THE CORRELATION OF ORAL HYGIENE IN 3RD TRIMESTER

advertisement
THE CORRELATION OF ORAL HYGIENE IN 3RD TRIMESTER
PREGNANT WOMEN WITH LOW BIRTH WEIGHT (LBW)
HUBUNGAN KEBERSIHAN MULUT PADA IBU HAMIL TRIMESTER
KE-3 DENGAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH
Rizky Arintika Fahmi1 , Erma Sofiani2
1
Mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UMY, 2prodi Pendidikan
Dokter Gigi UMY
Abstract
Background. Poor oral hygine can causes various disease both local and
systemic. systemic factor that can affect oral hygine in pregnant women are
increase of hormone progesterone and esterogen, changes in anatomy physiology
and metabolism, and decreasing of immunocompetence host. The presence of
inflamation product can play a part in the development and growth of fetal weigh
disorder trough hematogenus, that can result in low birth weight. The purpose of
this research is to understand the correlation between oral hygiene of pregnant
women in the third semester with low birth weight (LBW).
Method. This research is observational study with cohort prospective
design, taking as many as 43 pregnant women in the third semester (age 25-35
years old) as subject, with 3 pregnant women having low birth weight baby
outcome and 40 pregnant women having normal birth weight baby outcome, at
Tegalredjo Public Health Center, Yogyakarta, observation carried out for 2
months and waiting until labor. Data analysis was done by SPSS 16.0 for
windows with correlation test.
Result. There is no correlation between oral hygiene in pregnant women
in the third semester with low birth weight, p 0,468 (p>0,05).
Conclusion. There are correlation between educational status, socialeconomic status and past dental history with oral hygiene in pregnant women on
their third semester but there is no correlation between oral hygiene in pregnant
women on their third semester with low birth weight (LBW).
Key words. Oral hygiene, pregnant women in the third semester, low birth weight
(LBW).
1
2
Abstrak
Latar Belakang. Kebersihan mulut yang buruk dapat mengakibatkan
timbulnya berbagai penyakit baik lokal maupun sistemik. Faktor sistemik yang
dapat mempengaruhi kebersihan mulut pada ibu hamil yaitu meningkatnya
hormon estrogen dan progesteron, perubahan fisiologi anatomi dan metabolisme,
dan menurunnya immunocompetence host. Adanya produk inflamasi dapat
berperan dalam gangguan perkembangan dan pertumbuhan berat fetus melalui
jalan hematogeneus, sehingga menyebabkan bayi dengan berat lahir rendah.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kebersihan mulut pada ibu hamil
trimester ke-3 terhadap berat badan lahir rendah.
Metode. Penelitian ini merupakan penelitian observasi dengan
menggunakan desain kohort prospektif ini mengambil subyek penelitian, 43 ibu
hamil trimester ke-3 (usia 20-35 tahun) dengan 3 ibu hamil melahirkan bayi
dengan berat badan lahir rendah (BBLR) dan 40 ibu hamil melahirkan bayi dengan
berat badan lahir normal (BBLN), di Puskesmas Tegalrejo Yogyakarta, observasi
dilakukan selama 2 bulan dan menunggu sampai ibu melahirkan. Pengumpulan
data menggunakan SPSS 16.0 for Windows dengan uji korelasi.
Hasil. tidak terdapat hubungan antara kebersihan mulut pada ibu hamil
trimester ke-3 dengan berat badan lahir rendah (BBLR) dengan nilai p 0,468
(P>0,05).
