5 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Hakekat Mata Pelajaran IPA di Sekolah Dasar Ilmu Pengetahuan Alam, biasa disingkat IPA, adalah sebuah mata pelajaran yang mempelajari ilmu alam untuk siswa sekolah dasar (SD), dan sekolah menengah tingkat pertama (SMP/SLTP). Namun berbeda pada istilah yang terdapat di sekolah menengah tingkat atas (SMA/SMU) dan perguruan tinggi, kata IPA lebih dikenal sebagai salah satu penjurusan kelas yang secara khusus lebih memfokuskan untuk membahas ilmu-ilmu eksakta. Dalam ilmu pengetahuan, istilah ilmu pengetahuan alam merujuk kepada pendekatan logis untuk mempelajari alam semesta. Ilmu pengetahuan alam mempelajari alam dengan menggunakan metode-metode sains. Ilmu pengetahuan jenis ini berbeda dengan Ilmu Pengetahuan Sosial yang menggunakan metode sains untuk mempelajari perilaku manusia dan masyarakat; ataupun ilmu pengetahuan formal seperti matematika. Ilmu pengetahuan alam atau sains diambil dari kata latin Scientia yang arti harfiahnya adalah pengetahuan, tetapi kemudian berkembang menjadi khusus Ilmu Pengetahuan Alam atau Sains. Sund dan Trowbribge merumuskan bahwa Sains merupakan kumpulan pengetahuan dan proses. Sedangkan Kuslan Stone menyebutkan bahwa Sains adalah kumpulan pengetahuan dan cara-cara untuk mendapatkan dan mempergunakan pengetahuan itu. Sains merupakan produk dan proses yang tidak dapat dipisahkan. “Real Science is both product and process, inseparably Joint” (Agus. S. 2009: 11) Ilmu pengetahuan alam (IPA) atau Sains dalam arti sempit telah dijelaskan diatas merupakan disiplin ilmu yang terdiri dari physical sciences (ilmu fisik) dan life sciences (ilmu biologi). Yang termasuk physical sciences adalah ilmuilmu astronomi, kimia, geologi, mineralogi, meteorologi, dan fisika, sedangkan 5 6 life science meliputi anatomi, fisiologi, zoologi, citologi, embriologi, mikrobiologi. IPA (Sains) berupaya membangkitkan minat manusia agar mau meningkatkan kecerdasan dan pemahamannya tentang alam seisinya yang penuh dengan rahasia yang tak habis-habisnya. Dengan tersingkapnya tabir rahasia alam itu satu persatu, serta mengalirnya informasi yang dihasilkannya, jangkauan Sains semakin luas dan lahirlah sifat terapannya, yaitu teknologi adalah lebar. Namun dari waktu jarak tersebut semakin lama semakin sempit, sehingga semboyan ” Sains hari ini adalah teknologi hari esok” merupakan semboyan yang berkali-kali dibuktikan oleh sejarah. Bahkan kini Sains dan teknologi manunggal menjadi budaya ilmu pengetahuan dan teknologi yang saling mengisi (komplementer), ibarat mata uang, yaitu satu sisinya mengandung hakikat Sains (the nature of Science) dan sisi yang lainnya mengandung makna teknologi (the meaning of technology). IPA membahas tentang gejala-gejala alam yang disusun secara sistematis yang didasarkan pada hasil percobaan dan pengamatan yang dilakukan oleh manusia. Hal ini sebagaimana yang dikemukakan oleh Powler (dalam Winaputra, 1992:122) bahwa IPA merupakan ilmu yang berhubungan dengan gejalagejala alam dan kebendaan yang sistematis yang tersusun secara teratur, berlaku umum yang berupa kumpulan dari hasil obervasi dan eksperimen. Berkaitan dengan pengertian di atas, maka tujuan pembelajaran IPA di sekolah dasar adalah untuk membekali siswa tentang : (a) pengetahuan alam/Sains yang berguna dalam kehidupan sehari-hari, (b) kemampuan mengidentifikasi, menganalisis, dan menyusun alternative pemecahan masalah secara kritis berdasarkan prinsip-prinsio sains, (c) kemampuan mengaplikasikan ilmu yang di dapat di sekolah dengan kehidupan sehari-hari yang berkenaan dengan pengetahuan alam, (d) kesadaran sikap mental yang kritis positif dan keterampilan ilmiah terhadap lingkungan hidup menjadi bagian dari kehidupan, (e) kemampuan mengembangkan pengetahuan dan keilmuan IPA sesuai dengan perkembangan kehidupan masyarakat, dan kemajuan perkembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi (IPTEK). 