Nama : Gisella Tioriva Br Bangun NIM : 3401413065 MK : Studi

advertisement
Nama : Gisella Tioriva Br Bangun
NIM
: 3401413065
MK
: Studi Masyarakat Indonesia
1. Masyarakat majemuk merupakan suatu keadaan di dalam masyarakat yang memiliki
berbagai perbedaan ataupun diferensiasi sosial, perbedaan itu meliputi keadaan
ekonomi, ras, suku bangsa, agama dan budaya yang biasanya berjalan dengan apa
adanya. Masyarakat majemuk masih sama seperti masyarakat lain pada umumnya
dengan berbagai realitas sosial, masih terdapat berbagai macam konflik, pertentangan
dan masalah sosial lainnya serta masyarakatnya lebih mengutamakan etnosentrisme
dan mengutamakan kepentingan golongan . Sedangkan masyarakat multikultur adalah
suatu kondisi masyarakat yang majemuk yang telah tercapai sebuah keteraturan dan
keharmonisan dalam masyarakat. Pada masyarakat muultikultur ini, dengan
banyaknya perbedaan ataupun diferensiasi sosial di dalam masyarakat sehingga
tercipta suatu keharmonisan, saling menghargai, serta kesederajatan dan mempunyai
kesadaran tanggungjawab sebagai satu kesatuan serta mengutamakan kepentingan
golongannya.
Masyarakat Indonesia belum termasuk ke dalam masyarakat multikultur karena
masyarakat di Indonesia masih terdiri atas kelompok-kelompok, yang tinggal bersama
dalam suatu wilayah, tetapi terpisah menurut garis budaya masing-masing. Hal
tersebut dapat dilihat dari dua variabel yaitu kemajemukan budaya dan kemajemukan
sosial. Hak yang paling mencolok dari ciri kemajemukan masyarakat Indonesia adalah
penekanan pada pentingnya kesukubangsaan yang terwujud dalam bentuk kelompokkelompok sukubangsa, dan digunakannya kesukubangsaan sebagai acuan utama bagi
jatidiri serta masih sangat memntingkan golongannya sendiri-sendiri.
Sebenarnya
Indonesia
sudah menggunakan
pendekatan
pembangunan
yang
berorientasi pada pencapaian masyarakat yang multikultur namun pada kenyataannya
pencapaian tersebut belum juga berhasil sampai pada saat ini, hal ini dikarenakan
masyarakat di Indonesia yang masih dan selalu saja menentang apa yang telah
menjadi program pemerintah dalam pencapaian masyarakat yang multikultur. Ada
banyak masalah yang menyebabkan pencapaian tersebut menjadi terhambat, seperti
pola pikir masyarakat yang masih rendah, nilai dan norma yang mengikat masyarakat
(adat-istiadat, kebiasaan dan tradisi yang mereka jalani sejak dulu), religi, serta sistem
budaya masyarakat.
Misalnya saja seperti masyarakat Papua yang ingin di bangun pendidikannya oleh
pemerintah. Masyarakat di papua yang biasanya tidak mengenal dunia pendidikan
akan mempersulit pemerintah untuk memberikan pendidikan kepada mereka. Mereka
yang masih memegang teguh adat-istiadat dan kebuadayaan mereka akan merasa sulit
untuk beradaptasi dengan konsep pendidikan yang akan dicanaangkan oleh
pemerintah. Selain itu akses untuk menuju ke daerah mereka juga cukup sulit untuk di
jangkau, misalnya saja seperti pelaksanaa Ujian Nasional. Masyarakat Papua biasanya
menyelesaikan Ujian Nasional lebih lama di bandingkan dengan masyarakat yang lain
khususnya masyarakat yang tinggal di perkotaan, hal tersebut di karenakan susahnya
akses untuk menjangkau daerah mereka.
