KOMUNIKASI POLITIK ETNIS TIONGHOA Sri ?angestufi, Agoeng Noegroho dan Gita Yutlha ?rasetyawati ABSTRACT The-Chinese ethnic.,inParwoleertoisprominent.in'eeonomic.seclsr,b*'*otinpeliticel lield. That is the most lmportant thing that becomes the background of the research. This research oimed to know activity ofChinese ethnic society in Purwokerto, especially in political pqrty, ond to btow what background thet ntade the'm participate in politic,ol activity. This research used qualitative method. Data research was obtainedfrom informants that they are the Chinese ethnlc in Punyalccrto wha took part in political Jteld and the non-Chinese ethnic who.gave,informationeboutpoliticalaetivityofChinese&thnicinP",urvokerto. Result of the research was based on interview with informants. It showed some important points of the Chinese society in Purwokerto related to their politicol activity. First, 'the political activity done'by the'Chinese saciety in Purw,okcrto was"still aroundfive years cycle. Second, the political activ$ especiolly in political party of the Chinese society still concealed and tended to be low. Third, the background ofthe deficiency ofpolitical octivity af the Chinese society in Purwokertowas ccrusedby two things, sueh as traumaticforpasttime itrcident (incident ofG 30 S/PKI and incident of May 1998), a thought thot politic did not give benefit. Forth, the Chinese society, ifreferredtotheirpoliticalparticipationw(N dividedinto -three groups; group ofthe Ckinese societywho didnot.take,part inpolitical activity, group of the Chinese society who concealed when doing their political activity, and group of the Chinese societywho became political activists. Ffih tne Chinese society thatwas encouraged to take part in political comtmtnication activity was due to a high consciausness of palitic, willingness to strugglefor Chinese ethnic aspiratiov willingness to give contribution to this country, andwillingness to show up the existence ofthe Chinese socieqt. Key Words : Chine se ethnic, political LATARBELAKANG Masyarakat Tionghoa sudah ada di Indonesia bahkan sejak Indonesia belum mcrdeka: Mereka' merupatat bagiam dari orang-orang Cina yang berkelana ke luar negaranya untuk mengadu peruntungan di negeri orang. Di Indonesia jumlah orarg Tiooghoa kurang dari tiga persen dari total populasi dan merupakan golongan minoritas. Namun, mereka tidaklah homogen. Sec4ra kultural, mereka dapat dibagi menjadi Peranakan (orang Tionghoa yang lahfu di Indsnesia dan berbahasa lndonesia) dan totok, yalaf orang Cina yang berbatrasa Cina dan umurulya lahir di Cina (Suryadinata, 1999 : 44). Keberadaan etnis Tionghoa tersebut Acta Diurna, Yolume 5 No.2, September 2008 menimbulkan berbagai permasalatran yang suatu perpocatmr dalam masyarakat Sudatr banyak peristiwaperistiwa kerusuhan rasialis yang terjadi di berbagai dacrah. Adatya sentirnen oogatif terhadap waxga Tionghoa ini menimbulkan suatu perlakuan yang tidak sama terhadap mereka yang ditakukan dalam borbagoi sektor kehidupan. Tidak hanya sektor ekonomi,tapi di sektor politik hal ini juga terjadi. Hal ini ditandai dengan tebatasnya ruang yang tersedia dalam partai-ptrtai maupun lembaga-lembaga pemerintahan yangada. Berbicara tentang etris Tionghoa pada umumnya dan di Purwokerto pada khususnya, -maka pikiran banyak orang akan tertuju pada peranan mereka di bidang berpotensi 67 ekonomi, khususnya perdagangan. Asumsi ini bertolak dari adanya ariggapan bahwa etnis Tionghoa mendominasi bidang itu. Hal ini diperkuat oleh banyak penulis asing, salah satunya