7 Jadi, dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa pada hakikatnya dengan mempelajari IPA akan terbentuk individu-individu yang berkemampuan ilmiah yang tinggi serta kritis dalam menghadapi masalah serta gejala-gejala yang terjadi di lingkungan sekitar dalam kehidupan. 2.1.2. Hakekat belajar dan Pembelajaran Belajar adalah wujud keaktifan siswa walaupun derajadnya tidak sama antara siswa satu dengan proses belajar di kelas. Sementara kata ”aktif” sendiri dapat bermacam-macam bentuk seperti : mendengarkan, menulis, membuat sesuatu, mendiskusikan ( Herry Sukarman, 2003 : 24 ). Belajar adalah proses perubahan perilaku secara aktif, proses mereaksi terhadap semua situasi yang ada di sekitar individu, proses yang diarahkan pada suatu tujuan, proses berbuat melalui berbagai pengalaman, proses melihat, mengamati, dan memahami sesuatu yang dipelajari (http://krisna1.blog.uns.ac.id/2009/10/19/pengertian-dan-ciri-ciri-pembelajaran). Baharuddin ( 2008 : 14 ) menjelaskan belajar adalah proses perubahan manusia kearah tujuan yang lebih baik dan bermanfaat bagi dirinya maupun orang lain. Hamalik ( 2008 : 28 ) menjelaskan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungan. Belajar merupakan aktivitas yang dilakukan individu secara sadar untuk mendapatkan sejumlah kesan dari apa yang telah dipelajari dan sebagai hasil interaksinya dengan lingkungan sekitar). Menurut Thursan Hakim (2005 : 1) belajar adalah suatu proses perubahan di dalam kepribadian manusia dan perubahan tersebut ditampakkan dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seperti peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman, keterampilan, dan daya pikir. Menurut Slameto (2003 : 2) belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. 8 Menurut Skinner yang di kutip oleh Dimyati dan Mudjiono (1999 : 9) dalam bukunya yang berjudul Belajar dan pembelajaran, bahwa belajar merupakan hubungan antara stimulus dan respons yang tercipta melalui proses tingkah laku. Berdasarkan beberapa pendapat di atas, peneliti berasumsi bahwa belajar adalah perubahan yang dialami seseorang, untuk mencari jati diri baik yang berupa pengetahuan, ketrampilan maupun sikap untuk dapat menjadikan bekal hidupnya. Serta sesuatu untuk dapat merubah seseorang menjadi baik. Pembelajaran yang diidentikkan dengan kata “mengajar” berasal dari kata dasar “ajar” yang berarti petunjuk yang diberikan kepada orang supaya diketahui ( diturut ) ditambah. Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik (Wikipedia.com). Pembelajaran adalah suatu upaya yang dilakukan oleh seseorang (guru atau yang lain) untuk membelajarkan siswa yang belajar. Kegiatan pembelajaran bukan hanya sekedar kegiatan mengajar (pengajaran) karena pembelajaran yang berhasil harus memberikan banyak perlakuan pada siswa (Siddiq Djauhar, 2008 : 9). Rifa’i (2009 : 191) mendefinisikan bahwa pembelajaran adalah seperangkat peristiwa yang mempengaruhi peserta didik sedemikian rupa sehingga peserta didik itu memperoleh kemudahan dalam berinteraksi dengan lingkungan. Sedangkan menurut Winataputra (2007 : 1.19) menjelaskan bahwa pembelajaran adalah serangkaian kegiatan yang dirancang untuk memungkinkan terjadinya proses belajar pada siswa. Sanjana (2008 : 78) menjelaskan bahwa pembelajaran adalah proses pengaturan lingkungan yang diarahkan untuk