklan degan metode central route. Dari hasil tinjauan ini peneliti melihat bahwa pada umumnya produsen jeans yang menampilkan iklan celana jeans khususnya di majalah lebih banyak menggunakan metode peripheral route. Penelitian ini fokus pada kelompok dewasa muda, yaitu mahasiswa dengan rentang usia 18-21 tahun (Hurlock, 1994). Survey Surindo (dalam Aryani, 2003) menunjukkan bahwa remaja akhir Indonesia makin konsumtif dalam hal merek, ingin tampil, dan cenderung berbelanja secara impulsif. Kondisi inilah yang menjadikan remaja sebagai pasar terbesar produk pakaian. Lain halnya pada masa dewasa muda, meskipun perilaku belanja masih merupakan isu penting, kecenderungan membeli barang secara impulsif cenderung lebih berkurang (Brici, Hodkinson, & Sullivan-Mort, 2013). Hurlock (1994) menunjukkan bahwa pada dewasa muda fungsi fisik, psikis, dan kognitif individu tergolong cukup baik sehingga dapat mengontrol gejolak dan tekanan dalam menemukan identitas diri yang merupakan ciri masa remaja. Penampilan pakaian di kelompok perkembangan ini juga memiliki peran penting karena individu memiliki kebutuhan untuk dekat dengan orang lain dan berusaha menghindari situasi sendirian atau sikap menyendiri (Shaffer, 2005). Di sini terlihat bahwa pada kelompok dewasa muda terdapat dorongan untuk membangun first impression sebagai usaha untuk bisa dekat dengan orang lain dan ada kontrol dalam perilaku belanja. Salah satu usaha yang dilakukan adalah dengan memperhatikan penampilan mereka. Hal ini dikarenakan melalui penampilan yang baik mereka dapat membentuk first impression yang baik sebagai langkah pertama membangun kedekatan dengan orang lain. Kegiatan belanja mengalami pergeseran fungsi dari memenuhi kebutuhan hidup atau pokok (needs) menjadi upaya pemenuhan hasrat (desire). Pergeseran ini menimbulkan banyak permintaan terhadap celana jeans, sehingga mendorong munculnya persaingan ketat dalam promosi yang dilakukan oleh produsen. Dalam hal ini, bentuk promosi yang paling efektif adalah iklan, karena bersifat suggestible, yaitu dapat mempengaruhi keputusan konsumen untuk membeli produk yang ditawarkan dan mempengaruhi sikap konsumen terhadap produk (suka atau tidak). Keputusan dan sikap konsumen terhadap produk dapat dipengaruhi oleh dua faktor yaitu jenis iklan dan intensi beli, sementara untuk perilaku 81 membeli, faktor ketersediaan dana dan lokasi pembelian dapat menjadi faktor penentu berikutnya. Iklan merupakan media massa yang digunakan untuk mempersuasi dan menjual sebuah produk dan menarik minat beli konsumen. Iklan memiliki beberapa fungsi seperti untuk meningkatkan penjualan karena berkaitan dengan minat beli konsumen, untuk mengumumkan peluncuran produk baru ataupun adanya program diskon, dll. Selain itu iklan juga berfungsi sebagai sarana untuk mengingatkan konsumen terhadap sebuah produk yang telah lama beredar dan menunjukkan kualitas yang tetap sama, menggapai konsumenkonsumen baru, meningkatkan brand image sehingga konsumen menjadi lebih percaya terhadap produk yang ditawarkan, serta memancing rasa ingin tahu dari konsumen terhadap produk yang ditawarkan. Persuasi yang dilakukan oleh iklan adalah melalui manipulasi impresi. Secara tidak langsung, iklan mempersuasi konsumen dengan menggunakan teknik elaboration likelihood model (Petty, Cacioppo, & Schumann, 1983). Elaboration likelihood model (ELM) terdiri dari dua jenis yaitu metode central route persuasion (selanjutnya akan disebut central route atau CR) dan metode peripheral route persuasion (selanjutnya akan disebut peripheral route atau PR). Central route memasukkan banyak unsur kognitif yang diantaranya adalah informasi, bukti-bukti, serta argumen rasional tentang produk. Peripheral route terfokus pada penampilan luar yang menarik dengan