Victor Pure yang menyebutkan bahwa dari keseluruhan pekerja Cina Indonesia, pedagang membentuk kelompok terbesar (Jurnal Ilmu Politik 6 Th.1990:42). Anggapan dasar itu akan semakin jelas jika dipadukan dengan pengamatan sehari-hari terhadap kota-kota besar di Indonesia, temrasuk Purwokerto. Masyarakat Tionghoa di Purwokerto sendiri bukanlah mayoritas. Namun, keberadaan mereka sebagai bagian dari masyarakat Purwokerto tidak dapat diabaikan. Mereka telah banyak berperan ell di dalam berbagai sektor kehidupan masyarakat Purwokerto. Salah satunya adalah di seltor ekonomi, sebagai sektor yang paling menonjol. Kita dapat menjrrmpai toko-toko, batrkan supermarket, yang pemiliknya notabene etnis Tionghoa. Kepemilikan usaha tersebut membuat mayoritas dari mereka termasuk dalam golongan ekonomi menengah ke atas. Anggapan seperti yang dikemukakan sebelumnya membuat banyak orang tidak pernah membay-angkan tentang perhatian etnis Tionghoa terhadap masalahmasalatr politik. Menurut anggapao banyak orang, perbincangan tentang masalah politik seolatr-olatr selalu dihindari oleh mereka. Akan tetapi tidak selalu demikian. Bilamana sej arah dijadikan tolak ukur, maka -anggapan seperti itu adalah keliru. Sejarah menjadi saksi bahwa pada awal kedatanganny4 justru mereka hampir masalah mengutamakan politik ketimbang bidang ekonomi (Purcell dalam Jurnal Ilmu Politik 6 Th.1990:42). Sejak reformasi, demokrasi di Indonesia berjalan cukup baik. Komunitas Tionghoa kini dapat masuk dalam kancah politik secara leluasa. Akan tetapi, Ketua Dewan Pimpinan Cabang Partai Bhinneka Ttrnggal Ika/PBI Banyumaso Bapak Suharjono 68 (dalam http ://www.kompas. co. idlkomppscetak/OV 02/ tanggal 2 48591.htu, diakses September 2007) mengakui l6liareng/ adanya sikap apriori di kalangan keturunan Tionghoa untuk masuk dalam kancah politik. Pengalaman diskriminatif selama masa Orde Baru membuat mereka lebih menarik diri dan tak mau terlibat dalam politik. Sikap itu juga mencerminkan kurangnya pengetatruan politik di kalangan keturunan Tionghoa sendiri. Berdasarkan hal tersebut di atas, peneliti tertarik untuk mengetahui lebih laqiut mengenai kegiatan komunikasi politik masyarakat Tionghoa Ptrwokerto selama ini. Peneliti juga ingin mengetatrui alasan kekurang aktifan masyarakat Tionghoa Purwokerto dalam kegiatan komunikasi politik. Termasuk dalarnnya adanya di anggapan bahwa politik itu tidak dan trauma akan peristiwa di waktu lampau. Dalam penelitian ini Peneliti juga mencoba memberi ganrbaran tentang kepercayaan, nilai, pengharapan dan cita terhadap politik yang terdapat dalam diri masyarakat Tionghoa Purwokerto. PERUMUS$IMASALAH "Bagaimanakah kegiatan komunikasi politik yang selama ini dilakukan oleh .masyarakat Tionghoa Iff ds KG be str & F U I fi h f il F h d fl d fr h fr 5 d h I E h ffi F .t 1l Purwokerto?' m TINJAUANPUSTAKA Penelitian Terdahulu Penelitiao mengenai, etris Tionghoa sudah pernah dilakukan sebelumnya. Sebuatr penelitian yang dilakukan oleh DR. Sri Mulyani Mffraniah(1983) di yoW*arta mengungkapkan bahwa kaum remaja etnis Tionghoa di kota tersebut memiliki motif ,berkuasa y-ang lebih tinggi daripada remaja Jawa Penelitian yang dilakukan oleh Drs. Muslihudin, M.Si., Drs. Rahmad Santoso, M.S., dan Dra. Rili Windiasih (2000) 1. Acta Diurna, Volume 5 No.2, September 2008 H I I r I fi fl ( f il t L f { Das- mfokuskan pada konflik ehis Tionghoa egm-kaum pribumi yang terjadi di kota *ses takui unan ncah lama lebih alam nkan ngan das, lebih ilitik lama asan Soa kasi mya dak tiwa ini arian dan ,larrt , Kebumen. Penelitian