2. a. Masyarakat pada umumnya selalu mengalami perubahan baik itu secara drastis
maupun perubahan yang tidak seberapa. Namun ada faktor yang mempengaruhi
terjadinya perubahan tersebut. Perubahan tersebut tidak selamanya membawa
masyarakat ke arah yang lebih baik, dan tidak selamanya juga membawa masyarakat
ke arah yang lebih buruk. Perubahan sosial di sebabkan karena adanya perubahan
nilai dalam masyarakat. Nilai yang erat kaitannya dengan kebudayaan dan masyarakat
memberikan pengaruh besar dalam perubahan. Perubahan nilai terjadi karena nilainilai tersebut sudah tidak fungsional lagi untuk menopang keberadaan masyarakat dan
nilai tersebut dianggap tidak lagi sesuai dengan kepentingan/rasa keadilan kelompokkelompok yang saling bersaing dalam masyarakat. Misalnya seperti perkembangan
ilmu pengetahun dan teknologi dapat mengubah nilai-nilai lama menjadi nilai-nilai
baru yang mendorong berbagai inovasi yang dapat memudahkan kehidupan
masyarakat menuju perubahan sosial kearah modernisasi
contohnya seperti perubahan mode pakaian pada masyarakat bisa saja terjadi. Dahulu
semua masyarakat menggunakan pakaian adat khasnya. Namun, seiring dengan
kemajuan dari perkembangan masyarakat tersebut membuat sedikit demi sedikit
anggota masyarakat mulai meninggalkan pakaian adatnya dan menggunakan pakaian
yang menjadi trend di daerah itu. Seperti contoh, sekarang adalah jamannya demam
Korea. Bagi penggemar beratnya, mereka selalu mencari dan menggunakan pakaian
yang biasa digunakan orang Korea. Namun, masyarakat tetap tidak meninggalkan
pakaian adat mereka dan tetap menggunakannya dalam acara tertentu. Seperti pakaian
adat Bali yang digunakan setiap kali mereka sembahyang di pura.
b. Pakaian dengan mode yang sama dipakai oleh orang di berbagai belahan dunia.
Contohnya adalah celana jeans. Celana jeans sudah mengglobal. Dalam kehidupan
sehari-hari, di mana saja baik itu laki-laki atau pun perempuan sudah terbiasa
memakai celana jeans. Padahal dulunya, jenis celana ini hanya digunakan oleh orangorang tertentu dan di tempat-tempat tertentu. Begitu juga dengan baju kaos, yang
lazim disebut T-Shirt. Jenis pakaian ini sudah menjadi pakaian yang biasa dan dapat
ditemukan di mana saja. Jenis pakaian di luar contoh di atas masih banyak. Misalnya,
orang meniru pakaian yang sedang ”ngetren” saat itu. Jika di televisi yang sedang
”ngetren” pakaian mini maka banyak masyarakat berpakaian mini. Atau pakaian yang
sedang ramai di kalangan remaja yaitu pakaian yang seharusnya anggota badan itu
tertutup. Jenis pakaian ini tidak sesuai dengan norma-norma yang berlaku dalam
masyarakat kita, jelas ini akan berdampak negatif. Akan tetapi dari jenis pakaian, arus
globalisasi juga berdampak positif. Kini, kita dapat dengan mudah mendapatkan
berbagai jenis, baik itu model, bahan atau kualitas dan sebagainya. Trend pakaian ini
berkembang pesat di kalangan remaja.
Dari cara berpakaian banyak remaja- remaja kita yang berdandan seperti selebritis
yang cenderung ke budaya Barat. Mereka menggunakan pakaian yang minim bahan
yang memperlihatkan bagian tubuh yang seharusnya tidak kelihatan. Pada hal cara
berpakaian tersebut jelas- jelas telah terjadi perubahan dan pergeseran nilai akan
budaya kita. Tak ketinggalan gaya rambut mereka dicat beraneka warna. Pendek kata
orang lebih suka jika menjadi orang lain dengan cara menutupi identitasnya. Tidak
banyak remaja yang mau melestarikan budaya bangsa dengan mengenakan pakaian
yang sopan sesuai dengan kepribadian bangsa.