mengubah perilaku siswa ke arah 9 positif dan lebih baik sesuai dengan potensi dan perbedaan yang dimiliki oleh siswa. Pembelajaran merupakan jalan yang harus ditempuh oleh seorang pelajar untuk mengerti suatu hal yang sebelumnya tidak diketahui. Keberhasilan seorang belajar akan terjamin apabila ia dapat mengajak para siswanya mengerti suatu masalah melalui tahap proses belajar, karena dengan itu siswa akan memahami hal yang diajarkan (http://hakekat-pembelajaran.html). Berdasarkan uraian di atas, peneliti berasumsi bahwa pembelajaran adalah usaha sadar dari guru untuk membuat siswa belajar, yaitu terjadinya perubahan tingkah laku pada diri siswa yang belajar, dimana perubahan itu dengan didapatkannya kemampuan baru yang berlaku dalam waktu yang relatif lama dan karena adanya usaha. 2.1.3. Hasil Belajar Hasil belajar pada dasarnya berkaitan pula dengan hasil yang dicapai dalam belajar. Pengertian hasil belajar itu sendiri dapat diketahui dari pendapat ahli pendidikan. Hasil belajar berasal dari kata hasil dan belajar. Agar tidak menyimpang dari pengertian sesungguhnya maka perlu dijelaskan secara per kata terlebih dahulu. Hasil belajar dari gabungan kata hasil dan kata belajar. Hasil belajar diartikan sebagai keberhasilan usaha yang dapat dicapai (Winkel,1998:162). Hasil belajar merupakan keberhasilan yang telah dirumuskan guru berupa kemampuan akademik. Winarno Surachmad (1981:2) menyatakan bahwa hasil belajar merupakan nilai hasil belajar yang menentukan berhasil tidaknya siswa dalam belajar. Hal tersebut berarti hasil belajar merupakan hasil dari proses belajar. Dalam hasil belajar meliputi kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotor (Sunaryo,1983:4). Dari berbagai kajian definisi hasil belajar di atas maka yang dimaksud dalam penelitian ini adalah hasil belajar matematika yang berupa kemampuan akademis siswa dalam mencapai standar tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan sebelumnya dan harus dimiliki siswa setelah mengikuti proses 10 pembelajaran. Belajar dipengaruhi pula oleh faktor-faktor baik dari dalam maupun dari luar. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi hasil belajar antara lain dibagi menjadi dua kategori yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal yang mempengaruhi hasil belajar adalah sebagai berikut: 1) Kesehatan anak, 2) Rasa aman, 3) Kemampuan dan minat, 4) Kebutuhan diri anak akan sesuatu yang akan dipelajari (Rustiyah NK,1995:123). Faktor eksternal yang mempengaruhi hasil belajar adalah sebagai berikut. 1) Lingkungan belajar, iklim, dan teman belajar. 2) Motivasi dari luar (Rustiyah NK,1995:123). Adapun faktor yang datang dari luar diri anak, yaitu dari sekolah tempat anak belajar seperti guru, waktu, sarana dan prasarana belajar, kurikulum, materi, dan suasana belajar. Selain faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar, juga siswa mengalami hambatan-hambatan dalam belajar baik itu bersifat endogen maupun bersifat eksogen. Yang bersifat endogen adalah faktor biologis dan faktor psikologis siswa. Sedangkan faktor eksogen adalah seperti sikap orang tua, suasana lingkungan, sosial ekonominya, dan sikap budayanya. Untuk dapat meningkatkan belajar dengan baik maka guru harus mengenal anak dengan baik pula karena setiap anak tidak sama persis kesulitan dan permasalahan yang dihadapinya. Dengan demikian guru harus mampu meneliti setiap kekurangan-kekurangan dalam hasil belajar siswa. Hasil belajar yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah hasil akademis yaitu hasil yang dicapai siswa setelah mengikuti proses belajar mengajar yang telah dirumuskan guru baik