tersebut menitik beratkan pada pembahasan mengenai sentimen kultural, ketimpang.an ekonorni dm segregasi sosial di kota tersebut. Dalam perelitian tersebut dikemukakan bahwa t€rdapt pandangan negatif dari masingmasing etnis terhadap etnis yang lain. Admya pandangan yang saling nampak bmyak sisi negatifrrya daripada positifrrya dai masipg-masing kelompok etnis, yalani pnbumi dan Tionghoa, merupakan kondisi yaag kondusif untuk tetap terjadinya konflik. Disamping itu, terdapat segregasi antar dua kelompok dalam suafu masyarakat didasarkm adanya petbedaan yang secara s$stansial meuumg dimsakan. Hal id tentunya menrpakan titik awal terjadinya konflik aotam dua kelompok tersebut. Penelitian tersebut menyimpulkan antara hin hhwa konflik yang terjadi diakui oleh sebagian masyarakat Kebumen adalah ke€na unsur kebencian dari kelompok masyarakat pribumi terhadap etnik fffigba yang bersifat akumulatif dan bahwa mata pencaharian warga etnis fryhmhanya di bidang bisnis khususnya sehingga eenderuug untuk ctsklusif dan monopolistik. 2.EtnirTionghoa Boleh dikatakan, semua orang fimghoa di Indonesia merupakan imigran hdahiran fioagkok atau keturunan imigran Di Indonesia, rtreg keturunan Tionghoa disebut orang @h jika ia bertindak sebagai anggota fui, dan mengidentifikasikan dirinya mrrurut garis laki-laki. ha ya. )R. frta his d-rg"n masyarakat Tionghoa (Skinner qia frhe Tm;198 t 1). Diantara sekian banyak ..lltg Thoaghoa yang ada di Indonesiq eillktrEya setengahnya tinggal di Jawa (eimcr dalam Tan,198l:5). Di Jawa" hs. ttnu' otif : rG5rraLat fionghoa yang tumbuh 00) dan saempat dikenal sebagai Peranakan fingbm (Skinner dalarn @ 198 I : I 0). Llssyarakat Tionghoa di Purwokerto NNI Ae Diwn, ffi, Yolume 5 No.2, September 2008 sendiri terdiri dari kedua kelompok tersebut. Antara Tionghoa peranakan dan totok keduanya membaur dengan pendudtrk asli Purwokerto. Kebanyakan mereka bergelut di bidang usaha/bisnis. Keberadaan mereka cukup berpengaruh dalam kehidupan masyarakat Purwokerto secara keseltrutran, .khususnya di bidang perdagangan. Akan tetapi sekarang ini Tionghoa Purwokerto kebanyakan adalatr kelompok Tionghoa peran.akan y-aag sudah aukup berasirnilasi dengan penduduk setempat. Terkait dengan aktivitas mereka politik, dalam mereka cendertmg memegang asas-asas yang mereka bawa/warisi dari leluhur mereka. Kebanyakan orang Tionghoa kslot kalau mengenai msral kemasyarakatan dan percaya teguh akan kegunaan kebajikan-kebajikan lama seprti .ketaatan, manahan diri, sopan-SaRfun, semangal mementingkan umum, dan menghargai diri sendiri @onavi4l 987: I 8). Ciri yang pating menentukan dari sikap bangsa Tionghoa terhadap dunia sekitarnya adalah komitnoen total mereka terhadap kehidupan sebagaimana adaoya -kalau perlu, dengan komitmen ekstra untuk membuatnya lebih baik dari apa adanya Peradaban modern mereka didasarkan pada tata nilai yang paling kentara materialistis dalam sejarah umat manusia @onavia,l"987:35). Mengenai idiologi atau sistem kepercayaan, mereka masih banyak yang menganut Kong Hu Cu (Confucianisme) meskipun sudah banyak pula yang memeluk agama tertentu. Konghucu -nama ini ,versi batrasa Hokkian dari nama batrasa Tionghoa Kong Fuzi- hidup dalam abad keenam sampai kelima sebelum Masehi. Dia menguraikan wawasan "manusia utama", yang tingl€h lakunya menyatakan kesusilaan dan kebaikan hati, kemoderatan dalam segala sesuatq dan sebuah sistem hubungan sosial tertentu yang diharapkan memberikan kunci yang iepat suasana @onavia,l987:83). bagt perilaku dalam segala 69 Ajaran Konghucu memiliki butirbutirnya