3. a. Pattern Variables terdiri dari lima buah skema yang dapat dilihat sebagai kerangka
teoritis utama dalam analisis sistem sosial, yaitu :
-
affective versus affective neutrality, yaitu Interaksl sosial dalam suatu komunitas
dapat dibedakan dalam derajat keterlibatan emosi Individu cenderung memiliki
hubungan yang pribadi dan emosional, hubungan yang lebih yang akrab atau ntim
ditandai dengan keterlibatan emosi yang lebih mendalam daripada hubungan
sifatnya profesional, dan memiliki hubungan kenetralan yaitu hubungan kerja
yang tidak langsung dan menjaga jarak
Contohnya hubungan antara orangtua dengan anak, dan hubungan antara dokter
dengan pasiennya.
-
Self-orientation versus Collective-orientation yaitu Hubungan antar Individu juga
dapat dibedakan berdasarkan arah orientasi-nya. Dalam hal seorang individu
mengutamakan kepentingan diri sendiri maka dia akan menjalin hubungan yang
disebut berorlentasi diri. Contohnya, dalam hubungan dokter-pasien, orientasinya
lebih kepada orientasi diri, yaitu mengutamakan kesembuhan sang pasien.
Sedangkan jika kepentingan kelompok mengalahkan kepentingan pribadi, maka
hubung¬an antar Individu itu dikatakan berorientasi kelompok. Misalnya,
individu yang terpaksa mengalah, mengorbankan hari Minggunya untuk ikut
membantu gotong royong membersihkan lingkungan RT-nya.
-
Universalism versus particularism, yaitu saling berinteraksi dengan menggunakan
norma/kriteria yang umum, yang dapat dlterapkan pada semua orang, ataupun
kriteria khusus, yang hanya berlaku bagi kelompok tertentu. Kita dapat melihat
hal ini, misalnya, dalam interaksi antara individu dalam situasi formal atau antara
mereka yang tidak begitu akrab (setiap orang menggunakan julukan Bapak atau
Ibu) sedangkan dalam situasi yang lebih akrab/informal Individu-lndividu tersebut
menunjukkan interaksi dan perilaku yang lebih bebas dan kadang-kadang
menggunakan norma yang oleh orang lain mungkin dianggap tidak sesuai.
Contohnya pada waktu bertemu tidak berjabat tangan, melainkan mencium pipi
ataupun berpelukan, padahal antara pria dan wanita.
-
Quality versus perfomance yaitu mengacu kepada status seorang individu yang
diperolehnya sejak lahir (ascribed status, seperti gelar bangsawan, kekayaan yang
diwarisinya, warna kulit/ras), sedangkan prestasi menunjukkan tingkat yang telah
dicapai Individu melalui jerih payahnya sendiri. Kadang-kadang ada Individu
yang cenderung memilih teman Interaksinya berdasarkan kualitas tingkat
sosial/kelas tertentu, yaitu yang sama-sama kaya atau justru sama-sama tidak
berada, sesama usia, sukubangsa, dsb. Namun ada pula individu yang menjalin
hubungan bukan berdasarkan kualitas bawaan, melainkan berdasarkan prestasi
orang tersebut, terlepas dart perbedaan tingkat sosial.
Contohnya seperti seseorang yang hanya mau berhubungan dengan orang yang
berpendidikan tinggi dan seseorang yang mau berteman dengan siapa saja.
-
Specifity versus diffusness yaitu didalam hubungan yang spesifik, individu dalam
berhubungan dengan individu lain dibatasi situasi. Sedangkan didalam hubungan
diffuse, dimana seseorang yang karena bukan status tertentu terlibat dalam proses
interaksi.
Contohnya hubungan antara dosen dengan mahasiswa di kampus. Seorang dosen
berperan sebagai pendidik bagi mahasiswanya hanya pada situasi tertentu saja
misalnya ketika proses belajar – mengajar di dalam kelas saja. Akan tetapi ketika
sudah bearada dilingkungan luar sekolah tidak berperan sebagai dosen lagi.
semisal mempunyai peran lain ketika ada di masyarakat seperti menjadi kepala
desadan hubungan antara ibu dan anak, ibu berperan sebaghai orang tua dari anakanaknya pada segala situasi baik di rumah, kampus dan lain-lain.
b.
