Iernu Teknis,%asional Tenaga Fungsional Pertanian 2006 BIOFISIK BEBERAPA TUMBUHAN LIAR RAWA YANG DISENANGI PENGGEREK BATANG PADI MELETAKKAN TELURNYA FAUZIAH AR Balai Penelitian Pertanian Lahan Rawa, Jl . Kebun Karet Loktabat Banjarbaru P .O Box. 3 1, Kalimantan Selatan RINGKASAN Dari hasil percohaan diketahui ada lima jenis tumbuhan rawa yang disenangi oleh penggerek batang padi untuk meletakkan telurnya, tetapi dari lima jenis tumbuhan tersebut yang paling disenangi adalah pada tumbuhan liar purun tikus, perupuk dan kemudian diikuti oleh tumbuhan bundung . . Ketertarikan penggerek batang padi dan beberapa musuh alarm hama padi terhadap purun tikus, perupuk dan bundung tersebut dikarenakan oleh faktor biofisik dan beberapa faktor lainnya . Hasil percobaan menunjukkan bahwa secara biofisik semua tumbuhan liar ra,,a tersebut mempunyai bunga . batang yang licin, tidak mempunyai bulu khususnya purun tikus (Eleocharis dulcis), dan prupuk mempunyai rongga dan ruas-ruas kecil seperti tanaman padi hanya saja pada perupuk mempunyai batang yang keras dibandingkan purun tikus, sedangkan tumbuhan liar bundung hatangnya tidak mempunyai rongga . Karena tumbuhan purun tikus tersebut batangnya berongga dan tidak keras sehingga menyebabkan penggerek batang padi lebih tertarik dibandingkan tumbuhan liar lainnya . Kata kunci : Penggerek batang, rawa, biofisik PENDAHULUAN Menurut ASIKIN e t.al (1996) dan ASIKIN dan THAMRIN ( 1999), melaporkan bahwa ada lima jenis rumputan yang dominan dan disenangi oleh penggerek batang padi putih meletakkan telurnya yaitu rumput purun tikus (Eleocharis dulcis), kelakai (Stenochl(1 ena palutris), perupuk (Phragmites kurka), rum put hundung (Scirpus grosus), rumput purun kudung (Lepironea articulata) . Tetapi dari kelima jenis rumputan tersebut yang paling disenangi dan paling banyak ditemukan kelompok telurnya hanya pada purun tikus . Dengan demikian gulma/rerumputan tersebut dapat dijadikan sebagai agensia pengendali penggerek batang padi putih terutama sebagai inang alternatif dan habitat heberapa jenis musuh alami serangga hama (label I ) . Tahel 1 . Preferensi peletakkan telur PIWP pada heherapajenis tumbuhan atau Gulma dan padi Jenis I'umhuhaniGulma Purun tikus (Eleocharis dulcis) Perupuk (Phragmites karka) Kelakai (Stenochlaena pa/utris) Bundung (Scirpus grossus) Purun kudung (Lepironeci articulata) Padi (Orv<a saliva) Sumber : Asikm dan I hamrin (1999-99) Ketertarikan penggerek hatang padi dan heberapa musuh alami hama padi terhadap lima jenis gulma/rerumputan tersebut dikarenakan oleh factor hiotisik dan heberapa lactor lainnya dari tumbuhan tersebut . Den-an demikian perlu penclitian 316 Jurnlah kelompok telur/ha MK . 1998 MH .1998/1999 3 .540-5 .560 3 .660-6 .200 25-280 90-310 30-1 12 45-132 40-100 48-148 46-156 50-170 65-123 110-186 tentang faktor biofisik kernampuan hidupnya pada tumbuhan liar rawa tersebut . Makalah ini bertu,juan mengetahui faktor biofisik beberapa tumbuhan liar rawa yang menyehahkan ketertarikan penggerek hatang padi putih dalam meletakkan kelompok telurnya . P usat Penelitian dai, Pengemhangan Peternakan Temu Teknis N asional Tenaga Fungsional Pertanian 2006 BAHAN DAN METODA A . Faktor biofisik Percobaan dilaksanakan di lahan rawa pasang surut Puntik tengah dan Kecamatan Mandastana sekitarnva, Kabupaten Barito Kuala pada MK . 