yang baik perawatan orang lanjut usiao bantu-membantu dalam satuan keluarga yang mantap, dipujinya kesusilaan dan kesetiaan bahkan sampai mati, gaya hidup sederhana dan moderat, penolakan terhadap takhyul kosong dan praktekpraktek bidab y,ang bertopeng agama, dan penghormatan terhadap prinsip @onavia,l987:83). Salah safu momok besar penulisan modern mengenai Tiongkok adalah penciptaan istilah-istilah untuk mencocoki kategori politik Tiongkok. Orang Tionghoq Ali,l999:v). Komunikasi potitik bukan hanya sekedar proses penyampaian suafu pesao mengenai politik oleh seseorang kepada orang lain. Bukan pula merupakan pengertian komunikasi plus atau ditambah pengertian politik (Effendy,l992:l5B). Pokok dasar pikiran kita tentang komunikasi politik ialah batrwa orang bertindak terhadap objek berdasarkan makna objek itu bagi dirinya. Orang berperilaku terhadap objek dengan memberikan makna kepadanya, makna yang pada gilirannya diturunkan dari perilakunya sebagai individu. Melalui misalnya, tidak pernah menerima kata "Maois" melainkan menyebutkan "pikiran Mao Zedong", yang mereka definisikaa sebagai penyesuaian Mao terhadap Manrisme untuk menyesuaikannya dengan keadaan Tiongkok (Bonavia,1987:90). Hal yang paling menyebabkan frustasi dalam mengikuti politik Tiongkok adalah batrwa menerima di antara makna dan tindakan ini ofimg memperoleh kecenderungan tertentu (Nimmo II,2000:3). Miller, Balanter, dan Pribam (Nimmo II,2000:4) menguraikan hubungan antara kecenderungan dan kegiatan. Kegiatan terdiri atas tiga tahap pokok-cifra, rencana, dan operasi. Citra gerakan yang dominan pada waktu manapun adalah segala sesuatu yang dipelajari menampilkan dirinya dalam rangka keyakinan mulia untuk mencapai kemalonuran dan keadilan sosial; sedangkan dalam melihatke belakang, para sejarahwan Partai menyarikan proses politik menjadi sebuah proses,intrik busuk dan kecemburuan perortmgan @onavia, I 987:9 I ). 3.KomunikasiPolitik Komunikasi politik merupakan salah satu bentuk kegiatan politik. Adapun komunikasi politik menurut Michael Schudson (dalam A1i,1999:v) ialah "any transmission of messages thot has, or is intended to have, an effi ct on the distribution or use of power in society or on attitude toward the use of power". Gejala komunikasi politik sendiri bisa dilihat dmi dua arah, yang p€rtama: bagaimana institusiinstitusi negara yang bersifat formal atau suprastnrktur politik menyampaikan pesanpesan politik kepada publik, yang kedua: bagaimana struktur politik merespons dan mengartikulasikan pesan-pesan politik terhadap suprastnrktur (Schudson dalarn 70 kegiatan komunikasi memberi-dan- seseor.mg, yang relevan dengan sifuasi dan dengan tindakan yang bisa terjadi di dalamnya. Citra adalah keee,nderungan yatg tersusun dari pikiran, perasaan, dan kesudian. Rencana disajikan di dalam cita terdiri atas perintah yang diberikan seseorang kepada dirinya sendiri dengan melakukan kegiatan, sedangkan operasi adalah apa yang dilala*an seseorang. Dan Nimmo (2000:11), menyebutkan ada tiga jenis kecenderungan yang menunjukkan (tetapi tidak menyebabkan) arah perbuatan seseorang, yaitu kepercayaan, nilai, dan pengharapan. Pada setiap orang, kepercayaan, nild, dan pengharapan ini saling melingkup. Kepercayaan mengacu kepada apa yang diterima sebagai benar atau tidak bffiar tentang sesuatu. Nilai melibatkan kesukaan dan ketidak sukaan, cinta dan kebencian, hasrat dan ketakutan seseorang. Pengharapan mengandung ciha seseorang tentang akan seperti apa keadaannya setelah tindakan. Dalam penelitian ini komunikasi Acta Diurna, Volume 