Kesimpulan. terdapat hubungan antara kehamilan, status pendidikan,
status sosial-ekonomi, past dental history dengan kebersihan mulut pada ibu hamil
trimester ke-3. Tidak terdapat hubungan antara kebersihan mulut pada ibu hamil
trimester ke-3 dengan berat badan lahir rendah (BBLR)
Kata kunci. Kebersihan Mulut, Ibu Hamil Trimester ke-3, Berat Badan
Lahir Rendah (BBLR)
Pendahuluan
Tingkat prevalensi pengguna
pelayanan kesehatan gigi selama
kehamilan dilaporkan berkisar 2343% dari ibu hamil, dan 58% tidak
melakukan perawatan gigi selama
masa kehamilan1. Kebersihan mulut
pada ibu hamil mempengaruhi
kejadian bayi berat badan lahir
rendah (BBLR). Kebersihan mulut
yang buruk dapat mengakibatkan
berbagai macam penyakit baik lokal
maupun sistemik2. Faktor sistemik
yang
dapat
mempengaruhi
kebersihan
mulut
yaitu
meningkatnya hormon estrogen dan
progesteron,
serta
perubahan
fisiologi anatomi dan metabolisme,
perubahan dalam rongga mulut dan
menurunnya
immunocompetence
host juga dapat meningkatkan
kerentanan terhadap infeksi oral pada
ibu hamil1. Faktor lokal yang dapat
mempengaruhi kebersihan rongga
mulut yaitu adanya debris dan
kalkulus2.
3
Secara
klinis
tingkat
kebersihan mulut dinilai dalam suatu
kriteria penilaian khusus yaitu Oral
Hygiene Index Simplified (OHI-S)
dari Greene dan Vermillion. Kriteria
ini dinilai berdasarkan keadaan
endapan debris dan kalkulus2.
Perubahan-perubahan dalam
tubuh
perempuan hamil akan
mempengaruhi kondisi dalam rongga
mulut termasuk perubahan saliva, pH
cairan gingiva akan mempengaruhi
perkembangan plak dengan dominasi
bakteri
anaerob.
Peningkatan
konsentrasi sitokin pada cairan
gingiva pada ibu hamil yang
kesehatan periodontalnya jelek akan
merangsang produksi prostaglandin
sehingga akan timbul kontraksi
uterus yang menyebabkan kelahiran
prematur. Adanya produk inflamasi
dapat berperan dalam gangguan
perkembangan dan pertumbuahan
berat
fetus
melalui
jalan
3
hematogeneus . Infeksi pada jaringan
periodontium,
secara
langsung
melalui aliran darah (hematogen) ke
cairan amnion dapat menginfeksi
plasenta dan secara tidak langsung
bakteri mengeluarkan endotoksin dan
mediator
proinflamasi
yang
mempengaruhi perkembangan janin.
Peningkatan mediator inflamasi
secara
imunologik
dianggap
berhubungan dengan terjadinya
kelahiran bayi BBLR kurang bulan2.
Bayi berat badan lahir rendah
(BBLR) merupakan bayi baru lahir
yang berat badannya saat lahir
kurang dari 2500 gram. Bayi berat
badan lahir rendah dibedakan dalam
dua kategori, yaitu bayi berat badan
rendah karena prematur (usia
kandungan kurang dari 37 minggu)
atau berat badan lahir rendah karena
intrauterine growth retardation
(IUGR) yaitu bayi cukup bulan tetapi
berat badan kurang untuk usianya4.
Bahan dan Cara
Penelitian ini merupakan
penelitian Observasional dengan
menggunakan
desain
kohort
prospektif, karena merupakan studi
epidemiologis
analitik
noneksperimental yang mempelajari
hubungan antara faktor resiko
dengan efek atau penyakit. Penelitian
ini dipelajari hubungan antara
kebersihan mulut pada ibu hamil
terhadap berat bayi lahir rendah anak
yang akan dilahirkan. Subjek yang
dipilih telah terkena faktor resiko
yaitu kebersihan mulut yang buruk,
namun belum mengalami efek maka
penelitian ini termasuk dalam studi
kohort prospektif dengan kelompok
pembanding eksternal.
Jumlah
subyek
pada
penelitian ini sebanyak 43 ibu hamil
trimester
ke-3
yang
sedang
memeriksakan kandungannya di KIA
Puskesmas Tegalredjo Yogyakarta.
Pengumpulan data dilakukan dengan
pengukuran indeks kebersihan mulut
dan pengisian kuisioner melalui
wawancara. Hasil pengukuran indeks
kebersihan
mulut
kemudian
4
diklasifikasikan
sesuai
dengan
Indeks Kebersihan Mulut Greene dan
Vermillion. Data yang diperoleh dari
kuisioner meliputi status sosialekonomi, status pendidikan, dan past
dental history ibu hamil.