memperhatikan aspek afeksi dan perilaku seperti authority, commitment, contrast, liking, reciprocity, scarcity, dan social proof. Di samping jenis iklan, intensi membeli juga berperan besar dalam keputusan dan sikap konsumen. Menurut Ajzen (2005), intensi merupakan probabilitas subjektif individu atau perkiraan seseorang mengenai seberapa besar kemungkinan dirinya akan melakukan tindakan tertentu. Intensi dapat dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu attitude toward behavior (pengetahuan dan keyakinan seseorang mengenai perilaku tertentu), subjective norm (persepsi seseorang terhadap tekanan sosial untuk melakukan suatu tindakan tertentu), dan perceived behavior control (sulit atau mudahnya seseorang dalam menampilkan tindakan tertentu). Penelitian mengenai peran iklan model central route dan peripheral route dalam pembentukan sikap dan minat terhadap beberapa produk pernah dilakukan. Pada penelitian mengenai sikap terhadap minuman ringan, Kartika (2000) menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan antara kedua model iklan ini. Pada penelitian yang lain ditemukan bahwa peripheral route lebih berpengaruh secara signifikan dibanding iklan central route terhadap minat membeli susu L-Men (Febrian, 2013), begitu pula pada sikap konsumen media sosial LINE terhadap stiker yang dijual (Prasasti, 2014). Di penelitian lain, iklan central route lebih berpengaruh secara signifikan daripada iklan peripheral route terhadap minat beli sabun Lifebuoy dan Lux (Ariadi, 2010). Penelitian sejenis perlu diulang karena pada kedua penelitian tersebut yang difokuskan adalah minat sedangkan yang ingin diteliti adalah intensi. Minat dan intensi merupakan dua aspek psikologis yang berbeda karena minat adalah suatu perpaduan keinginan dan kemauan yang dapat berkembang jika ada motivasi (Tampubolon, 1991) sedangkan intensi adalah perkiraan seseorang mengenai seberapa besar kemungkinan dirinya akan melakukan tindakan tertentu (Ajzen, 2005). Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa minat hanya keinginan sedangkan intensi sudah sampai pada individu melakukan perilaku tertentu yang dalam hal ini adalah membeli. Produk yang digunakan juga berbeda dengan kedua penelitian sebelumnya, yaitu celana jeans. Celana jeans merupakan salah satu produk yang menjadi pilihan baik oleh perempuan maupun laki-laki. Berdasarkan penelitian-penelitian tersebut, dapat dilihat bahwa pengaruh iklan central route dan peripheral route terhadap sikap dan minat terhadap produk sangat bervariasi. Ada kalanya central route lebih berpengaruh dibandingkan peripheral route, namun pada 82 penelitian lainnya adalah sebaliknya. Pada produk-produk yang terkait dengan kesehatan seperti misalnya susu L-Men, peran peripheral route ternyata lebih signifikan dibandingkan central route persuasion, sementara pada penelitian sabun mandi peran central route lebih signifikan. Penelitian berikut ini melibatkan produk yang belum pernah diteliti sebelumnya, yaitu celana jeans. Peneliti belum dapat menentukan iklan jenis mana yang akan mempengaruhi intensi membeli celana jeans. Oleh karena itu, peneliti merumuskan masalah penelitian sebagai berikut: “apakah terdapat perbedaan intensi membeli celana jeans pada mahasiswa FPUAJ yang dipaparkan iklan dengan metode central route dan iklan dengan metode peripheral route?” METODE Penelitian ini terdiri dari variabel bebas yaitu jenis iklan. Jenis iklan tersebut adalah iklan dengan metode central route dan iklan dengan metode peripheral route. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah intensi membeli celana jeans. Penelitian ini melibatkan produk celana jeans yang memiliki beberapa elemen antara lain warna celana jeans (hitam, abu-abu, dark blue), model celana jeans (regular, slim-fit dan skinny), dan motif celana jeans (1 tipe saja, yaitu polos). Elemen-elemen ini digunakan sebagai materi dalam pembuatan iklan. Dalam setiap poster iklan terdapat celana untuk laki-laki dan perempuan. Dari kombinasi karakteristik-karakteristik tersebut, peneliti menyiapkan dan memilih enam iklan, yang terdiri atas tiga central route dan tiga iklan peripheral route untuk ditunjukkan kepada partisipan. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan desain one-group sample repeated t-test. Penelitian ini hanya memiliki satu kelompok eksperimen saja. Kepada dua kelompok tersebut, peneliti akan menampilkan kedua jenis iklan, iklan dengan metode central route dan iklan dengan metode peripheral route. Manipulasi dilakukan dengan menampilkan seluruh iklan secara bergantian pada partisipan dengan urutan yang berbeda. Perbedaan urutan dalam menampilkan poster dilakukan untuk mengurangi sequential bias pada penelitian. Sampel pada penelitian ini adalah 81 mahasiswa FPUAJ berumur 18 - 21 tahun yang terdiri atas 12 orang laki-laki dan 69 orang perempuan yang direkrut dengan menggunakan teknik convenience sampling. Peneliti menggunakan rumus perhitungan slovin untuk menentukan jumlah sampel. Pengukuran variabel terikat adalah melalui kuesioner yang terdiri atas enam pernyataan dengan skala 1 – 7 yang mengindikasikan sejauh mana partisipan ingin membeli celana jeans berdasarkan iklan yang ditayangkan (1= sangat tidak setuju; 7 = sangat setuju). Contoh pernyataan-pernyataan tersebut antara lain adalah; “Saya ingin membeli celana jeans…..” dan “Saya berharap membeli celana jeans…” Skor total intensi membeli celana jeans untuk jenis iklan central route dan peripheral route diperoleh dengan cara menjumlahkan skor-skor setiap item untuk masing-masing jenis iklan. Sehingga skor total akan terentang antara 6 – 42 untuk central route maupun peripheral route. Prosedur Penelitian dilakukan dengan dua tahap, yaitu uji coba dan pengambilan data lapangan. Kegiatan uji coba dilakukan untuk mengevaluasi kejelasan iklan, batas waktu penyampaian iklan, instruksi, dan tahap-tahap eksperimen. Uji coba dilaksanakan dengan menggunakan enam orang partisipan. Hasil uji coba antara lain adalah ditentukannya batas waktu 45 detik untuk penampilan setiap iklan, revisi instruksi, dan isi iklan. Pelaksanaan eksperimen diadakan selama dua hari dalam waktu masing-masing kurang lebih 30 menit. Setiap partisipan diperlihatkan tiga poster iklan celana jeans dengan metode iklan central route dan tiga poster dengan metode peripheral route, masing-masing poster iklan ditampilkan satu per satu secara bergantian selama 45 detik. Setiap selesai 83 melihat satu poster, partisipan diminta untuk memberikan respon sejauh mana mereka ingin membeli celana jeans tersebut. Gambar celana jeans yang dipakai dalam poster ini merupakan hasil analisis dari kuesioner pada pilot study mengenai kebiasaan menggunaan celana jeans. Waktu 45 detik untuk melihat poster juga berdasarkan hasil uji coba peneliti sebelum penelitian ini berlangsung. Penelitian dilakukan selama dua hari yaitu pada hari Rabu, 23 April 2014 untuk angkatan 2012 mahasiswa FPUAJ dan Kamis 24 April 2014 untuk angkatan 2013 mahasiswa FPUAJ. Urutan menampilkan poster dibuat berbeda di kedua harinya. Pada hari Rabu, 23 April 2014, peneliti menampilkan poster secara selang- seling diawali dengan poster regular jeans (central route persuasion), regular jeans (peripheral route persuasion), skinny jeans (central route perusasion), skinny jeans (peripheral route persuasion), slim fit jeans (central route persuasion), dan slim fit jeans (peripheral route persuasion). Sedangkan pada hari Kamis, 24 April 2014, peneliti menampilkan poster secara bergantian diawali dengan poster regular jeans (peripheral route persuasion), regular jeans (central route persuasion), skinny jeans (peripheral route persuasion), skinny jeans (central route persuasion), slim fit jeans (peripheral route persuasion), dan slim fit jeans (central route persuasion). Ketika melihat poster dan mengisi kuesioner, partisipan tidak diperbolehkan untuk bertanya pada peneliti maupun teman di sebelahnya. Gambar 1. Contoh iklan metode central route Gambar 2. Contoh iklan metode peripheral route (Desain oleh Kissy Sell Out & Oak Jeans pada tahun 2010 (http://www.prlog.org) HASIL DAN PEMBAHASAN Permasalahan penelitian di atas dijawab dengan menggunakan metode statistik related sample t-test. Hasil uji t membuktikan adanya efek dari iklan dengan metode peripheral route terhadap intensi membeli celana jeans pada mahasiswa FPUAJ t(1) = -5.173, p < .001, d = 0.717). Besarnya efek size Cohen’s d menunjukkan bahwa metode iklan model ELM memberikan efek medium terhadap intensi beli. Data pada Tabel 1 menunjukkan bahwa metode iklan peripheral route terbukti mempengaruhi intensi membeli celana jeans lebih tinggi dibandingkan dengan central route. Pada penelitian ini, tidak dapat dipungkiri bahwa masih banyak kekurangan yang belum dapat diatasi oleh peneliti. Pertama, mengenai jumlah partisipan. Jumlah partisipan pada penelitian ini kurang sesuai dengan target sampel yang telah ditentukan dan terdapat 84 perbedaan jumlah yang signifikan antara laki-laki dan perempuan. Kedua iklan central route yang belum disusun secara proporsional, sehingga terdapat kemungkinan penilaian terhadap central route lebih rendah bukan karena aspek kognitif tetapi karena iklan yang kurang menarik dan hanya berbentuk sebuah poster. Tabel 1: Intensi membeli celana jeans pada masing-masing metode iklan Metode Central Route Peripheral Route Intensi membeli Mean (SD) 55.27 (14.68) 65.65 (15.10) SIMPULAN DAN SARAN Penelitian ini bertujuan untuk menguji apakah terdapat perbedaan intensi membeli celana jeans pada mahasiswa FPUAJ yang dipaparkan iklan dengan metode central route dan peripheral route. Hasil analisa data menunjukkan terdapat perbedaan intensi membeli celana jeans secara signifikan pada mahasiswa yang dipaparkan poster iklan dengan metode central route dan peripheral route, metode yang kedua mendorong partisipan memiliki intensi membeli celana jeans lebih tinggi. Materi dari jenis iklan central route meliputi ukuran celana, bahan celana, cara mencuci dan keuntungan membeli celana. Sementara jenis iklan peripheral route meliputi model laki-laki dan perempuan dalam satu gambar yang sama disertai dengan tag line yang sesuai dengan situasi gambar. Hasil analisa data menunjukan poster iklan dengan metode peripheral route lebih efektif dalam meningkatkan intensi beli celana jeans bagi kelompok dewasa muda. Dewasa muda berada dalam tahap keintiman vs isolasi. Individu pada tahap ini cenderung ingin mencapai kedekatan dengan orang lain, hal ini membuat mereka berusaha dapat diterima oleh kelompoknya (Hurlock, 1994). Salah satu usaha yang dilakukan adalah dengan memperhatikan penampilan mereka. Hal ini dikarenakan melalui penampilan yang baik mereka dapat membentuk first impression yang baik sebagai langkah pertama membangun kedekatan dengan orang lain, sehingga iklan jeans yang menunjukkan afeksi dan perilaku lebih menarik perhatian mereka daripada iklan yang memuat informasi factual antara lain mengenai bahan celana dan cara merawat jeans tersebut. Dalam penelitian ini peneliti melihat beberapa kelemahan, antara lain isi poster iklan yang kurang optimal, jumlah partisipan laki-laki dan perempuan yang tidak seimbang, dan bentuk iklan berbentuk poster yang membosankan partisipan. Pada pembuatan iklan central route, bentuk huruf, warna, dan ukuran tulisan