berupa segi kognitif, afektif maupun dari segi psikomotornya. Dalam proses belajar dan mengajar seorang guru wajib menentukan tujuan pembelajaran baik tujuan pembelajaran umum maupun khusus. Mengukur keberhasilan belajar siswa atau hasil yang dicapai siswa harus mampu mengevaluasi belajar siswa. Keberhasilan belajar siswa dapat dilihat dari segi pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Untuk memudahkan guru dalam mengukur keberhasilan belajar maka guru harus menentukan tujuan pembelajaran khusus yang baik. Ada beberapa kriteria dalam pembuatan TPK (Tujuan Pembelajaran Khusus) yang baik yaitu sebagai berikut. 11 a) Mengandung satu jenis perbuatan. b) Dinyatakan dalam kualitas dan kuantitas penguasaan siswa. c) Kondisi yang bagaimana yang diinginkan guru (Tim MKDK IKIP Semarang, 1995:28). Jadi hasil belajar dapat diartikan sebagai hasil belajar yang telah dicapai siswa setelah mengikuti kegiatan proses belajar dan mengajar, baik yang menyangkut segi kognitif, afektif maupun psikomotorik. Hasil yang dimaksudkan dalam penelitian tindakan kelas ini, berupa hasil belajar yang berupa hasil akademik siswa setelah mengikuti kegiatan belajar mengajar dalam jangka waktu tertentu. Hasil akademik ini berupa angka kuantitas yang dituliskan dalam buku raport. Sedangkan dalam kaitannya dengan penelitian ini, hasil belajar adalah peningkatan keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran yang ditetapkan guru. Hasil belajar yang dicapai siswa berkaitan erat dengan kesulitan belajar dan keberhasilan belajar. Kesulitan belajar siswa dalam mata pelajaran matematika dapat diketahui dari ciri-cirinya. Kesulitan belajar yaitu di mana anak didik atau siswa tidak mampu belajar sehingga hasil di bawah potensi intelektualnya (Alan O Ross, 1974:103). Menurut Lerner (1931:367) dalam buku pendidikan bagi anak berkesulitan belajar, (Dr. Mulyono Abdurrahman, 1999:262) adalah kekurang pahaman tentang simbol, nilai tempat, perhitungan dan penggunaan proses yang keliru dan tulisan yang tidak terbaca. Menurut Mulyono Abdurrahman (1996:6) bahwa kesulitan belajar adalah terjemahan dari learning disability. Terjemahan tersebut diartikan sebagai ketidakmampuan belajar. Menurut Kuffman dan Lloyd (1985:14) dikutip oleh Mulyono Abdurrahman (1996:6) bahwa kesulitan belajar adalah gangguan dalam satu atau lebih dari proses psikologis dasar yang mencakup pemahaman dan penggunaan bahasa ujaran atau tulisan. Gangguan tersebut memungkinkan menampakkan diri dalam bentuk kesulitan mendengarkan, berpikir, berbicara, membaca, menulis, mengeja atau berhitung. Learner berpendapat, ada beberapa karakteristik anak berkesulitan belajar, yaitu : 12 a. Adanya gangguan dalam hubungan keruangan. b. Abnormalitas persepsi visual. c. Assosiasi visual motorik. d. Perverasi. e. Kesulitan mengenal dan memahami simbol. f. Gangguan penghayatan tubuh. g. Kesulitan dalam bahasa dan membaca h. Performance IQ jauh lebih rendah daripada sektor verbal IQ (Mulyono Abdurrahman, 1999:259). Jadi kesulitan belajar matematika disebabkan rendahnya kemampuan intelegensi, banyaknya terkait dengan kesulitan memahami konsep visual dan adanya gangguan assosiasi visual motorik. Gejala adanya kesulitan belajar meliputi : a. Hasil yang rendah di bawah rata-rata kelompok kelas. b. Hasil yang dicapai dengan usaha tidak seimbang. c. Lambat dalam melakukan tugas belajar. d. Menunjukkan sikap kurang wajar seperti acuh tak acuh, berpura-pura dusta dan lain-lain. e. Menunjukkan tingkah laku yang berlainan (Widodo Supriyono, 1991:89). Jenis kesulitan belajar menurut Erman Amti, (1992:67) masalah belajar pada dasarnya digolongkan atas: (a) sangat cepat dalam belajar, b) keterlambatan akademik, (c) lambat belajar, (d) penempatan kelas, (e) kurang motivasi dalam belajar, (f) sikap dan kebiasaan yang buruk dalam belajar dan kehadiran di sekolah sering tidak masuk. Dengan demikian bahwa anak yang perlu mendapat bantuan dari guru dalam hal ini adalah layanan bimbingan belajar, agar peserta didik dapat melaksanakan kegiatan belajar secara baik dan terarah. 