1998 dan MI1 .1998/1999, lokasi yang diamati yaitu hanyak ditemukan pada lokasi yang tikus disekitar tumbuhan liar purun pertanaman padi pada . Metode yang digunakan adalah observasi lapang dengan 5 ulangan . Adapun luas petakan yang diamati Parameter yang herukuran l x500 meter . diamati factor-faktor biofisik tumbuhan liar rawa yang disenangi penggerek batang dalam meletakkan telurnya ( I) tinggi tanaman, (2) warna batang dan (3) bentuk batang . Dan disamping itu pula jumlah masing-masing kelompok telur pada (prefcrensi tumbuhan liar tersebut . peletakkan telur) . HASIL DAN PEMBAHASAN Adapun factor-faktor biosiilk tumbuhan liar rawa yang diamati meliputi (1) tinggi tanaman, (2) warna hatang, diameter batang dan (3) bentuk batang . kelinma jenis Pada umumnya tumbuhan liar rawa tersebut hidup dengan subur pada lahan sulfat masarn dengan kisaran p1-I tanah antar 3-4,5 . Pengamatan secara visual kelima jenis tumbuhan liar rawa tersebut hidup pada keadaan air dari macak-macak sampai tergenang, tetapi pada lahan yang kekeringan pertumbuhan dari gulma tersebut khsusunya purun tikus, bundung dan purun kudung pertumbuhannya kurang baik dan bahkan mati . Untuk jenis prupuk dan kalakai masih hisa hertahan hidup, hahkan kedua jenis tumbuhaan hanyak ditemukan pada g alangan-galangan ditepi persawahan . Pengamatan secara visual terhadap bentuk hatang pada umumnva mempunyai batang yang licin, tidak permukaan mempunyai bulu dan hentuk batang hundar sampai oval, tetapi untuk jenis tumhuhan Semua bundung bentuk hatang setitiga . jenis tumhuhan tersebut mempunyai bunga terkecuali tumbuhan kalakai yang tidak mempunyai bunga . Adapun tumbuhan purun P usat Penelitian dan Pen,~emhorrgun Peternakan tikus, purun kudung dan prupuk hatangnya mempunyai rongga seperti tanaman padi, hanya saja pada purun tikus mempunyai batang yang lebih lemah, dibandingkan purun kudung dan prupuk yang memiliki Dengan permukaan batang yang keras . batang yang licin memudahkan bagi penggerek batang untuk meletakkan telurnya .(Tabel I) . Hal ini diduga bahwa permukaan batang yang licin lebih disenangi dibandingkan permukaan yang berbulu . Menurut ASIKIN e t .a l (1996) ; ASIKIN e t.a l (2000) melaporkan bahwa penggerek batang padi putih lebih tertarik meletakkan telurnya pada purun tikus dibandingkan pada padi yang mempunyai daun yang berbulu . Dan pihak ketertarikan serangga dilain penggereng batang meletakkan telur diduga bunga atau bagian tanaman dari purun tikus tersebut memancarkan bau-bauan sehingga dapat mempengaruhi seranga untuk datang meletakkan telurnya . Menurut LESTARI inang (1983), bahwa kekhusussan dipengaruhi oleh penyesuaian serangga terhadap inangnya diantaranya bentuk moniblogi inang . Menurut DJOEWARSO e t.a l ., (1985), melaporkan bahwa pemilihan serangga terhadap inangnya dipengaruhi oleh faktor fisik, taksonomi dan susunan kimia sekunder yang ada pada tanaman . Pengamatan terhadap tinggi purun tikus sangat bervariasi, dimana purun tikus yang tumbuhan pada tabukan saluran maupun sungai pertumbuhannya lebih subur, tinggi tanaman berkisar antara 1,5-2 meter dan diameter batang berkisar antara 2-4 mm dibandingkan purun tikus yang tumbuh pada lahan persawahan . Sebab sifat tumbuhan purun tikus tersebut lebih menyukai daerah Mengenai warna dari yang tergenang air . hijau sampai hijau tua . Untuk tumbuhan liar purun tikus semakin subur tanaman semakin hanyak kelompok telur yang ditemukan dan ukuran kelompok telur semakin besar pula jika dibandingkan dengan tumbuhan liar lainya dan padi . 