THE CORRELATION OF ORAL HYGIENE IN 3RD TRIMESTER PREGNANT WOMEN WITH LOW BIRTH WEIGHT (LBW) HUBUNGAN KEBERSIHAN MULUT PADA IBU HAMIL TRIMESTER KE-3 DENGAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH Rizky Arintika Fahmi1 , Erma Sofiani2 1 Mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UMY, 2prodi Pendidikan Dokter Gigi UMY Abstract Background. Poor oral hygine can causes various disease both local and systemic. systemic factor that can affect oral hygine in pregnant women are increase of hormone progesterone and esterogen, changes in anatomy physiology and metabolism, and decreasing of immunocompetence host. The presence of inflamation product can play a part in the development and growth of fetal weigh disorder trough hematogenus, that can result in low birth weight. The purpose of this research is to understand the correlation between oral hygiene of pregnant women in the third semester with low birth weight (LBW). Method. This research is observational study with cohort prospective design, taking as many as 43 pregnant women in the third semester (age 25-35 years old) as subject, with 3 pregnant women having low birth weight baby outcome and 40 pregnant women having normal birth weight baby outcome, at Tegalredjo Public Health Center, Yogyakarta, observation carried out for 2 months and waiting until labor. Data analysis was done by SPSS 16.0 for windows with correlation test. Result. There is no correlation between oral hygiene in pregnant women in the third semester with low birth weight, p 0,468 (p>0,05). Conclusion. There are correlation between educational status, socialeconomic status and past dental history with oral hygiene in pregnant women on their third semester but there is no correlation between oral hygiene in pregnant women on their third semester with low birth weight (LBW). Key words. Oral hygiene, pregnant women in the third semester, low birth weight (LBW). 1 2 Abstrak Latar Belakang. Kebersihan mulut yang buruk dapat mengakibatkan timbulnya berbagai penyakit baik lokal maupun sistemik. Faktor sistemik yang dapat mempengaruhi kebersihan mulut pada ibu hamil yaitu meningkatnya hormon estrogen dan progesteron, perubahan fisiologi anatomi dan metabolisme, dan menurunnya immunocompetence host. Adanya produk inflamasi dapat berperan dalam gangguan perkembangan dan pertumbuhan berat fetus melalui jalan hematogeneus, sehingga menyebabkan bayi dengan berat lahir rendah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kebersihan mulut pada ibu hamil trimester ke-3 terhadap berat badan lahir rendah. Metode. Penelitian ini merupakan penelitian observasi dengan menggunakan desain kohort prospektif ini mengambil subyek penelitian, 43 ibu hamil trimester ke-3 (usia 20-35 tahun) dengan 3 ibu hamil melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) dan 40 ibu hamil melahirkan bayi dengan berat badan lahir normal (BBLN), di Puskesmas Tegalrejo Yogyakarta, observasi dilakukan selama 2 bulan dan menunggu sampai ibu melahirkan. Pengumpulan data menggunakan SPSS 16.0 for Windows dengan uji korelasi. Hasil. tidak terdapat hubungan antara kebersihan mulut pada ibu hamil trimester ke-3 dengan berat badan lahir rendah (BBLR) dengan nilai p 0,468 (P>0,05). Kesimpulan. terdapat hubungan antara kehamilan, status pendidikan, status sosial-ekonomi, past dental history dengan kebersihan mulut pada ibu hamil trimester ke-3. Tidak terdapat hubungan antara kebersihan mulut pada ibu hamil trimester ke-3 dengan berat badan lahir rendah (BBLR) Kata kunci. Kebersihan Mulut, Ibu Hamil Trimester ke-3, Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) Pendahuluan