5 No.2, September 2008 rd E il q il til q rrt H q fl r t Pu rl h IT t 5 fl fl I il fl F I il {r F f rh I il ilL fl il f L f, polifiA yang dimaksud adalah kegiatan hunikasi politik yang dilakukan oleh crnis Tionghoa di Purwokerto, yakni lngdmana etnis Tionghoa di Furwokerto mrmjukkan eksistensi mereka dengan lrtap melakukan kegiatan komunikasi politik. Penelitian ini akan membahas bageimana proses'pengkomunikasian pesan ymg dilakukan oleh etnis Tionghoa dalam usahanya agar aspirasi maupun f&ftnanttepentingan kelompok mereka @at diakomodir, dimana hal ini dapat dilakukan melalui kelompok kepentingan mrryunpartai politik. Masyarakat Tionghoa Purwokerto pada umumnya kurang begitu terlihat dalam kegiatan komunikasi politik. Hal ini dilatar belakangi oleh adanya trauma akan peristiwa yang terjadi di masa lalu. Selain itu masih adanya anggapan bahwa apapun yang berhubungan dengan politik itu tidaklatr menguntungkan, membuat sebagian besar masyarakat Tionghoa menjadi enggan untuk masuk ke bidang ini. Mereka cenderung untuk fokus pada bidang ekonomi yang telah mereka geluti. Bidang ini menjadi pilihan masyarakat Tionghoa pada umumnya untuk memperlihatkan -eksistensi mereka disampiug bidang sosial dan budaya. Selama ini, kegiatan komunikasi METODEPENELITIAN Penelitian ini dilakukan di kota Purwokerto, khususnya dalam beberapa sadah kegiatan masyarakat Tionghoa Purwokerto, yaitu Paguyuban Sosial Marga fionghoa Indonesia (PSMTI) Cabang nayumas dan Partai Bhinneka Indonesia eBf) Cabang Banyumas. Penelitian ini juga dilakukan di rumah atau kantor para idoman dan di daerah kampus Unised sta mpat-tempat lain yang terkait dengan politik justru kurang tersentuh oleh masyarakat Tionghoa Purwokerto. Pada umumnya keterlibatan mereka di bidang ini masih sangat minim. Charles A. Coppel mengatakan: simalakama bila memikirkan kegiatan politik. Jika mereka terlibat dalam politik kalangan oposisi, mereka dicap subversif. p'litianini. Apabila mereka mendukung penguasa waktu ifu, mereka Metode penelitian yang dipilih drl@ penelitian ini adalah kualitatif, yaitu pcnelitian yang memaparkan, melukiskan" rEr menggambarkan suatu gejala, situasi, j'u perisdwa Teknik pengambilan data (ryling) dalam penelitian adalatr teknik p7rsivv sampling. Para informan tersebut Ediri dai orang-orang Tionghoa dan nonfmghm yang b€*iprah dalam berbagai bEirr"'r konrunikasi politik maupun orang.-ilg yang dipandang dapat memberikan ilrlrreqi mengenai kegiatan komunikasi Iffi masyarakat Tionghoa Purwokerto. Ih paelitian ini pengtrmpulan data dihknkan dengan cata wawancara sdll*m dandohrmentasi IlI.gLPENELITIAN L Xuuikrsi Politik Masyarakat rl-rrgto.Prusokerto .W Dirru Yolune 5 No.2, September 2008 Orang Tionghoa Indonesia itu ibarat makan buah dicap opotunis. Dan jika mereka ' menjauhi diri dari politik, mereka juga dicap oportunis sebab mereka itu dikatakan hanya borminat mencari untung belaka (dalam Jumal Ihnu Politik 6Th.r9e0). Biasanya mereka hanya terlibat dalam siklus limatahunan yang merupakan suatu hal yang wajib diikuti oleh warga negara Indonesia Di luar ittl masyarakat Tionghoa Purwokefro masih belum begitu terlihat wajahnya. Kegiatan yang mereka lakukan terkait dengan komunikasi politik masih minim dan terkesan sembunyisembunyi. Sesungguhnya masyarakat fionghoa itu tidaklah homogen. Hal ini sesuai dengan 71 apa yang dikemukakan oleh Eddy Prabowo menimbulkan kekerasan anti-Cina di Indonesia. Setelah tCIjadinya peristiwa ini banyak orang Tionghoa yang mulai mempertanyakan apakah bijaksana bergabung dengm Wltantobqikutini: Masyarakat Tionghoa itu tidaklah homogen. Ada memang kelompok yang tidak mau berbaur, tetapi banyak pula di antara mereka yang menaruh perhatian besar pada persoalan politik dan hukum di Indonesia. Di akar rumpu! persepsi politik warga Tionghoa sebenarnya dinamis. Banyak antara mereka yang sangat concern pada masalah politik." (dalam www.komoas.com diakses 2 September2007). gerakan hubunganya dengan peristiwa tersebut, lagi-lagi korban. BahIGn masih segar dalam ingatan bagaimana toko-toko dan tempat usaha mereka dirusak, dibakar dan dijarah massa. Selain itu juga ada tindak kriminal lainnya yakni pelecahan seksual dan perkosaan yang dialami oleh kaum perempuan Tionghoa. Peristiwaperistiwa tersebut mmpai sekmang bahkao beltun menemukan titik Jadi sikap kurang aktif atau ktrang ditunjukkan oleh sebagian masyarakat Tionghoa hendaknya jangan menjadi suatu generalisasi tertradap selunrh masyarakat fionghoaymgada. Hasil wawancara mengungkapkan hal-hal yang melatar belakangi kekurang aktifan masyarakat Tionghoa Purwokerto pada umumnya dalam komunikasi politik. Ada dua hal utama yang terang dalam pengungkapan, pengusutan dan penyelesaiannya (proses hukumnya). Hal ini membuat kaum Tionghoa makin menarik diri dari segala hat yang ted€it dengan politik dan mencari menjadi latar belakang, yaitu: benak masyarakat Tionghoa, fionghoa hrwokerto. Peristiwa yang pertama adalah peristiwa Gerakan 30 September (G30S) di tatrun 1965. Peristiwa ini membawa dampak yang sangat besar terhadap kehidupan masyaakat Tionghoa dalam skala nasional. Dalam peristiwa tersebu! mereka menjadi korban dan 'tkambing hitam". Banyak. diantqra mereka yang ikut ditangkap dan dipenjarakan karena dianggap tedibat dalam peristiwa te,rsebut. Disamping itu, peristiwa ini juga 72 yang masyarakat Tionghoa menjadi tertarik pada bidang politik yang yang menimbulkan suatu tratrma di patai berkuasa. Peristiwa lain yang menimbulkan efek traumatis di kalangan masyarakat Tionghoa Indoassia, tefinasuk di Purwokerto adalatr peristiwa Mei 1998. Dalam di 1. Trauma akan peristiwa di waktu lampau. Ada beberapa peristiwa politik yang erat 2. aman. Anggapan bahwa politik itu tidak menguntungkan. Hal kedua yang melatar belakangi kehrang aldfan masyarakat Tionghoa prnwoke,lto dalam komunikasi politik yakni adanya anggapan kalangan di Tiolghoa bahwa apapun yarg berhubungan dengn politik itu ddaklah menguntungkan. Hal ini umumya drjunpai di kalaagan tratua kaum Tionghoa. Mereka kebanyakan berpendapat bahwa @litik itu tidak bergunq tidak bermanfaat dan hanya akan menrgikan diri sendiri. Banyak diantaranya yang beranggapan: 'Ngapain ikut-ikutan berpolitik? Acta Diurna, Vohme 5 No.2, September 20AB L€bih baik dagang, cari duito'. Bahkan dalam pndidikan keluarga kalangan Tionghoa, terdapat di kecenderungan untuk terlalu ctndong ke bisnis. Sehingga anakmak mudanya j uga ikut terpengaruh dengan lingkungan keluarga yang demikian. Pandangan yang demikian seolah-olah mencegah kaum muda Tionghoa untuk terlibat dibidangpolitik. Seiring dengan perkembangan perpolitikan. Mereka mau menyumbangkan pikiran, waktu, tenaga, juga uang tetapi masih takut kalau-kalau nanti dia di -cim oleh masyarakat. Sehingga mereka ini muncul tapimasihsamm-samar. Adapun kelompok yang ketiga adalatr para Tionghoa yang aktif berpolitik, dengan kata lain aktivis politik. Kelompok ini terdiri dari orang-orang Tionghoa yang muncul secara jelas dan terang-terangan di kancatr perpolitikan. Mereka umumnya merupakan aktivis maupun anggota dari suatu partai politik, bahl€n pengurus partai