317 Ternu Teknis :\'asional Tenaga Fmigsiona/ I'erianion 2006 Tabel 1 . Pengamatan secara visual biotisik tumbuhan liar rawa pasang surut yang disenangi penggerek batang putih untuk meletakkan telurnya . Jenis Tumbuhan Purun tikus Tinggi tanaman 1-2 in Bentuk Batang Bundar, Licin dan lemah Warna batang Hijua-hijau tua Warna hunga Coklat muda Diameter batang 2-5 mm Purun kudung 1-2 m Licin dan keras Hijua-hijau tua Coklat muda 2-5 mm Prupuk 1-2 .5 in Licin dan kcras Hijau muda Putihn kekuningan 0,5-I cm Bundung 1-2,5 in Hijau mudahijau tua Coklat muda 0 .5-1 cni Kalakai 1-1,5 nn Licin dan keras clan hentuk batang setitiga Licin dan keras tidak herongga Coklat tua kenicrahan - 0,2-0,4 cm Untuk purun tikus kehanyakan tumbuhan suhur pada lahan yang tcrgenang air seperti pada salura-saluran irigasi, sungai dan tahukan . Semakkin suhur tanahiannya semakin hanyak kuijungan penggerek batang untuk mcletakkan telurnya . "I'elur penggerek batang kehanyakan diletakkan pada hagaian atas tanaman yaitu 75-85% hampir hedekatan dengan hunga (57 cin dihawah letak hunga) Mortalitas larva Pengamatan terhadap mortalitas padu 3 hari setclah insfestasi larva menujukkan hahwa persentase mortalitas larva hampir mencapai 100% pada tumbuhan liar purun kudung, prupuk, hundung dan kalakai, sedangkan pada purun tikus mortalitas hanya sebesar 4% dan pada padi 2% . Tingginya mortalitas larva pada tumbuhan liar purun kudung tersehut disebabkan karena purun kudung, prupuk, hundung dan kalakai tersehut mempunyai batang yang keras dibandingkan purun tikus dan tanaman padi Sedangkan untuk tumhuhan itu sendiri . kalakai hatangnya tidak hundung dan mempunyai rongga seperti purun tikus dan Menurut ASIKIN dan 1IIAMa!N padi . (1999), melaporkan hahwa hasil pengamatan di lapang dari beherapa contoh tumbuhan liar seperti purun kudung, prupuk, hundung dan kalakai setclah dilakukan pembedahan hatang tanaman tersehut tidak ditemukan adanya larva penggerek batang, Sedangakn pengamatan pada purun tikus ada ditemukan 318 Lain-lain Batang Berongga dan bersekat Batang Berongga dan bersekat Batang Berongga dan bersekat Batang padat Daun menyirip larva penggerek batang padi yang hidup yaitu instar I dan 2 . Berpijak dari hasil pengamatan terhadap kemampuan hidup larva dari pembedahan batang tumbuhan liar purun kudung, prupuk, hundung dan kalakai, larva penggerek hatang tidak mampu hidup menyelesaikan siklus hidupnya . Kemampuan hidup larva pada tumbuhan liar purun tikus Iehih rendali dihandingkan dengan inang utamanya . Persentase mortalitas larva pada purun tikus Iehih tinggi daripada persentase mortalitas I-lal ini diduga hahwa larva pada padi . kualitas gizi nutrisi purun tikus Iehih rendah dari pada kualitas gizi nutrisi pada padi, atau karena kuantitas ketersediaan nutrisi pada batang purun tikus Iehih kecil dibandingkan dengan kualitas ketersediaan nutrisi pada batang padi . Indikasi kemungkinan dugaan rendahnya kualitas gisi nutrisi dan kuantitas nutrisi pada purun tikus ditun . jukkan oleh ukuran hesar larvanya . Ukuran larva pada purun tikus lebih kecil dihandingkan dengan ukuran larva pada padi . Pada padi (inang utamnya) ukuran larva herkisar antara 11-12 mm, sedangkan pada purun tikus 5-6 mm . Pengamatan terhadap kemampuan hidup larva penggerek hatang padi pada tumhuhan liar purun tikus menunjukan hahv,a larva penggerek batang padi putih mampu menyelesaikan siklus hidupnya sampai menjadi dewasa pada purun tikus walaupun persentase kematian larva cukup tinggi