Tingkat prevalensi pengguna pelayanan kesehatan gigi selama kehamilan dilaporkan berkisar 2343% dari ibu hamil, dan 58% tidak melakukan perawatan gigi selama masa kehamilan1. Kebersihan mulut pada ibu hamil mempengaruhi kejadian bayi berat badan lahir rendah (BBLR). Kebersihan mulut yang buruk dapat mengakibatkan berbagai macam penyakit baik lokal maupun sistemik2. Faktor sistemik yang dapat mempengaruhi kebersihan mulut yaitu meningkatnya hormon estrogen dan progesteron, serta perubahan fisiologi anatomi dan metabolisme, perubahan dalam rongga mulut dan menurunnya immunocompetence host juga dapat meningkatkan kerentanan terhadap infeksi oral pada ibu hamil1. Faktor lokal yang dapat mempengaruhi kebersihan rongga mulut yaitu adanya debris dan kalkulus2. 3 Secara klinis tingkat kebersihan mulut dinilai dalam suatu kriteria penilaian khusus yaitu Oral Hygiene Index Simplified (OHI-S) dari Greene dan Vermillion. Kriteria ini dinilai berdasarkan keadaan endapan debris dan kalkulus2. Perubahan-perubahan dalam tubuh perempuan hamil akan mempengaruhi kondisi dalam rongga mulut termasuk perubahan saliva, pH cairan gingiva akan mempengaruhi perkembangan plak dengan dominasi bakteri anaerob. Peningkatan konsentrasi sitokin pada cairan gingiva pada ibu hamil yang kesehatan periodontalnya jelek akan merangsang produksi prostaglandin sehingga akan timbul kontraksi uterus yang menyebabkan kelahiran prematur. Adanya produk inflamasi dapat berperan dalam gangguan perkembangan dan pertumbuahan berat fetus melalui jalan 3 hematogeneus . Infeksi pada jaringan periodontium, secara langsung melalui aliran darah (hematogen) ke cairan amnion dapat menginfeksi plasenta dan secara tidak langsung bakteri mengeluarkan endotoksin dan mediator proinflamasi yang mempengaruhi perkembangan janin. Peningkatan mediator inflamasi secara imunologik dianggap berhubungan dengan terjadinya kelahiran bayi BBLR kurang bulan2. Bayi berat badan lahir rendah (BBLR) merupakan bayi baru lahir yang berat badannya saat lahir kurang dari 2500 gram. Bayi berat badan lahir rendah dibedakan dalam dua kategori, yaitu bayi berat badan rendah karena prematur (usia kandungan kurang dari 37 minggu) atau berat badan lahir rendah karena intrauterine growth retardation (IUGR) yaitu bayi cukup bulan tetapi berat badan kurang untuk usianya4. Bahan dan Cara Penelitian ini merupakan penelitian Observasional dengan menggunakan desain kohort prospektif, karena merupakan studi epidemiologis analitik noneksperimental yang mempelajari hubungan antara faktor resiko dengan efek atau penyakit. Penelitian ini dipelajari hubungan antara kebersihan mulut pada ibu hamil terhadap berat bayi lahir rendah anak yang akan dilahirkan. Subjek yang dipilih telah terkena faktor resiko yaitu kebersihan mulut yang buruk, namun belum mengalami efek maka penelitian ini termasuk dalam studi kohort prospektif dengan kelompok pembanding eksternal. Jumlah subyek pada penelitian ini sebanyak 43 ibu hamil trimester ke-3 yang sedang memeriksakan kandungannya di KIA Puskesmas Tegalredjo Yogyakarta. Pengumpulan data dilakukan dengan pengukuran indeks kebersihan mulut dan pengisian kuisioner melalui wawancara. Hasil pengukuran indeks kebersihan mulut kemudian 4 diklasifikasikan sesuai dengan Indeks Kebersihan Mulut Greene dan Vermillion. Data yang diperoleh dari kuisioner meliputi status sosialekonomi, status pendidikan, dan past dental history ibu hamil. Sebagai kriteria inklusi adalah ibu hamil trimester ke-3 yang berumur 20 – 35 tahun, memiliki jumlah gigi lebih dari 18, dan bersedia menjadi responden. Sebagai kriteria eksklusi adalah ibu hamil yang memiliki penyakit sistemik, merokok dan mengkonsumsi alkohol, memiliki gigi kurang dari 18 dan tidak bersedia menjadi responden. Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari – April 2014 di Puskesmas Tegalredjo Yogyakarta. Status kebersihan mulut ibu hamil diukur menggunakan Index kebersihan mulut Greene dan Vermillion. Kuisioner penelitian ini mengenai status sosial-ekonomi, status pendidikan dan past dental history ibu hamil. Instrumen yang digunakan adalah sonde, kaca mulut dan alat tulis. Alat ukur yang digunakan untuk mengamati kebersihan mulut adalah dengan indeks kebersihan mulut. Kriteria skor DI-S dan CI-S Indeks. Pemeriksaan OHI-S tidak dilakukan pada semua gigi, tetapi hanya gigi tertentu, yaitu : 16 sisi bukal, 11 sisi labial, 26 sisi bukal, 36 sisi lingual, 31 sisi labial, 46 sisi lingual. Apabila salah satu gigi yang akan diperiksa sudah tanggal, maka diganti dengan gigi di sebelah mesialnya. Indeks debris dan kalkulus ditambahkan untuk memperoleh indeks kebersihan mulut. Kemudian kedua penilaian indeks debris dan kalkulus ditambahkan untuk memperoleh indeks kebersihan mulut. Data kemudian dikelompokkan menjadi baik (OHI-S 0,0-1,2), cukup (OHI-S 1,3-3,0), dan kurang (3,1-6,0). Kriteria skor DI-S dan CI-S indeks kebersihan mulut menurut Greene dan Vermillion adalah : a) Indeks Debris Sederhana Skor 0 : tidak ada debris atau stain Skor 1 :debris menutupi kurang dari 1/3 permukaan atau ada stain tanpa ada debris Skor 2 : debris menutupi lebih dari 1/3 permukaan gigi tetapi tidak lebih dari 2/3 Skor 3 : debris menutupi lebih dari 2/3 permukaan gigi b) Indeks Kalkulus Sederhana Skor 0 : tidak ada kalkulus Skor 1 :kalkulus supragingiva tidak lebih dari 1/3 permukaan gigi Skor 2 :kalkulus supragingiva lebih dari 1/3 permukaan gigi tetapi tidak lebih dari 2/3 atau kalkulus subgingiva berupa 5 bercak mengelilingi servikal gigi Skor 3 :kalkulus supragingiva lebih dari 2/3 permukaan gigi atau subgingiva mengelilingi gigi. Analisa data dengan menggunakan uji Chi square, dengan tingkat kemaknaan p<0,05. Pengolahan data menggunakan SPSS 13.0 for windows pada komputer. Hasil Penelitian Tabel 1 Hasil distribusi kuisioner diatas menunjukkan bahwa jumlah ibu hamil yang memiliki status OHI-S baik tidak ditemukan. Status OHI-S cukup paling banyak ditemukan pada ibu hamil dengan status pendidikan SMU sebanyak 18 ibu hamil (41,8%). Status OHI-S kurang paling banyak ditemukan pada ibu hamil dengan status pendidikan SMU sebanyak 9 ibu hamil (20,9%). Tabel 2 berisi tentang hasil distribusi kuisioner diatas menunjukkan bahwa jumlah ibu hamil yang memiliki status OHI-S baik tidak ditemukan. Status OHI-S cukup paling banyak ditemukan pada ibu hamil dengan status ibu rumah tangga sebanyak 20 ibu hamil (46,5%). Status OHI-S kurang paling banyak ditemukan pada ibu hamil dengan status sosial ekonomi sebanyak 6 ibu hamil (13,9%). Tabel 3 menunjukkan Hasil distribusi kuisioner diatas menunjukkan bahwa jumlah ibu hamil yang memiliki status OHI-S baik tidak ditemukan. Status OHI-S cukup ditemukan seimbang antara past dental history belum pernah ke dokter dokter gigi dengan past dental history pernah ke dokter gigi sebanyak 15 ibu hamil (34,9%). Status OHI-S kurang paling banyak ditemukan pada ibu hamil dengan past dental hitory belum pernah ke dokter gigi sebanyak 8 ibu hamil (18,6%). Tabel 4 menunjukkan Hasil distribusi data diatas menunjukkan bahwa jumlah ibu hamil yang melahirkan bayi dengan berat badan lahir normal (BBLN) paling banyak pada ibu hamil dengan status kebersihan mulut cukup sebanyak 31 bayi (72,09%). Jumlah ibu hamil yang melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) paling