jman, terlebih setelatr memasuki era politik. reformasi, masyarakat Tionghoa mulai nsruqjrrkan partisipasi mereka di bidang ediflq termasuk dalam komunikasi politik lilcdra mulai b€rani menampakkan diri, terlihat bagaimana tingkat partisipisi meelri masih terkesan malu-malu kucing. Dari hasil wawancara, masyarakat Tionghoa di Purwokerto dapat dkclryokkan menjadi tiga kelompok fu krimnya dengan partisipasi mereka &tS kelompok orang-orang Tionghoa yng rrusr}r berpikir buat apa berpolitik', il-rgrn ke lain kelompok orang-orang IiqEhm yary tidak berpolitik. Mereka Ediri dari oraag-orang yang lebih fi fug politik Kelompok yang pertama mgutamakan bisnis dan ekonomi. Kcbenyakan termasuk kaum tua-tua Tionghoa. Mereka cenderung tidak ma*ung Tionghoa yang berpolitik, t*bn tertesan mencegah kaum muda Tiooghoa untuk berpolitik. Dalam prndangan mereka, berpolitik itu @ uang, tenaga, waktu dan pikiran. hJra, bryi mereka berpolitik itu tidak r-Errrrrmgken- Kehmpok yang kedua adalah orangq @hoa yang sudah berpolitik tapi d mhmyi-se,mbunyi. Dengan kata h, dh berpolitik tapi belum terjun rlrrr mksimal. Mereka yang termasuk & mpot ioi adalah orang-orang fEEh png berpolitik di balik layar. re @lil t€rang-terangan tapi sudah dbagian dalam kegiatan {'r Dirlrzr,, Yohtme 5 No.2, September 2008 Dari pengelompokan di atas, dapat Tionghoa Purwokerto dalam perpolitikan Hal ini jrya dapat memberi gambaran tentang bagaimana sikap masyarakat Tionghoa terhadap politik, termasuk kegiatan komunikasi politik. Pengelompokan masyarakat Tionghoa di atas menunjuLr*an adauya keikutsertaan masyarakat Tionghoa Purwokerto dalam kegiatan komunikasi politik, baik yang masih samar-sarnar maupun yang sudah terlihat jelas. Dalarn wawancala Peneliti dengan para informan, ada beberapa hal yang menjadi latar belakang keikutsertaan masyarakat Tionghoa Purwokerto dalam kegiatan komunikasi politik. Hal-hal tersebut yaitu: 1) kesadaran politik yang tinggi, 2) keinginan untuk memperjuangkan aspirasi Tionghoa, 3) keiaginan untuk ikut menyumbangkan pikiran mengenai negeri ini, dao 4) keinginan untuk menuqiukkan eksistensi Tionghoa. Keempat hal mendorong masyarakat Tionghoa rmtuk berperan aktif dalam kegiatan komunikasi politik. 2. Partai Politik Sebagai Satah Satu Sarana Komunikasi Politik Masyarakat Tionghoa Pumokerto Berbagai partai politik yang ada di Purwokerto dapat dikatakan telah mer$adi sarana komunikasi politik masyarakat 73 Tionghoa Purwokerto. Hal ini terlihat dari banyalcnya fionghoa yang masuk menjadi anggota mauputr pengurus dalam beberapa partai politik di Purwokerto. Ini KESIMPULAN 1. dilalcukan oleh masyarakat Tionghoa menunjukkan keterbukaan partai-partrri politik tersebut terhadap masyarakat Tionghoa. Hal tersebut juga menepis anggapan batrwa partai politik tertentu itu "eksklusif' dan tidak berpandangan nasionalis. Sebagai salah satu sarana komunikasi politik, partai-partai politik yang ada sangat diperlukan. Akan tetapi, partaiaartai politik ynng ada di Purwokerto rupanya belum dimanfaatkan secara optimal oleh masyarakat Tionghoa. Salatr satunya adatah PBI yang notabene adalah partai politik orang Tionghoa. Partai tersebut seolah-olah kuraug mendapat dukungan dari kalangan fionghoa itu sendiri. Perannya sebagai wadah aspirasi sering digantikan oleh oiluas-ormas yang lain. Adapun sebagian masyarakat fionghoa lainnya lebih memilih rmtuk mendutung partai politik lain yang lebih besar karena dipandang lebih meqiaqiikan dao dapt meqiadi wadah aspirasi yang lebih baik. Hal inilah yang Peneliti dapatkan dalam wav/ancara dengan