Sebagai
kriteria
inklusi
adalah ibu hamil trimester ke-3 yang
berumur 20 – 35 tahun, memiliki
jumlah gigi lebih dari 18, dan
bersedia menjadi responden. Sebagai
kriteria eksklusi adalah ibu hamil
yang memiliki penyakit sistemik,
merokok dan mengkonsumsi alkohol,
memiliki gigi kurang dari 18 dan
tidak bersedia menjadi responden.
Penelitian ini dilakukan pada
bulan Februari – April 2014 di
Puskesmas Tegalredjo Yogyakarta.
Status kebersihan mulut ibu hamil
diukur
menggunakan
Index
kebersihan mulut Greene dan
Vermillion. Kuisioner penelitian ini
mengenai status sosial-ekonomi,
status pendidikan dan past dental
history ibu hamil. Instrumen yang
digunakan adalah sonde, kaca mulut
dan alat tulis.
Alat ukur yang digunakan
untuk mengamati kebersihan mulut
adalah dengan indeks kebersihan
mulut. Kriteria skor DI-S dan CI-S
Indeks. Pemeriksaan OHI-S tidak
dilakukan pada semua gigi, tetapi
hanya gigi tertentu, yaitu : 16 sisi
bukal, 11 sisi labial, 26 sisi bukal, 36
sisi lingual, 31 sisi labial, 46 sisi
lingual. Apabila salah satu gigi yang
akan diperiksa sudah tanggal, maka
diganti dengan gigi di sebelah
mesialnya. Indeks debris dan
kalkulus
ditambahkan
untuk
memperoleh
indeks
kebersihan
mulut. Kemudian kedua penilaian
indeks
debris
dan
kalkulus
ditambahkan untuk memperoleh
indeks kebersihan mulut. Data
kemudian dikelompokkan menjadi
baik (OHI-S 0,0-1,2), cukup (OHI-S
1,3-3,0), dan kurang (3,1-6,0).
Kriteria skor DI-S dan CI-S indeks
kebersihan mulut menurut Greene
dan Vermillion adalah :
a) Indeks Debris Sederhana
Skor 0
: tidak ada debris atau
stain
Skor 1 :debris
menutupi
kurang
dari
1/3
permukaan atau ada
stain tanpa ada debris
Skor 2 : debris menutupi lebih
dari 1/3 permukaan gigi
tetapi tidak lebih dari
2/3
Skor 3
: debris menutupi
lebih dari 2/3 permukaan gigi
b) Indeks Kalkulus Sederhana
Skor 0
: tidak ada kalkulus
Skor 1
:kalkulus
supragingiva tidak lebih dari 1/3
permukaan gigi
Skor 2 :kalkulus supragingiva
lebih
dari
1/3
permukaan gigi tetapi
tidak lebih dari 2/3
atau
kalkulus
subgingiva
berupa
5
bercak mengelilingi
servikal gigi
Skor 3 :kalkulus supragingiva
lebih
dari
2/3
permukaan gigi atau
subgingiva
mengelilingi gigi.
Analisa data dengan menggunakan
uji Chi square, dengan tingkat
kemaknaan p<0,05. Pengolahan data
menggunakan SPSS 13.0 for
windows pada komputer.
Hasil Penelitian
Tabel 1 Hasil distribusi
kuisioner diatas menunjukkan bahwa
jumlah ibu hamil yang memiliki
status OHI-S baik tidak ditemukan.
Status OHI-S cukup paling banyak
ditemukan pada ibu hamil dengan
status pendidikan SMU sebanyak 18
ibu hamil (41,8%). Status OHI-S
kurang paling banyak ditemukan
pada ibu hamil dengan status
pendidikan SMU sebanyak 9 ibu
hamil (20,9%).
Tabel 2 berisi tentang hasil
distribusi
kuisioner
diatas
menunjukkan bahwa jumlah ibu
hamil yang memiliki status OHI-S
baik tidak ditemukan. Status OHI-S
cukup paling banyak ditemukan pada
ibu hamil dengan status ibu rumah
tangga sebanyak 20
ibu hamil
(46,5%). Status OHI-S kurang paling
banyak ditemukan pada ibu hamil
dengan status sosial ekonomi
sebanyak 6 ibu hamil (13,9%).