banyak ditemukan pada ibu hamil dengan status kebersihan mulut cukup sebanyak 2 bayi (4,65%). Nilai signifikan (p) > 0,05 maka H0 diterima dan H1 ditolak. H0 pada penelitian ini adalah tidak terdapat hubungan antara kebersihan mulut pada ibu hamil trimester ke-3 dengan berat badan lahir rendah (BBLR). H1 pada penelitian ini adalah terdapatnya hubungan antara kebersihan mulut pada ibu hamil trimester ke-3 dengan berat badan lahir rendah (BBLR). Hasil analisis 6 tabel diatas menggunakan uji korelasi dengan nilai p sebesar 0,468 (p>0,05) sehingga dapat disimpulkan bahwa H0 diterima dan H1 ditolak yang artinya adalah tidak terdapat hubungan antara kebersihan mulut pada ibu hamil trimester ke-3 dengan berat badan lahir rendah (BBLR). Diskusi Hasil penelitian kebersihan mulut pada ibu hamil trimester ke-3 di Puskesmas Tegalrejo menunjukan bahwa tidak ada ibu hamil yang mempunyai kebersihan mulut yang baik, dengan presentase 69,7% kebersihan mulut sedang dan 30,3% kebersihan mulut kurang. Dalam penelitian yang dilakukan oleh peneliti lain menemukan jumlah plak yang tinggi terdapat pada gigi ibu hamil saat trimester ke-3 kehamilan. Ini disebabkan karena hormon estrogen dan progesteron mencapai puncaknya pada saat akhir kehamilan dan jaringan periodontal merupakan salah satu tempat yang berpotensi terjadinya dampak biologis dari hormon tersebut5. Tabel 1, 2, 3 menunjukkan karakteristik faktor lingkungan yang mempengaruhi keparahan kebersihan mulut. Pengambilan data ini tidak membatasi jumlah tingkatan status sosial-ekonomi, status pendidikan dan past dental history ibu hamil. Berdasarkan hasil distribusi data yang ada menunjukan bahwa status sosialekonomi, status pendidikan dan past dental history berhubungan dengan keparahan kebersihan mulut yang diderita ibu hamil. Kesehatan gigi dan mulut perlu mendapat perhatian, terutama saat hamil karena dapat menjadi sumber infeksi atau fokal infeksi terhadap organ lainnya. Kejadian radang gusi saat hamil cukup tinggi, yaitu sekitar 4080%. Dikemukakan pula bahwa penyebab utama radang gusi dan penyangga gigi lainnya adalah kurangnya kebersihan mulut dan sekitarnya, terutama pada trimester pertama yang berkaitan dengan emesis, hiperemesis, gravidarum, malas, dan kurangnya perhatian untuk membersihkannya setelah makan dan pembentukan plak yang dapat terjadi dengan lebih cepat6. Ibu hamil yang mendapatkan perawatan preventif oleh dokter gigi dalam jangka waktu 12 bulan mempunyai hubungan negatif dengan kelahiran bayi berat badan lahir rendah (BBLR), sedangkan ibu hamil yang dianggap mempunyai kebersihan mulut yang buruk mempunyai hubungan positif dengan kelahiran berat badan lahir rendah (BBLR)7. Dalam penelitian yang dilakukan peneliti 7 lain, 870 ibu hamil menunjukan tindakan perawatan kebersihan mulut (kontrol plak, scaling) dan pemeliharaan kebersihan mulut (pemberian instruksi kebersihan mulut, pembersihan karang gigi setiap 2 hingga 3 minggu sekali) secara signifikan menurunkan kelahiran prematur dan berat badan lahir rendah (BBLR)8. Hasil uji statistik korelasi menunjukan nilai signifikansi (p) sebesar 0,468 (p>0,05) sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan antara kebersihan mulut pada ibu hamil trimester ke-3 di Puskesmas Tegalredjo dengan berat badan lahir rendah (BBLR). Tabel 1. Hasil distribusi Status Pendidikan terhadap Status Kebersihan Mulut ibu hamil timerster ke 3 No. Status Pendidikan Status OHI-S Jumlah 1 Tidak sekolah Baik (0,0 - 0,6) 0 2 Tamat SD 0 0 0 3 SLTP 0 5 (11,6%) 4(9,4%) 4 SMU 0 18(41,8%) 9(20,9%) 5 Diploma 0 3(6,9%) 0 6 Strata 1 0 4(9,4%) 0 0 30 (69,7%) 13 (30,3%) Jumlah Cukup (1,3 - 3,0) 0 Kurang (3,1 - 6,0) 0 43 (100%) 8 Tabel 2. Hasil distribusi Status Sosial Ekonomi terhadap Status Kebersihan Mulut ibu hamil timerster ke 3 No. Status Sosial Ekonomi 1 2 3 4 5 PNS Pegawai Swasta Wiraswasta Petani Ibu rumah tangga Jumlah Status OHI-S Baik Cukup Kurang (0,0 - 0,6) (1,3 - 3,0) (3,1 - 6,0) 0 1(2,4%) 0 0 12(27,9%) 3(6,9%) 0 1(2,4%) 0 0 0 0 0 20(46,5%) 6(13,9%) 0 23 (79,2%) 9 (20,8%) Jumlah 43 (100%) Tabel 6. Hasil distribusi Past Dental History terhadap Status Kebersihan Mulut ibu hamil timerster ke 3 No. Past Dental History 1 Belum pernah ke dokter gigi 2 Pernah ke dokter gigi Jumlah Status OHI-S Jumlah Baik (0,0 - 0,6) 0 Cukup (1,3 - 3,0) 15(34,9%) Kurang (3,1 - 6,0) 8(18,6%) 0 15(34,9%) 5(11,6%) 0 30 (69,8%) 13 (30,2% 43 (100%) 9 Tabel 8. Hasil analisis uji Nonparametric Correlation Correlations Status OHI-S Berat Badan Bayi 1.000 -.114 Sig. (2-tailed) . .468 N 43 43 -.114 1.000 .468 . Spearman's Status OHI-S Correlation Coefficient rho Berat Badan Correlation Coefficient Bayi Sig. (2-tailed) Hasil distribusi penelitian terhadap status sosial-ekonomi menunjukan bahwa status kebersihan mulut kurang paling banyak diderita oleh ibu hamil dengan status sosial ekonomi sebagai ibu rumah tangga. Dalam penelitian yang diteliti oleh peneliti lain melaporkan bahwa seseorang dengan pendapatan rendah mempunyai status kebersihan mulut lima kali lebih buruk dibandingkan dengan seseorang dengan pendapatan tinggi, seseorang dengan pendapatan tinggi memungkinkan untuk mempunyai perawatan kesehatan yang lebih baik, seperti kunjungan ke dokter gigi9. Status pendidikan pada penelitian menunjukan bahwa status kebersihan mulut kurang paling banyak diderita oleh ibu hamil dengan status pendidikan SMU. Dalam penelitian lain mengemukakan status pendidikan pasien dapat mempengaruhi status kebersihan mulut nya, pada penelitiannya di temukan pasien yang mempunyai tingkat pendidikan yang lebih tinggi cenderung mempunyai status oral hygine yang baik dan lebih peduli akan kesehatan mulutnya10. 10 Past dental history pada penelitian menunjukan bahwa status kebersihan mulut kurang paling banyak diderita oleh ibu hamil dengan dental history belum pernah ke dokter gigi. Hal ini didukung oleh penelitian lain dimana kelompok yang secara rutin mengunjungi dokter gigi memiliki kejadian karies gigi dan hilangnya gigi yang lebih rendah dari kelompok yang belum pernah mengunjungi dokter gigi, Thomson menerangkan bahwa perbedaan tersebut dipengaruhi oleh sifat preventif dan kelompok yang mengunjungi dokter gigi cenderung merupakan healthy user11. Dalam penelitian oleh peneliti lain bahwa pada 56 ibu hamil menunjukan hasil yang serupa dimana kebersihan mulut ibu tidak mempunyai pengaruh terhadap terjadinya bayi BBLR kurang bulan. Raharjanto menambahkan hal ini kemungkinan karna masih banyak faktor-faktor lain yang lebih mempengaruhi kejadian bayi BBLR kurang bulan diantaranya usia ibu hamil, infeksi traktus genitor-urinaria, bahan toksis, stress maternal, nutrisi, genetik, status sosial ekonomi yang rendah dan beberapa faktor lain yang belum diketahui penyebabnya2. Peneliti lain juga menyebutkan kebersihan mulut yang buruk bukan merupakan faktor resiko terhadap berat bayi lahir rendah (BBLR) hasil yang berbeda dengan penelitian yang lainya kemungkinan disebabkan oleh sampel yang tidak adekuat sehingga diperlukan jumlah sampel yang lebih besar untuk mendapatkan hasil yang 12 signifikan . Meskipun kurangnya bukti yang mendukung perawatan mulut pada ibu hamil dapat mengurangi kejadian berat badan lahir rendah, bukti menunjukan bahwa perawatan gigi dan mulut selama kehamilan aman dan seharusnya di rekomendasikan untuk meningkatkan kesehatan mulut dan kesehatan umum ibu hamil. Peningkatan kebersihan mulut dapat meningkatkan kesehatan mulut dan mengurangi pemancaran bakteri kariogenik yang berpotensi membahayakan janin. Kesimpulan Hasil penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. 