BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa adalah alat komunikasi. Tanpa adanya bahasa, pasti tidak bisa berkomunikasi. Masyarakat setiap negara pasti memiliki bahasa lokal sendiri untuk berkomunikasi. Masyarakat juga mengenal adanya bahasa universal. Bahasa universal adalah bahasa pokok yang digunakan hampir di seluruh belahan dunia untuk berkomunikasi, salah satunya bahasa Tionghoa. Bahasa Tionghoa adalah bahasa universal kedua setelah bahasa Inggris. Hal itu dapat dibuktikan karena negara Tiongkok merupakan negara yang mempunyai pengaruh perdagangan paling besar di dunia. Realitas ini berpengaruh terhadap banyaknya Masyarakat negara lainyang belajar bahasa Tionghoa agar mampu berkomunikasi baik lisan maupun tulisan dalam bahasa Tionghoa. Mengingat hal tersebut, banyak sekolah yang menjadikan bahasa Tionghoa sebagai mata pelajaran pokok, mata pelajaran wajib, maupun ekstrakurikuler. (Anonim 2003:48) Bahkan ada sekolah yang sudah menetapkan sebagai sekolah nasional tiga bahasa ( Trilingual National School ) yaitu sekolah yang memfokuskan siswa – siswinya pada mata pelajaran bahasa seperti Bahasa Tionghoa, Bahasa Inggris, Bahasa Indonesia. Sekolah Nasional Tiga Bahasa Sekolah Menengah Pertama Bina Widya Solo, sekolah ini sudah menerapkan pendidikan tiga bahasa sejak TK, SD, SMP. Disekolah ini bahasa mandarin dijadikan sebagai mata pelajaran pokok, sehingga memiliki jam pelajaran yang jauh lebih banyak dibandingkan jam mata pelajaran lain. Meskipun Sekolah Bina Widya Solo ini terbilang sebagai sekolah yang masih baru, namun sekolah ini tergolong sekolah yang mempunyai kemampuan yang handal dan daya tarik sendiri khususnya dalam pengajaran bahasa Tionghoa. Sekolah ini mendatangkan tiga native speaker langsung dari Tiongkok. Supaya saat pengajaran bahasa mandarin, siswa-siswinya sudah terbiasa menggunakan bahasa Tionghoa sebagai bahasa pengantar dalam pembelajaran. Di sekolah ini terdapat 2 level kelas yang berbeda yaitu level Beginner (pemula) dan level Advance. Dimana siswa dikelompokkan menjadi 2 level kelas yang berbeda berdasarkan kemampuan siswa dalam berbahasa Tionghoa. Untuk kelas dengan level Beginner (pemula) yaitu siswa yang baru saja mempelajari bahasa Tionghoa baik mereka yang mulai dari SD maupun SMP baru belajar bahasa Tionghoa. Sedangkan kelas dengan level Advance yaitu siswa dengan kemampuan berbahasa Tionghoa yang sudah baik, karena mereka sudah dikenalkan dan diajarkan bahasa Tionghoa sejak mereka dini yaitu mulai Playgroup, TK, dilanjutkan SD dan SMP. Oleh karena itu, penulis memutuskan untuk melakukan pengamatan di kelas level Beginner untuk mengetahui sejauh mana kemampuan mereka dalam berbahasa Tionghoa. Siswa – siswi yang tergolong dalam level ini juga mendapatkan pengajaran sebulan sekali dari native speaker. (Lin Laoshi:2016) Bagaimana menemukan cara agar siswa – siswi cepat mempelajari bahasa Tionghoa. Karena setelah penulis mengevaluasi kegiatan belajar bahasa Tionghoa di Sekolah Bina Widya Solo mengambil tingkat SMP level Beginner (pemula) , ada beberapa kendala yang dihadapi seperti ketika guru atau native speaker menjelaskan pelajaran menggunakan bahasa Tionghoa sebagai pengantar kegiatan pembelajaran, siswa dan siswi masih kesulitan dalam menangkap makna atau arti penjelasan guru. Apalagi saat guru menerangkan dan murid menyimak, hal ini memang membuat guru terkesan lebih aktif dibanding siswa-siswinya yang lebih terkesan