Tabel 3 menunjukkan Hasil
distribusi
kuisioner
diatas
menunjukkan bahwa jumlah ibu
hamil yang memiliki status OHI-S
baik tidak ditemukan. Status OHI-S
cukup ditemukan seimbang antara
past dental history belum pernah ke
dokter dokter gigi dengan past dental
history
pernah ke dokter gigi
sebanyak 15 ibu hamil (34,9%).
Status OHI-S kurang paling banyak
ditemukan pada ibu hamil dengan
past dental hitory belum pernah ke
dokter gigi sebanyak 8 ibu hamil
(18,6%).
Tabel 4 menunjukkan Hasil
distribusi data diatas menunjukkan
bahwa jumlah ibu hamil yang
melahirkan bayi dengan berat badan
lahir normal (BBLN) paling banyak
pada ibu hamil dengan status
kebersihan mulut cukup sebanyak 31
bayi (72,09%). Jumlah ibu hamil
yang melahirkan bayi dengan berat
badan lahir rendah (BBLR) paling
banyak ditemukan pada ibu hamil
dengan status kebersihan mulut
cukup sebanyak 2 bayi (4,65%).
Nilai signifikan (p) > 0,05
maka H0 diterima dan H1 ditolak.
H0 pada penelitian ini adalah tidak
terdapat hubungan antara kebersihan
mulut pada ibu hamil trimester ke-3
dengan berat badan lahir rendah
(BBLR). H1 pada penelitian ini
adalah terdapatnya hubungan antara
kebersihan mulut pada ibu hamil
trimester ke-3 dengan berat badan
lahir rendah (BBLR). Hasil analisis
6
tabel diatas menggunakan uji
korelasi dengan nilai p sebesar 0,468
(p>0,05) sehingga dapat disimpulkan
bahwa H0 diterima dan H1 ditolak
yang artinya adalah tidak terdapat
hubungan antara kebersihan mulut
pada ibu hamil trimester ke-3 dengan
berat badan lahir rendah (BBLR).
Diskusi
Hasil
penelitian
kebersihan mulut pada ibu hamil
trimester ke-3 di Puskesmas
Tegalrejo menunjukan bahwa
tidak ada ibu hamil yang
mempunyai kebersihan mulut
yang baik, dengan presentase
69,7% kebersihan mulut sedang
dan 30,3% kebersihan mulut
kurang. Dalam penelitian yang
dilakukan oleh peneliti lain
menemukan jumlah plak yang
tinggi terdapat pada gigi ibu hamil
saat trimester ke-3 kehamilan. Ini
disebabkan
karena
hormon
estrogen
dan
progesteron
mencapai puncaknya pada saat
akhir kehamilan dan jaringan
periodontal merupakan salah satu
tempat yang berpotensi terjadinya
dampak biologis dari hormon
tersebut5.
Tabel 1, 2, 3 menunjukkan
karakteristik faktor lingkungan
yang mempengaruhi keparahan
kebersihan mulut. Pengambilan
data ini tidak membatasi jumlah
tingkatan status sosial-ekonomi,
status pendidikan dan past dental
history ibu hamil. Berdasarkan
hasil distribusi data yang ada
menunjukan bahwa status sosialekonomi, status pendidikan dan
past dental history berhubungan
dengan keparahan kebersihan
mulut yang diderita ibu hamil.
Kesehatan gigi dan mulut
perlu
mendapat
perhatian,
terutama saat hamil karena dapat
menjadi sumber infeksi atau fokal
infeksi terhadap organ lainnya.
Kejadian radang gusi saat hamil
cukup tinggi, yaitu sekitar 4080%. Dikemukakan pula bahwa
penyebab utama radang gusi dan
penyangga gigi lainnya adalah
kurangnya kebersihan mulut dan
sekitarnya,
terutama
pada
trimester pertama yang berkaitan
dengan emesis, hiperemesis,
gravidarum, malas, dan kurangnya
perhatian untuk membersihkannya
setelah makan dan pembentukan
plak yang dapat terjadi dengan
lebih cepat6.