2. Terdapat hubungan antara status pendidikan, status sosialekonomi, dan past dental history dengan timbulnya kebersihan mulut pada ibu hamil trimester ke-3 di Puskesmas Tegalrejo Yogyakarta. Tidak terdapat hubungan antara kebersihan mulut pada ibu hamil trimester ke-3 dengan berat 11 badan lahir rendah (BBLR) di Puskesmas Tegalrejo Yogyakarta. Saran Dari penelitian diatas, peneliti selanjutnya diharapkan dapat menambah jumlah subjek penelitian yang digunakan, memperluas waktu observasi dan mengkontrol faktorfaktor resiko berat badan lahir rendah (BBLR) lain untuk mendapatkan hasil yang ebih adekuat. Daftar Pustaka 1. Sumidarti, Andi. Membangun Kerjasama dalam Pengembangan Upaya Peningkatan Kesehatan Gigi dan Mulut Pada Ibu Hamil. 2. Raharjanto, Wildam, A, S., (2006). Pengaruh Kebersihan Mulut Ibu Terhadap Kejadian Bayi Berat Badan Lahir Rendah Kurang Bulan. Undergraduate Thesis, Faculty Of Medicine., 15,915,009. 3. Proverawati, Atikah., Sulistyorini, C.I. (2010). Berat Badan Lahir Rendah. Nuha Medika; Yogyakarta. 4. Simanjuntak, Nelly, A., (2009). Hubungan Anemia Pada Ibu Hamil Dengan Kejadian Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) di Badan Pengelola Rumah Sakit UMUM (BPRSU) Rantauprapat Kabupaten Labuhan Batu Tahun 2008. USU Institutional Repository., diakses dari http://repository.usu.ac.id/handle /123456789/14666 5. Hope, Christopher K., Wang, Qian., Burnside, Girvan., Adeyemi, Adejumke A., Quenby, Siobhan., W. Smith, Philip., M. Higham, Susan., Whitworth, Melissa. (2014). Assessing the Association between Oral Hygiene and Preterm Birth by Quantitative Light-Induced Fluorescence. Hindawi Publishing Corporation The Scientific World Journal, Volume 2014, Articel ID 374694, 9 pages 6. Manuaba, Ida, Bagus, G., (2003). Penuntun Kepaniteraan Klinik Obsteri & Ginekologi. Jakarta: EGC. 7. Heimonen, Aura., Rintamaki, Hanna., Furuhoim, Jussi., Janket, Sok-Ja., Kaaja, Risto., Meurman., Jukka H. (2008). Postpartum Oral Health Parameters in Women with Preterm Birth. Acta Odontologica Scandinavica, Volume 66, No. 6, Pages 334341. 8. Lopez, Nestor J., Silva, Isabela Da., Ipinza, Joaquin., Gutierrez, Jorge. (2005). Periodontal Therapy Reduces the Rate of Preterm Low Birth Weight in Women With PregnancyAssociated Gingivitis. Journal Of Periodontology, Vol. 76, No. 11-s, Pages 2144-215. 9. Timis, Teodora., I, Danila. (2005). Socioeconomic Status And Oral Health. The Journal of Preventive Medicine 2005; 13 (1-2): 116-121. 10. Bayraktar, Gulsen., Kurtulus, Idil., Kazancioglu, Rumeyza., 12 Bayramgurler, Isil., Cintan, Serdar., Bural, Canan., Besler, Mine., Trablus, Sinan., Issever, Halim., Aysuna, Nilgun., Ozkan, Oktay., Yildiz, Alaatitin. (2009). Effect of Educational Level on Oral Health in Peritoneal and Hemodialysis Patients. Hindawi Publishing Corporation International Journal of Dentistry, Volume 2009, Articel ID 159767, 5 pages. 11. Thomsom W.M., Williams S.M., Broadbent J.M., Poulton R, Locker D. (2010). Long-Term Dental Visiting Patterns And Adult Oral Health. Research Reports; J Dent Res 89(3):307311 12. Santoso, O., SR, Aditya, W., Retnoningrum, D. (2009). Hubungan Kebersihan Mulut dan Gingivitis Ibu Hamil Terhadap Kejadian Bayi Berat Badan Lahir Rendah Kurang Bulan di RSUP Dr. KariadiSemarang dan Jejaringnya. M Med Indones, 43 (6).