yaitu mencapai 82% (label 2), Pnsat I'enelitiarn dan Peniemhangan Peternakan Te,nu Teknis Nasional Tenaga Fungsional Pertanian 2006 sedangkan pada padi mortalitas larva mencapai 70% . Dengan dernikian tumbuhan Tabel 2 . liar purun tikus merupakan inang alternatif hagi penggerek hatang padi putih . Persentase mortalitas larva penggerek hatang padi putih pada berbagai jenis Tumbuhan liar rav>a pasang surut di rumah kasa Balittra Ban_jarbaru pada MT .I 999 . ,lenis Tumbuhan Puruntikus Purun kudung Prupuk Bundung Kalakai Padi 3 4 96 94 98 72 2 6 16 100 100 100 100 12 Diperkirakan stadia larva sampai menjadi pupa 15-21 . Sedangkan lama stadia pupa pada purun tikus lebih panjang dibandingkan pada padi karena untuk menjadi imago memerlukan waktu 10-II hari . KESIMPULAN Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa secara hiofisik tumbuhan liar purun tikus, purun kudung, prupuk, bunclung clan kalakai mempunyai pcrmukaan batang yang Untuk purun tikus, purun kudung, licin . prupuk batangnya berongga seperti tanaman padi tetapi keras, kecuali purun tikus mempunyai batang yang lemah . Tumbuhan liar bundung dan kalakai batangnya tidak berongga atau padat . . Di lihat dari .jumlah kelompok telur yang diletakkan pada purun tikus yang paling disenangi serangga desawa untuk meletakkan telurnya dibandingkan tumbuhan liar lainnyan termasuk mang utanaman (padi) . Untuk kemampuan hidup larva penggerek hatang pada turnhuhan liar tcrsebut, han)a pada tumbuhan liar purun tikus larva dapat menyelesaikan siklus hidupnya sampai menjadi desawa (imago) Dengan scperti pada tanarnan padi . purun tikus tcrsebut dapat dernikian dijadikan sebagai inang alternatif bagi penggerek hatang padi putih . Pusat Penelnuan don Prngembungan Peternakan Mortalitas larva (%) (hari setelah infestasi) 9 21 33 20 48 74 18 42 60* 36 82* 60* DAFTAR PUSTAKA AsIKIN . S . . B .PRAYUDI DAN M .THAMRIN . 1996 . Peluang Guhna Purun Tikus (E .dulcis) Sebagai Tanaman Perangkap Bagi Hama Penggerek Batang Padi Putih Di Lahan Ra wa, Prosiding I Konferensi Nasional dan Seminar Ilmiah HIGI . Bandar Lampung 5 Nop . 1996 . ASIKIN, S . M .THAMRIN DAN N .DJAHAB . 1999 . Pemanfaatan purun tikus (E .dulcis) dalam mengendalikan penggerek batang padi putih di lahan pasang surut sulfat masam . Seminar Simposium Penelitian Tanaman Pangan IV, Bogor, 22-24 Nop 1999 . AsIKIN . S ; M .TH .AMRIN DAN N . DJAHAB . 2000 . Pemanfaatan purun tikus dalarn mengendalikan hama penggerek batang padi putih di lahan Sulfat masam . Berita Puslitbangtan No . 17 . Maret 2000 . Puslitbangtan . AsIKIN . S . . M .Tii .\ 1RIN DAN A . BUDIMAN . 2000 . Purun Tikus (Eleocharis dulcis) (Burm .F .) Henschell Sebagai Agensia Pengendali 11ama Penggerek Batang Padi dan Konscrvasi Musuh Alami di Lahan Rawa Pasang Surut . Disampaikan pada Simposium Kcanekagaragam Ilayati dan Sistem Oroduksi Pertanian Cipayung, 1618 Nopember 2000 . DJUwARSO, T . . SUPRATOYO,A ., A .SULTHOM DAN M .IMAN . 1985 . Preferensi walang sangit oratorius Fabricius . Leptocorisa Penelitian Pertanian Vol .5 NO .3 . 19895 . Balittan Bogor . 319 lean, leknis .\'osvonal Tenaga F,ngsional Peraanican 2006 M. 1981 Kekhususan Inang Dan Potensi Bactra sp ( L .epidoptera Tortridae) pada 'heki (C) perus rotundas L) . Kongres Lntomologi II . Jakarta 2426 .lanuari 1983 . LESTARI, 320 St .NJAYA, P .I . 1970 . Dasar-Dasar Serangga . Bagian Ilmu llama Tanaman Pertanian . IPB . Bogor . l'nrea Penc'linian clan Pengemhungan Peternakan