Ibu
hamil
yang
mendapatkan perawatan preventif
oleh dokter gigi dalam jangka
waktu 12 bulan mempunyai
hubungan
negatif
dengan
kelahiran bayi berat badan lahir
rendah (BBLR), sedangkan ibu
hamil yang dianggap mempunyai
kebersihan mulut yang buruk
mempunyai hubungan positif
dengan kelahiran berat badan lahir
rendah
(BBLR)7.
Dalam
penelitian yang dilakukan peneliti
7
lain, 870 ibu hamil menunjukan
tindakan perawatan kebersihan
mulut (kontrol plak, scaling) dan
pemeliharaan kebersihan mulut
(pemberian instruksi kebersihan
mulut, pembersihan karang gigi
setiap 2 hingga 3 minggu sekali)
secara signifikan menurunkan
kelahiran prematur dan berat
badan lahir rendah (BBLR)8.
Hasil uji statistik korelasi
menunjukan nilai signifikansi (p)
sebesar 0,468 (p>0,05) sehingga
dapat disimpulkan bahwa tidak
terdapat
hubungan
antara
kebersihan mulut pada ibu hamil
trimester ke-3 di Puskesmas
Tegalredjo dengan berat badan
lahir rendah (BBLR).
Tabel 1. Hasil distribusi Status Pendidikan terhadap Status Kebersihan Mulut ibu
hamil timerster ke 3
No.
Status
Pendidikan
Status OHI-S
Jumlah
1
Tidak sekolah
Baik
(0,0 - 0,6)
0
2
Tamat SD
0
0
0
3
SLTP
0
5 (11,6%)
4(9,4%)
4
SMU
0
18(41,8%)
9(20,9%)
5
Diploma
0
3(6,9%)
0
6
Strata 1
0
4(9,4%)
0
0
30 (69,7%)
13 (30,3%)
Jumlah
Cukup
(1,3 - 3,0)
0
Kurang
(3,1 - 6,0)
0
43 (100%)
8
Tabel 2. Hasil distribusi Status Sosial Ekonomi terhadap Status Kebersihan Mulut
ibu hamil timerster ke 3
No.
Status Sosial
Ekonomi
1
2
3
4
5
PNS
Pegawai Swasta
Wiraswasta
Petani
Ibu rumah tangga
Jumlah
Status OHI-S
Baik
Cukup
Kurang
(0,0 - 0,6) (1,3 - 3,0)
(3,1 - 6,0)
0
1(2,4%)
0
0
12(27,9%)
3(6,9%)
0
1(2,4%)
0
0
0
0
0
20(46,5%)
6(13,9%)
0
23 (79,2%) 9 (20,8%)
Jumlah
43 (100%)
Tabel 6. Hasil distribusi Past Dental History terhadap Status Kebersihan Mulut
ibu hamil timerster ke 3
No.
Past Dental
History
1
Belum pernah ke
dokter gigi
2
Pernah ke dokter
gigi
Jumlah
Status OHI-S
Jumlah
Baik
(0,0 - 0,6)
0
Cukup
(1,3 - 3,0)
15(34,9%)
Kurang
(3,1 - 6,0)
8(18,6%)
0
15(34,9%)
5(11,6%)
0
30 (69,8%)
13 (30,2%
43 (100%)
9
Tabel 8. Hasil analisis uji Nonparametric Correlation
Correlations
Status
OHI-S
Berat Badan Bayi
1.000
-.114
Sig. (2-tailed)
.
.468
N
43
43
-.114
1.000
.468
.