pasif.Karena ketika ditanyai beberapa pertanyaan, mereka tidak bisa menjawab pertanyaan dari guru tersebut. Mereka juga tidak aktif bertanya karena mereka tidak tahu harus bertanya apa. Selain itu, ketika mengerjakan soal latihan atau tugas banyak sekali penulisan urutan goresan hanzi yang tidak tepat, oleh karena itu guru meminta siswa-siswi untuk menulis ulang sesuai dengan urutan goresan yang benar. Ketika membaca teks atau kosakata masih banyak pelafalan dan nada yang tidak tepat, sehingga terkadang guru lebih sering meminta siswa – siswinya untuk membaca ulang teks bacaan dan kosakata itu sampai pelafalan mereka benar – benar tepat. Hal ini supaya melatih mereka untuk lebih terbiasa membaca suatu teks bacaan atau karangan dengan tepat.Pembahasan tata bahasa juga terkadang membuat siswa bingung sendiri kapan mereka menggunakan tata bahasa itu di dalam bentuk kalimat. Hal ini terkadang membuat guru harus kembali mengingatkan mereka untuk penggunaan tata bahasa dalam bentuk kalimat. Selama ini belum pernah dilakukan evaluasi, oleh karena adanya evaluasi diharapkan dapat mengetahui lebih jelas bagaimana proses KBM berlangsung. Kegiatan evaluasi sendiri mencakup segi :context, input, process, product. Hal yang perlu dievaluasi dari segi context meliputi perencanaan materi pada mata pelajaran bahasa Tionghoa, yang bertujuan untuk mengetahui kesesuaian materi dengan kurikulum yang digunakan di Sekolah Bina Widya Solo. Segi input, hal yang perlu dievaluasi meliputi latar belakang guru pengampu bahasa Tionghoa, minat siswa dalam mengikuti pembelajaran bahasa Tionghoa. Dari segi process , yaitu pelaksanaan KBM yang meliputi media dan metode yang digunakan guru dalam mengajar. Dari segi product, yaitu pencapain hasil belajar siswa yang meliputi 3 aspek yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik. Evaluasi adalah penentuan pencapain tujuan suatu pembelajaran. Sedangkan penilaian merupakan suatu bentuk sistem, pengujian pembelajaran serta mengukur seberapa jauh siswa telah menguasai materi. Dengan penilaian dapat diperoleh informasi yang akurat tentang penyelenggaraan pembelajaran dan keberhasilan belajar siswa diukur dan dilaporkan berdasarkan pencapain kompetensi tertentu. (Oemar Hamalik 2003:55) Permasalahan yang ada selama penulis melakukan evaluasi, maka peneliti ingin mengkaji lebih mendalam tentang evaluasi pembelajaran bahasa Tionghoa untuk mengukur sejauh mana siswa telah menguasai materi. Oleh karena itu, peneliti mengambil judul Evaluasi Pembelajaran Bahasa Tionghoa Program Pemula sebagai Mata Pelajaran Pokok dalam Kegiatan Belajar Mengajar di Sekolah Nasional Tiga Bahasa SMP Bina Widya Solo. B. Rumusan Masalah Dari uraian latar belakang masalah diatas, maka rumusan masalah yang penulis dapat simpulkan adalah : a. Bagaimana kondisi Kegiatan Belajar Mengajar mata pelajaran bahasa Tionghoa di Sekolah Menengah Pertama Bina Widya Solo? b. Bagaimana minat siswa terhadap pelajaran bahasa Tionghoa di Sekolah Menengah Pertama Bina Widya Solo? c. Hal-hal yang membuat siswa mengalami kesulitan menerima materi pembelajaran bahasa Tionghoa? d. Cara yang dapat dilakukan untuk mengukur sejauh mana siswa telah menguasai materi pembelajaran? e. Bagaimana pencapaian hasil prestasi belajar siswa Sekolah Menengah Pertama Bina Widya Solo? C. Tujuan Penelitian a. Mendeskripsikan kondisi Observasi Kegiatan Belajar Mengajar di mata pelajaran bahasa Tionghoa di Sekolah Menengah