prainfo,rrran. Keberadaan berbagai partai sebagai wujud nyata perkembangan demokrasi sq.ngatlah penting. Perannya sebagai sarana komunikasi politik hendaknya juga dapat dimanlaatkan secara optimal oleh selunrh lapisan masyarakat, tidak terkecuali masyarakat Tionghoa Purwokerto. DeNnikianlatr hendalarya yang diharapkan dengan masyrakat Tionghoa Ptrnrokerto. Dengan begrt r, eksistensi mereka dalam bidang tersebut dapat terjaga. Sehingga masyarakat luas dapat me,mberikan apresiasi yang lebih tinggr dibanding hanya mencap Tionghoa sebagai %inatang ekonomi" yang hanya sebatas mencari keuntungan ekonomis. Kegiatan komunikasi politik yang Purwokerto pada umumnya d@t dikelompokftan mer{adi dua, yaitu kegiatan tahunan dan kegiatan yang masih berkisar pada siklus lima tatrunan. 2. Sebagian besar masyarakat Tionghoa Purwokerto berpartisipasi dalam kegiatan komunikasi politik, khususnya dalam partai politik, secara sembrmyi-sembunyi. 3. Kekurang aktifan masyarakat Tionghoa Purwokerto dalam kommikasi politik dilatar belakangi oleh beberapa hal, yaitu: L Trauma akan peristiwa di wakhl larnpau, yakni peristiwa G30S I 965 dan peristiwa Mei I 998. b. Adanya anggapan bahwa politik itu tidak meaguntungkan, khususnya terdapat di kalangan tua-tua Tionghoa yang diturunkan kepada generrsi 4. mudanya. Berdasarkan tingkat partisipasi dalam komunikasi politik, masyarakat Tionghoa Punvokerto dapat dibedakan menjadi tiga kelompolqyaitu: a. Kelompok orang-orang Tionghoa yang tidak berpolitik. Kelompok ini terdiri dari orangorang Tionghoa yang masih @rpkir'buat apa berpolitik,. b. Kelompok oraog-orarg Tionghoa yang sudah berpolitik tapi masih sembunyi-sembunyi, dengan kata lain sudah berpolitik tapi belum maksimal. Yang termasuk di dalam kelompok ini adalah orang.orang, Tionghoa yang berpolitik di balik layar. c. Kelompok orang-orang Tionghoa yang aktif berpoliti( denga, kata lain aktivis politik. 74 Acta Diurna, Volune 5 No.2, September 2008 X@ok ini terdiri dari orang- 5- .r-ng Tronghoa ymg muncul secara lras dao terang-terangan di kancah polidc E l-bal yang melatar belakangi Uhtsertaan masyarakat Tionghoa Purwokerto dalam komunikasi eolitik adalatr adanya kesadaran politik /ang tinggi, keinginan untuk memperj uangkan aspirasi Tiongho4 keinginan untuk ikut menYumbangkan pikiran untuk oegeri ini, dan keingrnan untuk mmrmjukkan eksitensi masyarakat Tronghoa. TATTARPUSIAKA Af, Iibvel. 1999. Peradaban Komtnikasi Politik. Bandung: pT Remaja Rosdakarya Booavia, David. 1987. Cina Dan E Iksyuakatnya. Jakarta: Erlangga rly, Onong Uchjana. lgg2. Teori dan Filsafat Komunikasi. Jakarta: Crmedia Jurnal Ilmu Politik 6 Th.l990 diterbitkan olehAlPl dan LIPI dengan penerbit pT Gramedia, Jakaxta Maxtardah, Sri Mulyani, Dra. 1984. Motif Sosial Remaja Suku Jawa Dan Keturunan Cina di Beberapa SMA Yogyakarta Suatu Studi Perbandingan. yogyakarta: Gaj atrmada University press Muslihuddin, Drs., M.Si., Drs. Rahmad Santoso, M.S., Dra. Riti Windiasih. Konflik Etnis Tionghoa dengan ?00-0. Pribumi: Antara Sentimen Kuttural, Ketimpangan Ekonomi dan Segregasi Sosial di Kota KebumenJawafei h. Laporan Hasil Penelitian Nimmo, Dan. 2000. Komunikasi politik Khalayak dan Efek Cet. Ke-2. Bandung:PTRemajaRosdakarya _ Suryadinata, Leo. lg9g. Etnis Tionghoa don Pembangunan Bangsa. Jakartra: pT PustakaLP3ES Th& Mely G. (Editor). tg8l. Golongan Etnis Iionghoa di Indonesia Suatu Masalah Pembinaan Kesatuan Bangsa. Jakarta: PTGramedia *taU 0 7 02 I I 6 I j ateng/ 4 I S 9 I .htm diakses' anggal 2 Septembe r 2007 ,bIrfurq Yolume 5 No.2, September 2008 75