2.1.4. Pengertian Model Pembelajaran Metode pembelajaran adalah prosedur, urutan,langkah- langkah, dan cara yang digunakan guru dalam pencapaian tujuan pembelajaran. Dapat dikatakan bahwa metode pembelajaran merupakan jabaran dari pendekatan. Satu 13 pendekatan dapat dijabarkan ke dalam berbagai metode pembelajaran. Dapat pula dikatakan bahwa metode adalah prosedur pembelajaran yang difokuskan ke pencapaian tujuan. Dari metode, teknik pembelajaran diturunkan secara aplikatif, nyata, dan praktis di kelas saat pembelajaran berlangsung. Teknik adalah cara kongkret yang dipakai saat proses pembelajaran berlangsung. Guru dapat berganti- ganti teknik meskipun dalam koridor metode yang sama. Satu metode dapat diaplikasikan melalui berbagai teknik pembelajaran. Bungkus dari penerapan pendekatan, metode, dan teknik pembelajarantersebut dinamakan model pembelajaran. Sebagai ilustrasi, saat ini banyak remaja putri menggunakan model celana Jablai yangterinspirasi dari lagu dangdut dan film Jablai. Sebagai sebuah model, celana jablai berbeda dengan celana model lain meskipun dibuat berdasarkan pendekatan, metode, dan teknik yang sama. Perbedaan tersebut terletak pada sajian, bentuk, warna, dan disainnya. Kembali ke pembelajaran, guru dapat berkreasi dengan berbagai model pembelajaran yang khas secara menarik, menyenangkan, dan bermanfaat bagi siswa. Model guru tersebut dapat pula berbeda dengan model guru di sekolah lain meskipun dalam persepsi pendekatan dan metode yang sama. Oleh karena itu, guru perlu menguasai dan dapat menerapkan berbagai strategi yang di dalamnya terdapat pendekatan, model, dan teknik secara spesifik. Dari uraian di atas, dapat dikatakan bahwa sebenarnya aspek yang juga paling penting dalam keberhasilan pembelajaran adalah penguasaan model pembelajaran. 2.1.5. Model Pembelajaran Kelompok Interaktif Model Kelompok Interaktif, adalah bendera atau payung dari sekelompok model pembelajaran yang menata kegiatan pembelajaran dalam aneka bentuk interaksi sosial dalam kelompok kecil atau besar. Dalam kategori model belajar Joyce dan Wail (1986), model kelompok interaktif termasuk kelompok model sosial, personal, dan perilaku. Sedang model pengolahan informasi dari Joyce dan Wail (1986) dalam modul ini dimasukkan ke dalam model penelitian. 14 Sarana belajar dari kelompok interaktif ini antara lain untuk mengembangkan aneka kemampuan sebagai berikut : 1. Ketrampilan berkomunikasi. Ketrampilan ini pada dasarnya berkenaan dengan kemampuan menangkap pengertian atau makna dari apa yang didengar, dibaca, dilihat, dicium, diraba, atau dilakukan dan kemudian menjelaskan pengertian atau makna hasil tangkapan dan pengolahan pikiran dengan bahasa atau kata – kata sendiri sehingga Bahasa Indonesiahami oleh orang lain. Contoh : Menjelaskan pentingnya senam pagi bagi kesegaran jasmani. 2. Inisiatif dan kreativitas. Kemampuan ini pada intinya merupakan kesediaan atau kesiapan, kemauan, keberanian untuk melakukan suatu hal baru atau cara lain dalam menangani sesuatu pekerjaan atau memanfaatkan sumber daya atau memecahkan persoalan. Contoh : Membuat peta timbul suatu pulau di halaman sekolah. 