Pertama Bina Widya Solo. b. Mendeskripsikan minat siswa kelas 7 dan 8 terhadap pelajaran bahasa Tionghoa di Sekolah Menengah Pertama Bina Widya Solo. c. Mendeskripsikan kesulitan yang dihadapi siswa kelas 7 dan 8 Sekolah Menengah Pertama Bina Widya Solo dalam menerima materi pembelajaran dan menemukan solusi untuk mengatasi kesulitan tersebut. d. Menemukan cara untuk mengukur kemampuan siswa kelas 7 dan 8 Sekolah Menengah Pertama Bina Widya Solo dalam menguasai materi pembelajaran bahasa Tionghoa di Sekolah Menengah Pertama Bina Widya Solo e. Mendeskripsikan pencapaian hasil prestasi belajar siswa kelas 7 dan 8 Sekolah Menengah Pertama Bina Widya Solo. D. Manfaat Penelitian a. Bagi Penulis Penelitian ini diharapkan menjadi bahan evaluasi untuk mengetahui pentingnya bahasa Tionghoa dan pengaruh bahasa Tionghoa terhadap pencapaian hasil belajar siswa di SMP Bina Widya Solo. b. Bagi Sekolah Penelitian ini juga dapat memberikan informasi kepada sekolah, tentang proses perkembangan cara belajar, minat dan hasil belajar siswa di SMP Bina Widya Solo. c. Bagi Guru Penelitian ini diharapkan dapat membantu guru lebih cepat menemukan cara yang lebih efektif dan mudah untuk membantu siswa belajar bahasa mandarin serta mengetahui apasaja hal-hal yang membuat siswa mengalami kesulitan ketika belajar bahasa mandarin. d. Bagi Siswa Penelitian ini diharapkandapat memberikan siswa pengetahuan dan wawasan yang lebih luas tentang bahasa Tionghoa, dan memberikan siswa ruang untuk belajar dengan cara yang mudah. E. Batasan Masalah Berdasarkan hasil evaluasi pembelajaran yang sudah dilakukan, maka penelitian ini dibatasi pada evaluasi pelaksanaan kegiatan belajar mengajar di kelas 7 dan 8 Sekolah Menengah Pertama Bina Widya Solo yang meliputi: Evaluasi konteks meliputi perencanaan materi pada mata pelajaran bahasa Tionghoa, Evaluasi input meliputi latar belakang guru pengampu bahasa Tionghoa, minat siswa dalam mengikuti pembelajaran bahasa mandarin, Evaluasi proses meliputi pelaksanaan kegiatan belajar mengajar yang meliputi media dan metode yang digunakan guru dalam mengajar, Evaluasi produk meliputi pencapain hasil belajar siswa yang meliputi 3 aspek yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik. F. Sumber Data Sumber data penulis dari teknik observasi dan kuesioner. Sehingga penulis dapat memperoleh data untuk mengetahui tentang proses kegiatan belajar mengajar di program pemula kelas 7 dan 8 SMP Bina Widya Solo. Program pemula ini terdiri dari siswa – siswi yang sama sekali belum mempunyai kemampuan berbahasa Tionghoa. Sehingga kelas pemula ini dibuat agar siswa – siswi yang sama sekali belum mempunyai kemampuan berbahasa Tionghoa tidak mengalami kesulitan dalam belajar bahasa Tionghoa. Jumlah siswa – siswi yang tergolong kelas pemula ini hanya sedikit yaitu 4 orang. Penulis mengobservasi langsung proses kegiatan belajar mengajar di SMP Bina Widya Solo. Observasi sendiri merupakan metode pengumpulan data yang dilakukan secara pengamatan, penglihatan, dan mendengar dalam rangka mencari jawaban dan bukti terhadap suatu kegiatan selama beberapa waktu dengan mencatat, merekam, memotret kegiatan yang terjadi tersebut guna penemuan data untuk di analisis. ( achmadsuhaidi.wordpress.com diakses pada tanggal 15 Februari 2016 pukul 14.20 WIB ) . Sedangkan Kuesioner menurut ( Sugiyono, 2008 ) merupakan memberikan seperangkat pertanyaan untuk dijawab oleh responden untuk memperoleh data.