4. a. Nilai individual dan komunal dapat di adaptasikan menjadi nilai dan norma sosial
dalam masyarakat karena awalnya nilai dan norma sosial itu berasal dari nilai
individual dan komunal dari masyarakat. Dan hal itu akan menjadi nilai dan norma
sosial jika itu selaras dan sejalan dengan apa yang di inginkan atau di cita-citakan
oleh masyarakat karena nilai tersebut akan menjadi penetu baik atau buruknya
sesuatu.
Contohnya :
b. Perbedaan nilai dan norma :
Nilai Sosial
1. Sudah berada lebih dulu dibandingkan dari pada norma
2. Bersifat implisit(tersamar)
3. Belum memiliki sanksi
4. Belum tertulis
5. Berfungsi menjadi pedoman perilaku warga masyarakat
Norma Sosial
1. Berada setelah adanya nilai dan norma dibuat untuk melaksanakan nilai
2. Bersifat eksplisit(nyata,jelas,tegas)
3. Telah dilengkapi dengan sanksi
4. Bisa tertulis, bisa tidak tertulis
5. Berfungsi untuk mengatur dan membatasi perilaku warga masyarakat.
Tidak semua nilai menjadi norma sosial, karena seperti yang kita ketahui nilai
dipahami sebagai ukuran tentang sesuatu untuk menetukan baik atau buruknya seperti
yang menentukan baik – buruk, cantik – tidak cantik, tinggi – rendah, dan halus –
kasar, sedangkan norma dipahami sebagai pantas atau tidaknya sesuatu itu dilakukan
sehingga hal-hal seperti menetukan yang menentukan baik – buruk, cantik – tidak
cantik, tinggi – rendah, dan halus – kasar tidak dapat dijadikan sebagai norma.
5. a. Maksud dari skema struktur sosial di bangun secara obyektif agar dapat mengenal
posisi yang diberikan masyarakat kepada nilai sosial budaya dan organ atau
komponen sosial yang menjadi milik masyarakat adalah dari skema inilah, dapat
diketahui bahwa masyarakat sebagai organisme sosial tertinggi mempunyai fungsi
yang paling umum. Fungsi umum itu hanya dapat dilaksanakan dengan baik jika
komponen-komponen dan suborgan yang ada di dalamnya bekerja dengan baik pula.
Nilai-nilai sosial budaya dalam struktur sosial terdiri atas ajaran agama, ideologi, dan
kaidah-kaidah moral serta peraturan sopan santun yang dimiliki suatu masyarakat.
Setiap satuan nilai memiliki tempat dan peranan tersendiri. Demikian kelompokkelompok atau komponen-komponen sosial yang beragam juga mengambil tugas
sesuai dengan keahliannya masing-masing. Setiap komponen atau struktur sosial tidak
bekerja sendiri-sendiri tetpi bekerjasama dan saling melengkapi satu sama lain.
(Buku Sosiologi SMA Kelas XI [Menyelami Fenomena Sosial di Masyarakat])
b. Akar sosiokultur terjadinya diskriminasi di masyarakat adalah karena adanya
perbedaan diantar dua kelompok atau lebih yang berada di masyarakat seperti
kebudayaan yang berbeda dan perbedaan agama antara yang satu dengan yang lain.
Contohnya : Memilih karyawan yang seiman, mengutamakan memilih pasangan
hidup yang seiman, berbisnis dengan yang seiman. Karena secara sadar maupun tidak
sadar, tindakan mengutamakan yang seiman atau satu kepercayaan secara langsung
maupun tidak langsung akan merugikan pihak atau kelompok lain yang tersingkir
hanya karena perbedaan iman atau kepercayaan. Menurut saya hal seperti itu adalah
tindakan diskriminasi agama. Selain itu bentuk minoritas besar yang menindas
minoritas kecil. Pada insititusi atau lembaga keagamaan mungkin tidak terasa tapi
dalam masyarakat sendiri sering ada hal itu. Masalah lain yang ada adalah
diskriminasi agama yang dilakukan olehperorangan, misalnya dengan mempekerjakan
yang seiman. Hal ini sering terjadi dan dilandasi oleh fanatisme buta akan agamanya
sehingga tidak menghayati inti ajaran semua agama.
Download