3. Sinergi dan kerja sama. Sinergi atau kerja sama adalah semangat atau sepirit dan kesediaan untuk berbuat bersama orang lain secara kompak dalam menangani suatu kegiatan yang secara sadar dirancang bersama guna mendapatkan kemanfaatan sebesar – besarnya. Contoh : Membersihkan ruangan secara bersama – sama akan lebih cepat dari pada secara sendiri. Variasi model kelompok interaktif ini sangat banyak, misalnya Harmin (1994) mengidentifikasi sebanyak 70-an model dengan misi utama inspiring learning. Sedangkan Winataputra dkk. (1997) mengidentifikasikan dan menawarkan sejumlah 20-an Model Pembelajaran Interaktif (MPI) khusus untuk pendidikan moral. Simon, Home dan Kirehenbaun (1972) mengidentifikasi sebanyak 70-an model dengan misi utama value education atau pendidikan nilai. Secara khusus, istilah model diartikan sebagai kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan suatu kegiatn. Sunarwan (1991) dalam Sobry Sutikno (2004 :15) mengartikan model merupakan gambaran tentang keadaan nyata. Model pembelajaran atau model mengajar sebagai suatu rencana atau pola yang digunakan dalam mengatur materi pelajaran, dan memberi petunjuk kepada mengajar di kelas dalam setting 15 pengajaran. Model pembelajaran merupakan kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas belajar mengajar. Dalam melaksanakan aktifitas belajar mengajar seorang guru harus memperhatikan kondisi siswa dalam kegiatan belajar mengajar dalam arti kemampuan menyerap materi pelajaran. Materi pelajaran harus dipahami dengan maksimal agar tercapai ketuntasan belajar. 2.2. Hasil Penelitian yang Relevan Eriana, Septina (2008) dalam penelitian yang berjudul peningkatan motivasi belajar IPS melaui pembelajaran interaktif di SMP Muhammadiyah 10 Surakarta menunjukkan bahwa pada siklus 1 siswa mengalami ketuntasan belajar 64,57% dan motivasi belajar 70,42%. Pada siklus 2 ketuntasan belajar 84,85% dan motivasi belajar 81,69%. Hikmawati, Nurita (2008) dalam penelitian yang berjudul Peningkatan Prestasi Belajar Matematika Melalui Model Pembelajaran interaktif pada Siswa SD Negeri Sumberejo Ngawen Blora menunjukkan bahwa sebelum siklus ketuntasan belajar sebesar 25%, setelah siklus I menjadi 65%, Siklus II 89%. Meilina, Reza (2009) dalam penelitian yang berjudul Keefektifan Pembelajaran interaktif Melalui diskusi kelompok Siswa Kelas VIII Semester 2 SMP N 36 Semarang menunjukkan bahwa pada aktivitas belajar siswa mengalami peningkatan dari siklus I - II, yaitu siklus I 64,87% siklus II 82,5%. Berdasarkan dari beberapa penelitian diatas, dengan pembelajarabn interaktif membuktikan bahwa aktivitas siswa, pemahaman materi dan hasil belajar siswa meningkat. Oleh karena itu model pembelajaran interaktif sangat tepat diterapkan dalam penelitian tindakan kelas ini yaitu untuk meningkatkan hasil belajar siswa di kelas III SDN Karangwotan 03 Kecamatan Pucakwangi Kabupaten Pati 16 2.3. Kerangka Berfikir Kondisi awal Kondisi akhir Proses pembelajaran masih berpusat pada guru Hasil belajar meningkat Pemahaman materi meningkat Komunikasi siswa tidak terjadi Aktivitas siswa meningkat Aktivitas guru dalam pembelajaran kurang Aktivitas guru dalam pembelajaran meningkat Aktivitas siswa rendah Komunikasi siswa terjadi Pemahaman materi rendah Pelaksanaan siklus I dan siklus II Hasil belajar rendah Model pembelajaran Interaktif Tindakan Sugiyono, 2010 2.4. Hipotesis Tindakan Berdasarkan kajian teori dan kerangka berfikir di atas, dapat diajukan hipotesis tindakan sebagai berikut : penerapan model pembelajaran interaktif dapat meningkatkan hasil belajar tentang penggolongan hewan berdasarkan makanannya pada siswa kelas IV SD Karangwotan 03 semester 1 tahun 2011/2012.