belum disusun secara proporsional, sehingga kemungkinan partisipan memberi penilaian terhadap central route secara lebih rendah bukan karena sifatnya yang mengarah pada aspek kognitif, tetapi karena iklan ditampilkan dalam bentuk yang kurang menarik. Di sini peneliti menyarankan pada saat menyusun poster iklan central route, proporsi bentuk huruf, warna, ukuran tulisan dan sebagainya perlu dipertimbangkan scara masak. Peneliti menyarankan jumlah sampel yang seimbang antara jumlah laki-laki dan perempuan. Pada penelitian ini jumlah partisipan laki-laki sangat sedikit sehingga penilaian terhadap iklan belum berimbang, mengingat pada penelitian terdahulu, ditemukan adanya perbedaan persepsi mengenai iklan berdasarkan jenis kelamin. Berikutnya peneliti juga menyarankan untuk membuat iklan dalam bentuk video. Hal ini disebabkan dengan menggunakan iklan berupa poster, konsumen menjadi lebih cepat bosan dan tidak tertarik untuk melihat lebih lanjut. Oleh karena itu, dengan menggunakan iklan berupa video diharapkan agar meningkatkan intensi beli konsumen. 85 DAFTAR PUSTAKA Ajzen, I. (2005). Attitudes, personality, and behavior. England: Open University Press. Ariadi, A. (2010). Analisis pengukuran advertising response modeling (ARM) iklan televisi dengan model selebriti dan pengaruhnya terhadap minat pembelian: studi iklan produk sabun Lux dan sabun Lifebuoy pada mahasiswa di sekitar Universitas Sebelas Maret Surakarta. Skripsi. Fakultas Ekonomi, Universitas Sebelas Maret Surakarta. Diunduh dari http://eprints.uns.ac.id/4920/ Aronson, E., Wilson, T. D. & Akert, R. M. (2010). Social psychology (Seventh Edition). New Jersery, NJ: Pearson Education, Inc. Aryani, Y.A, (2003). Hubungan gaya hidup dengan pengambilan keputusan dalam memilih produk fashion bermerek pada remaja. Skripsi (Tidak Diterbitkan). Fakultas Psikologi. Universitas Gadjah Mada. Brici, N., Hodkinson, C., & Sullivan-Mort, Gillian. (2013). Conceptual differences between adolescent and adult impulse buyers. Young Consumers, 14, 258–279. doi:10.1108/YC-01-2013-00340 Febrian, D. (2013). Efektivitas pesan iklan TV, asosiasi merek, dan kelompok referensi terhadap minat beli susu bubuk L-Men di kota Semarang. (Tesis Master). Magister Ilmu Komunikasi. Universitas Diponegoro. Diunduh dari http://eprints.undip.ac.id/42011/ Herabadi, G. (2003). Perbedaan individual dalam kecenderungan belanja impulsif: sarat emosi dan pendek pikir. Jurnal Psikologi,12, 58–70. Hurlock. E. B. (1994). Personality development. New Delhi: Tata McGraw Hill. Kartika, D. (2000). Pengaruh iklan bermotif kombinasi utilitarian dan iklan bermotif kombinasi emosional terhadap sikap remaja mengenai minuman ringan. Skripsi (Tidak diterbitkan). Fakultas Psikologi Universitas Atma Jaya. Kustrini, R. (1997). Sikap remaja putra dan putri terhadap pakaian dengan peranan kelompok tidak resmi. Skripsi (Tidak Diterbitkan). Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada. Petty, R., Cacioppo, J., & Schumann, D. (1983). Central and peripheral routes to advertising effectiveness : The moderating role of improvement. Journal of Consumer Research, 10, 135 – 146. doi:10.1086/208954 Prasasti, W. (2014). Pengaruh celebrity endorser terhadap niat beli konsumen: studi pada produk sticker aplikasi jejaring sosial line. (Tesis Master). Program Studi Magister Manajemen Universitas Atma Jaya Yogyakarta. Diunduh dari http://e-journal.uajy.ac.id/4795/ Shaffer, D., R. (2005). Social and personality development (6th ed). Belmont, CA: Wadsworth Walster, E., Aronson, V., Abrahams, D., & Rottman, L. (1966). Importance of physical attractiveness in dating behavior. Journal of Personality and Social Psychology, 4, 508–516, doi:10.1037/h0021188 http://www.levistrauss.com/our-story/#historical-resources 86