Spearman's Status OHI-S Correlation Coefficient
rho
Berat Badan Correlation Coefficient
Bayi
Sig. (2-tailed)
Hasil distribusi penelitian
terhadap status sosial-ekonomi
menunjukan
bahwa
status
kebersihan mulut kurang paling
banyak diderita oleh ibu hamil
dengan status sosial ekonomi
sebagai ibu rumah tangga. Dalam
penelitian yang diteliti oleh
peneliti lain melaporkan bahwa
seseorang dengan pendapatan
rendah
mempunyai
status
kebersihan mulut lima kali lebih
buruk
dibandingkan
dengan
seseorang dengan pendapatan
tinggi,
seseorang
dengan
pendapatan tinggi memungkinkan
untuk mempunyai perawatan
kesehatan yang lebih baik, seperti
kunjungan ke dokter gigi9.
Status pendidikan pada
penelitian menunjukan bahwa
status kebersihan mulut kurang
paling banyak diderita oleh ibu
hamil dengan status pendidikan
SMU. Dalam penelitian lain
mengemukakan status pendidikan
pasien dapat mempengaruhi status
kebersihan mulut nya, pada
penelitiannya di temukan pasien
yang
mempunyai
tingkat
pendidikan yang lebih tinggi
cenderung mempunyai status oral
hygine yang baik dan lebih peduli
akan kesehatan mulutnya10.
10
Past dental history pada
penelitian menunjukan bahwa
status kebersihan mulut kurang
paling banyak diderita oleh ibu
hamil dengan dental history
belum pernah ke dokter gigi. Hal
ini didukung oleh penelitian lain
dimana kelompok yang secara
rutin mengunjungi dokter gigi
memiliki kejadian karies gigi dan
hilangnya gigi yang lebih rendah
dari kelompok yang belum pernah
mengunjungi
dokter
gigi,
Thomson menerangkan bahwa
perbedaan tersebut dipengaruhi
oleh sifat preventif dan kelompok
yang mengunjungi dokter gigi
cenderung merupakan healthy
user11.
Dalam penelitian oleh
peneliti lain bahwa pada 56 ibu
hamil menunjukan hasil yang
serupa dimana kebersihan mulut
ibu tidak mempunyai pengaruh
terhadap terjadinya bayi BBLR
kurang
bulan.
Raharjanto
menambahkan
hal
ini
kemungkinan karna masih banyak
faktor-faktor lain yang lebih
mempengaruhi kejadian bayi
BBLR kurang bulan diantaranya
usia ibu hamil, infeksi traktus
genitor-urinaria, bahan toksis,
stress maternal, nutrisi, genetik,
status sosial ekonomi yang rendah
dan beberapa faktor lain yang
belum diketahui penyebabnya2.
Peneliti lain juga menyebutkan
kebersihan mulut yang buruk
bukan merupakan faktor resiko
terhadap berat bayi lahir rendah
(BBLR) hasil yang berbeda
dengan penelitian yang lainya
kemungkinan disebabkan oleh
sampel yang tidak adekuat
sehingga
diperlukan
jumlah
sampel yang lebih besar untuk
mendapatkan
hasil
yang
12
signifikan .
Meskipun kurangnya bukti
yang mendukung perawatan mulut
pada ibu hamil dapat mengurangi
kejadian berat badan lahir rendah,
bukti
menunjukan
bahwa
perawatan gigi dan mulut selama
kehamilan aman dan seharusnya
di
rekomendasikan
untuk
meningkatkan kesehatan mulut
dan kesehatan umum ibu hamil.
Peningkatan kebersihan mulut
dapat meningkatkan kesehatan
mulut
dan
mengurangi
pemancaran bakteri kariogenik
yang berpotensi membahayakan
janin.
Kesimpulan
Hasil penelitian ini dapat
disimpulkan sebagai berikut :
1.
2.
Terdapat hubungan antara status
pendidikan,
status
sosialekonomi, dan past dental history
dengan timbulnya kebersihan
mulut pada ibu hamil trimester
ke-3 di Puskesmas Tegalrejo
Yogyakarta.
Tidak terdapat hubungan antara
kebersihan mulut pada ibu hamil
trimester ke-3 dengan berat
11
badan lahir rendah (BBLR) di
Puskesmas
Tegalrejo
Yogyakarta.
Saran
Dari penelitian diatas, peneliti
selanjutnya
diharapkan
dapat
menambah jumlah subjek penelitian
yang digunakan, memperluas waktu
observasi dan mengkontrol faktorfaktor resiko berat badan lahir rendah
(BBLR) lain untuk mendapatkan
hasil yang ebih adekuat.
Daftar Pustaka
1. Sumidarti, Andi. Membangun
Kerjasama
dalam
Pengembangan
Upaya
Peningkatan Kesehatan Gigi dan
Mulut Pada Ibu Hamil.
2. Raharjanto, Wildam, A, S.,
(2006). Pengaruh Kebersihan
Mulut Ibu Terhadap Kejadian
Bayi Berat Badan Lahir Rendah
Kurang Bulan. Undergraduate
Thesis, Faculty Of Medicine.,
15,915,009.
3. Proverawati,
Atikah.,
Sulistyorini, C.I. (2010). Berat
Badan Lahir Rendah. Nuha
Medika; Yogyakarta.
4. Simanjuntak, Nelly, A., (2009).
Hubungan Anemia Pada Ibu
Hamil Dengan Kejadian Bayi
Berat Lahir Rendah (BBLR) di
Badan Pengelola Rumah Sakit
UMUM (BPRSU) Rantauprapat
Kabupaten Labuhan Batu Tahun
2008.
USU
Institutional
Repository.,
diakses
dari
http://repository.usu.ac.id/handle
/123456789/14666
5. Hope, Christopher K., Wang,
Qian.,
Burnside,
Girvan.,
Adeyemi,
Adejumke
A.,
Quenby, Siobhan., W. Smith,
Philip., M. Higham, Susan.,
Whitworth, Melissa. (2014).
Assessing
the
Association
between Oral Hygiene and
Preterm Birth by Quantitative
Light-Induced
Fluorescence.
Hindawi Publishing Corporation
The Scientific World Journal,
Volume 2014, Articel ID
374694, 9 pages
6. Manuaba, Ida, Bagus, G.,
(2003). Penuntun Kepaniteraan
Klinik Obsteri & Ginekologi.
Jakarta: EGC.
7. Heimonen, Aura., Rintamaki,
Hanna., Furuhoim, Jussi.,
Janket, Sok-Ja., Kaaja, Risto.,
Meurman., Jukka H. (2008).
Postpartum Oral Health
Parameters in Women with
Preterm Birth. Acta
Odontologica Scandinavica,
Volume 66, No. 6, Pages 334341.
8. Lopez, Nestor J., Silva, Isabela
Da., Ipinza, Joaquin., Gutierrez,
Jorge.
(2005).
Periodontal
Therapy Reduces the Rate of
Preterm Low Birth Weight in
Women
With
PregnancyAssociated Gingivitis. Journal
Of Periodontology, Vol. 76, No.
11-s, Pages 2144-215.
9. Timis, Teodora., I, Danila.
(2005). Socioeconomic Status
And Oral Health. The Journal of
Preventive Medicine 2005; 13
(1-2): 116-121.
10. Bayraktar, Gulsen., Kurtulus,
Idil., Kazancioglu, Rumeyza.,
12
Bayramgurler, Isil., Cintan,
Serdar., Bural, Canan., Besler,
Mine., Trablus, Sinan., Issever,
Halim., Aysuna, Nilgun., Ozkan,
Oktay., Yildiz, Alaatitin. (2009).
Effect of Educational Level on
Oral Health in Peritoneal and
Hemodialysis Patients. Hindawi
Publishing
Corporation
International
Journal
of
Dentistry, Volume 2009, Articel
ID 159767, 5 pages.
11. Thomsom W.M., Williams S.M.,
Broadbent J.M., Poulton R,
Locker D. (2010). Long-Term
Dental Visiting Patterns And
Adult Oral Health. Research
Reports; J Dent Res 89(3):307311
12. Santoso, O., SR, Aditya, W.,
Retnoningrum,
D.
(2009).
Hubungan Kebersihan Mulut
dan Gingivitis Ibu Hamil
Terhadap Kejadian Bayi Berat
Badan Lahir Rendah Kurang
Bulan
di
RSUP
Dr.
KariadiSemarang
dan
Jejaringnya. M Med Indones, 43
(6).
Download